• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pros. Semnas IPA 2019 UM 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "Pros. Semnas IPA 2019 UM 16"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN IDENTITAS ... i

KATA PENGANTAR ... ii

SUSUNAN PANITIA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK MENGUKUR HIGH ORDER THINKING SKILS PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN ... 1

Tri Wahyuni1*, Muhardjito2, Erti Hamimi3 ... 1

MEDIA PEMBELAJARAN PROSEDUR PENGGUNAAN SENTRIFUS BERBASIS VIDEO UNTUK PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING ... 6

Deny Sutrisno*, Barmi Hartesi ... 6

LEARNING CYCLE 7E: APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HOTS ... 11

Debby Puspitasari*, Vita Ria Mustikasari, Erti Hamimi ... 11

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS XI MIPA 3 SMAN 1 TALUN KAB. BLITAR ... 14

Niko Oktarian1*, Lusi Mentari1 ... 14

PENGARUH MODEL SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK ... 20

Suci Rekamala Puji Rahayu1*, I Wayan Sumberartha2, Novida Pratiwi1 ... 20

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP TEKANAN ZAT SISWA SMPN 9 MALANG ... 25

Aulia Yuni Pratiwi1*, Sugiyanto1, Muhammad Fajar Marsuki1 ... 25

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) ... 32

Puteri Lailatul Fitriyah*, Novida Pratiwi, Vita Ria Mustikasari ... 32

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII ... 36

Faridatus Sholikha*1, Muhardjito1, I Wayan Sumberartha2 ... 36

PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN PADA MATERI MATA DAN PENGLIHATAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII ... 39

Nurul Umi Marfuah1*, Sutopo2, Erni Yulianti1... 39

PENGARUH INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENGUASAAN KONSEP HUKUM NEWTON SISWA KELAS VIII SMPN 1 TUREN ... 44

Wanda Indriana Puspita1*, Muhardjito2 ... 44

PENGARUH PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP PADA KEGIATAN BELAJAR MENGANALISIS PENCEMARAN LINGKUNGAN ... 47

Ayu Kamala Prakasiwi1*, Lia Yuliati2, Novida Pratiwi1 ... 47

PENGARUH INTEGRASI STEM PADA MODEL PROJECT BASED LEARNING MELALUI PEMBUATAN MINIATUR PARKIRAN HIDROLIK TERHADAP LITERASI SAINS KOMPETENSI SISWA MATERI FLUIDA STATIS ... 52

Intan Pramesti Ndadari ... 52

(3)

PENGARUH INTEGRASI STEM DALAM MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP ... 61 Siti Aisyah Rohmatin1*, Parno2, Novida Pratiwi1 ... 61 PENGARUH MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMPN 2 BANTUR PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN .. 66 Tito Dwi Kurniawan1*, I Wayan Sumberartha2, Vita Ria Mustikasari1 ... 66 PEMANFAATAN LIMBAH MAKANAN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK SEDERHANA DENGAN TEKNIK ELEMEN VOLTA ... 71 Yuli Estrian*, Moh. Toifur ... 71 IMPLEMENTASI METODE ANALOGI FAR (FOKUS-AKSI-REFLEKSI) PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN 4C SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 4 KEPANJEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 ... 75 Naili Mukhsinah ... 75 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS ANDROID PADA KEGIATAN MENGANALISIS SISTEM PERNAPASAN MANUSIA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs . 89 Nurmaula Idba Safrina, Munzil*, dan Sugiyanto ... 89 PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI-STEM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP CAHAYA DAN OPTIK ... 94 Antiningrum Purwaningsih1*, Lia Yuliati2, Vita Ria Mustikasari1 ... 94 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SMPN 1 BATU PADA KEGIATAN MENGANALISIS TERJADINYA PENCEMARAN LINGKUNGAN ... 100 Arini Catur Lina*, Sugiyanto, Muhardjito ... 100 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SSCS TERHADAP HOTS IPA SISWA KELAS VIII SMPN 3 SINGOSARI ... 106 Puput Yuliyana1*, I Wayan Sumberartha2, Muhammad Fajar Marsuki1 ... 106 PENGAPLIKASIAN STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATH) DALAM PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM BERBASIS INTERNET OF THINGS MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY ... 112 Odie Zainal Makhali1*, Davy Numairi Atthobari1, M. Ryski1, Denny Oktavina Radianto2 ... 112 DESKRIPSI PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMAN 9 MALANG pada elastisitas DAN HUKUM HOOKE ... 118 Magfira Cindy Dianningrum1*, Endang Purwaningsih1, Rusna Laksmisari2 ... 118 ANALISIS PENGUASAAN KONSEP DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS STEM MATERI PEMANASAN GLOBAL ... 124 Safira Amalia Fardiana 1*, Sentot Kusairi 2, Erti Hamimi 1 ... 124 PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI TEKANAN ZAT ... 133 Septi Putri Ayu1*, Sutopo2, Vita Ria Mustikasari1... 133 ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA KETERLAKSANAAN KEGIATAN MENGANALISIS PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E ... 139 Alifia Rahayu*, Sugiyanto, Novida Pratiwi ... 139 PENGARUH MODEL PBL DAN DL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SMP KELAS VIII ... 142 Devi Purnita *, Novida Pratiwi, Muhardjito ... 142

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS VII MTsN 2

MALANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE 5E ... 147

Abdul Fattah Noor*1, I Wayan Sumberartha2, Sugiyanto1 ... 147

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS PjBL-STEM PADA MATERI TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA SEBAGAI PELUANG MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK ... 151

Lutviyah Dwi Nurfadhilah1*, Parno2, Sugiyanto1 ... 151

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID PADA MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK ... 158

Fithria Nur Rahmawati, Munzil*, Agung Mulyo Setiawan ... 158

PENGEMBANGAN GAME EDUKASI IPA KUARTET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI SISTEM EKSKRESI ... 162

Nadia Nurmalita, Munzil*, Novida Pratiwi ... 162

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DAN KESEHATAN MANUSIA UNTUK SISWA SMP KELAS VIII ... 168

Sekar Yuliana Saputri, Munzil*, Novida Pratiwi ... 168

JOYFUL-INQUIRY: PEMBELAJARAN IPA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA ... 171

Kholida Farhania1*, Hadi Suwono2, Vita Ria Mustikasari1 ... 171

ANALISIS KEBUTUHAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MEMFASILITASI SISWA SMP MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI TATA SURYA ... 175

Lena Lusiana*, Munzil, Erni Yulianti ... 175

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS DISCOVERY-INQUIRY UNTUK MELATIH KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP ... 180

Diana Rahma Ayunita1*, Ibrohim2, Erti Hamimi1 ... 180

KAJIAN LITERASI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL BERBASIS GAME ANDROID UNTUK SISWA SMP/MTS KELAS VIII PADA MATERI GETARAN ... 187

