• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL MARI ANI POTENSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN

N/A
N/A
falkon kos

Academic year: 2025

Membagikan "PROPOSAL MARI ANI POTENSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROYEKSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS PENGINDRAAN JAUH DI KECAMATAN BIBOKI ANLEU KABUPATEN

TIMOR TENGAH UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH MARIA ANI

2001100018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta penyertaan-Nyapenulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “ANALISIS PROYEKSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS PENGINDRAAN JAUH DI KECAMATAN BIBOKI APLEU KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA” tepat pada waktunya. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis meyadari bahawa terselesainya penulisan proposal penelitian ini kerena niat, do’a dan tekad yang kuat dan juga dukungan yang besar dari berbagai pihak. Oleh kerena itu penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah mendukung baik secara moril maupun materil sehingga proposal ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M. Sc selaku Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Nusa Cendana.

2. Bapak Dr. Malkisedek Taneo, M. Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, beserta Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III yang telah membantu penulis dalam urusan-urusan akademik, administrasi, maupun kemahasiswaan selama penulis berkuliah.

3. Bapak Drs. Mikael Samin, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.

4. Kepada Orang Tua Tercinta Bapak Lambertus Kono, Ibu Florensiana Rohan, Serta Kakak-kakak, adik dan sahabat tercinta yang telah memberikan

(3)

iii

motivasi, doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Serta semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini, sehinnga penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dan kiranya memberikan manfaat bagi semua pihak

Kupang 2024

Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Telaah Pustaka ... 6

2.2 Kekeringan ... 7

2.3 Penginderaan Jauh ... 10

2.4 Penelitian Terdahulu ... 12

2.5 Kerangka Berpikir ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Instrumen dan Bahan penelitian ... 17

3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 17

3.4 Populasi dan Sampel ... 18

3.5 Sumber dan Teknik Pengumpulan data... 18

3.6 Analisis Data ... 20

3.7 Skema dan Alur Penelitian ... 22 DAFTAR PUSTAKA

(5)

v Daftar Tabel

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ... 12

(6)

vi

Daftar Gambar

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ... 15 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 16 Gambar 3.7 Skema Alur Penelitian ... 22

(7)

vii

Daftar Lampiran

3.1 Lembar Observasi………...

3.2 Lembar Wawancara……….

(8)

8 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kekeringan merupakan fenomena yang sering terjadi dan menimbulkan bencana di berbagai daerah di Indonesia. Kekeringan berhubungan dengan keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air untuk berbagai keperluan.(Adiningsih, 2014) Kekeringan merupakan suatu persoalan yang berdampak luas di bidang pertanian, seperti penurunan produksi pangan yang akan mengganggu ketahanan pangan dan stabilitas perekonomian nasional.Kekeringan adalah jenis bencana alam yang kompleks dan ditandai dengan kelangkaan air yang terjadi secara terusmenerus.

Kekeringan memiliki hubungan dengan kesepadanan antara kebutuhan dan cadangan air untuk berbagai kebutuhan. Kekeringan terjadi secara perlahan (slow on set), berlangsung hingga awal musim hujan, dan berdampak sangat luas dan lintas sektoral seperti ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan.(Manik &

Suharso, 2022)

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab terjadinya kekeringan yang dapat mengurangi hasil dan kualitas padi. Kekeringan diawali dengan berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada satu musim. Curah hujan yang mencukupi tentunya akan membantu para petani untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Namun, pola curah hujan yang selalu berubah ini membuat para petani cukup khawatir dengan hasil panen di kemudian hari karena jadwal awal penanamannya sangat berpengaruh terhadap curah hujan di wilayah yang bersangkutan (Maria Carmelita Mnou, Hamza Huri Wulakada, 2023).

