QBD 3:
Efek Bencana pada
Korban dan Arti Relawan
PB 25
HG-A
Dewita Zahra Nur Azizah (2106705303)
Lucia Deandra A. C. (2206091996)
Sabrina Rahadyan L (2106708040)
Clara Margaretha (2206047263)
Jelaskan
prinsip kode etis yang
harus
diterapkan selama
bencana
01
Bantuan yang diberikan hanya berdasarkan kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas
Bantuan diberikan tanpa memandang ras, kepercayaan atau kebangsaan penerima dan tanpa pembedaan yang merugikan dalam bentuk apapun
02
Bantuan tidak akan digunakan untuk memajukan politik atau agama tertentu
03
Prinsip kemanusiaan adalah menerima bantuan dan memberi bantuan yang dapat dirasakan oleh semua warga di setiap negara.
Dahulukan kepentingan manusia
01
The code of conduct: International red
cross and red crescent movement
The code of conduct: International red cross and red crescent movement
Setiap orang dan komunitas memiliki kapasitas dan kerentanan
sendiri. Kapasitas dapat dikuatkan dengan mempekerjakan staf lokal, membeli bahan lokal dan berdagang dengan perusahaan lokal
Menghormati budaya dan kebiasaan
05
Berupaya membangun respons bencana berdasarkan kapasitas lokal
06
Bantuan yang diberikan berdiri sendiri dan terpisah dari pemerintah. Bantuan yang diberikan untuk kepentingan manusia dan hanya manusia itu sendiri.
Berusaha untuk tidak bertindak sebagai
instrumen kebijakan luar negeri pemerintah
04
Tetap menghormati budaya, struktur, kebiasaan komunitas dan negara
The code of conduct: International red cross and red crescent movement
Bantuan pertolongan harus diusahakan untuk mengurangi kerentanan masa depan terhadap bencana serta memenuhi kebutuhan dasar
08
Bantuan tidak boleh dipaksakan kepada penerima manfaat. Intervensi yang akan diberikan akan lebih efektif apabila ada kemauan dan kerja sama dari penerima.
Cara-cara harus ditemukan, melibatkan penerima manfaat progran dalam pengelolaan bantuan
pertolongan
07
Semua tindakan yang dilakukan akan berdampak jangka panjang, baik secara positif atau negatif. Fokus terhadap masalah lingkungan dalam desain dan pengelolaan program bantuan. Juga berusaha untuk
meminimalkan dampak negatif dari ketergantungan manusia terhadap bantuan eksternal
UU RI No.24 Tahun 2007
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang terorganisir dan saling mendukung.
Prioritas
02
Koordinasi dan Keterpaduan
03
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
Cepat dan Tepat
01
apabila terjadi bencana, penanggulangan harus diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
UU RI No.24 Tahun 2007
negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
Transparansi dan akuntabilitas
05
Nondiskriminatif
06
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan dan berhasil mengatasi kesulitan masyarakat.
Berdaya guna & berhasil guna
04
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
UU RI No.24 Tahun 2007
Upaya melibatkan seluruh pihak dalam penangulangan bencana sehingga tidak ada pihak yang merasa ditinggalkan.
Kemitraan
08
Pemberdayaan
09
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
Nonproletisi
07
Kerja secara bersama dengan mengutamakan persamaan hak dan kewajiban dengan tujuan tercapainya tujuan secara
bersama.
Jelaskan efek bencana
terhadap korban
02
Dampak Bencana Terhadap Korban
Efek bencana pada korban terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Direct effect
Konsekuensi pertama yang segera terjadi setelah bencana. Contoh:
Kematian, cedera, kehilangan harta, kerugian ekonomi 2. Indirect effect
Muncul kemudian, dan mungkin lebih sulit untuk dikaitkan dengan bencana.
Contoh: kehilangan mata pencaharian, dampak psikologis, kerugian input/output bisnis, hilangnya karakter komunitas, dukacita
3. Tangible effect (Efek yang nyata) 4. Intangible effect (tidak berwujud)
Efek bencana pada korban terbagi menjadi 3, yaitu:
5. Death/Fatalities (kematian) 6. Injuries (Luka)
7. Damages/losses (kerusakan atau kerugian)
Efek atau respon umum pada orang dewasa terhadap bencana dan kejadian traumatik: (Koenig & Schultz, 2010)
1. Langsung Luka dan cedera Korban jiwa
Trauma kehilangan keluarga Keurgian materi
Hilangnya keamanan dan kenyamanan 2. Psikologis
Ansietas, takut
Post traumatic disorder
Mudah marah, rasa dendam
Meningkatkan konflik dengan keluarga atau teman Sedih sampai depresi (waspada harm to self or other) Hypersensitive
Pola tidur dan makan berubah
3. Fisiologis
Lelah, Pusing, Tremor
Mual dan muntah. Terkena penyakit (mis. Diare)
4. Kognitif dan Spiritual Sulit berkonsentrasi
Mimpi buruk
Krisis kepercayaan kepada Tuhan YME
Lambat dalam berpikir Mudah bingung
Kesehatan Psikologis
● Korban mengalami luka ringan, luka berat, cacat, ataupun
kehilangan nyawa.
