LAPORAN
PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi :
Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis
Group : 6 – Rabu
Anggota :1. Alfredo D.A.T.B (NIM. 21030122140152) 2. Natalia Lydia Efrata Simbolon (NIM. 21030122140159) 3. Rachel Salwa Fatimah (NIM. 21030122120031)
LABORATORIUM BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2024
HALAMAN PENGESAHAN LABORATORIUM BIOPROSES
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO
Laporan praktikumPemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptisyang disusun oleh : Kelompok : 6 – Rabu
Anggota : 1. Alfredo D.A.T.B NIM. 21030122140152
2. Natalia Lydia Efrata Simbolon NIM. 21030122140159 3. Rachel Salwa Fatimah NIM. 21030122120031
Telah diterima dan disetujui oleh Prof. Dr. Ing. Ir. Silviana, S.T., M.T, IPM., ASEAN Eng. selaku dosen pengampu pada
Hari :
Tanggal :
Semarang,
Mengetahui, Dosen Pengampu
Ir. Kristinah Haryani, M.T.
NIP. 131932056
RINGKASAN
Air adalah senyawa kimia dengan rumus H2O, terdiri dari satu atom oksigen dan dua atom hidrogen. Air berfungsi sebagai pelarut untuk banyak zat, termasuk garam dan molekul organik hidrofilik. Kuantitas dan kualitas air bersih akan menjadi permasalahan di masa yang akan datang, hal itu disebabkan dengan kebutuhan air bersih yang terus meningkat setiap harinya. Pentingnya air bersih dalam lini kehidupan dan dampak negatif yang mengintai dari penggunaan air tercemar serta adanya mikroba atau bakteri jahat yang ada di dalam air, sekalipun air tersebut terlihat jernih atau bersih secara kasat mata. Untuk itu, diperlukan praktikum pemeriksaan terhadap kualitas air. Adapun tujuan praktikum ini adalah mampu mengkaji pengaruh (sesuai variabel) terhadap jumlah kolon, mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni, mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan berbeda baik jenis maupun konsentrasi (sesuai variabel)
Mikroorganisme tersebar luas di biosfer karena kemampuan metabolisme sangat mengesankan dan dapat dengan mudah tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan contohnya di air. Terdapat beberapa contoh mikroorganisme yang ditemukan pada beberapa sampel air minum isi ulang, seperti Bacillus subtilis, Shigella, Enterobacter Cloacae, Proteus vulgaris, Streptococcus spp., Enterobacter agglomerans, Diplococcus, Pseudomonas spp., dan Staphilococcus spp. Perhitungan mikroba dapat dilakukan secara turbidimetri dan metode hitungan cawan.
Mikroorganisme dibiakkan dalam media khusus yang disesuaikan dengan preferensi masing-masing mikroorganisme. Fase hidup mikroorganisme terbagi menjadi empat, yakni fase lag, fase log, fase eksponensial, dan fase kematian.
Dalam praktikum ini dibutuhkan sampel air, aquadest, media, desinfektan, NaOH, dan asam asetat. Adapun bahan yang diperlukan ialah beaker glass, petridish, erlenmeyer, pengaduk, kompor listrik, pipet tetes, labu takar 100 ml, colony counter.
Praktikum ini dilakukan dengan melakukan uji koloni dan uji disenfektan.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Laporan Praktikum Bioproses ini dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai harapan. Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Bioproses.
Adapun isi laporan ini adalah pembahasan mengenai hasil percobaan dari praktikum “Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis”. Berbagai dukungan dan doa kami peroleh sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku penanggung jawab Laboratorium Bioproses Universitas Diponegoro,
2. Ir. Kristinah Haryani, M.T. selaku dosen pengampu materi “Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis”.
3. Ibu Jufriyah, S.T. selaku pranata laboratorium pada Laboratorium Bioproses Universitas Diponegoro.
4. Raissa Nur Diana selaku koordinator asisten Laboratorium Bioproses.
5. Bafiaz Satrio Wicaksono dan Yumna Agustia Nursalsabila sebagai asisten pengampu materi “Pemeriksaan Air dan Pemindahan Secara Aseptis”
6. Teman-teman yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan laporan ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.
Semarang, 20 Maret 2024 Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...ii
RINGKASAN...iii
PRAKATA...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
PEMERIKSAAN AIR BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan Penelitian...2
1.4 Manfaat Penelitian...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1 Persyaratan Standarisasi Kualitas Air Bersih...4
2.2 Mikroorganisme Air... 5
2.3 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme...7
2.4 Jenis-Jenis Media...8
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme... 9
2.6 Sifat Koloni... 11
2.7 Metode Perhitungan Jumlah Koloni...12
2.8 Growth Rate dan Doubling Time... 13
2.9 Sampel Air...14
2.10 Desinfektan...14
BAB III METODE PRAKTIKUM...16
3.1 Rancangan Praktikum... 16
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan...17
3.3 Gambar alat... 17
3.4 Prosedur Praktikum...18
PEMERIKSAAN SECARA ASEPTIS BAB I PENDAHULUAN...3
1.1 Latar Belakang...3
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Praktikum... 4
1.4 Manfaat Praktikum... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Pengertian Sterilisasi... 5
2.2 Metode Sterilisasi... 5
2.3 Aspergillus niger... 7
2.4 Mikroorganisme yang Dapat Tumbuh Pada PDA...7
BAB III METODE PENELITIAN... 9
3.1 Rancangan Praktikum...9
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan...10
3.3 Gambar alat... 10
3.4 Prosedur Percobaan... 12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan standarisasi kualitas air bersih...4 Tabel 3.2 Gambar alat...17 Tabel 3.1 Gambar alat...10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Media padat...8
Gambar 2.2 Media padat tegak, miring, dan lempeng... 8
Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum pemeriksaan...16
Gambar 2.1 Aspergillus niger... 7
Gambar 3.1 Skema rancangan Percobaan...9
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA... 1 REFERENSI... 7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa kimia dengan rumus H2O, terdiri dari satu atom oksigen dan dua atom hidrogen. Air bersifat sangat krusial untuk semua bentuk kehidupan yang diketahui. Hal ini dikarenakan berfungsi sebagai pelarut untuk banyak zat, termasuk garam dan molekul organik hidrofilik.