Aulia Varadila Slamet1*, Hadi Suwono2, Muhammad Fajar Marsuki1 ... 187

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP TEKANAN ZAT SISWA KELAS VIII SMPN 5 MALANG ... 192

Fita Nur Chasanah*, Sugiyanto, Erni Yulianti ... 192

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PENDEKATAN SCIENCES, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS 7 SMPN 2 MALANG ... 197

Dianita Fitri Ramadhani*, Muhardjito, I Wayan Sumberartha ... 197

PENGGUNAAN BAHAN AJAR IPA TERPADU BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK ... 205

Sesanti*, Vita Ria Mustikasari, Novida Pratiwi ... 205

PENGEMBANGAN POTENSI KELAPA MELALUI PENYULUHAN, PELATIHAN DAN PEMASARAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) DI DESA GAJAHREJO KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN MALANG... 210

Oktaviani Dina P1, Dita Feby I2, Hanna Merryta S3, Nuzulul Widya I4, Erti Hamimi1* ... 210

EAT BULAGA, BERMAIN DAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASIBELAJAR IPA SISWA KELAS VII E SMPN 2 PARE ... 215

Kristien Endah Riwayati ... 215

(5)

PENGARUH MODEL SCIENCE INTEGRATED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS PADA GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI SISWA SMP ... 219

Oktaviana Wahyuningtyas1*, Lia Yuliati2, Novida Pratiwi1 ... 219

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI ... 224

Resti Endang Kusuma Ningrum1*, Sutopo2, Vita Ria Mustikasari1 ... 224

ANALISIS PERENCANAAN BAHAN AJAR IPA BERBENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK KEGIATAN MENGANALISIS KONSEP ENERGI BAGI KELAS VII SMP ... 230

Savira Mahdia*, Sugiyanto, Agung Mulyo Setiawan ... 230

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS GAME EDUKASI MATERI SISTEM TATA SURYA KELAS VII SMP ... 233

Rohmatul Ifani, Munzil*, Agung Mulyo Setiawan ... 233

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN STEM PADA TOPIK PEMBUATAN SEL BATERAI BERBASIS BAHAN ALAM ... 239

Agung Mulyo Setiawan*, Munzil, Muhammad Fajar Marsuki, Dian Nugraheni, Fitroh Hanifiyah, Nida Husnayaini ... 239

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS CALON GURU IPA MELALUI MODEL PROJECT- ORIENTED PROBLEM BASED LEARNING (POPBL) ... 243

Novida Pratiwi1*, Ibrohim2, I Wayan Sumberartha2, Febi Ardianti Dwi Lestari1, Yushella Annisa Aji1 ... 243

WORKSHOP PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BERBASIS ACTION RESEARCH UNTUK MGMP KOTA KEDIRI ... 248

Novida Pratiwi*, Munzil, Yessi Affriyenni, Erti Hamimi, Aan Setya Nugroho, Ramadhani Faizatul Ula, Muhammad Miftakhul Huda ... 248

PEMBELAJARAN BERBASIS STEM DALAM PEMBELAJARAN IPA ... 253

Dian Febriyati*, Vita Ria Mustikasari, Muhardjito ... 253

LEARNING CYCLE 7E: PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENGEMBANGKAN HOTS SISWA SMP ... 257

Riska Dwi Anggraini*, Vita Ria Mustikasari, Sugiyanto ... 257

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN ... 261

Isnanik Juni Fitriyah ... 261

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN INTERDISIPLINER MATA KULIAH TEKNIK MENGGUNAKAN MEDIA ONLINE PADA PRODI ME ANGKATAN 2019 ... 270

Muhammad Satriyo Budiman1*, Novan Daza Trinanda1, M. Fa’’iq Dzaki Mubarok1, Deny Oktavina Radianto2 .... 270

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI PENGETAHUAN GURU IPA SMP DI BIDANG KIMIA ... 272

Muhammad Fajar Marsuki*, Munzil, Agung Mulyo Setiawan, Firdha Cahyaningwulan, Jihan Roidah Affifah ... 272

ANALISIS KETERAMPILAN GURU MGMP IPA SMP KAB. TULUNGAGUNG DALAM MENYUSUN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 277

Muhammad Fajar Marsuki*, Munzil, Dian Nugraheni, Firdha Cahyaningwulan, Jihan Roidah Affifah... 277

PENGARUH PENGETAHUAN INTUITIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA... 280

Yuniar Alam*, Nira Nurwulandari, Ratika Sekar Ajeng A ... 280

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI IMPLEMENTASI INTEGRASI STEAM DALAM CPS ... 286

Dyne Rizki Puspitasari ... 286

(6)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS AUTOPLAY MEDIA STUDIO 8 UNTUK MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI DI SMP NEGERI 4 MALANG

KELAS VII ... 292

Muhammad Fajar Marsuki*, Rosita Dwika Miranti, Winarto... 292

STUDI PENDAHULUAN: MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE-5E BERBASIS STEM ... 304

Ana Fitria Azzmi1, Supriyono Koes Handayanto2*, Vita Ria Mustikasari1 ... 304

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN STEM UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA ... 308

Elmi Rahma Arif Fadilah1, Sentot Kusairi2*, Erni Yulianti1 ... 308

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN ... 313

Eltrida Hardiyanti1, Sutopo2*, Novida Pratiwi1 ... 313

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TERINTEGRASI STEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ... 321

Dian Novita Harianti1, Supriyono Koes Handayanto2*, Erni Yulianti1 ... 321

(7)

IMPLEMENTASI METODE ANALOGI FAR (FOKUS-AKSI-REFLEKSI) PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN 4C SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 4 KEPANJEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Naili Mukhsinah SMP Negeri 4 Kepanjen

*Email : [email protected] Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilatarbelakangi adanya kendala guru dalam menyajikan konsep IPA yang bersifat abstrak. Pembelajaran yang berlangsung selama ini dirasakan oleh guru kurang bermakna sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan 4C pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Kepanjen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2019 dengan subjek penelitian siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen tahun pelajaran 2018/2019. Target PTK ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dengan menitikberatkan pada peningkatan kemampuan 4C siswa pada materi Sistem Ekskresi Manusia melalui penerapan metode Analogi FAR.

Teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis data kualitatif dan deskriptif komparatif. Data kualitatif yang berupa data hasil pengamatan maupun wawancara dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu deskripsi berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada tiap-tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pada kemampuan berpikir kritis siswa dari 45% menjadi 87%, kemampuan berkomunikasi siswa mengalami peningkatan dari 70% menjadi 100%, kemampuan berkreasi dan berinovasi siswa meningkat dari 49% menjadi 81%, serta kemampuan berkolaborasi meningkat dari 60% menjadi 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada sejawat guru untuk mengembangkan penggunaan metode analogi FAR dalam pembelajaran IPA.