Kejadian ini adalah indikasi pertama terjadinya kekeringan yang disebut kekeringan meteorologis. Selanjutnya adalah berkurangnya pasokan air

(9)

9

permukaan dan air tanah, yang disebut kekeringan hidrologis. Kekeringan hidrologis menyebabkan kandungan air tanah berkurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Kondisi ini disebut kekeringan pertanian.(Jamil, 2016)

Indonesia merupakan negara yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam struktur Pembangunan perekonomian nasional. Namun pertanian di Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat keberhasilan panen dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Mengingat pentingnya sektor pertanian, ancaman-ancaman yang dapat menyebabkan sektor pertanian tidak dapat berkembang secara maksimal dan menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk harus diatasi dengan baik. Salah satu ancaman terhadap sektor pertanian adalah kekeringan. Hal ini terjadi karena Indonesia sebagai negara yang terletak di kawasan tropis, kek

kekeringan merupakan sebuah bencana yang hampir setiap tahun dialami.

Posisi Indonesia yang berada pada belahan bumi dengan iklim tropis sangat sensitive terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat.(Darlina et al., 2018)

Dampak kekeringan terjadi apabila produksi tanaman menurun bahkan menyebabkan tanaman mati sehingga merugiakan petani Karena produksi rendah secara nyata mengalami kerugian material maupun finansial yang besar dan bila terjadi secara luas, akan mengancam ketahanan pangan nasional menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau.oleh karena itu,penting untuk dilakukan kajian tentang parameter-parameter penentu kekeringan agar dapat digunakan sebagai acuan bagi pemangku kepentingan,masyarakat dan pemerintah dalam mengkaji wilayah yang terdampak kekeringan sehingga dampak dari kekeringin dapat diminimalkan.

(10)

10

Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kecamatan Biboki Anleu adalah satu dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara. Kecamatan Biboki Anleu memiliki 1 kelurahan dan 8 desa. Kecamatan Biboki Anleu memiliki lahan sawah sebesar 2779 ha yang telah merupakan sawah irigasi teknis. Rata-rata produktivitas lahan di Kecamatan Biboki Anleu yang merupakan salah satu daerah sentra padi di Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 3,797 ton/ha.(Sipayung et al., 2021)

Adanya perubahan iklim menyebabkan terjadinya ribuan hekta are pertanian mengalami gagal panen, sawa yang tersebar dari 9 desa di kecamatan biboki anleu mengalami kekeringan dari total 2.224 hekta are tersebut terdapat 20% yang memiliki air. lantaran areal sawah tadahan yang kering atau tidak memiliki air, sementara itu 500 hekta are yang masih memiliki air merupakan areal persawahan yeng menggunakan sistem irigasi.untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut

sebagian masyarakat terpaksa menyedot air dari kali yang debit airnya sangat kecil. Sementara sebagian pemilik lahan membeli air tengki dengan kisaran harga

100-150 ribu per tengki untuk mengisinya ke areal persawahan namun pertengki air hanya cukup untuk satu petak saja sehinga yang memiliki lahan yang luas bisa menghabiskan uang jutaan rupiah untuk membeli air tengki.(Tabean Eman, 2021).

(11)

11

Berdasarkan informasi yang didapat maka diperlukan Peta curah hujan dan peta hidrogeologi yang merupakan variabel penyusun peta potensi kekeringan selain indeks vegetasi, indeks kebasahan, suhu permukaan tanah, dan penggunaan lahan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi kekeringan. Sementara itu diperlukan data curah hujan untuk mendapatkan perencanaan yang akurat, dan bermanfaat untuk petani. Namun demikian ketersediaan data curah hujan di Kabupaten TTU relatif terbatas karena tidak ada stasiun pengukur di wilayah ini. Berdasarkan data BMKG dalam Provinsi NTT dalam angka tahun 2023 jumlah curah hujan tahunan di Kabupaten TTU adalah 1623,9 mm/tahun. Data tersebut menggambarkan curah hujan secara umum tanpa informasi sebaran curah hujan di setiap kecamatan. (Maneno et al., 2023)

Adapun 9 desa yang berpotensi mengalami gagal panen diantaranya:

desatuamese, desa sifaniha,desa oemanu,desa nonotbatan,desa maukabatan,desa motadik,kelurahan ponu,desa kotafoun.berdasarkan permasalahn di atas menyebabkan peneliti ingin meneliti mengenai potensi kekeringan di kecamatan biboki anleu oleh karena itu penelitian ini berjudul “Analisis proyeksi Kekeringan Lahan Pertanian Berbasis Penginderaan Jauh di Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten Timor Tengan Utara”