● Korban terjangkit penyakit yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti gizi buruk, diare, atau penyakit menular lainnya.
● Kurangnya fasilitas kesehatan yang ada dan terbatasnya pengobatan dapat
memperburuk kondisi korban.
● Korban mengalami gangguan stress pascatrauma.
● Korban mengalami trauma trauma terhadap situasi bencana yang terjadi.
● Korban merasa dirinya tidak aman secara personal.
Efek Bencana terhadap Korban
Sarana Sosial
● Terjadinya kerusakan atau
kehilangan tempat tinggal korban.
● Hilangnya harta benda milik korban.
● Rusaknya fasilitas umum , seperti rumah sakit, gedung-gedung, dan lainnya.
● Rusak atau hilangnya alat kesehatan, transportasi, dan barang-barang berharga lainnya.
● Terjadinya kerusakan jalan yang berfungsi sebagai akses mobilitas, sehingga mengalami gangguan.
● Korban merasa kehilangan makna kehidupan.
● Korban merasa diliputi perasaan ketidakpastian akan masa
depan setelah terjadinya bencana.
● Kehilangan keluarga ataupun kerabat terdekat.
Efek Bencana terhadap Korban
Dampak Primer
Dampak Sekunder
● Trauma → Luka, tertimpa barang-barang berat
● Gangguan pernapasan → Debu, cairan, gas beracun
● PTSD → Pengalaman selama terjadinya bencana
● Luka bakar → Terkena langsung benda
panas/api/bahan kimia
● Korban meninggal dunia
● Berkurangnya air bersih
● Lingkungan yang tidak bersih
● Sanitasi makanan yang kurang higienis → Dapur umum
● Risiko penyakit menular → tifoid, ISPA, campak, malaria
● Kurang gizi
Efek Bencana terhadap Korban
HG-B
Bryan Semara Rafazha (2206047276) Chelsea Aurelia (2106708305)
Erlia (2106749305)
Zahra Dhiyanissa (2106706211)
03
Jelaskan
kesehatan mental dan psikososial
berdasarkan aspek
bencana
Definisi
Kesehatan Mental
Menurut WHO, kesehatan mental berarti,
”keadaan kesejahteraan mental yang memungkinkan orang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, dan berkontribusi pada komunitas mereka”.
Psikososial
Menurut Kemenpppa, psikososial diartikan sebagai “relasi yang dinamis antara aspek psikologis dan sosial seseorang”. Hal ini menggambarkan pengaruh dari interaksi sosial budaya, dan lingkungan terhadap pikiran dan perilaku.
1. WHO. Mental health [Internet]. New York: World Health Organization; 2022 Jun 17 [cited 2023 Mar 30]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response.
2. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Buku panduan dukungan psikososial bagi anak korban bencana alam. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
2020 Jun 6.
3. Psychosocial [Internet]. Washington: APA Dictionary of Psychology; 2023 [cited 2023 Mar 30]. Available from: https://dictionary.apa.org/psychosocial.
Kelompok Rentan
● Perempuan
(eg: ibu hamil, janda, remaja)
● Laki-laki
(eg: mantan pejuang, lelaki muda rentan penahanan, penculikan, target kekerasan)
● Anak-anak
● Orang tua atau lanjut usia
● Masyarakat sangat miskin
● Pengungsi dan migran
● Kelompok yang terpapar kejadian penuh stres (eg: kehilangan keluarga, pemerkosaan,
melihat kekerasan)
● Kelompok dengan disorder atau disabilitas
● Kelompok dalam institusi seperti yatim piatu, lansia, dengan disabilitas/disorder
● Kelompok dengan stigma parah
(eg: korban pemerkosaan, pekerja seks, dengan disorder)
● Kelompok yang rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia
(eg: minoritas, bekas tahanan)
Inter-Agency Standing Committee. (2007). IASC Guidelines on Mental Health and Psychosocial Support in Emergency Settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee.
1. Semakin besar skala bencana 2. Komplikasi bencana,
3. Bencana sosial (umumnya lebih menyebabkan traumatis lebih tinggi daripada bencana alam)
4. Kelompok rentan seperti wanita hamil, anak anak, lansia, orang dengan penyakit kronis, dan disabilitas.
Faktor yang Mempengaruhi
Gangguan Mental dan Psikososial
Faktor Dampak
Pengalaman traumatik:
● Goncangan gempa, kecelakaan kendaraan, terseret air bah / ombak, ledakan bom, menyaksikan kondisi korban, dll.
● Situasi panik, kekacauan dan ketidakpastian.
Kehilangan:
● Istri/suami, anak-anak, orang tua, karib-kerabat, dll.
● Harta benda, cita-cita dan masa depan.
Stressors pada lingkungan pascabencana:
● Barak pengungsian dan fasilitas pendukung.
