• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSEP LEARNING COMMONS SEBAGAI UPAYA DALAM REVITALISASI LAYANAN DI DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN

PROVINSI SUMATERA BARAT

Elza Melvita Effendi1, Elva Rahmah2

Program Studi Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

email:elzamevitaeffendi12@gmail.com

Abstract

This research aims to describe (1) the form of the application of the learning commons concept in the Archives Service and Library West Sumatra Province; (2) the concept of learning commons in the Archives and Library of West Sumatra Province; (3) efforts to realize learning commons in the Archives and Library of West Sumatra Province; and (4) factors that must be considered in applying the concept of learning commons. This study uses a descriptive method with a qualitative approach, which is collecting data by conducting observations and interviews with librarians and library users in the Archives Service and Library West Sumatra Province. The results of the research that have been carried out show, First, the form of the application of the concept of learning commons in the Archives and Library of West Sumatra Province is applied in information technology, namely by using the INLISLite application to provide technology-based services as well as maximum utilization of library space and facilities. Second, there are three concepts of learning commons that exist in the Archives and Library of West Sumatra Province, namely, the concept of learning, the concept of discussion, and the concept of information technology. Third, the efforts made in realizing learning commons in the Archives Service and Library of West Sumatra Province are influenced by the performance of librarians in the Archives and Library West Sumatra Province. Fourth, there are seven factors that must be considered in implementing the concept of learning commons, namely, user- centered, flexible, repetitive questions, join resources, delete remove barriers, trust your users, and publicize. All these factors have been carried out by the Office of Archives and Library of West Sumatra Province although there are still some applications that have not been maximized.

Keywords: library; concept; learning commons.

A. Pendahuluan

Perkembangan teknologi yang pesat pada era digital membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap penyebaran informasi. Adanya pengaruh signifikan dalam penyebaran informasi ini dibantu oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Perkembangan tersebut membuat penyebaran informasi menjadi semakin mudah, sehingga dapat diakses oleh pengguna teknologi dari lapisan mana saja. Fenomena perkembangan teknologi ini juga membawa berbagai dampak dalam aspek kehidupan masyarakat.

Salah satu dampak yang timbul dari pesatnya perkembangan teknologi pada era digital ini ialah munculnya ledakan informasi (information exsplosion). Pesatnya perkembangan teknologi pada era digital juga memberikan dampak pada perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi. Dampak lain yang timbul

1Mahasiswa penulis makalah Prodi Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, wisuda September 2019.

2Pembimbing, Dosen FBS Universitas Negeri Padang.

(2)

akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi ialah munculnya pergeseran perilaku masyarakat daridigital immigrantsmenjadi digital native. Kondisi seperti ini merupakan suatu bentuk globalisasi yang muncul karena masuknya era revolusi 4.0. Era revolusi 4.0 ini ditandai dengan berkembangnya berbagai bentuk teknologi yang semakin canggih.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih pada era revolusi 4.0 cenderung mengarah kepada bentuk digitalisasi dalam segala aspek kehidupan. Hal inilah yang menimbulkan perubahan pada pola perilaku masyarakat dalam pencarian informasi dari bentukdigital immigrantsmenjadidigital native.

Perilaku pencarian informasi yang berbentuk digital native ini biasanya terjadi pada generasi digital. Generasi digital merupakan generasi yang lahir dan berkembang di tengah canggihnya pertumbuhan teknologi. Hal ini menyebabkan generasi digital cenderung bergantung dengan penggunaan teknologi dalam setiap aspek kehidupan yang dijalani. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Wulandari melalui artikelnya yang berjudul “Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi di EraDigital Native” (2013: 34), yang mengatakan bahwa generasi digital memiliki kebiasaan dan karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya khususnya dalam cara belajar dan melakukan penelusuran informasi, sehingga membuat keberadaan perpustakaan sebagai sumber informasi tidak lagi mendominasi saat generasi ini membutuhkan informasi.