Kata kunci: PTK, Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), Sistem Ekskresi Manusia, Kemampuan 4C

PENDAHULUAN

Banyaknya konsep IPA yang harus dipahami siswa dalam waktu yang relatif terbatas menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep IPA. Sharing dengan sejumlah siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen mengungkap pendapat siswa tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil curah pendapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen menganggap mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang sulit, dengan alasan materi IPA banyak menggunakan kata-kata ilmiah yang asing bagi siswa, materi IPA sangat rumit dan bersifat abstrak sehingga sulit dipahami, serta dalam pelajaran IPA banyak rumus-rumus yang harus dihafalkan. Dalam wawancara diungkap juga tentang cara-cara belajar siswa dalam mempelajari IPA dengan cara yang masih konvensional yaitu membaca dan menghafalkan konsep. Proses belajar yang dilakukan di sekolah selama ini belum dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa belum memahami sepenuhnya bahwa sebenarnya konsep IPA merupakan konsep-konsep yang selalu ada kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Keadaan siswa kelas VIII F sebagaimana telah diuraikan, tentu saja sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil post tes pada topik Struktur dan Fungsi Tumbuhan menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar (KKM = 80) sebelum remidi, belum mencapai target tuntas klasikal yaitu sebesar 63%. Dengan demikian masih banyak siswa yang belum mampu menguasai secara maksimal topik yang dipelajari. Hasil analisis butir soal ulangan menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal tingkat tinggi yang membutuhkan pemikiran analitik dalam memecahkan persoalan.

Adapun hasil peng-ambilan nilai sikap melalui observasi, mengungkap bahwa sikap ilmiah yang dimiliki siswa belum berkembang dengan baik terutama pada aspek sikap ingin tahu, kritis, kreatif, serta inovatif.

Sebagian besar siswa belum mampu mengkomunikasikan apa yang diketahui dengan baik, serta belum optimal dalam menjalin kerjasama antarteman dalam proses pembelajaran. Demikian juga untuk ranah keterampilan, siswa belum terampil me-rancang, serta melakukan penyelidikan ilmiah secara mandiri.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kemampuan 4 C, yakni critical thinking and problem solving skill, communication skill, creative and inovative skill, serta collaboration skill yang dimiliki oleh siswa belum mencapai hasil yang maksimal.

(8)

Capaian hasil belajar yang belum maksimal tersebut dirasakan oleh guru sebagai suatu permasalahan yang harus segera dicarikan jalan keluar. Guru berkesimpulan bahwa proses pembelajaran yang disajikan selama ini belum ditanggapi secara bermakna oleh sebagian besar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran topik Sistem Ekskresi Manusia guru berupaya menyajikan pembelajaran yang bermakna, yakni pembelajaran yang berorientasi pada ketercapaian kecakapan abad 21 yang meliputi 4C (Critical thinking, Communication, Creativity and innovation, and Collaboration).

Untuk mewujudkan pembelajaran yang menitikberatkan pada terwujudnya 4C, guru merasa perlu mengembangkan keterampilan proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang dilakukan harus berpusat kepada siswa (student center) dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator. Salah satu langkah yang dinilai cukup efektif untuk memecahkan masalah mengenai belum optimalnya kemampuan 4C siswa adalah dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat.

Hasil analisis kompetensi dasar Sistem Ekskresi Manusia pada pembelajaran IPA kelas VIII semester genap menunjukkan bahwa materi sistem Ekskresi Manusia merupakan materi yang bersifat abstrak. Walau-pun pada faktanya sistem ekskresi berkaitan dengan tubuh manusia, namun proses ekskresi pada tubuh manusia ini tidak mudah diamati secara langsung oleh peserta didik. Peserta didik mengalami kesulitan ketika harus membayangkan proses pengeluaran zat sisa yang terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga terkesan materi ini merupakan konsep yang harus dihafalkan. Fikri (2012) menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk memahamkan konsep-konsep abstrak, pendidik dapat menggunakan analogi dalam menjelaskan konsep-konsep abstrak yang sulit untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep tersebut. Penggunaan analogi sangat membantu khususnya jika materi ajar berhubungan dengan wilayah di luar jangakauan panca indera manusia atau alat bantu visual untuk pengamatan. Putra (2016) menyebutkan bahwa dengan menggunakan analogi dapat menghubungkan konsep sains yang asing dan abstrak dengan analog-analog yang nyata yang dapat membantu siswa memahami objek dan proses sains. Nufida (2013) menjelaskan bahwa penggunaan analogi dapat membantu siswa dalam memvisualiasasikan materi. Apabila penggunaan analogi dilakukan secara tepat maka akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep, namun bila tanpa perencanaan maka akan menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi dapat terjadi apabila siswa tidak menyadari tentang keterbatasan analogi yang digunakan.

Untuk mengefektifkan penerapan metode analogi dalam pembelajaran, pembelajaran analogi perlu dipandu/diarahkan dengan memperhatikan aspek FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Aubusson (2009) menjelaskan bahwa metode FAR telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep sains dan mengurangi konstruksi konsep-konsep alternatif. Harrison & Coll dalam Jesper Haglund (2013) menyebutkan bahwa penggunaan tahapan FAR pada pembelajaran analogi telah popular dan dapat diandalkan bagi pendidik baik pada materi kimia, biologi, fisika, serta tentang bumi dan antariksa di tingkat sekolah dasar atau menengah.

Berdasarkan penjelasan di atas, untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA, peneliti tertarik untuk menerapkan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dalam proses pembelajaran materi Sistem Ekskresi Manusia pada kelas VIII yang bersifat abstrak. Diharapkan penerapan metode analogi FAR tersebut dapat meningkatkan kemampuan 4C siswa, dimana siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah, mempunyai kemampuan untuk berfikir kreatif dan inovatif, mampu mengomunikasikan pengetahuan yang dimiliki, serta mampu bekerjasama, saling bersinergi, dan menyatukan potensi diri sendiri dengan potensi orang lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan pula, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan variasi metode pembelajaran serta implementasinya dalam proses pembelajaran.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengikuti alur refleksi keadaan awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, serta refleksi dan perencanaan ulang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen yang berjumlah 32 peserta didik terdiri dari 15 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Kelas dipilih secara acak, dengan memperhatikan kesulitan belajar yang dihadapi siswa serta kapasitas guru peneliti sebagai pengajar di kelas.

