I LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Disusun oleh : MUHTAR LUTFI
NIM : 21123064
PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKIT TINGGI TAHUN 2023
II KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Menggunakan Model Problem Based Learning”.
Proposal penelitian tindakan kelas ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Batch 1 Tahun 2023 di Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.
Dalam penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Penulis,
I DAFTAR ISI
SAMPUL ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... III
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 2
BAB II. KERANGKA TEORI A. Landasan Teori ... 4
1. Pengertian Motivasi ... 4
2. Pengertian Belajar ... 4
3. Pengertian Pembelajaran ... 5
4. Akidah Akhlak ... 5
5. Problem Based Learning ... 6
B. Penelitian terdahulu ... 7
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 8
B. Prosedur Penelitian ... 9
C. Metode Pengumpulan Data ... 14
D. Teknik Analisis Data ... 14
E. Indikator Pencapaian ... 15
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN … ... 16
A. Analisis data penelitian per siklus ... 16
1. Siklus 1 ... 16
2. Siklus II ... 18
BAB V KESIMPULAN ... 21
A. Kesimpulan ... 21
B. Saran ... 21
F. Daftar Pustaka ... 22
II BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah. Karena dalam pelajaran Aqidah Akhlak termuat beberapa materi mengenai bagaimana berperilaku atau berakhlakul karimah sesuai dengan syariat Islam.Dan pelajaran Aqidah akhlak sebagai pembangun batiniah yang berhubungan dengan moral, akidah maupun Ibadah. Pembelajaran Aqidah akhlak mempunyai peran penting dalam membentuk dan mewujudkan perilaku peserta didik baik itu dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contohnya bagaimana peserta didik jika disekolah berpapasan dengan teman sebayanya, pasti ketika peserta sudah diajari dan mengerti bagaimana cara berakhlak yang baik atau beradab yang baik. Maka peserta didik tersebut akan memperaktikan apa yang ia dapat dari pelajaran Aqidah Akhlak tersebut. Tetapi jika peserta didik tidak dibekali dengan Akhlak atau Adab yang baik kepada orang lain, maka ia tidak akan mengetahui bagaimana Adab terhadap teman ataupun orang lain. Dilihat dari pentingnya pembelajaran Aqidah Akhlak bagi peserta didik, ternyata di temukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran di kelas.
Banyak siswa yang tidak konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung. Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran terhadap suatu hal.
2 Masalah yang ditemukan dilapangan ialah, ada beberapa siswa tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. Siswa ada yang asik mengobrol, siswa tidak mengamati pembelajaran yang berlangsung, siswa yang bertanya setiap pertemuan adalah orang yang sama. Peneliti mengamati penyebab masalah tersebut adalah metode pembelajaran yang membosankan, media pembelajaran yang kurang menarik dan posisi duduk siswa yang jarang dirubah. Dengan kondisi seperti itu, Guru sebagai fasilitator harus terus menerus berupaya mencarai inovasi agar tujuan pembelajarannya tercapai secara maksimal.
Dari latar belakang tersebut, terdapat beberapa masalah yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun masalah yang dihadapi adalah rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Aqidah akhlak kelas VIII. Ketika siswa rendah tingkat konsentrasinya, maka proses pembelajaran yang diharapkan aktif serta dapat mengembangkan potensi dirinya. seperti yang tercantum dalam pengertian pendidikan menurut Undang-undang tidak akan tercapai sepenuhnya.
Dari hal tersebut, penulis mencoba meneliti permasalahan dengan Judul
“Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran 2. Rendahnya pemahaman dalam menyimak pembelajaran
Sedangkan Rumusan masalah adalah tulisan singkat yang berisi pertanyaan tentang topik diangkat oleh penulis. Jadi, rumusan masalah memuat pertanyaan yang hendak dijawab oleh penulis melalui karya tulis ilmiahnya. Setelah melakukan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik?
C. Tujuan penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan secara umum adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran di MTs Sabilul Ulum khususnya Akidah Akhlak,
3 sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui meningkatnya motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas VIII menggunakan Problem Based Learning
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : Bagi Guru
Sebagai acuan dalam meningkatkan strategi dan kualitas dalam proses pembelajaran.
Memberi salah satu alternatif dalam memilih media pembelajaran dan metode.
Bagi Siswa
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Bagi Sekolah
Dapat dijadikan referensi bagi guru lain yang akan mengadakan penelitian.
Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan MTs Sabilul Ulum.