Air mempunyai peranan penting dalam masyarakat, yakni sebagai sumber daya untuk berbagai kegiatan dan industri. Air dimanfaatkan dalam industri pertanian, perikanan, transportasi, pendinginan dan pemanasan dalam industri, dan bahkan dalam praktik keagamaan dan budaya.
Akses terhadap air bersih dan sanitasi dianggap sebagai hak asasi manusia, dan memastikan air yang aman, terjamin, dan terjangkau sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Air juga digunakan dalam berbagai sistem sosial, dan penggunaannya dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitasnya. Pengelolaan air melibatkan pemahaman motif dan mempertimbangkan dampak keputusan, karena ini merupakan masalah lintas sektoral yang mempengaruhi lanskap, kualitas air, dan produksi pangan. Di banyak daerah, beberapa air terkontaminasi berbagai mikroba.
Misalnya kontaminasi Escherichia coli yang sering terjadi pada air sungai, sumur, tower, bahkan dispenser yang tidak dirawat secara rutin (Chang et al., 2023). Selain itu, bakteri koliform baru-baru ini diidentifikasi sebagai salah satu polutan paling serius dalam limbah air. Kontaminasi berbagai jenis air dengan bakteri patogen harus diminimalkan dan dibatasi untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesehatan bahaya (Mahmoud et al., 2022). Beberapa diantaranya sepertiMicrocystis, E. coli, Vibrio, Salmonella, Shigella, dan Mycobacterium. Mikroba-mikroba tersebut merupakan mikroba yang dapat ditemukan di air yang tercemar. Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas air perlu diadakan. Pemeriksaan tersebut mencakup syarat fisika, kimia, dan biologis yang ada di persyaratan standarisasi untuk memenuhi kualitas air tersebut
Kuantitas dan kualitas air bersih akan menjadi permasalahan di masa yang akan datang, hal itu disebabkan dengan kebutuhan air bersih yang terus meningkat setiap harinya. Pentingnya air bersih dalam lini kehidupan dan dampak negatif yang mengintai dari penggunaan air tercemar serta adanya mikroba atau bakteri jahat yang ada di dalam air, sekalipun air tersebut terlihat jernih atau bersih secara kasat mata. Untuk itu, diperlukan praktikum pemeriksaan terhadap kualitas air.
1.2 Rumusan Masalah
Air menjadi salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan. Hal ini disebabkan air digunakan dalam berbagai hal, seperti minum, memasak, mencuci, dan masih banyak yang lainnya. Pentingnya kebutuhan air dalam kehidupan sudah seharusnya diimbangi dengan pasokan air yang ada di dunia. Namun, pada zaman sekarang banyak terjadi pencemaran lingkungan, khususnya pada sumber air. Sumber air yang tercemar dapat membahayakan kehidupan apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari kondisi tersebut, kita mengetahui bahwa kebutuhan air yang besar harus dipenuhi dengan kualitas yang baik dan aman untuk digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa praktikum pemeriksaan air penting untuk dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mampu mengkaji pengaruh media terhadap jumlah koloni
2. Mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni 3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan
desinfektan berbeda baik jenis maupun konsentrasi (sesuai variabel)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa mampu mengkaji pengaruh media terhadap jumlah koloni 2. Mahasiswa mampu menentukan growth rate dan doubling time
pertumbuhan koloni
3. Mahasiswa mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan berbeda baik jenis maupun konsentrasi (sesuai variabel)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persyaratan Standarisasi Kualitas Air Bersih
Tabel 2.1 Persyaratan standarisasi kualitas air bersih
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut (Total Dissolved Solid)
mg/L 1000
4. Suhu °C Suhu udara ±3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau
1. TotalColiform CFU /
100 mL
50
2. Eschericia coli CFU /
100 mL
0
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum) Wajib
1. Ph mg/L 6,5-8,5
2. Besi mg/L 1
3. Fluorida mg/L 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
5. Mangan mg/L 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/L 10
7. Nitrit, sebagai N mg/L 1
8. Sianida mg/L 0,1
9. Deterjen mg/L 0,05
10. Pestisida total mg/L 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Kadmium mg/L 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/L 0,05
5. Selenium mg/L 0,01
6. Seng mg/L 15
7. Sulfat mg/L 400
8. Timbal mg/L 0,05
9. Benzena mg/L 0,01
10. Zat organik (KMnO4) mg/L 10
(Kemenkes, 2017) 2.2 Mikroorganisme Air
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga dalam mengamatinya diperlukan bantuan mikroskop. Mikroorganisme tersebar luas di biosfer karena kemampuan metabolisme sangat mengesankan dan dapat dengan mudah tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan contohnya di air (Abatenh et al., 2017). Terdapat beberapa contoh mikroorganisme yang ditemukan pada beberapa sampel air minum isi ulang, seperti Bacillus subtilis, Shigella, Enterobacter Cloacae, Proteus vulgaris, Streptococcus spp., Enterobacter agglomerans, Diplococcus, Pseudomonas spp., dan Staphilococcus spp.
(Rumondoret al., 2014).
1. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Rahayu, et al., 2017). E. coli atau Bacterium coli commune adalah sebuah nama bakteri yang diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Theodor Escherich. E. coli adalah bakteri dengan jenis spesies gram negatif, berbentuk batang pendek (coccobasil) dan dapat bergerak menggunakan flagella (Hutasoit, 2020). Di dalam uji analisis air, E. coli merupakan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja (Melliawati,
2015). Infeksi E. coli menimbulkan penyakit termasuk diare berdarah, sistitis, kolitis hemoragik, kolitis ulserativa, purpurea trombositopenik trombotik, dan bahkan kematian (Wu,et al., 2023).