Untuk menggali dan mendeskripsikan data penelitian, digunakan sumber data primer maupun sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data yang bersumber dari subjek penelitian, dan sumber

(9)

data sekun-der berupa data yang diambil di luar subjek penelitian. Jenis sumber data primer pada penelitian ini meliputi rekapitulasi penilaian aspek sikap, rekapitulasi penilaian aspek pengetahuan, rekapitulasi penilaian aspek keterampilan, hasil wawancara siswa, serta portofolio karya siswa. Adapun sumber data sekunder adalah berupa hasil wawancara rekan sejawat. Dalam memperoleh data penelitian digunakan teknik pengambilan data bentuk tes dan non tes. Instrumen untuk teknis pengambilan data bentuk tes berupa soal ulangan harian dan soal penugasan, sedangkan untuk teknik non tes berupa lembar wawancara, lembar observasi, lembar penilaian unjuk kerja, lembar penilaian tugas proyek portofolio, dan jurnal. Data yang telah diperoleh kemudian diva-lidasi dengan teknik triangulasi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara persis kebenaran suatu fenomena dari arah atau posisi yang berbeda. Ada beberapa macam teknik triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: triangulasi teoritis, triangulasi sumber, triangulasi instrumen, serta triangulasi analisis.

Sebagai tolok ukur keberhasilan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini ditetapkan empat indikator keberhasilan kinerja pada saat implementasi tindakan yaitu: (1) sekurang-kurangnya 80% siswa mencapai nilai 86 dengan predikat B pada aspek pengetahuan dengan soal HOTS; (2) sekurang-kurangnya 80% siswa terampil mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilki baik secara lisan maupun tertulis; (3) sekurang-kurangnya 80% siswa menunjukkan sikap kreatif dan inovatif; dan (4) sekurang-kurangnya 80%

siswa menunjukkan sikap mampu bekerja sama dengan baik. Dalam penelitian ini tindakan yang diimplentasikan berhasil mencapai indikator keberhasilan setelah dilakukan tiga kali siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya proses pembelajaran yang belum berjalan secara maksimal dan kurang bermakna di kelas VIII SMP Negeri 4 Kepanjen, membawa dampak pada hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi dan analisis hasil penilaian Ulangan Harian pada KD. 3.9. Menganalisis Sistem Pernapasan Manusia dan Gangguan pada Sistem Pernapasan Manusia, diperoleh fakta bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas VIII F belum mencapai 80%. Kekurangbermaknaan proses pembelajaran ditun-jukkan dari hasil observasi yang dilakukan guru pada proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa kemampuan 4C (Critical thinking and problem solving, Communication, Creativity and innovatin, and Collaboratin) masih jauh dari apa yang diharapkan.

Beberapa temuan yang dijumpai guru pada saat melakukan observasi antara lain, sebagian besar siswa belum mampu menjawab pertanyaan tingkat tinggi. Hasil tes dengan menggunakan soal dengan tingkat kognitif C4 sampai dengan C6 atau dikenal dengan soal HOTS (High Order Thinking Skill) menunjukkan bahwa siswa belum dapat mengerjakan soal-soal tersebut secara maksimal. Rekap hasil tes kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dipaparkanpada Tabel 1.

Tabel 1. Rekap Hasil Tes Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi No.

Soal Indikator Soal Tingkat

Kognitif

Jawaban Siswa % Jawaban

Benar Benar Salah

1 Disajikan gambar anatomi alat pernapasan manusia, siswa dapat menganalisis struktur dan fungsi organ pada sistem pernapasan manusia

C4 13 19 40%

2 Disajikan gambar mekanisme pernapasan manusia,

siwa dapat menganalisis proses pernapasan manusia C4 15 17 53%

3 Disajikan grafik udara pernapasan, siswa dapat memperjelas macam udara pernapasan dan volumenya

C4 9 27 32%

4 Disajikan data mengenai tanda-tanda gangguan pada tubun siswa dapat menganalisis karakteristik penyakit pada system pernapasan manusia

C4 18 14 56%

Rata-rata % 45%

Dari data ditunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu menjawab soal HOTS dengan baik. Ketercapaian siswa yang mampu menjawab soal HOTS baru mencapai 45%. Dari kenyataan ini dapat

(10)

diketahui bahwa kecakapan siswa dalam berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah masih rendah.

Keadaan ini juga didukung oleh hasil observasi guru mengenai perilaku siswa dalam menunjukkan sikap kritis selama proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat ahli, sikap kritis seseorang dapat teramati melalui perilakunya yang antara lain ditunjukkan melalui bagaimana seseorang menanggapi informasi yang diperoleh, menanggapi hal-hal baru, hingga informasi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil obervasi sikap kritis siswa dalam proses pembelajaran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekap Hasil Observasi Kondisi Awal Sikap Kritis Siswa Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Kritis Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kritis

Tidak langsung memercayai informasi tanpa didukung data

16 14 2 16

Menanyakan perubahan atau hal-hal baru

Menguji informasi yang diperoleh melalui penyelidikan

Tidak mengabaikan data walaupun kecil

Menganalisis data yang diperoleh dengan dasar yang relevan

Persentase 50% 43% 7% 47%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sikap kritis pada siswa kelas VIII F masih rendah.

Bahkan 50% dari jumlah siswa di kelas VIII F (sebanyak 47%) masih belum menujukkan sikap kritis. Selain mengobservasi sikap kritis siswa, guru juga melakukan observasi mengenai sikap yang berhubungan dengan kecakapan berkomunikasi. Hasil observasi yang telah dilakukan dirangkum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Rekap Hasil Observasi Kondisi Awal Sikap Komunikatif Siswa Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Komunikatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Komunikatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

10 14 8 22

Berani menyampaikan pendapat secara lisan

Berani menanggapi pendapat guru/teman

Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

Persentase 31% 44% 25% 70%

Kecakapan berkomunikasi siswa kelas VIII F sebenarnya tidak terlalu rendah, namun masih perlu untuk lebih dikembangkan lagi. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa kecakapan berkomunikasi yang perlu dikembangkan adalah kecakapan dalam menanggapi pendapat orang lain serta kecakapan dalam presentasi baik secara lesan maupun tulis. Dalam menggali kemamuan 4C yang lain, guru juga melakukan observasi mengenai sikap kreatif inovatif serta kemampuan berkolaborasi. Hasil observasi yang diperoleh direkap dalam Tabel 4.