4 BAB II
KERANGKA TEORI
A.Landasan Teori
1. Pengertian Motivasi
motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi adalah kesediaan untukmengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu, dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual (Robbins, 2003: 208).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu, dalam psikologi, pengertian motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motivasi menurut Woodworth dan Marquis digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
Kebutuhan-kebutuhan organis. Jenis motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan bagian dalam, seperti: makan, minum, bergerak dan istirahat/tidur, dan sebagainya.
Motivasi darurat. Mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri seseorang.Pada motivasi darurat motivasi bukan timbul atas keinginan seseorang tetapi karena perangsang dari luar.
Motivasi obyektif. Motivasi yang diarahkan kepada obyek atau tujuan disekitar kita.
Motivasi ini mencakup kebutuhan eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat. Motivasi
5 ini timbul karena adanya dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, juga sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Selain itu, menurut KBBI juga belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seperti diantaranya pada peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, serta berbagai kemampuan lainnya.
3. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran secara umum merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh peserta didik dengan guru atau sumber belajar. Dengan adanya sistem pembelajaran, guru dan siswa dapat saling bertukar informasi. Pembelajaran memberikan sarana agar siswa dapat memahami sebuah materi yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mendidik dan membantu para siswa dalam mempelajari sesuatu. Dengan diterapkannya sistem ini, siswa akan mengalami perubahan tingkah laku, pemikiran, dan juga pemahaman akan suatu hal.
Sudjana mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya sistematis yang sengaja dibuat sebagai kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu guru dan siswa. Guru berperan sebagai sumber pembelajaran yang menjabarkan materi melalui kegiatan. Sedangkan murid berperan sebagai peserta didik yang akan menyerap informasi.
Pembelajaran menjadi sebuah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam bentuk instruksional. Dengan begitu, siswa dapat belajar dengan lebih aktif dan menekankan pada penyediaan sumber belajar yang lebih beragam (Dimyati dan Mudjiono).
Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang akan dicapai, membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku), serta kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat di terima sebagai hal yang di capai.
4. Akidah Akhlak
Pembelajaran Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan
6 merealisasikannya dalam kehidupannya sehari-hari melalui kegiatan bimbingan pengajaran, pelatihan, penggunaan, pengalaman dan kebiasaan. Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah. Karena dalam pelajaran Aqidah Akhlak termuat beberapa materi mengenai bagaimana berperilaku atau berakhlakul karimah sesuai dengan syariat Islam. Dan pelajaran Aqidah akhlak sebagai pembangun batiniah yang berhubungan dengan moral, akidah maupun Ibadah.
Pembelajaran Aqidah akhlak mempunyai peran penting dalam membentuk dan mewujudkan perilaku pererta didik baik itu dilingkugan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contohnya bagaimana peserta didik jika disekolah berpaparan dengan teman sebayanya, pasti ketika peserta sudah diajari dan mengerti bagaimana cara berakhlak yang baikatauberadab yang baik. Maka peserta didik tersebutakan memperaktikan apa yang ia dapat dari pelajaran Aqidah Akhlak tersebut.
Mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman siswa tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Serta Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
5. Problem Based Learning
Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan yang diberikan. Sama halnya seperti project based learning, tingkat keberhasilan metode ini bergantung pada keaktifan peserta didiknya. Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan.
tujuan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
b. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.
c. Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata.
d. Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
Sintak merupakan tahapan yang harus dilalui pada suatu model pembelajaran. Adapun sintak model pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a. Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik
7 b. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
c. Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik e. Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah B.Penelitian Terdahulu
Berikut penelitian yang pernah dilakukan terkait motivasi belajar :
1. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ketut Yasmini tahun 2021 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk meningkatkan Motivasi Belajar IPA menyebutkan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa Kelas IV Semester I. Implikasi penelitian ini dari penerapan model pembelajaran PBL ini mendorong siswa dapat berfikir kreatif, imajinatif, mengenalkan gagasan baru, serta mendorong siswa untuk memperoleh kepercayaan diri.
8 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 1. Subyek Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas “classroom action research”. Ini berawal dari istilah “action research” atau penelitian tindakan kelas. Secara umum
“action research” digunakan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari. PTK bersifat situasional dan kontekstual, maksudnya adalah PTK selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk kelas dan mata pelajaran tertentu sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan pada konteks yang bersangkutan, bukan untuk konteks lain (Furqon.1982).