(12)

12 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah di paparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana mendeskripsikan kondisi kekeringan periode 2021-2023 2. Bagaiamana analisis proyeksi di tahun 2024-2025

3. Apa kebijakan mitigasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kondisi kekeringan periode 2021-2023 2. Unutuk mengetahui analisis proyeksi di tahun 2030-2034

3. Untuk mengetahui kebijakan mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi mahasiswa dalam melengkapi kajian yang mengarah kepada Identifikasi Kekeringan Lahan Pertanian Berbasis Pengindraan Jauh Di Kecamatan Biboki Apleu Kabupaten Timor Tengah Utar

1.4.2. Manfaat Praktis a) Bagi Penulis

Penelitian ini akan membantu peneliti dalam meningkatkan wawasan penulis mengenai manfaat penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam mengkaji kekeringan.

(13)

13 b) Bagi pembaca

Penelitian ini meliputi kajian tentang rawan kekeringan, faktor- faktor yang memengaruhi kekeringan, serta penggunaan aplikasi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh. Maka penelitian ini dapat menambah wawasan sekaligus pemahaman bagi pembaca.

Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan bandingan bagi penelitian lain mengenai kerawanan kekeringan yang sudah ataupun akan dilakukan, serta hal-hal yang tidak sempat diteliti dalam penelitian ini hendaknya diteliti oleh peneliti lain di masa yang akan datang, penulis juga beharap bahwa penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam penelitian lain yang relevan.

c) Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat, mengenai Identifikasi Kekeringan Lahan Pertanian Berbasis Pengindraan Jauh Di Kecamatan Biboki Apleu Kabupaten Timor Tengah Utara

(14)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TELAAH PUSTAKA 2.1.1. Geografi

Menurut Prof. Bintarto, Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.(Inopianti, 2017) Secara umum Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

2.1.2. Geografi Teknik

Geografi teknik merupakan salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari cara memvisualisasikan dan menganalisis data secara geografis dalam bentuk peta (baca: inset peta), diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh.(Indonesia, 2019)

Geografi teknik ini memiliki cabangcabang lagi yaitu sebagai berikut:

a. Kartografi

Cabang ilmu geografi teknik yang pertama adalah kartografi. Kartografi merupakan ilmu dan seni membuat peta yang menyajikan hasil- hasil ukuran dan pengumpulan data dari berbagai unsur permukaan Bumi (baca:

inti bumi) yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, kartograf dan lain sebagainya.

(15)

15 b. Penginderaan jauh

Selain kartografi, cabang ilmu geografi teknik lainnya adalah penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni memperoleh informasi

mengenai suatu objek, daerah, atau gejala dengan

menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah ataugejala yang dikaji.

c. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Cabang ilmu geografi teknik yang selanjutnya adalah sistem informasi geografis atau SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang dapat menyimpan, mengelola, memproses serta menganalisis data geografis dan non geografis, serta menyediakan informasi dan grafis secara terpadu.

2.2.Kekeringan

2.2.1. Pengertian Kekeringan

Kekeringan (drought) merupakan suatu bencana alam yang terjadi ketika ketersediaan air mengalami kekurangan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kekeringan pada dasarnya adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu da ral untuk berbagai kegiatan, kelompok-kelompok dan sektor lingkungan dalam masa berkepanjangan dapat mencapai beberapa bulan hingga tahunan.

Kekeringan adalah salah satu jenis bencana alam yang kompleks dan ditandai dengan kekurangan air berkepanjangan. Kekeringan terjadi secara perlahan (slow on-set) dengan durasi sampai dengan musim hujan tiba, serta berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan).(Ii & Teori, 2015)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan ketika curah hujan kurang dari normal selama beberapa minggu, bulan, atau tahun, aliran sungai dan

(16)

16

sungai menurun, tingkat air di danau dan waduk turun, dan kedalaman air di sumur meningkat. Jika cuaca kering terus berlanjut dan masalah pasokan air berkembang menjadi periode kering yang dapat menjadi kekeringan.