(11)

Tabel 4. Rekap Hasil Observasi Kondisi Awal Sikap Kreatif Inovatif Siswa Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa

% Sikap Kreatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kreatif inovatif

Menyampaikan ide atau gagasan

16 13 3 16

Menyampaikan pertanyaan yang menantang

Terbuka terhadap hal-hal baru Membuat karya berdasar ide sendiri

Persentase 34% 40% 9% 49%

Hasil observasi mengenai sikap kolaboratif siswa yang diperoleh direkap dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rekap Hasil Observasi Kondisi Awal Sikap Kolaboratif Siswa Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Kolaboratif Belum

terlihat Terlihat Menonjol Kolaboratif

Bersedia menerima pendapat orang lain

12 11 8 19

Member kesempatan orang lain untuk bekerja bersama

Bersedia member bantuan kepada teman yang membutuhkan

Aktif dalam kegiatan kelompok

Bersedia menerima saran dari teman untuk kepentingan bersama

Persentase 37% 34% 25% 60%

Dari data observasi mengenai perilaku kreatif dan inovatif menggambarkan bahwa sikap kreatif innovative siswa masih rendah. Sebanyak 34% siswa belum terlihat kemampuannya dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, serta belum tampak keterbukaan siswa terhadap hal-hal yang baru. Kemampuan dalam membuat karya berdasarkan ide sendiri juga masih tergolong rendah. Kebanyakan, ketika siswa diminta untuk membuat suatu karya atau produk, karya atau produk tersebut diperoleh dari hasil mencontoh karya orang lain. Adapun untuk kecakapan siswa dalam berko-laborasi, menunjukkan hasil yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Secara umum kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan orang lain/teman sudah cukup bagus, yaitu telah dicapai kurang lebih 60%

siswa. Namun demikian, masih perlu upaya-upaya dalam mengembangkan sikap kolaboratif agar siswa semakin maksimal dalam mengembangkan kecakapan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis yang termasuk salah satu tantangan belajar abad 21.

Penerapan metode analogi FAR pada siklus I dilaksanakan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.10 Menganalisis Sistem Ekskresi pada Manusia dan Gangguan-gangguan pada system Ekskresi. Pada pelak- sanaan tindakan siklus I peneliti menerapkan metode analogi FAR. Bagian penting dari tahap ini adalah menjelaskan kepada siswa mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan metode analogi FAR (Fokus- Aksi -Refleksi). Guru menjelaskan secara detail tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa selama proses belajar. Pada kegiatan inti guru menggunakan model pembelajaran discovery learning, sehingga sintak pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran tersebut. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa diminta untuk membangun konsep tentang struktur ginjal melalui analogi.

Setelah siswa mengamati strutur ginjal (dalam hal ini struktur ginjal adalah target) melalui charta maupun video, siswa diminta untuk menganalogikan struktur ginjal dengan kacang merah (dalam hal ini kacang merah adalah analog). Siswa diminta untuk membandingkan target dengan analog berdasarkan kemiripan dan ketidak-miripan dari keduanya. Setelah siswa mengenal dan memahami cara menganalogikan target dengan analog, kegiatan dilanjutkan dengan menganalogikan fungsi ginjal (target) dengan alat penyaringan (analog).

Dari pelaksanaan tindakan siklus I didapatkan hasil pengukuran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui tes tulis. Soal-soal yang diberikan telah disusun berdasarkan kaidah

(12)

penulisan soal HOTS sehingga hasil penilaian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah. Adapun hasil tes mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dirangkum dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rekap Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Siklus I No.

Soal Indikator Soal Tingkat

Kognitif

Jawaban Siswa % Jawaban

Benar Benar Salah

1 Disajikan gambar anatomi ginjal, siswa dapat

menentukan bagian-bagian ginjal C4 20 12 62%

2 Disajikan gambar anatomi ginjal, siswa dapat

memperjelas struktur kompleks dari ginjal C4 24 8 75%

3 Disajikan gambar anatomi ginjal beserta saluran urine, siswa dapat memperjelas hubungan antara ginjal dan alat pembuanganurine beserta fungsinya

C4 20 12 63%

4 Siswa dapat menyimpulkan seluruh strutur ginjal

beserta fungsinya C4 14 18 44%

Rata-rata 61%

Untuk menggali lebih mendalam tentang kemampuan 4C siswa, guru melakukan observasi terhadap perilaku siswa selama berlangsungnya tindakan siklus I. Data hasil observasi yang meliputi sikap kritis, komunikatif, kreatif, dan inovatif direduksi dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rekap Hasil Observasi Sikap Kritis, Komunikatif, Kreatif dan Inovatif, dan Kolaboratif Siswa pada Siklus I

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa

% Sikap Kritis Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kritis

Tidak langsung memercai informasi tanpa didukung data

10 19 3 22

Menanyakan perubahan atau hal-hal baru

Menguji informasi yang diperoleh melalui penyelidikan

Tidak mengabaikan data walaupun kecil

Menganalisis data yang diperoleh dengan dasar yang relevan

Persentase 31% 59% 9% 69%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Komunikatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Komunikatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

8 14 10 26

Berani menyampaikan pendapat secara lisan

Berani menanggapi pendapat guru/teman

Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

(13)

Analisis data tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 16%, sikap kritis siswa mengalami peningkatan sebesar 19%, sikap komunikatif siswa mengalami peningkatan sebesar 4%, sikap kreatif dan inovatif mengalami peningkatan sebesar 20%, serta sikap kolaboratif mengalami peningkatan sebesar 29%. Hasil analisis menunjukkan penerapan metode analogi FAR cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan 4C siswa. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari guru mitra, bahwa metode analogi FAR telah memberikan pengalaman belajar baru bagi siswa, sehingga sebagian besar siswa bersikap antusias terhadap proses pembelajaran. Namun demikian, dalam siklus I ini tujuan penelitian tindakan ini belum menunjukkan keberhasilan karena capaian masing-masing kemampuan 4C siswa masih di bawah 80%. Artinya, masih perlu tindakan lanjutan agar kemampuan 4 C siswa dapat lebih dikembangkan. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mitra, hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya adalah lebih meningkatkan peran aktif dari seluruh siswa. Untuk itu, alternatif tindakan yang akan diterapkan pada siklus berikutnya adalah penerapan metode FAR dengan teknik analogi permainan peran. Dalam penerapan teknik ini, setiap siswa melakukan peran-peran tertentu untuk menganalogikan konsep yang sedang dipelajari.

Aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa diminta untuk membangun konsep tentang proses terbentuknya urine melalui analogi permainan peran yang diberi judul “Permen yang beredar”. Setelah siswa mengamati video proses terbentuknya urine (dalam hal ini struktur ginjal adalah target) siswa diminta untuk menganalogikan proses terbentuknya urine denagn permen yang beredar (dalam hal ini permen yang beredar adalah analog). Pada kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama mendiskusikan bagimana permen-permen yang telah disediakan beredar sebagaimana proses terbentuknya urin. Masing- masing siswa menjalankan peran dari alat-alat pada ginjal yang berperan dalam proses terbentuknya urine.

Setelah melaksanakan aktivits bermain peran untuk menganalogikan proses terbentuknya urin siswa diminta untuk membandingkan target dengan analog berdasarkan kemiripan dan ketidakmiripan dari keduanya.