2.Salmonella typhi
Salmonellamerupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif yang mempunyai flagela dan aktif bergerak. Sejak ditemukan oleh Daniel Esmer dan Theobald Smith pada tahun 1885, Salmonella dan Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak diteliti (Coburn et al. 2007; Lamas et al. 2018 dalam Hardianto, 2019). Dari jumlah tersebut, serotipe yang paling umum menyebabkan penyakit manusia adalahSalmonella enterica serovar typhi (S. typhi)danS. enterica serovar enteritidis (S. enteritidis) di negara-negara Amerika dan Eropa (Lee et al. 2015 dalam Hardianto, 2019). Air dan makanan yang terkontaminasi S. typhi merupakan penyebab utama demam tifoid (Enget al. 2015 dalam Hardianto, 2019).
Hal tersebut dapat dicegah dengan pengolahan air minum dan limbah rumah tangga dengan baik, menjaga kebersihan makanan dan minuman, pasterisasi susu, mencuci tangan sebelum makan, merebus air minum, menghindari makan kerang mentah, dan es yang menggunakan air yang tidak direbus (Chowdhuryet al. 2016 dalam Hardianto, 2019).
3.Shigella spp
Shigella spp. adalah keluarga bakteri patogen yang terdiri dari empat spesies, yaitu S. dysenteriae, S. flexneri, S. boydii, dan S. sonnei, yang menyebabkan penyakit yang sangat lazim disebut shigellosis.
Meskipun gejala klinis sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella spp. bersifat ringan dalam bentuk diare cair yang dapat sembuh sendiri, kasus yang fatal memang terjadi dan mendominasi di negara-negara berkembang, sedangkan anak-anak di bawah usia lima tahun merupakan kelompok yang paling rentan dengan komplikasi utama (Tag, et al., 2023). Di negara tropis, Shigella spp. menempati posisi ketiga sebagai bakteri patogen penyebab diare dengan angka 10%. Di Indonesia, Shigella spp. merupakan penyebab diare terbanyak setelah Vibrio
cholerae dengan prevalensi 27,3% dari total keseluruhan pasien diare yang datang ke rumah sakit (Sembiring,et al., 2023).
2.3 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Dalam autekologi, pertumbuhan mikroorganisme dapat dimodelkan dalam empat fase yang berbeda. Fase lag (A), fase log atau eksponensial (B), fase diam (C), dan fase kematian (D).
1. Fase Lag
Pada fase lag, mikroorganisme beradaptasi dengan kondisi pertumbuhan. Fase ini merupakan periode dimana mikroorganisme bertumbuh dewasa dan belum bisa membelah diri. Pada fase ini, sintesis RNA, enzim-enzim, dan molekul lainnya terjadi.
2. Fase Log
Fase log atau biasa disebut fase eksponensial adalah fase yang ditandai dengan sel bakteri yang menggandakan diri. Jika pertumbuhan tidak dibatasi, proses duplikasi dapat terjadi pada kecepatan yang konstan.
Kecepatan pertumbuhan di fase ini dapat diukur dengan grafik eksponen atau logaritma.
3. Fase diam
Fase diam seringkali disebabkan oleh faktor-faktor pembatas pertumbuhan seperti berkurangnya nutrisi, dan/atau munculnya produk penghambat (inhibitor) seperti asam organik. Pada fase diam, kecepatan pembentukan sel baru dan kecepatan sel mati memiliki nilai yang sama.
Fase ini ditandai dengan garis lurus pada grafik hubungan waktu dengan jumlah sel.
4. Fase Kematian
Pada fase kematian, bakteri mati disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan suhu lingkungan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
aktivitasnya pun menurun secara signifikan.
(Muthuraj & Mahalakshmi, 2016)
2.4 Jenis-Jenis Media
Media kultur/ media pertumbuhan kuman/ mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang agar keseimbangan campuran nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang baik tersedia.
a. Media Padat/Solid Media
Media padat adalah jenis media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat, contoh nya yaitu media nutrient agar. Media padat umumya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang juga mikroalga. Media padat dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu media tegak, media miring, dan media lempeng.
Gambar 2.1 Media padat
Gambar 2.2 Media padat tegak, miring, dan lempeng.
b. Media Semi Padat/Semi Solid
Media semi padat merupakan media yang mengandung agar 0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue)semisolidakan membentuk cincin hijau
kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur.
c. Media cair
Merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
(Atmantoet al., 2022) 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah:
1. Medium
Untuk menumbuhkan mikroorganisme diperlukan media. Semua sistem biologis mulai organisme sampai tanaman tingkat tinggi perlu zat makanan untuk tumbuh dan berkembang biak. Diantara macam-macam bakteri, kebutuhan makanannya berbeda-beda. Semua organisme hidup memerlukan energi, vitamin, air, unsur C, N dan logam seperti Na, K, Ca, Mg, Mn, Fe, Zn, Cu dan P. Dalam praktek akan lebih mudah bila dipakai bahan mentah yang komplek yang terdiri dari pepton, ekstrak daging/maggi dan air. Bahan tersebut dikombinasikan sehingga berbentuk media yang bisa untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media dapat didasarkan atas keadaan fisiknya, yaitu media padat misalnya irisan kentang. Media padat yang dapat berubah menjadi cair misal media agar dan media semi padat yaitu yang bentuknya setengah padat dan setengah cair (Tujiyanta, 2016).
2. Temperatur
Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50◦C sampai 800◦C, tetapi bagaimanapun juga setiap spesies mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitivitas sistem enzimnya terhadap panas (Hamdiyati, 2014).
3. pH
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9
dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme (Hamdiyati, 2014).
4. Pengaruh Sinar
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar ultra violet, sinar gamma), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikrobia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat berfotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 mμ sampai 760 mμ tidak begitu berbahaya, yang berbahaya adalah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 mμ sampai 300 mμ. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya.