Subyek penelitian dalam PTK ini adalah terdiri dari guru, peneliti, kolaborator dan siswa.
a. Guru dan Peneliti Pada penelitian ini peneliti sekaligus bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran dengan metode Think Pair Share. Dengan demikian sebelum melaksanakan tugas harus mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti Modul Ajar dan lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
b. Kolaborator adalah suatu kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti atasan, sejawat atau kolega. Kolaborator ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, karena pada hakekatnya kedudukan peneliti pada penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses, situasi dan kondisi.
Pada kegiatan penelitian peneliti bersama Bapak Abdul Wachid, S.Pd.I., guru Madrasah Tsanawiyah Swasta Mayong Jepara. Dalam penelitian ini kolaborator berperan sebagai pengamat dan penilai pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan
9 model pembelajaran kooperatif metode Think pair Share pada Pembelajaran Akidah Akhlak. yang dilakukan oleh peneliti.
c. Siswa. Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Swasta Sabilul Ulum Mayong Jepara sebanyak 20 siswa.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Sabilul Ulum Mayong Jepara. Jalan Welahan No. 30 Mayong Jepara 59465
3. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 12 Juli s/d 12 Agustus 2023
B. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dalam setiap siklusnya terdiri dari empat elemen penting, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang peneliti lakukan dengan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan antara lain:
Observasi awal, mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan wali kelas
Merumuskan masalah berdasarkan hasil observasi
Menyusun skenario metode pembelajaran Think pair Share
10
Menyiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
b. Pelaksanaan.
Tindakan Pelaksanaan tindakan berupa pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak materi Alqur’an dan Keistimewaannya. dengan menggunakan metode pembelajaran Think pair Share untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c. Pengamatan.
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan pengamatan adalah mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan. Dari hasil observasi atau pengamatan, peneliti merefleksi apakah pembelajaran Think pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Jika pelaksanaan siklus I tidak tuntas berdasarkan indikator pencapaian, maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator tercapai.
2. Pra Siklus.
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengikuti pembelajaran secara langsung untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang konvensional yaitu belum menggunakan model pembelajaran Think pair Share.
3. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
1) Merumuskan spesifikasi sementara dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share.
2) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran tindakan berdasarkan metode Think Pair Share yang mencakup pembahasan materi.
3) Membuat instrumen penelitian.
4) Membuat soal tes untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa pada materi serta mengetahui hasil belajar peserta didik.
5) Membuat lembar observasi untuk merekam kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan sebagai berikut:
11 1) Sebelum guru masuk ke materi pembelajaran, terlebih dahulu memberikan
apersepsi
2) Peserta didik mengamati tayangan video sumber belajar dari youtube tentang Alqur’an dan Keistimewaannya.
3) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan memberikan tanggapan.
4) Peserta didik mendiskusikan materi yang telah diamati di tayangan video sumber belajar dari youtube.
5) Guru memperkenalkan kepada peserta didik tentang tata cara penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share.
Kusuma, dkk (2012), menjelaskan pembelajaran kooperatif Think Pair Share merupakan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran, yakni tahap berpikir, tahap berpasangan dan tahap berbagi. Dalam TPS guru memberikan isu atau suatu masalah kepada siswa kemudian memberikan waktu beberapa saat untuk memikirkan hal tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian dibentuk kelompok kecil, biasanya terdiri dari dua sampai enam orang, untuk mendiskusikan ide-ide mereka tentang masalah yang diangkat selama beberapa menit. Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di hadapan kelas.
c. Tahap Observasi
Pengamatan dilakukan dengan cara mengobservasi siswa dalam berpikir dan merumuskan jawaban, bagaimana siswa bekerja sama dengan kelompoknya, dan bagaimana aktifitas belajar siswa.
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I / TINDAKAN I
Hari / Tanggal : ………. 2023 Mata Pelajaran : Akidah Akhlak Kelas / Semester : VIII/I
Waktu : ….
No Aspek yang diamati Kemunculan
Komentar Ya Tidak
12 1 Siswa ikut terlibat dalam
pengkondisian kelas untuk menerima pelajaran
√ 2 Siswa mendengarkan tujuan yang
ingin dicapai dari pembelajaran yang akan dilaksanakan
√ 3 Siswa memperhatikan topic yang
dituliskan guru dipapan tulis
√ 4 Siswa membentuk kelompok secara
heterogen berdasarkan peringkat
√ 5 Siswa berdiskusi bersama teman
kelompok dan memanipulasi alat peraga
√ 6 Siswa berdiskusi bersama teman
kelompok dan memanipulasi alat peraga
7 Siswa mengerjakan lkpd √
8 Siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas
√ 9 Siswa mengerjakan lembar evaluasi
yang telah disiapkan secara individual
√ 10 Siswa mendengarkan dan mencatat
kesimpulan dari guru
√
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS I / TINDAKAN I
Hari / Tanggal : ………. 2023 Mata Pelajaran : Akidah Akhlak Kelas / Semester : VIII/I
Waktu : ….