● Kebutuhan-kebutuhan dasar: makanan, minuman, pakaian, kesehatan, transportasi, hiburan, dll.
● Lingkungan sosial.
Hidayat, R., n.d. Aspek-aspek psikososial dan kesehatan mental dalam hospital disaster preparedness plan. Yogyakarta. Available At: https://bencana-kesehatan.net/images/file/Microsoft
%20PowerPoint%20-%204.%20MH%20n%20Hospital%20Disaster%20Preparedness_rahmat%20hid.pdf [Accessed 15 April 2021].
Masalah Kesehatan Mental dan Psikososial dalam Keadaan Darurat Bersifat Sosial atau Psikologis, antara lain:
1. Pre-existing problem, merupakan masalah kesehatan mental dan psikologikal dari seseorang yang sudah ada pada dirinya bahkan sebelum bencana terjadi. Contohnya yaitu gangguan jiwa berat dan penyalahgunaan alkohol
2. Emergency-induced problem, merupakan masalah kesehatan mental dan psikologikal dari seseorang yang muncul disebabkan keadaan
bencana. Contohnya yaitu kesedihan, penderitaan, depresi, dan gangguan kecemasan, serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) 3. Humanitarian-aid related problem, contohnya yaitu kecemasan
karena kurangnya informasi tentang distribusi bantuan.
Inter-Agency Standing Committee. (2007). IASC Guidelines on Mental Health and Psychosocial Support in Emergency Settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee.
Piramid Intervensi
1. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Buku panduan dukungan psikososial bagi anak korban bencana alam. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 2020 Jun 6.
2. IASC. Iasc guidelines on mental health and psychosocial support in emergency settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee; 2007.
Response
Fungsi Umum 1. Koordinasi
2. Asesmen, monitor, dan evaluasi
3. Perlindungan dan standar hak asasi manusia
4. Sumber daya manusia
1. Mengadakan koordinasi kesehatan mental lintas sektor dan dukungan psikososial
1. Melakukan asesmen kesehatan mental dan isu psikososial 2. Memulai sistem partisipatif untuk pemantauan dan evaluasi
3. Menerapkan kerangka hak asasi manusia melalui kesehatan mental dan dukungan psikososial
4. Identifikasi, pantau, cegah, dan tanggapi ancaman dan kegagalan perlindungan melalui perlindungan sosial 5. Identifikasi, pantau, cegah, dan tanggapi ancaman dan
penyalahgunaan perlindungan melalui perlindungan hukum
6. Identifikasi dan rekrut staf serta melibatkan sukarelawan yang memahami budaya lokal
7. Menegakkan kode etik staf dan pedoman etika
8. Menyelenggarakan orientasi dan pelatihan tenaga bantuan mental dukungan kesehatan dan psikososial
9. Mencegah dan mengelola masalah kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial di antara staf dan relawan
24
1. IASC. Iasc guidelines on mental health and psychosocial support in emergency settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee; 2007.
Response
Domain Dukungan
5. Mobilisasi masyarakat dan dukungan
6. Pelayanan kesehatan 7. Edukasi
8. Penyebaran informasi
1. Memfasilitasi kondisi untuk mobilisasi komunitas, kepemilikan dan pengendalian tanggap darurat di semua sektor
2. Memfasilitasi swadaya masyarakat dan dukungan sosial 3. Memfasilitasi kondisi untuk budaya komunal yang sesuai,
praktik penyembuhan spiritual dan religius
4. Memfasilitasi dukungan anak kecil (0–8 tahun) dan pemberi perawatan
5. Menimbang aspek psikologis dan sosial tertentu dalam penyediaan pelayanan kesehatan umum
6. Identifikasi, pantau, cegah, dan tanggapi ancaman dan penyalahgunaan perlindungan melalui perlindungan hukum 7. Memberikan akses perawatan bagi orang dengan gangguan
jiwa berat
8. Melindungi dan merawat orang dengan gangguan jiwa berat dan cacat mental dan neurologis lainnya yang tinggal di institusi
9. Pelajari tentang dan, jika perlu, berkolaborasi dengan lokal, sistem kesehatan adat dan tradisional
10. Minimalisir bahaya terkait alkohol dan penggunaan zat lainnya 5. Memperkuat akses ke pendidikan yang aman dan suportif
1. Memberikan informasi kepada penduduk yang terkena dampak di darurat, upaya bantuan dan hak-hak hukum mereka
2. Berikan akses ke informasi tentang metode koping positif 25
1. IASC. Iasc guidelines on mental health and psychosocial support in emergency settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee; 2007.
Response
Domain Konsiderasi Sosial
9. Ketahanan pangan dan gizi 10. Tempat tinggal dan
perencanaan lokasi 11. Air dan sanitasi
9. Menimbang aspek sosial dan psikologis tertentu (bantuan yang aman untuk semua yang
bermartabat, dengan mempertimbangkan praktik budaya dan peran rumah tangga) dalam
penyediaan makanan dan dukungan nutrisi 10. Menimbang aspek sosial tertentu seperti
keamanan, martabat, bantuan yang sesuai budaya dan sosial di lokasi perencanaan dan penyediaan shelter, secara terkoordinasi 11. Menimbang aspek sosial tertentu seperti
keamanan dan budaya akses yang sesuai dalam penyediaan air dan sanitasi
26
1. IASC. Iasc guidelines on mental health and psychosocial support in emergency settings. Geneva: Inter-Agency Standing Committee; 2007.