5. Faktor Kimia
Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan menjadi antiseptik, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotik.
a. Antiseptik
Antiseptik adalah substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
b. Desinfektan
Desinfektan adalah substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup.
c. Bahan kemoterapetik :
Bahan kemoterapik adalah substansi kimia yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.
(Hamdiyati, 2014)
2.6 Sifat Koloni
Mikroorganisme bersel tunggal seperti bakteri memiliki banyak variasi morfologi, mulai dari yang sederhana hingga yang menyukai bentuk tertentu. Lingkungan yang sangat kental dapat memilih bentuk sel heliks bakteri spirochete, dan banyak spesies hidup dalam biofilm, dasar biologi mikroba. Interaksi mekanis antara sel tetangga sangat penting karena sel mikroba dalam biofilm sering berada di dekat satu sama lain secara fisik.
Studi baru menunjukkan bahwa sel berbentuk batang dapat meningkatkan perilaku kolektif dalam kelompok mikroba karena kecenderungan mereka untuk menyelaraskan orientasi mereka dengan sel dan permukaan di dekatnya, mengubah interaksi biomekanik antara mikroba. Bentuk sel mungkin berdampak besar pada sifat dan prospek sel dalam komunitas.
Komunitas mikroba mengandung sel-sel dengan bentuk yang berbeda, namun kita hanya tahu sedikit tentang bagaimana bentuk-bentuk ini mempengaruhi biologi komunitas. Bentuk sel basil dan coccal sering ditemukan bersama dalam komunitas bakteri. Bentuk sel dapat mempengaruhi derajat pencampuran regangan di dalam koloni, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengontrol tekanan selektif atau melawan strategi sosial tertentu. Smith et al. (2017) telah mengembangkan model komputasi untuk mempelajari efek bentuk mikroba di komunitas. Model ini memprediksi bahwa bentuk akan memiliki efek yang kuat pada posisi sel, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan reproduksinya. Sel berbentuk batang lebih baik dalam menjajah dasar komunitas dan tepinya yang membesar, sedangkan sel bulat mendominasi permukaan atas. Pola yang
sama terjadi pada koloni Escherichia coli, menggunakan strain dengan
bentuk berbeda.
2.7 Metode Perhitungan Jumlah Koloni
Salah satu cara untuk mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang ada pada suatu media, baik yang hidup maupun yang mati, adalah dengan menghitung jumlah bakteri secara langsung dan secara tidak langsung.
Perhitungan jumlah bakteri secara langsung menghitung jumlah bakteri keseluruhan, baik yang hidup maupun yang mati. Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung menghitung jumlah bakteri yang hidup dan mati.
1. Metode Turbidimetri
Perhitungan bakteri secara Turbidimetri (kekeruhan) dengan memakai alat spektrofotometer adalah contoh perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung. Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur transmitan atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Metode turbidimetri merupakan cara yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri dalam suatu larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Digunakan untuk uji antibakteri, dimana jumlah bakteri nya dihitung dengan membandingkan kekeruhan suspensi bakteri dengan menggunakan larutan standar McFarland. Larutan McFarland standar digunakan sebagai referensi untuk menyesuaikan kekeruhan bakteri suspensi sehingga jumlah bakteri dalam kisaran yang diberikan untuk membakukan mikroba pengujian. Untuk membuktikan bahwa metode spektrofotometri (turbidity) memberikan hasil yang valid maka perlu pengujian akurasi metode yang dibandingkan dengan metode hitungan cawan.
2. Metode Hitungan Cawan
Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung dan beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus. Metode hitungan cawan memiliki kelemahan yaitu membutuhkan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari untuk menghitung pertumbuhan koloni bakteri
(Rosmania dan Yanti, 2020).
2.8 Growth Rate dan Doubling Time 1.Growth Rate
Growth Rate merupakan parameter penting untuk mengkontrol pembudidayaan mikroorganisme. Dengan Growth Rate kita dapat memprediksi hasil akhir dari percobaan Growth Rate dapat dikontrol hingga nilai yang spesifik sehingga dapat mengoptimalkan pembentukan produk (Yang & Sha, 2020). Laju Pertumbuhan mengindikasi banyaknya jumlah bakteri/sel yang terproduksi pada selang waktu tertentu. Growth rate (μ)dapat dihitung dengan persamaan:
GR= In X2– In X1
t2- t1
Keterangan :
GR : Growth Rate (%) X : Jumlah sel awal / akhir
t : Lama waktu pemeliharaan (hari)
(Yang & Sha, 2020) 2.Doubling Time
Dalam proses perkembangbiakan mikroba, terjadi suatu fase di mana sel mengalami pembelahan sehingga jumlah sel meningkat dua kali lipat dari jumlah awalnya. Proses ini dikenal sebagaidoubling time (Td), yang merupakan waktu yang dibutuhkan bagi sel atau bakteri untuk menggandakan diri menjadi dua kali lipat dari jumlah awalnya.Doubling time(Td) dapat ditentukan dari persamaangrowth rateyaitu :
Td = In 2 GR max
Keterangan :
Td : Waktu Penggandaan
GR max : maksimumGrowth Rate
(Yang & Sha, 2020)
2.9 Sampel Air
Sampel air didapatkan dari air kamar mandi Masjid Teknik Universitas Diponegoro.
Gambar 2.3 Sumber air sampel
2.10 Desinfektan
Desinfektan merupakan zat yang dapat membunuh patogen di lingkungan. Glutaraldehid dan formaldehid merupakan zat yang terkandung dalam desinfektan. Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Disinfektan adalah cairan pembersih yang umumnya dibuat dari hidrogen peroksida, creosote, atau alkohol yang bertujuan untuk membunuh bakteri, virus, kuman, dan mikroorganisme berbahaya lainnya yang terdapat pada ruangan atau permukaan benda mati. Disinfektan biasanya digunakan untuk membersihkan permukaan benda-benda yang paling sering disentuh orang banyak. Contohnya, gagang pintu, meja, kursi, keran wastafel, lemari, dan
lain-lain. Disinfektan juga mengandung konsentrasi biosida yang tinggi.