2.2.2. Jenis – Jenis Kekeringan

Jenis-jenis kekeringan pada umumnya ada 3 (tiga) yaitu meteorologis, hidrologi, dan pertanian. (Sugiarto, 2016). Berikut penjelasan tentang jenis-jenis kekeringan

a) Kekeringan meteorologis biasanya didefinisikan berdasarkan tingkat kekeringan (dibandingkan dengan “normal” atau jumlah rata-rata) dan durasi (lamanya) periode kering.

b) Kekeringan pertanian menyebabkan kekurangan curah hujan membawa defisit air tanah, air tanah berkurang atau tingkat reservoir, dan air penyimpanan seperti hidrologi di waduk dan sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan seperti pengendalian banjir, irigasi, rekreasi, navigasi, tenaga air, dan habitat satwa liar.

c) Kekeringan hidrologi berhubungan dengan efek dari periode presipitasi (termasuk salju) kekurangan pada permukaan atau air bawah permukaan (yaitu debit sungai, waduk dan tingkat danau, air tanah).

2.2.3. Faktor- faktor Kekeringan Lahan Pertanian a. Curah hujan yang rendah

Kekeringan merupakan suatu fenomena alam yang disebabkan oleh defisit curah hujan pada area dan periode yang luas. Kombinasi antara defisit curah hujan dan laju evapotransporasi yang meningkat akan menyebabkan defisit air tanah (Nyayu, 2013).

b. Suhu udara yang tinggi

(17)

17

Kekeringan erat kaitannya dengan berkurangnya curah hujan, suhu udara di atas normal, kelembapan tanah rendah dan pasokan air permukaan yang tidak mencukupi (Mujtahidin, 2014). Suhu tinggi/panas di permukaan bumi berpengaruh pada penguapan air dalam siklus air sedangkan suhu rendah di atmosfer menyebabkan awan mengembun dan terjadihujan. Akan tetapi, jika suhu terus menerus panas, ketersediaan air berkurang karena jumlah air yang menguap meningkat sedangkan hujan berkurang.

c. Kelembapan tanah yang rendah

Kelembapan tanah (soil moisture) adalah kandungan air dalam tanah yang tertahan pada daerah perakaran (daerah aerasi) (Fadila, 2010).

Semakin tinggi kelembapan tanah maka persediaan air tanah akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah kelembapan tanah, maka semakin rendah persediaan air tanah yang ada didalamnya.

d. Kurangnya daerah tangkapan air

Daerah Tangkapan Air (DTA) Daerah Tangkapan Air adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di wilayah daerah.

e. Minimnya sumber air

Sumber air sangat berkaitan dengan daerah sumber penyediaan air, semakin banyak sumber air baik berasal dari pegunungan maupun air tanah, maka tingkat kekeringan akan semakin rendah.

f. Topografi

Topografi juga sangat mempengaruhi ketersediaan air, karena berkaitan dengan curah hujan.

g. Kurangnya kawasan hijau.

(18)

18

Salah satu fungsi kawasan hijau adalah untuk menjadi daerah tangkapan air. Jadi semakin tinggi kawasan hijau, maka semakin tinggi pula sumber air yang dimiliki kawasan tersebut.\

h. Tutupan lahan

Sebaran tutupan lahan akan mempengaruhi daya serap tanah terhadap air, tutupan lahan kawasan terbangun akan lebih sulit menyerap air dibandingkan dengan kawasan hijau. Sehingga semakin banyak kawasan terbangun maka tingkat kekeringan akan semakin tinggi dibandingkan dengan kawasan yang memiliki kawasan hijau tinggi.

2.2.4. Pengertian Lahan Pertanian

Lahan merupakan sekumpulan tubuh alamiah yang memiliki kedalaman serta lebar yang ciri - cirinya mungkin secara tidak langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian (tanah). Dengan ciri - ciri fisik tambahan seperti: penyediaan air serta tumbuhan penutup yang dijumpai.

(Balandatu, 2021) 2.3. Pengindraan Jauh

2.3.1. Pengertian Pengindraan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni dalam memperoleh informasi mengenai sutau obyek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa suatu kontak langsung. Sementara menurut American Society of Photogrammetry penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena dengan menggunakan alat tertentu untuk menghindari kontak fisik dengan obyek atau fenomena yang diteliti.