Jelaskan peranan setiap tenaga
kerja kesehatan pada saat terjadi bencana
04
Peranan Setiap Tenaga Kesehatan
Fase Pra Bencana
1. Mengikuti pelatihan dan pendidikan penanggulangan bencana
2. Ikut terlibat dalam berbagai dinas, organisasi, maupun lembaga dalam memberikan penyuluhan dan simulasi menghadapi bencana
3. Mempromosikan kesiapan bencana Fase Bencana
4. Bertindak cepat
5. Tidak menjanjikan apapun untuk memberi harapan besar pada korban
6. Berkonsentrasi penuh
7. Berkoordinasi dan menciptakan kepemimpinan setiap kelompok penanggulangan bencana
1. Kurniayanti MA. Peran tenaga kesehatan dalam penanganan manajemen bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada. 2012;1(1):85-92.
Peranan Setiap Tenaga Kesehatan
Fase Darurat / Emergensi
1. Memfasilitasi kunjungan kesehatan
2. Menyusun rencana prioritas asuhan tenaga kesehatan harian 3. Merencanakan dan memfasilitasi pemindahan pasien
4. Mengevaluasi kebutuhan sehari-hari
5. Memeriksa dan mengatur obat, makanan, dan peralatan kesehatan 6. Menangani pasien dengan kondisi PTM atau kejiwaan labil
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis maupun psikosomatik korban 8. Membantu terapi kejiwaan korban
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan 10. Berkonsultasi dengan supervisi lokal
Fase Recovery
11. Bekerjasama menangani masalah kesehatan masyarakat dan mempercepat tahap pemulihan
1. Kurniayanti MA. Peran tenaga kesehatan dalam penanganan manajemen bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada. 2012;1(1):85-92.
Peranan Tim Kesehatan dalam Bencana
Setiap 10.000-20.000 orang
● Dokter umum : 4 orang
● Perawat : 10-20 orang
● Bidan : 8-16 orang
● Apoteker : 2 orang
● Ass. Apoteker : 4 orang
● Pranata Lab : 2 orang
● Epidemiolog : 2 orang
● Entomolog : 2 orang
● Sanitarian : 4-8 orang
● Ahli gizi : 2-4 orang
Setiap 5.000 orang
Pelayanan kesehatan dalam 24 jam
● Dokter : 2 orang
● Perawat : 6 orang
● Bidan : 2 orang
● Sanitarian : 1 orang
● Ahli gizi : 1 orang
● Asisten apoteker : 2 orang
● Administrasi : 1 orang Pelayanan kesehatan dalam 8 jam
● Dokter : 1 orang
● Perawat : 2 orang
● Bidan : 1 orang
● Sanitarian : 1 orang
● Ahli gizi : 1 orang
1. Depkes RI. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Peran Dokter saat terjadi Bencana
❑ Menyusun rencana maupun kebijakan dalam pelaksanaan penanganan medis bagi korban bencana
❑ Tanggap merespon keadaan di lapangan sehingga tau apa yang dikerjakan
❑ Manager dalam penanganan pasien berdasarkan triase
❑ Melaksanakan prosedur basic life support sampai pada tata laksana tindakan medis yang kompleks di rumah sakit darurat atau posko kesehatan
Peran Dokter Gigi saat terjadi Bencana
❑ Memberi dukungan peran tenaga kesehatan lain:● melakukan pertolongan pertama
● mengelola dan membuat klinik sementara untuk menyediakan tempat yang steril untuk memberikan penanganan medis
● membantu dalam kedokteran forensik melalui ilmu odontologi untuk mengidentifikasi korban bencana
Kumar A. (2013). Disaster management and physician Preparedness. Southern medical journal. pp 17-20 Crosby J. (1986). The family physician's role during disasters. 1st ed. Canada. Can Fam Phyisician
Gambhir RS, Kapoor D, Singh G, Sawhney G, Setia S. (2013). Disater management : role of dental professionals. 1st ed. . Int J Med Sci Public Health Hassmiller SB, Stanley SAR. (2014). Public health nursing and the disaster management cycle. 8th ed. Elseiver Mosby: USA
Peran Perawat saat terjadi Bencana
❑ Berbagi informasi kesehatan dengan tenaga kesehatan yang lain❑ Melakukan pertolongan pertama
❑ Memastikan ketersediaan perlengkapan medis (alat bidai, perban, alat tindakan lainnya)
❑ Membantu pengkajian epidemiologis dan surveilans
❑ mendampingi korban dalam menjalani kontrol (tekanan darah, denyut nadi, dan kondisi kesehatan lainnya)
❑ memberikan konseling, edukasi, dan dukungan psikologis kepada pasien
Peran Apoteker saat terjadi Bencana
❑ Manajemen ketersediaan obat❑ Pendistribusian obat-obatan di lokasi bencana
❑ Memberikan edukasi kepada korban mengenai obat-obatan dan kesehatan secara umum
Gambhir RS, Kapoor D, Singh G, Sawhney G, Setia S. (2013). Disater management : role of dental professionals. 1st ed. . Int J Med Sci Public Health Hassmiller SB, Stanley SAR. (2014). Public health nursing and the disaster management cycle. 8th ed. Elseiver Mosby: USA
Landesman LY. (2006). Public health management of disasters. 1st ed. Washington D.C. American Public Health Association.