No Aspek yang diamati Kemunculan
Komentar Ya Tidak
1 Melaksanakan kegiatan rutin √ 2 Memulai pelajaran secara menarik,
memotivasi peserta didik dan mengadakan apersepsi
√
3 Mengkondisikan kelas √
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran
√ 5 Bertanya jawab dengan peserta
didik tentang materi pelajaran
√ 6 Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengamati soal
√ 7 Mengelompokkan peserta didik di
13 kelompok awal
8 Memberikan materi pada tiap peserta didik dalam kelompok
√
9 Membentuk kelompok ahli √
10 Membimbing peserta didik dalam kelompok
√ 11 Mempresentasikan peserta didik
tentang hasil diskusi
√ 12 Manyimpulkan materi pelajaran √ 13 Menilai hasil pelajaran √ 14 Memberikan tugas sebagai tindak
lanjut pembelajaran
√
d. Tahap Refleksi
Pada tahap siklus I ini, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam melaksanakan metode pembelajaran think pair share. adapun kekurangan pada siklus I berdasarkan lembar observasi adalah sebagai berikut : a) Guru belum terbiasa menciptakan suasana metode pembelajaran think pair share dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus membiasakan dengan keadaan kelas dan suasana kelas. b) Guru kurang mengkondisikan keadaan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga penerapan metode pembelajaran think pair share kurang maksimal. c) Kurang pahamnya siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode think pair share. Berdasarkan hasil observasi, masih banyak yang harus diperbaiki dalam pemberian tindakan. Sehingga untuk memperbaiki siklus I dengan berbagai kelemahannya maka pada siklus II perlu dibuat pengembangan perencanaan pemberian tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
4. Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
1) Penyempurnaan siklus I
2) Menyiapkan materi tentang Al-Qur’an dan Keistimewaannya (Bukti kebenaran Alqur’an dan isi kandungan al-qur’an).
3) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan
4) Menyusun lembar observasi untuk merekam kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan menyiapkan evaluasi siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Modul Ajar siklus II
14 2) Model pembelajaran sama dengan siklus I, perbedaan terletak pada kegiatan menentukan waktu dalam berdiskusi, peserta didik masih dipandu guru (siklus I) dan mencari pasangan kelompok sudah dilakukan oleh peserta didik (siklus II).
c. Tahap Observasi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sejauh mana efek tindakan pembelajaran think pair share. Pengamatan dilakukan dengan mengobservasi seberapa cepat para peserta didik dalam berpikir menemukan jawaban dari masalah, bagaimana para peserta didik bekerja sama dengan pasangannya, dan bagaimana aktivitas belajar peserta didik.
d. Refleksi
Hasil dari analisis pengamatan hasil belajar peserta didik pada siklus II, sudah banyak perkembangan dibandingkan pada siklus 1. Guru sudahh tidak mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dalam menggunakan metode think pair share ini.
Siswa sudah mulai berkembang dalam menganalisis permasalahan dan menemukan jawaban dari permasalahan tersebut.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut : 1. Metode Observasi
Penulis melakukan pengumpulan data melalui pengamatan dan percatatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode diskusi dikelas VIII MTs Sabilul Ulum
2. Metode Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dalam pembelajaran akidah akhlak kelas VIII di MTs Sabilul Ulum 3. Metode Dokumentasi
Penulis mendokumentasikan suasana pembelajaran yang sedang berlangsung
15 dengan memfoto proses pembelajaran.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, angket, atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran think pair share pada materi Al-Qur’an dan Keistimewaannya kelas VIII MTsS Sabilul Ulum Mayong Jepara. Semua data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif prosentase. Dimana hasil penelitian dianalisis dua kali, yaitu analisis ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal (S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan)
1. Rata-rata kelas Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus dihitung dengan analisis deskriptif, yaitu:
Rata-rata = Jumlah nilai seluruh peserta didik Jumlah seluruh peserta didik 2. Ketuntasan belajar secara individu
Penilaian aspek kognitif siswa diambil melalui tes evaluasi peserta didik pada akhir pembelajaran tiap siklus. Tes evaluasi peserta didik yaitu berupa tes pilihan ganda.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individu (Purwanto, Pustaka Pelajar,2009) yaitu:
Nilai = Skor yang diperoleh X 100%
Skor Maksimal
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika siswa memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu minimal 70.