Fenomena seperti ini juga memberikan dampak pada perpustakaan. Salah satu perpustakaan yang merasakan dampak tersebut adalah Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Sebagai salah satu perpustakaan daerah, Dinas Kearsipan dan perpustakaan Provinsi Sumatera Barat melakukan suatu inovasi dalam menghadapi hal tersebut dengan menerapakan konseplearning commons sebagai upaya dalam revitalisasi layanan perpustakaan. Konsep learning commons ini adalah suatu konsep mengenai pemanfaatan ruangan dan fasilitas perpustakaan secara maksimal dan nyaman bagi pemustaka yang dikolaborasikan dengan kecanggihan teknologi informasi.

Konseplearning commonsini pertama kali dikemukakan oleh Beagle (dalam Yusuf, 2015: 121), bahwa learning commons ialah suatu pembaruan mengenai konsep, bentuk, dan ruang perpustakaan menjadi suatu bentuk yang lebih menarik bagi pemustakadigital native dalam melakukan berbagai macam kegiatan atau bahkan multitasking dengan didukung oleh teknologi internet atau fasilitas yang canggih. Hal tersebut senada dengan pendapat Samosir (2016: 99), bahwa learning common adalah suatu bentuk pembaruan perpustakaan yang melibatkan teknologi informasi serta memaksimalkan pemanfaatan ruangan dan fasilitas perpustakaan demi memberikan kenyaman bagi pemustaka. Konsep learning commons ini juga dikemukakan oleh Weiner (2010: 194), yang mengatakan bahwa learning commons merupakan suatu konsep mengenai tempat multifungsi yang terdapat pada sebuah perpustakaan, dimana tempat tersebut dapat digunakan sebagai ruang yang fleksibel bagi pemustaka.

Berdasarkan pengamatan awal yang telah penulis lakukan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa perpustakaan ini telah menerapkan penerapan konseplearning commons yaitu, dengan menerapkan pelayanan berbasis digital kepada pemustaka. Hal ini dibuktikan dengan adanya aplikasi INLISLite sebagai salah satu bentuk aplikasi digital yang mendukung perpustakaan dalam memberikan pelayanan informasi mengenai koleksi-koleksi perpustakaan yang tersedia bagi pemustaka. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat juga telah menyediakan beberapa koleksi digital yang dapat diakses oleh pemustaka, sepertie-book.

Akan tetapi, pemustaka yang datang berkunjung lebih cenderung memanfaatkaan koleksi cetak dibandingkan koleksi digital yang telah disediakan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, hal ini terjadi karena ketidaktahuan pemustaka akan adanya koleksi digital yang tersedia di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Kurangnya bimbingan pemustaka merupakan penyebab utama dari terjadinya hal tersebut sehingga, layanan teknologi yang tersedia tidak dapat

(3)

dimanfaatkan oleh pemustaka dengan maksimal. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, juga ditemukan masalah ruangan dan fasilitas yang kurang optimal. Berdasarkan informasi dari pemustaka diketahui bahwa terdapat beberapa ruangan yang tidak nyaman seperti, ruangan multimedia karena desain ruangan tersebut sangat monoton dan kurang tertata dengan rapi. Kemudian kurangnya fasilitas penyejuk ruangan serta jaringan wifi yang lambat dan membuat pemustaka merasa tidak nyaman. Kondisi tersebut menuntut pihak perpustakaan untuk lebih aktif dan tanggap dalam memperhatikan kemudahan pemustaka dalam mengakses infomasi. Sebab, revitalisasi perpustakaan tidak akan terwujud dengan baik jika tidak dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan maksimal.

Adanya pembaruan teknologi informasipun akan menjadi sia-sia jika tidak dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan optimal.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan konsep learning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Adapun penerapan konsep learning commons tersebut akan dideskripsikan berdasarkan bentuk, konsep, upaya, dan faktor-faktor yang diterapkan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat yang berguna sebagai revitalisasi layanan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan pustakawan dan pemustaka yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Data yang telah didapatkan kemudian dideskripsikan dan diuraikan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

C. Pembahasan

1. Bentuk Penerapan Konsep Learning Commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat

Bentuk penerapan konseplearning commonsdi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat diterapkan dalam dua bentuk, yaitu teknologi informasi dan pemanfaatan ruangan dan fasilitas. Bentuk penerapan konsep learning commons dalam teknologi informasi di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dilakukan dalam bentuk penerapan aplikasi INLISLite. yang mana salah satu fungsi dari aplikasi ini digunakan oleh pustakwan dalam melakukan pengatalogan sehingga, bahan pustaka yang sudah dikatalog menggunakan apliaksi ini akan muncul pada OPAC dan dapat diakses oleh pustaka dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, dengan adanya aplikasi ini, pemustaka dapat menikmati bahan pustaka dalam bentu e-book yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja melaluiwebsite e-book perpustakaan.