Peran Ahli Kesehatan Masyarakat saat terjadi Bencana
❑ Memastikan keberlangsungan pelayanan kesehatan di lokasi bencana
❑ Mengawasi infrastruktur seperti ketersediaan air, hygiene sanitasi
❑ Melakukan penilaian populasi dengan kebutuhan khusus (lansia, tunarungu, tunanetra, dsb)
❑ Melakukan surveillance
❑ Memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan berfungsi dengan baik
❑ Advokasi kesehatan
❑ Pengalokasian sumber daya dan kebutuhan yang diperlukan dalam penanganan bencana
Landesman LY. (2006). Public health management of disasters. 1st ed. Washington D.C. American Public Health Association.
QBD 3 FG-C
Basmara Naila Indirasari 2106631186 Indira Tomiko 2106704635
Vella Ananda 2206047282
Zahratunnisa 2106708551
05
Jelaskan Dampak Bencana
Terhadap Tenaga
Kesehatan
Diawali Dengan….
● Kelelahan / fatigue
○ Diakibatkan beban kerja yang berat, banyaknya korban jiwa dibandingkan tenaga kesehatan
○ Tenaga kesehatan tidak dapat beristirahat dengan maksimal karena fasilitas yang kurang memadai dan situasi di lokasi bencana
● Risiko terjangkit penyakit, terutama penyakit menular
○ Kerap kali kondisi pasca bencana dapat menyebabkan masalah kesehatan baru dan tenaga kesehatan berisiko untuk terjangkit
● Berisiko menjadi korban jika terjadi bencana susulan
○ Dalam beberapa jenis bencana, seperti gempa dan tsunami terdapat potensi bencana susulan
○ Tenaga kesehatan yang berada di lokasi berpotensi untuk turut menjadi korban bencana susulan
Stress Emosional Stres Fisik
● Gangguan tidur, ingat kembali rasa ketakutan
● Ketakutan merasa sendiri dan merasa asing
● Gelisah, depresi, marah, rasa berdosa karena bertahan hidup
● Merasa terbebani, sangat menderita ketika tidak mampu memenuhi janji
● Merasa perlu menjauh dari situasi bencana apabila trauma berlebihan
● Sakit kepala, lemas di kaki – tangan, merasa lelah
● Nyeri otot, nyeri dada, mual, kurang nafsu makan
● Gangguan pernafasan, menggigil, kepala terasa panas, kedinginan
● Gemetar, pusing serasa berputar, influenza
Dampak Bencana Terhadap Nakes
Stress Kognitif Stres Perilaku
● Sulit berkonsentrasi, kehilangan ingatan jangka pendek
● Kemampuan mengambil keputusan dan pertimbangan menurun
● Tidak dapat menentukan pilihan dan urutan prioritas.
● Mudah marah/sensitif
● Tingkah laku yang berlebihan
● Anoreksia (menolak makan)
Dampak Bencana Terhadap Nakes
DAFTAR PUSTAKA
● Hamid AYS. Manajemen Psikososial pada Bencana (Refleksi Pandemi Covid 19) (unpublished lecture notes). Pengelolaan Bencana. Depok: Universitas Indonesia; lecture given 2023 Feb 17.
● Widayatun, & Fatoni, Z. (2013). Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana:Peran Petugas Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat (Health Problems in a Disaster Situation : the Role of Health Personnels and Community Participation). Jurnal Kependudukan Indonesia, 8(1), 37–52.