Maka dari itu, disinfektan lebih efektif dalam mencegah timbulnya bakteri dan mikroorganisme pada permukaan benda mati apa pun, yang menjadi perantara paparan infeksi virus atau bakteri berbahaya bila dihirup atau disentuh manusia (Musafiraet al., 2020).
2.11 Kandungan Agar
Agar-agar adalah polisakarida berupa tepung yang diperoleh dari ekstrasi agarophyte, bersifat koloid bila dilarutkan dalam air mendidih dan menggumpal bila didinginkan (reversible). Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan dijual di pasaran. Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan agar-agar akan menjadi padatan lunak dan bertekstur kenyal (Murdianingsih & Suharyana,2016). Kandungan agar memiliki reservoir (31,4 ± 0,42%), konsentrasi klorofil (19,61 ± 0,04 mg/g), karotenoid (7,42 ± 0,21 µmol/g) serta kadar protein (15,38 ± 0,27%) (Yudiatiet al., 2020).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Rancangan Praktikum
3.1.1 Skema Rancangan Praktikum
Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum pemeriksaan 3.1.2 Uji Variabel Operasi
1. Uji Koloni
a. Variabel Bebas
Ruang penyimpanan (safety kabinet, ruang asisten, dan inkubator)
b. Variabel Terikat
Jumlah koloni, growth rate, dan doubling time 2. Uji Desinfektan
a. Variabel Bebas
Jenis desinfektan (30%, 55%, 80%) basis 10 mL @2 tetes b. Variabel Terikat
Radius perkembangan mikroba
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan 3.2.1 Bahan
1. Sampel air 2. Aquadest 3. Media 4. Desinfektan 5. NaOH 6. Asam asetat 3.2.2 Alat yang dipakai
1.Beaker glass 2. Petridish 3. Erlenmeyer 4. Pengaduk 5. Kompor listrik 6. Pipet tetes
7. Labu Takar 100 ml 8.Colony counter
3.3 Gambar alat
Tabel 3.2 Gambar alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Beaker glass
2. Petridish
3. Erlenmeyer
4. Pengadukan
5. Kompor listrik
6. Pipet tetes
7. Labu takar
3.4 Prosedur Praktikum
Langkah-langkah pendahuluan:
1. Menyiapkan alat yang sudah disterilisasi.
2. Mengencerkan air sampel dengan cara mengambil 10 ml air sampel kemudian diencerkan 100 ml, dan dari 100 ml diambil 10 ml lalu diencerkan lagi menjadi 100 ml.
3. Lanjutkan sampai didapatkan 4 kali pengenceran.
4. Panaskan 80 ml aquadest hingga mendidih (untuk media PDA). Apabila variabelnya media agar, aquadest dipanaskan hingga ±80°C.
5. Menyiapkan media dengan mengambil 3,9 gram media.
6. Masukkan media ke dalam aquadest yang telah dipanaskan dan aduk hingga larut (+ 1 menit).
7. Membagi media ke dalam petridish secara merata.
Langkah-langkah percobaan Pemeriksaan Air:
1. Uji Koloni
a. Atur pH media sesuai variabel.
b. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi dengan airsampel yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.
c. Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya selama x hari.
d. Menghitung jumlah koloni menggunakan koloni counter dengan cara meletakkan petridish secara dibalik, kemudian amati koloni melalui kaca pembesar, dan hitung koloni dengan menekan petridish sehingga muncul angka di bagiandisplay.
e. Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit kemudian dicari
tanya menggunakan rumus:
f. Menghitung growth rate atau nilai laju pertumbuhan spesifik (μ) dengan menggunakan persamaan:
� =ln � − ln �0
�
Rata-rata jumlah koloni = (terbanyak + tersedikit)/2 Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x
luas petridish x fp Keterangan: Luas petridish = 63,585 cm2
Fp = 104
Keterangan:
μ = laju pertumbuhan spesifik x = konsentrasi sel pada t tertentu x0 = konsentrasi sel awal
t = waktu yang dibutuhkan
Sedangkandoubling timetersebut dapat dirumuskan menjadi:
�� =��2
� Keterangan:
td =doubling time
μ = laju pertumbuhan spesifik
ln 2= konsentrasi sel (saat penggandaan) 2. Uji Desinfektan
a. Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi dengan air sampel yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.
b. Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan handsanitizer.
c. Simpan dalam ruang inkubasi selama 3 hari.
d. Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius terjauh, radius terdekat, dan rata-rata)
DAFTAR PUSTAKA
Atmanto, Y. K. A. A., Asri, A. L., & Kadir, N. A. (2022). Media pertumbuhan kuman.Jurnal Medika Hutama, 4(1), 3069-3075.
Hardianto, D. (2019). Telaah metode diagnosis cepat dan pengobatan infeksi salmonella typhi: Review on rapid diagnosis method and treatment of salmonella typhi infection. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia (JBBI), 61(1), 149- 158.
Hutasoit, D. P. (2020). Pengaruh sanitasi makanan dan kontaminasi bakteri Escherichia coli terhadap penyakit diare. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 779- 786.
Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menkes tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum (Permenkes Nomor 32 tahun 2017). Jakarta, DKI: Nila Farid Moeloek.
Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/112092/permenkes- no-32-tahun-2017.
Melliawati, R. (2015). Escherichia coli dalam kehidupan manusia. BioTrends, 4(1), 10- 14.
Murdianingsih, Y., & Suharyanto, T. (2016). Sistem penentuan kualitas agar tepung menggunakan metode fuzzy tsukamarto.Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, 1-13.
Musafira., Fardinah, Qadrini, L., Fatimah, M. F., Ardiputra, S., Asrirawan. (2020).