Campbell menyatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi tentang permukaan bumi seperti tanah dan air dari gambar yang diperoleh dari kejauhan. (Belajar et al., 2012)

(19)

19 2.3.2 Komponen Penginderaan Jauh

Berikut beberapa penjelasan mengenai Komponen Penginderaan Jauh.

(Somantri, 2009) 1) Tenaga

Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu tenaga alami dan tenaga buatan. Tenaga alami berasal dari matahari dan tenaga buatan biasa disebut pulsa. Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga matahari disebut sistem pasif dan yang menggunakan tenaga pulsa disebut sistem aktif. Sistem pasif dengan cara merekam tenaga pantulan maupun pancaran. Dengan menggunakan pulsa kelebihannya dapat digunakan untuk pengambilan gambar pada malam hari.

2) Objek

Objek penginderaan jauh adalah semua benda yang ada di permukaan bumi, seperti tanah, gunung, air, vegetasi, dan hasil budidaya manusia, kota, lahan pertanian, hutan atau benda-benda yang di angkasa seperti awan.

3) Sensor

Sensor adalah alat yang digunakan untuk menerima tenaga pantulan maupun pancaran radiasi elektromagnetik. Contohnya kamera udara dan scanner.

4) Detektor

Detektor adalah alat perekam yang terdapat pada sensor untuk merekam tenaga pantulan maupun pancaran.

5) Wahana Sarana untuk menyimpan sensor, seperti pesawat terbang, satelit dan pesawat ulang-alik

(20)

20 2.4.Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 penelitian terdahulu

No Nama Penulis Artikel Metode Hasil 1. Monica Nilasari,

Bandi Sasmito, Abdi Sukmono (2017)

Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Memetakan Kekeringan Lahan Pertanian Dengan Metode Thermal

Vegetation Index

Kuantitatif Daerah yang paling berpotensi mengalami ancaman kekeringan lahan pertanian pada musim kemarau adalah Kecamatan Undaan dan Kecamatan Jekulo.

Sedangkan lahan pertanian yang mampu bertahan dari

kekeringan saat terjadi musim kemarau adalah Kecamatan Dawe bagian Utara dan Kecamtan Mejobo.

2. Kukuh Prabowo (2016)

Analisis resiko bencana kekeringan di kabupaten klaten.

Skripsi padaFakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kuantitatif dan

kualitatif

Wilayah di kabupaten klaten yang memiliki risiko bencana kekeringan dengan tingkat tinggi tersebar di sebagian besar Kecamatan Bayat, Trucuk, Juwiring serta sebagian kecil

Gantiwarno dan

(21)

21

Karangdowo dengan luas 4.860,46 hektar (7%).

3. Aditya Dhani Susanto (2014)

Analisis Tingkat Rawan

Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis di Kabupaten

Sragen Tahun 2014.

Kuantitatif Lahan sawah di Kabupaten Sragen memiliki luas 40.182 hektar. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah rendah memiliki

persentase luas 43,16%

dari seluruh lahan sawah di Sragen dengan mayoritas satuan

lahannya berupa sawah beririgasi teknis dengan lereng yang datar serta tanahnya bertekstur halus.

(22)

22 2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 2.5 kerangka Berpikir

Kekeringan di kecamatan Biboki

Anleu

Kekeringan lahan pertanian

Faktor kekeringan

Indeks kebasahan

Indeks kecerahan

Indeks vegetasi

Kondisi akuifer CH

Penggunaan lahan

Identifikasi potensi kekeringan

(23)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti akan melakukan peneliti Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten TTU, dengan Judul Identifikasi Kekeringan lahan Pertanian Berbasis Penginderaan Jauh Di Kecamatan Biboki Anleu KabupateTTU

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

Waku Penelitian akan dilakukan kurang lebih sekitar enam (6) bulan setelah proposal ini diseminarkan.