Persentase 25% 43% 31% 74%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Kreatif Inovatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Sikap Kreatif Inovatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

9 16 6 22

Berani menyampaikan pendapat secara lisan

Berani menanggapi pendapat guru/teman

Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

Persentase 28% 50% 9% 59%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan Sikap Siswa % Sikap Kolaboratif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kolaboratif

Bersedia menerima pendapat orang lain

3 17 12 29

Member kesempatan orang lain untuk bekerja bersama

Bersedia member bantuan kepada teman yang membutuhkan

Aktif dalam kegiatan kelompok Bersedia menerima kritik dan saran untuk kepentingan bersama

Persentase 9% 53% 36% 89%

(14)

Dari pelaksanaan tindakan siklus II didapatkan hasil pengukuran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui tes tulis. Hasil tes mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dirangkum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rekap Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tingkat Tinggi Pada Siklus II No.

Soal Indikator Soal Tingkat

Kognitif

Jawaban Siswa % Jawaban

Benar Benar Salah

1 Disajikan sebuah paparan, siswa dapat menganalisis hasil penyaringan ginjal beserta zat buangan yang dikandungnya

C4 30 2 94%

2 Disajikan gambar anatomi badan malphigi ginjal, siswa mampu merunut bagian-bagian tempat terjadinya urine

C4 32 0 97%

3 Disajikan gambar, siswa mampu memperjelas

tahapan pada proses terbentuknya urine C4 30 2 91%

4 Siswa mampu menyimpulkan tahapan dan hasil

pembentukan urine pada ginjal C5 3 29 9%

Rata-rata % 73%

Untuk menggali lebih mendalam tentang kemampuan 4C siswa, guru melakukan observasi terhadap perilaku siswa selama berlangsungnya tindakan siklus II. Data hasil observasi yang meliputi sikap kritis, komunikatif, kratif dan inovatif direduksi dalam Tabel 9.

Tabel 9. Rekap Hasil Observasi Sikap Kritis, Komunikatif, Kreatif dan Inovatif, dan Kolaboratif Siswa pada Siklus II

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa

% Sikap Kritis Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kritis

Tidak langsung memercayai informasi tanpa didukung data

5 22 5 27

Menanyakan perubahan atau hal-hal baru

Menguji informasi yang diperoleh melalui penyelidikan

Tidak mengabaikan data walaupun kecil Menganalisis data yang diperoleh dengan dasar yang relevan

Persentase 16% 70% 16% 86%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Komunikatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Komunikatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

1 16 15 31

Berani menyampaikan pendapat secara lisan

Berani menanggapi pendapat guru/teman

Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

Persentase 99% 49% 48% 97%

Sikap yang

diamati Indikator Keadaan sikap siswa %

Sikap Kreatif Belum Terlihat Menonjol

(15)

terlihat Inovatif

Sikap Kreatif Inovatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

2 13 7 20

Berani menyampaikan pendapat secara lisan

Berani menanggapi pendapat guru/teman

Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memceahkan masalah

Persentase 19% 42% 22% 64%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan Sikap Siswa % Sikap Kolaboratif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kolaboratif

Bersedia menerima pendapat orang lain

1 15 16 31

Member kesempatan orang lain untuk bekerja bersama

Bersedia member bantuan kepada teman yang membutuhkan

Aktif dalam kegiatan kelompok

Bersedia menerima kritik dan saran untuk kepentingan bersama

Persentase 3% 47% 50% 97%

Berdasarkan hasil analisis data pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menunjukkan peningkatan dari 61% menjadi 73%, sikap kritis siswa menunjukkan peningkatan dari 69 % menjadi 86%, sikap komunikatif siswa menunjukkani peningkatan dari 74% menjadi 97%, sikap kreatif dan inovatif menunjkkan peningkatan dari 59% sampai 64%, serta sikap kolaboratif menun-jukkan peningkatan sebesar 89% sampai 97%. Hasil ini menunjukkan penerapan metode analogi FAR dengan teknik permainan peran semakin efektif dalam meningkatkan kemampuan 4C siswa. Hal ini didukung juga oleh pendapat dari guru mitra, bahwa metode analogi FAR telah memberikan pengalaman belajar baru bagi siswa dan telah berhasil meningkatkan gairah belajar siswa, sehingga hampir seluruh siswa bersikap antusias terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mitra, hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya adalah memberikan tantangan kepada siswa untuk menciptakan analog sendiri.

Karena siswa sudah sangat terbiasa dnegan penggunaan metode analogi FAR, maka guru memberikan tugas produk kepada siswa yang pengerjaannya dilakukan secara berkelompok dan diselesaikan di luar jam tatap muka. Pemberian tugas produk ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan siswa mengeluarkan ide-ide atau gagasan baru dalam menganalogikan konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa akan lebih mengembangkan kemampuan kreatifitasnya, dan mampu menciptakan karya hasil gagasannya sendiri.

Pada pelaksanaan tindakan siklus III, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil tugas produk yang sudah dikerjakan di rumah secara berkelompok dengan tetap memperhatikan langkah-langkah metode analogi FAR. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa diminta untuk membangun konsep tentang organ kulit, hati dan paru-paru sebagai alat ekskresi, serta gangguan pada system ekskresi manusia melalui analogi-analog hasil gagasannya sendiri. Hasil karya dari masing-masing kelompok dipresentasikan, dan kelompok lain diminta untuk menganalisis kemiripan dan ketidakmiripan analog yang telah dibuat oleh suatu kelompok.

Dari pelaksanaan tindakan siklus III didapatkan hasil pengukuran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui tes tulis. Hasil tes mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dirangkum dalam Tabel 10.

Tabel 10. Rekap Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Siklus III

No. Indikator Soal Tingkat Jawaban Siswa %

(16)

Soal Kognitif

Benar Salah Jawaban Benar 1 Disajikan paparan tentang alat ekresi hati, siswa

dapat memperjelas fungsi hati sebagai alat ekskresi

C4 31 1 96%

2 Disajikan gambar anatomi kulit, siswa dapat menganalis berbagai fungsi kelenjar keringat bagi tubuh manusia

C4 32 0 100%

3 Disajikan seperangkat alat percobaan, siswa dapat

memprediksikan hasil dari percobaan C5 30 2 100%

4 Disajikan data hasil percobaan uji urine, siswa dpat menyimpulkan gangguan pada ginjal berdasarkan data

C5 15 17 50%

Rata-rata % 87%

Untuk menggali lebih mendalam tentang kemampuan 4C siswa, guru melakukan observasi terhadap perilaku siswa selama berlangsungnya tindakan siklus II. Data hasil observasi yang meliputi sikap kritis, komunikatif, kratif dan inovatif direduksi dalam Tabel 11.

