2.1 Proses Belajar Mengajar dalam Penyuluhan
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar, artinya, perubahan perilaku yang terjadi atau dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Kegiatan ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif atau hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan (pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman). Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan yang baru yang diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi (Farozin, 2014).
Perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan atau hadiah dan pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan atau hadiah dan pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya. Penyuluhan sebagai proses pendidikan dapat mudah dimaklumi, tetapi dalam prektek kegiatan, perlu dijelaskan lebih lanjut. Pendidikan yang dimaksud di sini ukan bermaksud lebih pintar, tetapi merupakan pendidikan orang dewasa yang berlangsung secara sepontan yang lebih bersifat kebersamaan. Teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. Keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan, dan keterampilan yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah kegiatan dan kehidupan yang lebih mensejahterakan setiap individu, keluarga, dan masyarakatnya. Pendidikan dalam penyuluhan dapat diartikan sebagai proses belajar bersama (Haryanto, 2011).
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru.
Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan.
Bentuk perlakuan tersebut memilih menyederhanakan, menyajikan dll. Simbol juga dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian juga terlibat dalam proses belajar mengajar karena penyuluhan termasuk dalam sistem pendidikan non formal. Sesuai dengan tujuan , proses belajar mengajar dalam penyuluhan pertanian menghendaki tercapainya tujuanya yang di inginkan semaksimal mungkin. Tercapainnya tujuan yang di inginkan bukan serta merta tanpa usaha, melainkan ada beberapa yang harus dilakukan, seperti setiap audien memerlukan belajar yang berulang, cara ini merupakan suatu hal yang wajib dilakukan. (Yulida dkk, 2012).
2.2 Materi Penyuluhan Pertanian
Menurut Kartasapoetra dalam Risyart (2014), bahwa kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilakukan metode pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada suatu batasan yang tegas tentang pemilihan metode penyuluhan, sebab untuk suatu keadaan tertentu, setiap metode penyuluhan dapat diterapkan. Metode penyuluhan yang akan gunakan oleh penyuluh pertanian haruslah diusahakan agar semua petani dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang akan mengarah pada tujuan untuk memperoleh hasil. Pemberdayaan petani sangat berhubungan dengan materi penyuluhan dan bagaimana metode yang efektif dalam penyuluhan. Metode perorangan merupakan metode yang cukup baik sebab petani dapat berkomunikasi secara langsung dengan petugas penyuluh lapangan mengenai permasalahan yang dihadapi ketika mengelola usahataninya. Waktu yang dimiliki penyuluh pertanian cukup terbatas, yang menyebabkan para penyuluh tersebut tidak dapat memberikan penyuluhan pada suatu wilayah kerja saja, melainkan juga bertugas pada wilayah yang lain. Selain itu, petugas penyuluh juga terbentur dengan masalah biaya perjalanan yang terbatas. Metode massal juga cukup baik sebab petani dapat melihat dan mendengar secara langsung materi yang disampaikan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Namun demikian melalui media tersebut para petani sama sekali tidak dapat memberikan pertanyaan jika suatu materi yang kurang dimengerti, sehingga kekurangan yang dimiliki metode ini sangat jelas terlihat.
Materi dan metode penyuluhan yang dipakai merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari kegiatan penyuluhan tersebut. Proses penyuluhan ini dibutuhkan keahlian dan keterampilan berkomunikasi bagi seorang penyuluh dalam mensosialisasikan program-program yang ingin dijalankan. Apa yang selama ini dilakukan oleh pemerintah (penyuluh) kepada masyarakat sudah benar dan telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan, tetapi kurangnya pemahaman pemerintah (penyuluh) terhadap karakter, tradisi serta kebiasaan masyarakat ketika membuat materi penyuluhan sehingga sasaran dari program ini tidak tercapai secara maksimal. Penyuluh harus mempunyai metode komunikasi penyuluhan yang efektif bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri serta tingkat pendidikan seorang penyuluh sangat mempengaruhi efektivitas penyuluh. Selaku agen pertanian tentunya akan menghadapi beberapa faktor penghambat dan gangguan dalam kegiatan komunikasi, diantaranya tingkat pendidikan masyarakat yang secara umum masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah (Rasyid, 2012).
Keberhasilan seorang penyuluh ditentukan oleh kompetensinya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani, baik teknologi budidaya, harga, akses pasar dan permodalan maupun kebijakan pembangunan pertanian di wilayah kerja penyuluh. Penyuluh harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, berpengetahuan luas, bersikap mandiri dan mampu menempatkan dirinya sesuai dengan karakter petani. Penyuluh juga harus memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran yang akan disampaikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat. Kemampuan penyuluh pertanian diuraikan pada tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh dalam membantu petani mengembangkan usahataniya, karena kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki penyuluh (Bahua, 2014).
Dapus :
Bahua, M. I. 2014. Model Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Provinsi Gorontalo. Penyuluhan, 3(6): 1-13.
Farozin, M. 2014. Peranan dan Konseling dalam Proses Belajar Mengajar. Dinamika Pedidikan, 8(2): 83-98.
Haryanto, Y dan W. Pradiana. 2014. Analisis Ketersediaan Pangan dan Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Penyediaan Pangan di Kota Bogor. Aplikasi Manajemen, 12(4): 650-661.
Rasyid, A. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan pada Petani Sawah. Ilmu Komunikasi, 1(1): 1- 55.
Risyat, A. F. F. 2014. Respon Petani Terhadap Penerapan Metode Penyuluhan Pertanian di Kota Ambon Provinsi Maluku. Budidaya Pertanian, 10(1): 48-51.
Yulida, R., Kausar dan L. Marjelita. 2012. Dampak Kegiatan Penyuluhan Terhadap Perubahan Perilaku Petani Sayuran di Kota Pekanbaru. Agricultural Economics, 3(1): 37-58.