(24)

24 3.2. Instrumen Dan Bahan Penelitian

3.2.1. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan di gunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

3.2.2. Alat Dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini 1. Perangkat keras

a. Laptop

b. Aplikasi ENDVI c. GPS hand helt d. Kamera 2. Bahan

a. Citra Landsat 7 dan 9 b. Peta penggunaan lahan c. Peta curah hujan d. Peta tanah

3.3. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris dimana data adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/angka. Dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan bersifat

(25)

25

menganalisisi data statistic serta interpretasi data statistik. Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistik.

3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. populasi dalam penelitian ini yaitu wilayah diseluruh kecamatan Biboki Anleu.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang menjadi area penelitian. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel munggunkan teknik random sampling dimana dalam teknik ini pengambilan sampel di lakukan secara acak.

3.5. Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli kemudian diolah dan disajikan oleh peneliti. Teknik memeperoleh data penginderaan jauh berupa citra landsat 8 yaitu dengan cara men-donlowad langsung melalui situs resmi USGS.Citra satelit Landsat 8 yang didownload merupakan citra perekaman pada bulan September 2021 dan September 2023.

(26)

26 b.) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui perantara. Dalam pengumpulan data sekunder,peneliti membuat surat ijin mencari data dan penelitian yang ditujukan pada instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data curah hujan tahun 2021-2023 yang diperoleh dari BMKG, peta geohidrologi dan peta penggunaan lahan yang diperoleh dari BAPPEDA kabupaten TTU

2. Teknik dan pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 metode yaitu:

a) Observasi

Teknik pengumpulan data observasi merupakan kegiatan mengamati sekaligus mengingat berbagai gejala atau fenomena alam yang menjadi kajian penelitian ini. Teknik ini juga digunakan untuk mengkonfirmasi dan mendukung hasil analisis data. peneliti mengamati kondisi lapangan dengan mencocokkan hasil interpretasi yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun kondisi lapangan yang diamati meliputi kondisi fisik wilayah di kecamatan biboki anleu berdasarkan hasil interpretasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Indeks Kecerahan dan Indeks Kebasahan.

b.) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya relative sedikit. Teknik

(27)

27

ini digunakan untuk membandingkan hasil dari analisis data melalui penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dengan keadaan yang ada dilapangan.data yang diperoleh dari informen terkait strategi yang diterapkan BPBD kabupaten TTU dalam penanggulangan kekeringan.

c.) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan peneliti untuk mendukung penelitian yang berupa foto-foto mengenai kondisi lokasi penelitian serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang didapat dari instansi pemerintahan penelitian

3.6. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis data yaitu peneliti berusaha untuk mengolah dan menganalisis data yang diperoleh. Dalam analisis data dilakukan kombinasi antara analisis citra digital penginderaan jauh.

a.) Enhanced Vegetation Index2 (EVI2)

Untuk memperoleh nilai EVI2 dilakukan dengan menggunakan rumus EVI2. Dimana pada rumus ini untuk memperoleh nilai EVI2 hanya dibutuhkan data Surface Reflectance citra Landsat 8 dari saluran band 1 yang merupakan saluran band merah dan band 2 yang merupakan saluran untuk band Near Infrared tanpa menggunakan saluran band 3, tidak seperti halnya pada rumus EVI2 pada penelitian sebelumnya

yang menggunakan 3 saluran band (Red, Near Infrared dan Blue) pada citra Landsat 8 untuk memperoleh nilai EVI. Nilai EVI2 dapat dihitung dengan persamaan (Jiang et all, 2007)

(28)

28

N= Reflektan band Near Infrared, dan R= Reflektan band Merah.

b.) Land Surface Temperature (LST)

Temperatur permukaan tanah atau Land Surface Temperature (LST) merupakan keadaan yang dikendalikan oleh keseimbangan energi permukaan, atmosfer, sifat termal dari permukaan, dan media bawah permukaan tanah. Temperatur permukaan suatu wilayah dapat diidentifikasikan dari citra satelit Landsat yang diekstrak dari band thermal. Dalam penginderaan jauh, temperatur permukaan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu permukaan rata-rata dari suatu permukaan, yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe permukaan yang berbeda. Berikut merupakan rumus LST:

C.) Thermal Vegetation Indes (TVI)

Setelah memperoleh nilai EVI2 dan LST dari proses sebelumnya, kemudian nilai EVI2 dan LST tersebut dijadikan rerata bulanan sehingga didapatkan nilai EVI2 dan LST bulan Juli- September tahun 2015-2016. Selanjutnya dilakukan proses perhitungan algoritma Thermal Vegetation Index yang merupakan rasio antara nilai EVI2 dengan LST untuk mendapatkan nilai indeks kekeringan yang merupakan gambaran kondisi kekeringan tanaman padi sawah yang nantinya digunakan untuk menganalisis kekeringan.