Tabel 11. Rekap Hasil Observasi Sikap Kritis, Komunikatif, Kreatif dan Inovatif, dan Kolaboratif Siswa pada Siklus II

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Kritis Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Kritis

Tidak langsung memercai informasi tanpa didukung data

4 14 14 28

Menanyakan perubahan atau hal-hal baru Menguji informasi yang diperoleh melalui penyelidikan

Tidak mengabaikan data walaupun kecil Menganalisis data yang diperoleh dengan dasar yang relevan

Persentase 13% 44% 44% 88%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Komuni-

katif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Komunikatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

18 14 32

Berani menyampaikan pendapat secara lisan Berani menanggapi pendapat guru/teman Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

Persentase 0% 46% 44% 100%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % Sikap Kreatif Inovatif Belum

terlihat Terlihat Menonjol

Sikap Kreatif Inovatif

Berdiskusi secara aktif dalam kelompok

6 10 16 26

Berani menyampaikan pendapat secara lisan Berani menanggapi pendapat guru/teman Berani mempresentasikan hasil diskusi atau karya

(17)

Berani beragumentasi untuk memcahkan masalah

Persentase 19% 31% 50% 81%

Sikap yang

diamati Indikator

Keadaan sikap siswa % sikap Kolabora

tif Belum

terlihat Terlihat menonjol

Kolaboratif

Bersedia menerima pendapat orang lain

0 0 32 32

Member kesempatan orang lain untuk bekerja bersama

Bersedia member bantuan kepada teman yang membutuhkan

Aktif dalam kegiatan kelompok

Bersedia menerima kritik dan saran untuk kepentingan bersama

Persentase 0% 0% 100% 100%

Analisis data tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menunjukkan peningkatan dari 73%

menjadi 87%, sikap kritis siswa menunjukkan peningkatan dari 86 % menjadi 88%, sikap komunikatif siswa menunjukkani peningkatan dari 97% menjadi 100%, sikap kreatif dan inovatif menunjkkan peningkatan dari 64% - 81%, serta sikap kolaboratif menunjukkan peningkatan sebesar 97% - 100% Hasil analisis ini menunjukkan penerapan metode analogi FAR dengan pemberian tugas produk menciptakan analog hasil gagasan sendiri sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan 4C siswa, terutama dalam mengembangkan kemampuan kreatifitas dan berinovasi. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari guru mitra, bahwa metode analogi FAR yang telah familiar dilaksanakan oleh siswa, sehingga siswa mampu membuat analogi sendiri telah memberikan pengalaman belajar yang sangat luar biasa bagi siswa. Berhubung pada siklus ke – 3 ini semua target penelitian sudah tercapai maka tidak diperlukan lagi tindakan untuk siklus berikutnya.

Untuk memperoleh gambaran hasil penelitian antar siklus, maka data hasil penelitian dijelaskan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Hasil Penelitian dari Siklus 1 sampai Siklus 3

Berdasarkan paparan Gambar 1 dapat dideskripsikan bahwa penggunaan metode analogi FAR cukup efektif digunakan dalam meningkatkan kemampuan 4C siswa. Hasil catatan lapangan tiap siklus menunjukkan pada kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa sekaligus kemampuan memecahkan masalah masih rendah. Lebih dari separuh dari 32 jumlah siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-sola tingkat tinggi atau soal HOT. Kenyataan ini juga ditunjukkan dari hasil observasi mengenai

0 20 40 60 80 100 120

kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

berpikir kritis sikap kritis

kemampuan komunikasi daya kreasi dan inovasi kemampuan kolaborasi

(18)

perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa aktivitas berpikir kritis siswa masih rendah yaitu hanya 47% saja.

Keadaan rendahnya kemampuan 4C siswa kelas VIII F mulai tampak ada perubahan yang cukup menggembirakan pada saat guru mengimplementasikan metode analogi FAR pada materi Sistem Ekskresi Manusia. Penerapan metode ini memberikan dampak yang bagus terhadap aktivitas belajar siswa. Siswa terlihat antusias dalam menjalani proses belajar, dan terlibat aktif dalam tahap-tahap belajar dengan metode analogi FAR. Hasil tes tentang kemampuan berpikir kritis menunjukkan semakin banyak siswa yang mampu memecahkan soal-soal HOTS yaitu sebanyak 61%, yang berarti telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siklus I dibandingkan pada kondisi awal. Keadaan ini juga didukung dengan semakin banyaknya siswa yang menunjukkan perilaku kritis. Sebagian besar siswa mulai berani menanyakan hal-hal baru, tidak langsung memercayai informasi yang didapatkan, serta aktif mencari informasi-informasi yang relevan dengan persoalan yang harus mereka pecahkan.

Kondisi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siklus I juga terjadi pada kemampuan 4C yang lain yaitu kemampuan berkomunikasi, kecakapan dalam berkreasi dan berinovasi, serta kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain/teman. Untuk kemampuan berkomunikasi terjadi peningkatan dari 70%

menjadi 74%, kemampuan berkreasi dan innovasi meningkat dari 49% menjadi 59%, serta kemampuan kolaborasi mengalami peningkatan dari 60% menjadi 89%. Perolehan hasil pada siklus satu memberikan gambaran bahwa metode analogi FAR cukup efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan 4C siswa.

Hal ini sesuai dengan kelebihan-kelbihan yang ada pada metode analaogi FAR, bahwa analogi mampu membantu siswa dalam memahami materi materi yng bersifat abstrak. Materi system ekskresi yang sebenarnya berhubungan dengan tubuh manusia, namun pada konsep struktur dan fungsi organ ekskresi, mau tidak mau siswa diminta untuk memahami konsep yang tidak dapat ditangkap langsung oleh inderanya, karena anatomi organ system ekskresi berada di dalam tubuh manusia.

Penerapan metode analogi FAR pada siklus I dirasa cukup efektif digunakan untuk mengembangkan kecakapan berpikir kritis. Hal ini disebabkan dalam proses menganalogikan konsep yang dipelajari (target) dengan objek yang mudah diamati (analog) siswa dituntut untuk menganalisis kemiripan maupun ketidak- miripan keduanya. Dengan demikian, siswa secara langsung harus kritis dalam membandingkan dua hal yang berbeda tersebut, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang relevan.

Pada siklus I penerapan metode anlogi FAR dirasa telah berhasil meningkatkan kemampuan 4C siswa. Namun sejauh ini target penelitian terutama pada kemampuan bepikir kritis dan kemampuan kreatif dan inovatif masih belum tercapai. Hasil diskusi dengan teman sejawat memberikan gambaran bahwa masih ada beberapa siswa yang masih belum memahami tahap-tahap metode FAR, sehingga kepada mereka yang belum paham guru memberikan pembimbingan yang lebih mendalam mengenai maksud dan tujuan dari penggunaan metode FAR dalam belajar, serta memperjelas kembali langkah-langkah yang harus dilakukan siswa saat belajar dengan metode tersebut. Dari hasil diskusi dengan guru mitra, diputuskan metode FAR diterapkan kembali pada pertemuan berikutnya, yaitu pada tindakan siklus yang ke dua.