Bentuk penerapan konsep learning commons selanjutnya yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat adalah pemanfaatan ruangan dan fasilitas. Pemanfaatan ruangan dan fasilitas ini dilakukan dengan cara menjadikan ruangan dan fasilitas yang ada memiliki fungsi yang maksimal bagi pemustaka dalam melakukan pencarian informasi. Dalam hal ini, pustakawan menata ruangan-ruangan yang ada sesuai dengan fungsinya dan melengkapi ruangan tersebut dengan fasilitas yang dibutuhkan seperti, penempatkan proyektor pada ruang diskusi.

2. Konsep Learning Commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat

Pada dasarnya terdapat enam konsep learning commons yang sering dijadikan sebagai acuan dalam menerapkan konsep learning commons pada sebuah perpustakaan.

(4)

Konsep tersebut adalah konsep belajar, konsep diskusi, konsep teknologi informasi, konsep eksperimen, konsep cybercafe, dan konsep desk information. Akan tetapi, tidak semua perpustakaan menerapkan konsep tersebut. Sebagian besar perpustakaan biasanya hanya memanfaatkan beberapa konsep yang dianggap penting dan vital bagi perpustakaan, seperti konsep belajar.

Hal tersebut serupa dengan konseplearning commonsyang diterapkan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Dimana pada hal ini Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat hanya menerapkan tiga dari enam konsep learning commons yang ada, yaitu konsep belajar, konsep, diskusi, dan konsep teknologi informasi. Konsep belajar adalah suatu konsep yang dirancang agar pemustaka dapat belajar secara individu maupun berkelompok dengan dilengkapi jaringanwifi dan furnitureyang nyaman bagi pemustaka. Pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat rancangan ruangan yang digunakan untuk menerapkan konsep ini tergolong yang paling luas. Sebab, pemustaka yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat ini cenderung banyak menggunakan konsep ini.

Konsep diskusi merupakan suatu konsep yang dirancang agar pemustaka dapat belajar secara berkelompok yang mana pada tempat ini biasanya disediakanwhiteboard ataupun layar proyektor serta desain furniture yang nyaman dalam menunjang kegiatan diskusi pemustaka. Pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, konsep ini dilengkapi dengan layar proyektor yang dapat dijadikan sebagi alat bantu bagi pemustaka dalam berdiskusi. Konsep diskusi pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dirancang dalam bentuk lesehan agar pemustaka dapat berdiskusi sekaligus bersantai dalam melakukan pencarian informasi.

Konsep teknologi informasi merupakan suatu konsep yang dirancang agar pemustaka dapat melakukan akses pencarian informasi melalui komputer yang mana konsep ini dirancang sebagai laboratorium komputer bagi pemustaka. Pada konsep ini terdapat sembilan unit komputer yang disediakan bagi pemustaka. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, menyebut konsep ini sebagai layanan multimedia.

Sebab, selain dilengkapi dengan komputer yang dapat digunakan pemustaka untuk mengakses informasi, konsep ini juga dilengkapi dengan bahan pustaka noncetak seperti CD yang dapat diakses oleh pemustaka menggunaka komputer yang ada pada ruangan tersebut.

3. Upaya Mewujudkan Learning Commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat

Upaya mewujudkanlearning commons yang dilakukan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dipengaruhi oleh peran pustakawan. Pustakawan yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat berperan penting dalam mewujudkanlearning commons. Adapun peranan dari masing-masing pustakawan yang ada pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dalam mewujudkanlearning commons disesuaikan dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Pustakawan yang bertugas pada pelayanan teknis perpustakaan berperan penting dalam merevitalisasi pelayanan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan pelayanan di perpustakaan. Hal ini dilakukan dengan mengolah bahan pustaka menggunakan aplikasi INLISLite sehingga, pemustaka dapat mengakses bahan pustaka dengan lebih mudah. Baik itu dalam melakukan akses katalog ataupun dalam mengakses bahan pustaka.