Rumus TVI adalah sebagai berikut:

(29)

29 3.7 Skema Alur Penelitian

Gambar 3.7 Skema Alur Penelitian

koreksi Peta dasar

Citra landsat 7 dan 9 Peta curah

hujan

Lahan pertanian

Data sekunder

Transformasi

Penggunaan lahan Indeks kebasahan

Indeks kecerahan

Indeks vegetasi TVI

NDVI

Proses - Analisis

Identifikasi potensi wilayah kekeringan

(30)

30

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. E. (2014). Pengolahan Data dan Pengenalan Pola TINJAUAN METODE DETEKSI PARAMETER KEKERINGAN BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH. Seminar Nasional Penginderaan Jauh, 212.

Darlina, S., Sasmito, B., & Yuwono, B. (2018). ANALISIS KETERTIBAN TATA LETAK BANGUNAN TERHADAP SEMPADAN SUNGAI DI SUNGAI BANJIR KANAL TIMUR KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Sepanjang Banjir Kanal Timur dari Muara Sampai Jembatan. 4(April), 86–94.

Ii, B. A. B., & Teori, L. (2015). Institut Teknologi Nasional. 9–24.

Indonesia, U. P. (2019). Buku sistem informasi geografis (Issue September).

Inopianti, N. (2017). Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Raerah rawan Kekeringan Ki kabupaten Sukabumi. 18–21.

Jamil, A. (2016). Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan, 11(1).

Manik, M. F., & Suharso, A. (2022). Analisis Bencana Kekeringan Berdasarkan Data Citra Landsat 8-9 Oli / Tirs C2 L1 Menggunakan Metode Normalized Difference Drought Index ( NDDI ) ( Studi Kasus : Kabupaten Karawang ) Kekeringan hubungan dengan kesepadanan antara kebutuhan dan cadangan air u. Jurnal Georafflesia, 7, 233–242.

Maria Carmelita Mnou, Hamza Huri Wulakada, S. (2023). Pengaruh Faktor geografis terhadap potensi gagal panen jagung di kecamatan insana tengah kabupaten timor tengah utara. 19, 1–13.

(31)

31

Sipayung, B. P., Kune, S. J., Nubatonis, A., & Mambur, Y. P. V. (2021).

Pengambilan Keputusan dan Preferensi Petani Menggunakan Pupuk Subsidi di Kecamatan Sentra Padi Kabupaten Timor Tengah Utara (Studi Kasus

Kecamatan Biboki Anleu). Agrimor, 6(4), 194–202.

https://doi.org/10.32938/ag.v6i4.1497

Tabean Eman. (2021). Curah Hujan Rendah,Ribuan Hektare Sawah di Biboki Anleu TTU Terancam Gagal Panen. Voxntt.Com.

(32)

32

LAMPIRAN

(33)

33 Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI Hari/Tanggal :

Lokasi : Koordinat : NO Titik

koordinat

Aspek yang diamati saat pengamatan Keterangan

Kondisi lahan

Irigasi Jenis tanaman

Pola tanam

(34)

34 Lampiran 2

LEMBAR WAWACARA

1. Pedoman wawancara dengan masyarakat dusun antonifui A. Identifikasi Masyarakat

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Alamat :

Desa /kelurahan : B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana dampak kekeringan terhadap sektor pertanian selama periode 2021-2023?