06 Jelaskan persiapan
yang harus dilakukan tenaga kesehatan
untuk mengurangi
dampak bencana
1. Meningkatkan kompetensi SDM, contohnya dengan mengikuti pelatihan seperti Advanced Trauma Life Support (ATLS) dan General Emergency Life Support (GELS)
2. Turut serta memberikan penyuluhan maupun simulasi bencana bersama dengan lembaga maupun organisasi lain
3. Melaksanakan promosi kesehatan, misalnya memberikan pelatihan pertolongan pertama atau memberikan informasi mengenai nomor darurat maupun alamat rumah sakit atau pemadam kebakaran, dll
Prabencana
Saat Bencana
1. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan serta menggunakan APD untuk melindungi diri 2. Mengkoordinasi dan menciptakan kepemimpinan pada kelompok yang menanggulangi bencana 3. Memfasilitasi konsultasi kesehatan
4. Mengenali reaksi psikologis yang muncul pada korban bencana dan membantu memberikan terapi kejiwaan
Pascabencana
1. Bekerja sama dengan lembaga atau organisasi lainnya dalam rangka percepatan masa pemulihan
Dokter
1. Melengkapi APD ketika sedang berada di lokasi bencana sebagai pelindung diri
2. Inisiatif dalam membuat perencanaan dan mempersiapkan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dalam keadaan darurat, meliputi obat-obatan untuk pertolongan pertama serta alat kesehatan terkait
3. Memperkirakan penyakit yang umum terjadi saat bencana dan mempersiapkan obatnya 4. Mempersiapkan buffer stock di apotek terdekat
5. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya persiapan mengurangi dampak bencana
Melakukan pelatihan:
a. Untuk perawat lapangan di lokasi bencana, contohnya keperawatan gawat darurat dasar b. Untuk perawat di fasilitas rujukan, contohnya keperawatan ICU, jiwa, dan PONED
Perawat juga harus melengkapi diri dengan APD untuk menjaga diri serta meningkatkan kemandirian dan inisiatif dalam penanggulangan bencana.
Perawat
Apoteker
1. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait bencana seperti EMAs, EMS, dan lainnya
2. Melaksanakan penilaian kapasitas yang menentukan sumber daya sistem kesehatan masyarakat di komunitas (kapasitas kesediaan fasilitas dan peralatan kesehatan di lokasi kejadian bencana) 3. Menyusun rencana, pedoman, prosedur yang konsisten dengan yang digunakan untuk kepentingan
publik dan mengkomunikasikan risiko
4. Turut serta dalam perencanaan, desain, pelaksanaan latihan untuk menilai kesiapsiagaan dan tanggapan kesehatan masyarakat
5. Berpartisipasi dalam mengetahui kerentanan bahaya dan penilaian risiko di wilayah rawan bencana 6. Memastikan bahwa tenaga kesehatan menggunakan alat perlindungan diri untuk mengurangi
dampak terhadap dirinya sendiri
Ahli Kesmas
1. Membuat dan memutuskan kebijakan di bidang gizi
2. Melaksanakan penanggulangan gizi buruk berskala nasional
3. Mengkoordinasi, memfasilitasi, dan mengevaluasi surveilans kewaspadaan gizi skala nasional 4. Melakukan pembinaan dan pengawasan dalam hal pelaksanaan urusan wajib gizi
5. Berusaha memenuhi kecukupan dan perbaikan gizi pada keluarga miskin, rawan gizi, dan dalam situasi darurat (situasi darurat → menyusun rencana respon gizi dan kesiapsiagaan gizi)
6. Diharapkan bagi ahli gizi untuk menggunakan APD dalam rangka mengurangi potensi dampak negatif terhadap dirinya sendiri
Ahli Gizi
DAFTAR PUSTAKA
CDC.(2011).Public Health Emergency Response Guide for State, Local, and Tribal Public Health Directors Version 2.0. CDC Emergency Response. Available at:
https://emergency.cdc.gov/planning/pdf/cdcresponseguide.pdf (Accessed: April 29. 2023)
Faradilla, M. (2018) “Peran Tenaga Kefarmasian Dalam Penanggulangan Bencana,” Pharmaceutical Sciences and Research, 5(1), pp. 14–18. Available at: https://doi.org/10.7454/psr.v5i1.3914.
Kurniayanti, M. (2012) “PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PENANGANAN MANAJEMEN BENCANA,”
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA, 1(1). Available at: https://studylibid.com/doc/1035551/peran- tenaga-kesehatan-dalam-penanganan-manajemen-bencana (Accessed: March 28, 2023).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan
Setiyarini, L.D. et al. (2020) “Pengetahuan Dan Peran apoteker tentang disaster management,” Jurnal Farmasi Komunitas, 6(1), p. 30. Available at: https://doi.org/10.20473/jfk.v6i1.21827.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon and infographics & images by Freepik
THANKS!
DO YOU HAVE ANY
QUESTIONS?
Home Group 4
● Bagus Ryan Rafiansyah (2206047300)
● Dyah Ayu Giandhari (2106704761)
● Sandra Oktavientina (2106705133)
QBD3_PB-
25
TABLE OF CONTENTS
07 DEFINISI RELAWAN 08 DILEMA ETIS
RELAWAN
07 Definisi Relawan
DEFINISI RELAWAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016)
Berasal dari kata “Sukarelawan” (n) memiliki arti → orang yang melakukan segala sesuatu dengan sukarela (tidak ada paksaan dari pihak manapun).
Menurut Wahlström dalam buku “Sedai Framework for Disaster Risk Reduction”, relawan merupakan organisasi berbasis komunitas yang bekerjasama dengan lembaga publik untuk memberikan pengetahuan khusus dan panduan pragmatis dalam konteks pengembangan dan implementasi kerangka normatif, standar, dan rencana untuk pengurangan risiko bencana.