Adapun peran pustakawan yang bertugas pada bagian pelayanan pemustaka, bertugas untuk mengarahkan dan memberikan pelayanan atau mengarahkan pemustaka secara langsung untuk dapat mengakses informasi. Bahkan pemustaka pada bagian ini dapat berperan sebagai supervisor atau teman diskusi bagi pemustaka. Selain itu, pustakawan yang ada pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat

(5)

juga berperan aktif menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap pemustaka.

4. Faktor-Faktor yang harus diperhatikan dalam MenerapkanLearning Commons Pada hakikatnya, menurut Harland (dalam Prabandari, 2016) terdapat tujuh faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan learning commons. Adapun tujuh faktor tersebut adalah: berorientasi kepada pemustaka (User-centered), mudah disesuaikan (flexible), pertanyaan yang berulang-ulang (repetitive question), bekerjasama dengan penyedia informasi (join resources), menghapus hambatan (remove barriers), percaya pada pengguna (trust your users), dan melakukan publikasi (publicize). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, berikut adalah penerapan tujuh faktor tersebut di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Berorientasi kepada Pemustaka (User-centered), dalam menerapkan konseplearning commons, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat tidak hanya menjadikan teknologi sebagai satu-satunya aspek yang harus diperhatikan melainkan juga memperhatikan aspek yang dibutuhkan pemustaka. Dalam hal ini, pustakawan yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah mulai bersikap terbuka terhadap pemustaka dalam mengakses informasi yang mereka butuhkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa kondisi ruangan yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dapat dengan mudah disesuaikan (flexible) dengan kebutuhan pemustaka seperti, kursi yang dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka bila melakukan diskusi atau belajar kelompok. Selain itu, pertanyaan yang berulang-ulang (repetitive question) yang terjadi pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah dianggulangi dengan cara memberikan pendidikan bagi setiap pemustaka baru yang ada pada perpustakaan tersebut. Selain itu, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat juga menempelkan petunjuk seperti, petunjuk pengisian buku tamu elektronik. Dalam hal bekerjasama dengan penyedia informasi (join resources) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia informasi lainnya, seperti Kominfo Sumatera Barat untuk mendapatkan URL publik dan Perpustakaan Nasional Republik Indonsesia dalam pembuatan INLISLite. Hambatan- hambatan yang terjadi pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat seperti hambatan jaringan internet yang terjadi dalam perpustakaan sudah diatasi dengan menempatkan wifi pada setiap lantai agar pemustaka dapat lebih mudah dalam mengakses informasi.

Selanjutnya, faktor-fator yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep learning commons yaitu, percaya pada pengguna (trust your users) juga sudah diperhatikan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah. Dalam hal ini, sebagian besar pustakawan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah mulai bersikap terbuka terhadap pemustaka. Dalam memberikan pelayanan, sebagian pustakawan juga sudah bersikap ramah terhadap pemustaka. Selain itu, dalam melakukan publikasi (publicize) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah melakukan publikasi melalui youtube. Di sana Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah mempublikasikan video dokumenter yang sekaligus menampilkan profil tentang Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat juga menyediakan website yaitu, “pustaka.dap.sumbaprov.go.id” yang dapat diakses oleh pemustaka jika hendak mengetahui seputar informasi mengenai Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat.