2. Apakah ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dimasa mendatang?

3. Apa saja kebijakan mitigasi yang telah diimplementasikan oleh pemerintah untuk mengatsi kekeringan?

4. Bagaimana efektivitas kebiajakan-kebijakan tersebut dalam mengurangi dampak kekeringan

5. Apa peran masyarakat dalam upaya mitigasi kekeringan?

6. Bagaiamana koordinasi anatara pemerintah pusat dan daerah dalam menangani kekeringan?

7. Apakah ada bantuan finansial atau subsidi yang diberikan kepada petani yang terdampak kekeringan?

8. Apakah ada perubahan pola migrasi penduduk akibat kekeringan?

(35)

35 Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PROYEKSI KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DI KECAMATAN BIBOKI ANLEU KABUPATEN TIMOR TENGAN UTARA

Kepada bapak/ibu yang terhormat, bersamaan dengan kuesioner ini saya atas Nama Maria Ani selaku mahasiswa tingkat akhir jurusan Pendidikan Geografi dengan ini saya sedang melakukan penelitian tugas akhir, kuesioner ini berhubungan

dengan pandangan atau pendapat bapak/ibu terkait kondisi kekeringan di kecamatan Biboki Anleu. Kuesioner ini tidak untuk dipublikasikan hanya untuk kepentingan peneliti.

NAMA :

ALAMAT :

JENIS KELAMIN :

UMUR :

NO HP :

Berilah tanda ceklis  pada kolom dibawah yang dianggap sesuai dengan pernyataannya.

No Pernyataan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Kekeringan telah mengganggu

kegiatan pertanian di kecamatan Biboki anleu

2. Kekeringan telah menyebabkan penurunan produksi pangan

(36)

36 3. Frekuensi kekeringan di wilayah

Biboki anleu semakin sering dalam beberapa tahun terakhir

4. Kekeringan telah berdampak pada perekonomian masyakat

5. Curah hujan di kecamatan Biboki anleu semakin tidak menentu 6. Diperkirakan frekuensi dan durasi

kekeringan akan meningkat 7. Masyarakat merasa siap akan

kekeringan di masa depan 8 Pemerintah telah melakukan

persiapan yang cukup untuk menghadapi kekeringan 9 Masyarakat membutuhkan

informasi yang lebih akurat mengenai prakiraan cuaca 10 Upaya mitigasi yang telah

dilakukan dinilai efektif dalam mengurangiu dampak kekeringan 11 Masyarakat telah membuat sistem

irigasi sederahana untuk mengairi

(37)

37 lahan pertanian

12 Dibutuhkan lebih banyak proggram bantuan untuk masyarakat yang terdampak kekeringan

13 Pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk program mitigasi kekeringan 14 Masyarakat telah mengubah pola

tanam menjadi tanaman yang lebih tahan kekeringan

15 Masyarakat telah membentuk kelompok-kelompok tani untuk mengatasi masalah kekeringan

Gambar

Tabel 2.4 penelitian terdahulu
Gambar 2.5 kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.7 Skema Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian antara Indeks Potensi Lahan dengan produktivitas pertanian pangan di Kabupaten Bantul didominasi oleh kelas tidak sesuai, kecuali pada 5 kecamatan yang berkelas

Hasil Indeks Potensi Lahan berupa daerah-daerah dengan potensi IPL Pertanian Pangan di Kabupten Bantul bernilai rendah pada Kecamatan Dlingo, dan Imogiri dan bernilai

Pada parameter penutup lahan, lahan pertanian dengan tanaman semusim lahan kering memiliki dampak besar terhadap kekeringan pertanian di Kabupaten Temanggung dengan nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis indeks kekeringan meteorologis lahan gambut di pulau Bengkalis dengan menggunakan data hujan satelit TRMM berbasis

Berdasarkan hasil pengolahan kekeringan pertanian menggunakan kedua metode diperoleh bahwa metode NDDI lebih baik daripada Perka BNPB dalam mengidentifikasi kekeringan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis indeks kekeringan meteorologis lahan gambut di pulau Bengkalis dengan menggunakan data hujan satelit TRMM berbasis

Abstrak: Tujuan studi ini adalah mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian dan strategi adaptasi yang dilakukan petani pada lahan rawan kekeringan di

Lahan pertanian di daerah penelitian merupakan mata pencaharian pokok bagi masyarakat sekitar Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai lokasi pertanian yang