Menurut BNPB, relawan merupakan dapat didefinisikan sebagai “seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.”
DEFINISI RELAWAN
Menurut Schroeder (1998), relawan adalah individu yang rela menyumbangkan tenaga atau jasa, kemampuan dan waktunya tanpa mendapatkan upah secara finansial atau tanpa mengharapkan keuntungan materi dari organisasi pelayanan yang mengorganisasi suatu kegiatan tertentu secara formal. Selain itu kegiatan yang dilakukan relawan bersifat sukarela untuk menolong orang lain tanpa adanya harapan akan imbalan eksternal.
DEFINISI RELAWAN
United Nation Volunteer
A person who does something especially helping other people, willingly and without being forced or paid to do it.
UNICEF
*UNICEF works with volunteers primarily through the United Nations Volunteers (UNV) programme.
Palang Merah Indonesia (PMI)
Tenaga Sukarela (TSR) adalah anggota PMI yang direkrut dari perseorangan dari kalangan masyarakat yang berlatar belakang profesi atau memiliki keterampilan tertentu.
ORGANISASI RELAWAN
International Volunteer Organization
● Global Volunteers
● Conservation Volunteers
● VSO (British volunteer organization)
● Service Civil International
● The United Nations Volunteers
● Dan lainnya.
National Volunteer Organisasi
● Indorelawan
● Relawan Siaga
● Relawan King and Queen Peace of Indonesia
● Palang Merah Indonesia
● Ikatan Dokter Indonesia
● Persatuan Perawat Nasional Indonesia
● Dan lainnya.
Kode Etik Perilaku Pekerja Dan Relawan Kemanusiaan (Code Of Conduct)
1. Amanah/panggilan kemanusiaan diutamakan terlebih dahulu.
2. Bantuan diberikan tanpa memandang ras, suku, kebangsaan manapun dari penerima dan tanpa pilih kasih, termauk pula perbedaan gender, disabilitas, usia, agama, dan etnis. Prioritas bantuan ditentukan semata-mata berdasarkan kepada kebutuhan.
3. Bantuan tidak akan dipergunakan untuk kepentingan politik atau agama tertentu.
4. Berusaha untuk tidak bertindak sebagai piranti politik pemerintah asing / negara lain
5. Hargai budaya dan adat istiadat setempat.
6. Membangun dalam tanggap bencana berdasarkan kemampuan lokal.
7. Melibatkan penerima manfaat dalam program pengelolaan bantuan darurat.
8. Kurangi kerentanan terhadap bencana ke depan, dan penuhi kebutuhan dasar.
9. Akuntabel kepada yang ditolong dan kepada yang memberikan sumber daya.
10. Perlakukan para penyintas sebagai manusia yang bermartabat, bukan sebagai obyek yang tidak lagi berpengharapan.
08 Dilema etis
relawan
DEFINISI DILEMA ETIS
Dilema etis adalah suatu situasi yang melibatkan dua
atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak
dapat dilakukan keduanya. Dalam menangani dilema
etis biasanya tersedia lebih dari satu cara yang bisa
dilakukan.
Pada saat bencana, relawan sering
mengalami dilema etis. Terdapat 10 pihak yang terlibat, yaitu:
● Patient
● Provider
● Provider group/peers
● Provider Organization/local volunteer healthcare providers
● Public health
● Policymakers/politicians
● Payers/insures
● Non-governmental organization
● Press/Mass Media
● Populace/General public
Dilema etis relawan
Relawan - Korban
(Mikro)
Relawan - Relawan (Meso)
Relawan -
Masyarakat
(Makro)
Relawan - Korban (Mikro)
● Memberikan pertolongan kepada korban yang masih dapat berjalan tetapi meminta perhatian lebih.
● Menentukan kategori triage pasien secara objektif, akurat, dan etis dalam waktu yang singkat dengan situasi kurang kondusif.
● Menjaga privasi korban di tengah keadaan yang tidak kondusif.
● Tetap memberikan pertolongan sesuai dengan standar dalam segala keterbatasan fasilitas.
● Merawat korban yang terinfeksi penyakit menular.
● Bekerja di lingkungan yang dapat mengancam keselamatan relawan.
● Melakukan informed consent pada pasien di tengah tekanan.
● Menyeimbangkan kebutuhan perawatan paliatif pasien hamil di tengah permintaan keluarga untuk melakukan segalanya.
● Perawatan terhadap warga asing, orang asing, militer, tahanan, atau pelaku teror.
● Mengutamakan perawatan VIP, PNS< pimpinan, TNI, sanak saudara, sahabat, dan tenaga kesehatan.
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Relawan - Korban (Mikro)
● Melakukan penelitian akademis dan mendapatkan persetujuan dari pasien yang terpapar bencana dibawah tekanan.
● Menyeimbangkan peran penyedia primer dengan peran sebagai agen negara atau kesehatan masyarakat.
● Menyeimbangkan tugas individu pasien dengan tugas menjaga diri dan keluarga di tengah runtuhnya infrastruktur, pandemi, kejatuhan nuklir, atau bencana lain yang mengancam diri pribadi.