Edukasi pembuatan dan penyemprotan desinfektan pada masyarakat di desa suruang kecamatan campalagian kabupaten polewali mandar. Community Development Journal,1(3), 416-421.
Muthuraj, K. & Mahalakshmi, V. (2016). Preliminary study to enhance the growth rate of bacteria.International Journal of Innovative Research and Advanced Studies (IJIRAS), 3(8).
Rahayu, S. A., & Gumilar, M. M. H. (2017). Uji cemaran air minum masyarakat sekitar Margahayu Raya Bandung dengan identifikasi bakteri Escherichia coli. Indonesian journal of pharmaceutical science and technology, 4(2), 50-56.
Rosmania & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri.
Jurnal Penelitian Sains, 22(2), 76-86.
Rumondor, P. P., Porotu’o, J., Waworuntu, O. (2014). Identifikasi bakteri pada depot air minum isi ulang di Kota Manado.Jurnal e-Biomedik (Ebm), 2(2), 1 – 4.
Sembiring, V. C. B., Suarjana, I. G. K., & Gelgel, K. T. P. (2023). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shigella spp. Penyebab Diare pada Anjing. Buletin Veteriner Udayana Volume, 15(1), 60-67.
Smith, W. P. J., Davit, Y., Osborne, J. M., Kim, W., Foster, K. R., & Francis, J.
M. P. (2017). Cell morphology drives spatial patterning in microbial communities. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 114(3), pp. E280-E286.
Tang, J. W., Lyu, J. W., Lai, J. X., Zhang, X. D., Du, Y. G., Zhang, X. Q., ... &
Wang, L. (2023). Determination of Shigella spp. via label-free SERS spectra coupled with deep learning.Microchemical Journal, 189, 108539.
Yang, Y., & Sha, M. (2020). A beginner’s guide to bioprocess modes-batch, fed- batch, and continuous fermentation.Application Note,408, 1-16.
Yudiati, E., Ridho, A., Nugroho, A. A., Sedjati, S., Maslukah. (2020). Analisis kandungan agar, pigmen, dan proksimat rumput laut Gracilaria sp.pada reservoir dan biofilter tambak udang Litopenacus vannamei. Buletin Oseanografi Marina, 9(2), 133-140.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk berukuran kecil yang dapat memberikan keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Agar mikroba yang berukuran sangat kecil tersebut tidak mengganggu dalam proses industri, perlu disterilkan. Mikroba yang menguntungkan pada industri kimia pada saat ini sudah mulai dikembangkan dalam media piaraan, sehingga kebutuhan bakteri yang berkatalisa dapat terpenuhi. Pemindahan secara aseptis adalah pemindahan suatu bakteri secara aseptis ke dalam suatu media lain. Mikroorganisme dapat berpindah dari suatu biakan murni. Pemindahan ini harus dilakukan secara aseptis, oleh karena itu sterilisasi sangat penting dilakukan dalam percobaan ini. Pada percobaan ini akan dilakukan pemindahanAspergillus nigersecara aseptis (Mayasari, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Bakteri dan jamur merupakan mikroorganisme yang banyak digunakan di industri. Pada proses produksinya, bakteri dan jamur perlu untuk dipindahkan dari wadah satu ke wadah lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa jamur dan bakteri sangat sensitif dan mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan proses sterilisasi sebelum dilakukan pemindahan mikroorganisme yang diinginkan. Penggunaan mikroorganisme telah digunakan di berbagai bidang. Untuk meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomis dari suatu perkembangbiakkan mikroorganisme dalam suatu media yang diinginkan, perlu dilakukan pemindahan mikroorganisme secara aseptis untuk mencegah kontaminasi. Maka dari itu, pada praktikum kali ini, dilakukan pemindahan Aspergillus nigerdengan variabel media PDA dengan penutup dan tanpa penutup alumunium foil dengan tabung reaksi tegak.
1.3 Tujuan Praktikum
1. Dapat menguasai teknik pemindahan jamur dari suatu wadah ke wadah lain.
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat menguasai teknik pemindahanAspergillus nigerdari suatu wadah ke wadah lain.
2. Mahasiswa mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dll) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya (bakteri, jamur, virus dan spora). Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan didalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting (Hanifahet al., 2021).
2.2 Metode Sterilisasi
2.2.1 Metode Sterilisasi Basah (Steam Sterilization Method)
Metode sterilisasi basah dilakukan menggunakan autoklaf yang dioperasikan dengan uap air di bawah tekanan. Metode ini digunakan terutama untuk sterilisasi media, cairan dan peralatan laboratorium.
Peralatan laboratorium yang dapat disterilisasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Peralatan yang terbuat dari plastik berkualitas baik seperti polypropylene, polymethylpentene, polyallomer, tefzel, polytetra.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti botol kultur, gelas beker, dan pipet
(Wulandariet al.,2021) 2.2.2 Metode Sterilisasi Kering (Dry Sterilization Method )
Oven pengering laboratorium merupakan peralatan yang digunakan dalam sterilisasi kering. Pada metode ini digunakan suhu yang sangat tinggi selama beberapa jam dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan agen yang menjadi penyebab kontaminasi pada kultur jaringan (seperti spora jamur dan bakteri).
Oven bekerja menggunakan proses konduksi panas dengan terlebih dahulu memanaskan permukaan bagian luar peralatan, kemudian menyerap panas dan memindahkannya ke bagian tengah alat tersebut (Wulandariet al., 2021).
Metode sterilisasi kering biasanya digunakan pada peralatan laboratorium yang tidak dapat basah dan peralatan yang tidak akan meleleh, terbakar ataupun berubah bentuk jika terkena suhu tinggi.
Peralatan yang dapat disterilisasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti tabung reaksi, botol kultur.