3. Ketuntasan belajar secara klasikal
Nilai post test diperoleh dari nilai tes yang diadakan pada tiap akhir siklus, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik. Rumus yang digunakan untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal yaitu:
Presentase = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 X 100 % Jumlah seluruh siswa
E. Indikator Pencapaian
16 Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 75%, sekurangkurangnya 80% secara klasikal (Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2007).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Beredasarkan pelaksanaan tindakan selama 2 siklus yang dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, diperoleh data bahwa hasil belajara siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar diketahui dengan penggunaan pendekatan model berbasis masalah. Hasil belajar dan hasil observasi per siklus terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada pembahasan sebagai berikut :
A. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, Pada tahap ini, peneliti yang juga bertindak sebagai guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran, diantaranya modul ajar, satu buah LKPD sebagai bahan diskusi kelompok, dan menyiapkan media ajar yang diperlukan untuk pembelajaran pada siklus I.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan in dilakukan di MTsS Maninjau pada siswa kelas VII yang berjumlah 17 orang siswa. Kegiatan ini juga dilaksanakan pada 24 Juli 2023. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
No Nama Siswa Nilai keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Khoirul Ibad 90 √
2 Albir Nuril Falahi 90 √
3 Dewi Purwati 85 √
17
4 Dina Aprilia 87 √
5 Emilia Bunga Kamilia 86 √
6 Erlangga Akbar Shidiq 90 √
7 Hasan Abdilllah 85 √
8 Jufika Rizki Maulida 65 √
9 Keysha Maya Aprilia 60 √
10 M. Abrorian Noor 80 √
11 Maizzatun Nida 90 √
12 Nabila Putri Rasya 65 √
13 Najwa Natania 65 √
14 Sabiqur Rijal 85 √
15 Faza Alifaturrahmah 85 √
Jumlah 1218
Rekapitulasi hasil tes siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Rata-rata tes formatif 1218/15 = 81.2
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 11
3 Presentasi keetuntasan belajar 73.3
c. Tahap Pengamatan Siklus I
11/15x100% = 73.3%
Kriteria tinggi
Berdasarkan hasil belajar dan hasil observasi diatas dapat jelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adaalah 81.2 dan ketuntasan belajar mencapai 73.3% . Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) sebesar 73% dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 73.3%. Hasil ini menunjukan bahwa siswa sudah mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran. Namun pada hasil observasi menunjukan hasil sebesar 70,58% ada pada kriteria tinggi.
d. Tahap refleksi
18 Hasil yang diperoleh sebagian besar siswa menunjukkan keaktifan yang lebih baik dibandingkan dengan keaktifan siswa pada saat observasi awal sebelum tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa kelas VIII MTs Sabilul Ulum sudah memenuhi target.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru telah melaksanakan prosedur yang telah di tetapkan, meskipun ada kekurangan.
2. Diketahui hasil belajar dan keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil pengamatan selama proses kegiatan belajar berlangsung. Proses pembelajaran lebih interaktif antara guru dengan siswa. Terlihat dari data aspek aktifitas siswa meningkat dibanding sebelum menggunakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah 3. Kekurangan pada siklus I ini adalah :
a. Siswa masih dalam tahap adaptasi terhadap situasional kelas baru sehingga kesulitan mengkondisikan siswa pada pembelajaran yang lebih efektif.
b. Siswa masih ada yang belum konsentrasi.