● Menyeimbangkan integritas dengan empati/yugas kepada individu korban bencana yang mencari kompensasi atas kerusakan dan/atau kecacatan.
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Relawan - Relawan (Meso)
● Membantu relawan walau dalam prosesnya dapat membahayakan diri sendiri.
● Pergeseran peran, hirarki profesi, dan perebutan kekuasaan dalam tim.
● Menangani permasalahan relawan seperti kecerobohan, tidak profesional, dan ketidakhadiran pemimpin ataupun relawan.
● Memastikan keselamatan dan kesehatan fisik/mental sebelum, selama, dan sesudah bencana.
● Pelaporan pajanan dan masalah privasi.
● Mengoptimalkan komunikasi antar tim respon bencana, konsultan, organisasi, dan tenaga kesehatan.
● Konflik kepentingan di antara organisasi lokal, federal, dan negara.
● Menyusun niat baik terhadap rekan-rekan kerja dalam tekanan.
● Mengatasi keamanan dan kesehatan mental diri sendiri dan tenaga kesehatan lain.
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Relawan - Relawan (Meso)
● Membuat kebijakan karantina dan rehabilitasi bagi korban bencana.
● Menyeimbangkan rekrutmen tenaga ahli agar tidak terjadi konvergen antar relawan.
● Menentukan bagaimana respon bencana dapat berkaitan dengan altruisme, kewajiban profesi, dan keduanya.
● Memastikan relawan diberi kompensasi.
● Membagi rekognisi antar rekan kerja yang terjun ke situasi bencana.
● Merekrut relawan mana yang memiliki sertifikasi, terlatih, dan kompeten.
● Mewajibkan fasyankes untuk melaporkan situasi secara periodik.
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Relawan - Masyarakat (Makro)
● Menentukan batas kewajiban dalam menanggulangi bencana (lokal, domestik, dan global).
● Tugas untuk berkomunikasi secara jujur dan hati-hati untuk risiko pembuat kebijakan lokal dan negara, media, serta masyarakat.
● Menolak laporan atau kebijakan yang tidak etis, menyangkut rasis, ras, dan kelompok masyarakat tertentu.
● Kewajiban menyampaikan risiko dengan hati-hati kepada negara, pemerintah, media, dan masyarakat.
● Memberikan transparansi triase bencana pada pemerintah dan masyarakat.
● Bersifat proaktif dan retroaktif dalam mempromosikan evaluasi kebijakan mengenai penyelamatan dan evakuasi pada situasi bencana.
● Menjaga integritas profesi di tengah bencana dan paranoia.
● Memastikan keadilan dalam situasi bencana.
● Meminimalkan konflik kepentingan dalam pengalokasian sumber daya,
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Minami, H., & Young-soo, S. (2009). ICN Framework of Disaster Nursing Competencies (2009th ed.). World Health Organization and International Council of Nurses.
Contoh Kasus Dilema Etis pada Relawan (Dokter)
● Dokter yang melakukan tindakan medis di tengah-tengah kondisi bencana dapat menemukan berbagai keterbatasan,seperti fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan defisit obat-obatan serta peralatan medis
● Keterbatasan yang ditemui dapat dikategorikan sebagai penganangan medis yang “lalai”
● Namun, seorang dokter yang melakukan tindakan medis terhadap korban bencana yang mengalami kegawatdaruratan medis dengan keterbatasan yang ada tidak dapat dianggap sebagai melakukan tindakan medis yang “lalai” karena dokter memiliki kewajiban untuk menghindarkan pasien dari bahaya.
Koenig KL, Schultz CH. (2010). Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press.
Referensi
Ayu, R.B. and Rezi, M. (2019) “HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KREDIBILITAS
RELAWAN KAKAK ASUH,” e-Proceeding of Management, 6(3), pp. 6346–6353. ISSN : 2355-9357
Koenig, K.L. and Schultz, C.H. (2010) Koenig and schultz's disaster medicine comprehensive principles and practices. Cambridge: Cambridge Univ. Press.
Minami, H., & Young-soo, S. (2009). ICN Framework of Disaster Nursing Competencies (2009th ed.). World Health Organization and International Council of Nurses.
Nasution, M.S. (2020) Panduan untuk Pekerja dan Relawan Kemanusiaan di masa Kenormalan Baru dalam konteks Pandemik COVID-19 . Kementerian Sosial RI.
Sjamsuhidajat, R., Meilia, P.D. and Zulfiyah, I.A. (2020) “Etika Kedokteran Dalam kegiatan tanggap darurat bencana,” Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, 4(1). Available at: https://doi.org/10.26880/jeki.v4i1.39.
(Accessed: March 28, 2023).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo. Apa itu relawan kebencanaan [internet]. 2020 Jun 09 [cited 2023 Mar 30]. Availblefrom: https://bpbd.purworejokab.go.id/apa-itu-relawan-kebencanaan
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon and infographics & images by Freepik
THANK
DO YOU HAVE ANY YOU!
QUESTIONS?