2. Peralatan yang terbuat dari logam seperti gunting, pisau, spatula.
(Wulandariet al., 2021) 2.2.3 Sterilisasi Menggunakan Api
Sterilisasi ini biasanya dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF) untuk peralatan yang terbuat dari logam dengan menggunakan api bunsen. Peralatan tersebut seperti pinset dan skalpel. Sebelum dipanaskan menggunakan api bunsen, terlebih dahulu peralatan tersebut dicelupkan kedalam etanol dengan konsentrasi 70%. Etanol memiliki sifat yang mudah menguap dan mudah terbakar sehingga prosesnya melibatkan proses pembakaran yang membutuhkan kehati- hatian dan konsentrasi agar dapat meminimalisir risiko (Wulandari et al., 2021).
2.2.4 Sterilisasi MenggunakanGlass Bead Sterilizier
Peralatan logam selain dapat disterilisasi menggunakan api juga dapat disterilisasi dengan menggunakanglass bead sterilizer. Alat sterilisasi ini memiliki panas 275oC – 350oC sehingga mampu membunuh spora jamur dan bakteri yang menempel pada permukaan peralatan yang
kita gunakan. Peralatan yang digunakan hanya perlu dimasukkan ke dalam manik-manik yang telah dipanaskan selama 10 – 60 detik, kemudian sebelum digunakan terlebih dahulu didinginkan (Wulandari et al., 2021).
2.3 Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan kapang berfilamen dengan banyak manfaat seperti menghasilkan asam sitrat dan berbagai enzim. Dalam pertumbuhannya A.niger memerlukan banyak nutrien yang salah satunya adalah karbohidrat. Aspergillus juga merupakan mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim hidrolitik seperti amilase, pektinase, protease dan lipase yang dapat menyebabkan kapang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, pektin, protein dan lipid (Irma, 2015).
A. niger memerlukan nutrien untuk pertumbuhannya. Nutrien berupa unsur-unsur atau senyawa kimia dari lingkungan digunakan sel sebagai konstituen kimia penyusun sel. Secara umum, nutrien yang diperlukan dalam bentuk karbon, nitrogen, sulfur, kalium, magnesium, natrium, kalsium, nutrien mikro (besi, mangan, seng, kobalt, molybdenum) dan
vitamin
Gambar 2.1Aspergillus niger
(Irma, 2015) 2.4 Mikroorganisme yang Dapat Tumbuh Pada PDA
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH
4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino, 2014)
Berikut beberapa organisme yang dapat tumbuh pada PDA 1.S. cerevisiaea
S. cerevisiaeaadalah mediaPotato Dextrosa Agar(PDA), karenaS.
cerevisiae merupakan jenis khamir yang dapat melakukan fermentasi sehingga membutuhkan banyak substrat glukosa yang nantinya akan diubah menjadi ethanol.
2.Candida albicans
Candida albicans menunjukkan hasil terbaik daripada media alternatif karena PDA merupakan salah satu media kultur yang paling umum digunakan karena formulasinya yang sederhana dan merupakan media terbaik karena kemampuanya dalam mendukung pertumbuhan pada berbagai jamur (Aini dan Rahayu, 2015)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Praktikum
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
Gambar 3.1 Skema rancangan Percobaan 3.1.2 Variabel Operasi
a. Variabel Bebas
Dengan atau tanpa penutup aluminium foil dengan tabung reaksi tegak
b. Variabel Terikat Aspergillus niger 3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1 Bahan
1.Aspergillus niger 2. Media
3. HCl 4. NaOH 5. Asam asetat 3.2.2 Alat
1. Tabung reaksi 2. Inokulum 3. Beaker glass 4. Pipet tetes 5. Gelas ukur 6. Kompor listrik 7. Petridish
8. Labu takar 100 ml 9. Kawat ose
10. Bunsen
3.3 Gambar alat
Tabel 3.1 Gambar alat
No Nama alat Gambar alat
1 Tabung reaksi
2 Inokulum
3 Beaker glass
4 Pipet tetes
5 Gelas ukur
6 Kompor Listrik
7 Petridish
8 Labu takar 100ml
9 Kawat ose
10 Bunsen
3.4 Prosedur Percobaan
1. Biarkan media dalam tabung memadat (untuk media miring, sebelum memadat kedudukan tabung reaksi dibuat miring di bawah 45°C, kemudian dibiarkan sampai memadat). Apabila menggunakan petridish maka masukkan media ke dalam petridish kemudian biarkan sampai menjadi padat.
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse: Panaskan kawat osse menggunakan bunsen kemudian memasukkan kawat osse yang telah dipanaskan ke larutan HCl kemudian panaskan kawat osse lagi.
4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan kawat osse yang sudah disterilisasi ke media baru dalam petridish.
5. Untuk media dalam tabung, gunakan penutup tabung.
6. Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi x hari. Mengamati kenampakan setelah waktu inkubasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Metode PerpindahanAspergillus niger
Dalam memindahkan mikrooroganisme, dalam hal ini adalah Aspergillus niger, terdapat beberapa metode yang dapat dipakai. Metode- metode tersebut yakni metodepour plate, metode streak plate, dan metode spread plate.
1. MetodePour Plate
Sebagian besar, metode streak plate digunakan untuk mengisolasi kultur murni bakteri atau koloni bakteri yang sangat terisolasi dari populasi campuran. Namun, ragi juga dapat diisolasi dengan metode ini. Salah satu metode aseptik yang paling umum digunakan dalam mikrobiologi untuk mengisolasi dan memperbanyak bakteri adalah "metode goresan".
Metode streak plate adalah metode isolasi kualitatif yang cepat. Pada dasarnya teknik ini adalah teknik pengenceran yang melibatkan penyebaran satu lingkaran kultur di atas permukaan lempeng agar. Meski begitu, ada banyak jenis prosedur yang dilakukan, yaitu empat arah atau kuadran (Cappucino & Welsh, 2018).