4. Hasil belajar siswa pada siklus I sudah mencapai ketuntasan.
2. Revisi pelaksanaan
Pada siklus I guru telah menerapkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan cukup baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan cukup baik. Namun ketuntasan belajar hampir mencapai standar yang telah ditentukan, maka harus dilakukan revisi dan ada hal yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memperbaiki dan mengoptimalkan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mengatasi masalah tersebut akan direncanakan siklus II yaitu dengan merevisi Modul Ajar dan Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang kurang maksimal sebelumnya. Dengan memperjelas lembar kegiatan diharapkan ada peningkatan hasil belajar dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, tidak jauh berbeda dengan siklus I peneliti yang juga bertindak sebagai guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran, diantaranya modul ajar, satu buah LKPD sebagai bahan diskusi kelompok, satu buah evaluasi untuk digunakan
19 tesindividual, dan menyiapkan media ajar yang diperlukan untuk pembelajaran pada siklus II.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di MTsS Sabilul Ulum Mayong pada siswa kelas VIII yang berjumlah 15 orang siswa. Kegiatan ini juga dilaksanakan pada 3 Agustus 2023. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan dan sebagai perbandingan dengan hasil belajar pada Siklus I.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
No Nama Siswa Nilai keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Khoirul Ibad 90 √
2 Albir Nuril Falahi 90 √
3 Dewi Purwati 85 √
4 Dina Aprilia 87 √
5 Emilia Bunga Kamilia 86 √
6 Erlangga Akbar Shidiq 90 √
7 Hasan Abdilllah 85 √
8 Jufika Rizki Maulida 80 √
9 Keysha Maya Aprilia 82 √
10 M. Abrorian Noor 80 √
11 Maizzatun Nida 90 √
12 Nabila Putri Rasya 69 √
13 Najwa Natania 68 √
14 Sabiqur Rijal 85 √
15 Faza Alifaturrahmah 85 √
Jumlah 1252
Rekapitulasi hasil tes siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1 Rata-rata tes formatif 1252/15 = 83.47
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 13
3 Presentasi ketuntasan belajar 86.66 %
c. Tahap Pengamatan
20 Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Hasil obervasi terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel berikut :
Siklus II
13/15x100% = 86.66%
Kriteria tinggi
Berdasarkan hasil belajar dan hasil observasi pada siklus II di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 83.47 dan ketuntasan belajar mencapai 86.66 % atau 13siswa dari 15 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 (KKM) sebesar 86.66% sudah cukup memenuhi dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70%. Hasil ini menunjukan bahwa siswa sudah mengerti apa yang dipelajari dengan menerapkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran. Namun pada hasil observasi menunjukan hasil sebesar 88,23% ada pada kriteria tinggi.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh sebagian besar siswa menunjukkan keaktifan yang lebih baik pada Siklus II dibandingkan dengan keaktifan siswa pada saat siklus I observasi awal sebelum tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII sudah memenuhi target. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses pembelajaran berlangsung, guru telah melaksanakan prosedur yang telah di tetapkan, meskipun masih ada sedikit kekurangan.
2) Diketahui hasil belajar dan keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil pengamatan selama proses kegiatan belajar berlangsung. Proses pembelajaran lebih interaktif antara guru dengan siswa. Terlihat dari data aspek aktifitas siswa meningkat dibanding sebelum menggunakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah
3)
Kekurangan pada siklus II ini adalah :a)
Siswa masih ada yang merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas dalam kelas Bersama dengan teman.4)
Hasil belajar siswa pada siklus II Sudah mencapai ketuntasan.e. Revisi Pelaksanaan
21 Pada siklus II guru telah menerapkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas VIII MTsS Sabilul Ulum Mayong dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pembelajaran Akidah Akhlak pada materi Iman Kepada Kitab Allah dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas VIII dirasa dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Dimana dapat dilihat dari peningkatan rata-rata perolehan hasil nilai rata- rata tersebut dari siklus I sebesar 81.2 (jumlah : 1218) atau (73.3%) dan meningkat pada siklus II sebesar 83.47 (jumlah : 1252) atau (86.66%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru Madrasah, agar terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan serta kreatifitasnya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Hal lainnya yaitu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. Dan yang paling penting adalah guru harus menyesuaikan diri terhadap segala situasi dan
22 kondisi yang dinamis. Dengan mempebaharui wawasan serta inovatif dalam menghadapi paradigma kehidupan di lingkungan.
2. Bagi siswa, supaya selalu fokus dan disiplin dalam mengikuti pelajaran supaya hasilnya bisa lebih baik dan optimal.
3.
Bagi sekolah, hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran yang diharuskan menggunakan IT.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI).Jakarta : PT. Rineka Cipta.
https://www.liputan6.com/hot/read/4681419/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli- dan-jenis-jenisnya-yang-perlu-dikenali
https://www.gramedia.com/literasi/belajar/
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/article/view/33603 https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/problem-based-
learning/#:~:text=Problem%20based%20learning%20(PBL)%20adalah,terampil%20dala m%20menyelesaikan%20suatu%20permasalahan.
https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-think-pair-share.html
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Mulyasa, E. 2003.Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
NusaMedia