Pada tindakan perbaikan yang ke 2 adalah penggunaan teknik analogi denga bermain peran.

Aktivitas siswa pada kegiatan ini adalah siswa menganalogikan proses terbentuknya urine di dalam ginjal dengan menjalankan permainan permen yang beredar. Permen yang beredar dianalogikan sebagai zat-zat yang diproses hingga terbentuknya urine, sedangkan siswa berperan sebagai alat-alat pada ginjal yang berfungsi dalam proses pembentukan urine. Dengan kegiatan pemeranan ini, tiap-tiap siswa menjadi pelaku analog itu sendiri. Temuan pada siklus II ini kemudian didiskusikan dengan guru mitra. Dari hasil diskusi didapatkan bahwa pada tindakan siklus II hampir semua siswa memang sudah paham dengan penerapan metode analogi FAR yang digunakan dalam proses belajar. Namun, siswa dirasa belum optimal untuk membuat analog sendiri.

Pada siklus III tujuan utama dari tindakan yang diterapkan adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta inovatif. Pada pelaksanaan siklus ke tiga ini siswa diberi tugas produk membuat analog yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari yaitu tentang alat ekskresi kulit, hati, serta paru-paru- paru, dan gangguan penyakit pada system ekskresi manusia.Hasil dari tindakan ini sangat luar biasa, di mana dari 6 kelompok yang ada, 4 kelompok telah berhasil meciptakan analog hasil gagasannya sendiri, satu kelompok masih mengadopsi analog yang bersumber dari internet, dan satu kelompok belum dapat menciptakan analog sendiri namun masih berusaha untuk menyelesaikan tugas produk membuat analogi.

Keadaan ini tentu saja menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, karena tingkat berpikir siswa semakin menunjukkan ke arah tingkat berpikir yang paling tinggi. Sesuai dengan taksonomi Bloom mengenai kemampuan ranah kognitif, kemampuan mencipta merupakan tingkat berpikir kognitif yang paling

(19)

tinggi yaitu tingkat C6. Dari apa yang dicapai dari tindakan siklus III ini memberikan gambaran bahwa metode analogi FAR mampu memberikan dampak yang sangat signifikan dalam meningkatkan kemampuan 4C siswa. Hal ini tampak pada hasil tes dan hasil observasi yang dilakukan guru bahwa kemampuan berpikir melalui pemecahan soal HOTS telah mencapai 87%, perilaku berpikir kritis mencapai 88%, daya kreatifitas dan inofatif mencapai 81%, serta kemampuan komunikasi dan kolaborasi mencapai 100%.

Berdasarkan uraian di atas, secara keseluruhan dapat dideskripsikan bahwa penggunaan metode analogi FAR telah berhasil meningkatkan kemampuan 4C siswa, dennga hasil akhir sebanya 87% siswa mampu memecahkan soal HOTS, 80% siswa menunjukkan perlaku kritis, 81% memiliki kecakapan berkreasi dan berinovasi serta 100% telah memiliki kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi.

Penggunaan metode analogi FAR ini dipandang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan 4C siswa karena pada penerapannya di dalam pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan kegiatan analisis yang mendalam mengenai target (konsep yang sedang dipelajari) dengan analognya. Aktivitas siswa dalam menemukan kemiripan dan ketidakmiripan target dengan analog mampu mengembangkan kecakapan berfikir kritis, mengembangkan kecakapan berkomunikasi, serta berkolaborasi dengan teman/orang lain.

Sedangkan aktivitas siswa menemukan analog berdasarkan gagasan atau idenya sendiri telah mampu mengembangkan daya kreatifitas dan innovasi siswa, karena siswa berhasil mencipta karya-karya baru yang belum terpikirkan sebelumnya. Keadaan ini tentu saja memberikan dampak yang bagus terhadap hasil belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih bermakna

PENUTUP

Simpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Implementasi metode Analogi FAR (Fokus- Aksi-Refleksi) telah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecakapan memechkan masalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen; (2) Implementasi metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) telah berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen; (3) Implementasi metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) telah berhasil meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen; (4) Implementasi metode Analogi FAR (Fokus – Aksi – Refleksi) telah berhasil meningkatkan kemampuan bekerja sama siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Kepanjen.

Saran yang direkomendasikan yaitu guru-guru IPA perlu menggunakan serta mengembangkan metode analogi FAR dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan 4C siswa terutama jika diterapkan pada materi-materi yang bersifat abstrak yang tidak mudah ditangkap oleh indera. Agar implementasi metode analogi FAR lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar, disarankan agar guru melibatkan siswa dalam menyusun analogi. Akan lebih efektif jika siswa ditantang untuk mampu menciptakan analogi atas gagasan atau ide-ide sendiri

DAFTAR RUJUKAN

Putra, A.S., dkk. 2016. Implementasi Pembelajaran Kimia Berbasis Analogi Menggunakan Metode FAR pada Materi Struktur Atom untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya UNESA, 98-103.

Harrison, A. G. dan Coll, R.K. 2013. Analogi dalam Sains Panduan FAE – Cara Menarik untuk Mengajar dengan Menggunakan Analogi: Jakarta PT Indeks.

Fathurohman, A. 2014. Analogi dalam Pengajaran Fisika. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, Vol.1 (1):

74-77.

Nufida, B.A. 2013. Model Jembatan Analogi dalam Pembelajaran Kimia untuk Membantu Pemahaman Aspek Mikroskopik Siswa. Jurnal Kependidikan, Vol 12 (2): 115-120.

Ayres, B.J. dan Duncan, J. 2001. Cooperative Learning and Inclusion. [Online] 15 Oktober 2001.

<http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html>. Diakses 23 Januari 2019.

Davis, J. (2013). “Use of the FAR Guide to Present a Pedagogical Analogical Model of Gel Electrophoresis in Year 10 Science”. Teaching Science Journal. 59(1): 28-31

https://www.researchgate.net/publication/318013627_KETERAMPILAN_ABAD_21_KETERAMPILAN_

YANG_DIAJARKAN_MELALUI_PEMBELAJARAN

Fikri, K., dkk. 2012. Penerapan Pembelajaran Fisika dengan Analogi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. Unnes Physics Education Journal, Vol.1 (2): 1-4

Sani, Abbdullah, dan Ridwan. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill):

Tangerang. TSamart Printing

(20)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutamto. 2010. Tantangan Guru pada Abad Ke-21, (Online),

(http://sutamto.wordpress.com/2010/04/10/tantangan-guru-pada-abad-ke-21/), diakses 23 Januari 2019.

Referensi

Dokumen terkait