2. MetodeSpread Plate
Metode Spread Plate adalah salah satu teknik kultur yang banyak digunakan di laboratorium mikrobiologi karena kemudahan dan kesederhanaannya. Metode ini cocok untuk mikroorganisme aerobik dan aerobik fakultatif. Metode ini merupakan metode yang mudah, sederhana,
dan ekonomis. Teknik spread plate membutuhkan campuran mikroorganisme yang telah diencerkan sebelumnya. Selama inokulasi, sel- sel disebarkan di atas permukaan media agar padat dengan batang kaca bengkok berbentuk L yang steril sementara cawan petri diputar di atas meja putar "lazy Susan" (Cappucino & Welsh, 2018).
3. MetodePour Plate
Metode pour plate adalah teknik laboratorium mikrobiologi untuk mengisolasi dan menghitung mikroorganisme yang dapat hidup dalam sampel cair, yang ditambahkan bersama atau sebelum media agar cair sebelum pemadatannya. Teknik pour plate membutuhkan pengenceran serial dari kultur campuran dengan cara putaran atau pipet. Inokulum yang
telah diencerkan kemudian ditambahkan ke media agar cair dalam cawan petri, dicampur, dan dibiarkan mengeras (Cappucino & Welsh, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, N., Heriyanto, Y., K, A. H., Fatikhah, N. (2021). Gambaran pemahaman tentang sterilisasi alat Kesehatan gigi pada mahasiswa tingkat II jurusan keperawatan gigi.Jurnal Kesehatan Siliwangi,2(1), 1-7.
Irma. (2015). Optimasi media pertumbuhan Aspergillus niger dengan menggunakan tepung singkong. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin, Makassar.
Mayasari, U. (2020). Diktat Mikrobiologi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono., Indarti, S., & Sayekti, Rr. R. S. (2021).
Sterilisasi peralatan dan media kultur jaringan. Agrinova: Journal of Agrotechnology Innovation,4(2), 16-19.
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
A. Perhitungan Jumlah Koloni Total
Rata-rata jumlah koloni =��������� + ����������
2
Jumlah koloni total = Rata-rata jumlah koloni × luas petridish × fp Luas Petridish Total = 63,585 cm2
Faktor Pengenceran = 104 a. Variabel 1
Hari ke-1
Terbanyak = 11
Tersedikit = 4
Rata-rata jumlah koloni =11+42 = 7,5
Jumlah Koloni Total =7,5 × 63,585cm2× 104 = 4.768.875
Hari ke-2
Terbanyak = 19
Tersedikit = 7
Rata-rata jumlah koloni =19+72 = 13
Jumlah Koloni Total =13 × 63,585cm2× 104 = 8.266.050
Hari ke-3
Terbanyak = 27
Tersedikit = 10
Rata-rata jumlah koloni =27+102 = 18,5
Jumlah Koloni Total =18,5 × 63,585cm2× 104= 11.763.225
b. Variabel 2
Hari ke-1
Terbanyak = 13
Tersedikit = 2
Rata-rata jumlah koloni = =13+22 = 7,5
Jumlah Koloni Total =7,5 × 63,585cm2× 104 = 4.768.875
Hari ke-2
Terbanyak = 20
Tersedikit = 6
Rata-rata jumlah koloni =19+72 = 13
Jumlah Koloni Total =13 × 63,585cm2× 104 = 8.266.050
Hari ke-3
Terbanyak = 40
Tersedikit = 8
Rata-rata jumlah koloni =40+82 = 24
Jumlah Koloni Total =24 × 63,585cm2× 104 = 15.260.400 c. Variable 3
Hari ke-1
Terbanyak = 14
Tersedikit = 2
Rata-rata jumlah koloni =14+22 = 8
Jumlah Koloni Total =8 × 63,585cm2× 104= 5.086.800
Hari ke-2
Terbanyak = 23
Tersedikit = 5
Rata-rata jumlah koloni =23+52 = 14
Jumlah Koloni Total =14 × 63,585cm2× 104 = 8.901.900
Hari ke-3
Terbanyak = 39
Tersedikit = 10
Rata-rata jumlah koloni =39+102 = 24,5
Jumlah Koloni Total =24,5 × 63,585cm2× 104= 15.578.325
B. Perhitungan Growth Rate dan Doubling Time Growth Rate (µ) =ln �−ln �� ˳
Doubling Time =ln 2µ a. Variabel 1
Growth Rate =ln 11.763.225−ln 4.768.875
3 = 0,300956
Doubling Time =0,300956ln 2 = 2,303152 b. Variabel 2
Growth Rate =ln 15.260.400−ln 4.768.875
3 = 0,387717
Doubling Time =0,387717ln 2 = 1,787766 c. Variabel 3
Growth Rate =ln 15.578.325−ln 5.086.800
3 = 0,373077
Doubling Time =0,387717ln 2 = 1,857919
C. Perhitungan Radius Perkembangan Mikroba Rata-rata radius =jarak terjauh+jarak terdekat
2
a. Variabel 1
Hari ke-1
Terdekat =11
Terjauh =4
Rata-rata radius =11+42 = 7,5
Hari ke-2
Terdekat =19
Terjauh =7
Rata-rata radius =19+72 = 13
Hari ke-3
Terdekat =27
Terjauh =10
Rata-rata radius =27+102 = 18,5 b. Variabel 2
Hari ke-1
Terdekat =13
Terjauh =2
Rata-rata radius =13+22 = 7,5
Hari ke-2
Terdekat =20
Terjauh =6
Rata-rata radius =20+62 = 13
Hari ke-3
Terdekat =40
Terjauh =8
Rata-rata radius =40+82 = 24 c. Variabel 3
Hari ke-1
Terdekat =14
Terjauh =2
Rata-rata radius =14+22 = 8
Hari ke-2
Terdekat =23
Terjauh =5
Rata-rata radius =23+52 = 14
Hari ke-3
Terdekat =39
Terjauh =10
Rata-rata radius =39+102 = 24,5
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
Diperiksa Keterangan Tanda
No Tanggal Tangan