(6)

D. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan pertama, bentuk penerapan konsep learning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat diterapkan dalam teknologi informasi, yaitu dengan menggunakan aplikasi INLISLite untuk meningkatkan mutu perpustakaan dalam menyediakan pelayanan berbasis teknologi. Selain itu, bentuk penerapan konseplearning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat juga diterapkan terhadap pemanfaatan ruangan dan fasilitas perpustakaan secara maksimal sesuai dengan fungsi dari ruangan tersebut.Kedua, terdapat tiga konseplearning commons yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, yaitu, konsep belajar yang disusun berdasarkan meja dan kursi yang dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka, konsep diskusi yang dilengkapi dengan layar proyektor bagi pemustaka dalam berdiskusi, dan konsep teknologi informasi yang menyediakan sembilan unit komputer yang dapat digunakan untuk mengakses informasi bagi pemustaka. Ketiga, upaya yang dilakukan dalam mewujudkan learning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dipengaruhi oleh kinerja dari pustakawan yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal ini, peran pustakawan dalam upaya mewujudkan konsep learning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat disesuaikan dengan tugas dan fungsinya di perpustakaan tersebut.

Keempat, terdapat tujuh faktor yang harus diperhatikan dalam merapkan konseplearning commons yaitu, berorientasi kepada pemustaka (user-centered), mudah disesuaikan (flexible), pertanyaan yang berulang-ulang (repetitive question), bekerjasama dengan penyedia informasi (join resources), menghapus hambatan (remove barriers), percaya pada pengguna (trust your users), dan melakukan publikasi (publicize). Semua faktor tersebut telah dilakukan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat meskipun masih terdapat beberapa penerapan yang belum maksimal

Beberapa hal tersebut saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut.

Pertama, bentuk penerapan konsep learning commons di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sebaiknya juga diperhatikan dari segi desain interior perpustakaan. Sebab, desain yang nyaman dapat menciptakan atmosfer yang lebih kondusif bagi pemustaka dalam melakukan pencarian informasi.Kedua, dari enam konsep learning commons yaitu, konsep belajar, diskusi, teknologi informasi, cybercafe, dan information desk, sebaiknya Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat dapat mempertimbangkan konseplearning commonsyaitu, information desk untuk membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi karena adanya pustakawan khusus yang mengerti tentang informasi ditempatkan di sana.Ketiga, dalam upaya mewujudkan learning commons sebaiknya semua pustakawan dibekali dengan keterampilan yang sama dalam memberikan pelayanan terhadap pemustaka sehingga, pelayanan yang ramah tidak hanya diterapkan oleh pustakawan yang ada di bagian pelayanan, melainkan juga pustakawan yang ada pada bagian teknis. Keempat, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan learning commons sebaiknya dievaluasi secara berkala agar segala hambatan-hambatan yang akan terjadi dapat ditanggulangi.

Catatan:artikel ini disusun berdasarkan malakah tugas akhir penulis dengan pembimbing Elva Rahmah, S.Sos., M.I.Kom.

(7)

Daftar Rujukan

Donkai, S., Toshimori, A., & Mizoue, C. (2011). Academic Libraries as Learning Spaces in Japan: Toward the Development of Learning Commons. The International Information & Library, (pp. 215-220). Jepang.

Nazir, M. (2014).Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia.

Prabandari, C. S., & Ati, S. (2016). Analisis Penerapan Konsep Learning Commons pada Layanan American Corner di Upt Perpustakaan Uin Walisongo Semarang. Retrieved Juli 9, 2019, from https://ejournal3.undip.ac.id

Samosir, F. (2016). Penerapan Information Commons di Perpustakaan Perguruan Tinggi di Era Net Generation.Visi Pustaka, 97-106.

Weiner, S., Doan, T., & Kirkwood, H. (2010). The Learning Commons as a Locus For Information Literacy. Retrieved Mei 5, 2019, from http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=11618context=lib_reseach Wulandari, D. (2013). Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Era Digital Native.

Konferensi Call for Paper & MUSDA II FPPTI Jawa Timur: Peranan Jejaring Perpustakaan dalam Meningkatkan Kompetensi Pustakawan(pp. 34-53). Surabaya:

FPPTI Surabaya.

Yusuf, M. C. (2015). Learning Commons: Konsep Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Generasi Digital.Pustakaloka , VII(1), 119-128.

Referensi

Dokumen terkait

Mitra Djamal FMIPA Detection of heavy metal compounds using surface enhanced Raman spectroscopy SERS substrate Program Staf Exchange dan Research Grant 9 Dr.. FMIPA Development of 2D