RANGKAIAN DASAR OP-AMP
(Laporan Praktikum Elektronika)
Oleh
Rafael Hance Geraldo 2315051003
LABORATORIUM INSTRUMENTASI GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
Judul Percobaan : Rangkaian Dasar Op-Amp Tanggal Percobaan : 29 Oktober 2024
Tempat Percobaan : Laboratorium Instrumentasi Geofisika
Nama : Rafael Hance Geraldo
NPM : 2315051003 Jurusan : Teknik Geofisika
Fakultas : Teknik
Kelompok : IV (Empat)
Bandar Lampung, 5 November 2024 Mengetahui,
Asisten
Malikha Maharani NPM.2215051002
ii
ABSTRAK
RANGKAIAN DASAR OP-AMP
Oleh
Rafael Hance Geraldo
Praktikum elektronika geofisika kali ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2024 pada pukul 06.30 WIB sampai dengan selesai, di laksanakan di Laboratorium Instrumentasi Geofisika. Praktikum kali ini praktikan dijelaskan tentang rangkaian dasar Op-Amp. Tujuan praktikum kali ini adalah mampu membuktikan secara eksperimental bahwa penguatan suatu Op-Amp dapat diatur dan dapat bernilai negatif, mampu mengoprasikan Op-Amp sebagai amplifier non-inverting dan sebagai amplifier inverting. Diketahui bahwa Oprasional-Amplifier atau dikenal dengan Op-Amp sebagai penguat dengan multistage yang mempunyai input differensial, Op-Amp dikemas dalam rangkaian terintegrasi (IC) dengan memiliki ciri-ciri yaitu memiliki dua input dengan satu output, impedensi input tinggi, impendensi output rendah, penguatan open loop yang tinggi, lebar pita frekuensi tak terhingga, dapat dikonfigurasi dengan umpan balik dan output nol apabila kedua tegangan input sama. Dalam konfigurasi Op-Amp non-inverting sinyal pada tegangan input, Vin diaplikasikan langsung dengan terminal input non-inverting yang menghasilkan tegangan keluar positif sedangkan pada konfigurasi Op-Amp inverting adalah penguat dengan penguatan konstan atau tetap menghasilkan tegangan keluaran negatif karena penguatannya selalu negatif. Untuk mencari nilai A (penguatan) menggunakan rumus A=Vout/Vin=-Rf/R2, dengan rumus tersebut dihasilkan nilai penguatan. Adapun hasil yang didapatkan pada percobaan saat praktikum adalah Vin yang sudah ditetapkan menghasilkan nilai Vout dan A (penguatan).
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...iv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Praktikum ... 1
II. TEORI DASAR 2.1 Resistor ... 2
2.2 Protoboard ... 2
2.3 Multimeter ... 3
2.4 Power Supply... 3
2.5 OP-AMP ... 4
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 5
3.2 Diagram Alir ... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAAN 4.1 Data Pengamaatan ... 7
4.2 Pembahasan ... 7 V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Resistor ... 5
Gambar 2. Protoboard ... 5
Gambar 3. Multimeter ... 5
Gambar 4. Power Supply ... 5
Gambar 5. OP-AMP... 5
Gambar 6. Diagram Alir ... 6
v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektronika geofisika adalah yang menggabungkan prinsip-prinsip elektronik dengan geofisika untuk mempelajari konduktivitas kelistrikan. Pengukuran besaran listrik dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau mendeteksi untuk mengetahi nilai besaran kelistrikan kondisi komponen listrik. Alat ukur listrik digunakan untuk mengukur berbagai besaran listrik seperti hambatan (R), kuat arus (I), tegangan atau beda potensial (V), daya listrik (P), dan lainnya.
Oprasional-Amplifier atau dikenal dengan Op-Amp sebagai penguat dengan multistage yang mempunyai input differensial, Op-Amp dikemas dalam rangkaian terintegrasi (IC), memiliki dua input dengan satu output, impedensi input tinggi, impendensi output rendah, penguatan open loop yang tinggi, dapat dikonfigurasi dengan umpan balik, output nol apabila kedua tegangan input sama. Konfigurasi Op-Amp non-inverting sinyal tegangan input, Vin diaplikasikan langsung dengan terminal input non-inverting yang menghasilkan tegangan keluar positif dan konfigurasi Op-Amp inverting menghasilkan tegangan keluar negatif karena penguatannya selalu negatif.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu membuktikan secara eksperimental bahwa penguatan suatu Op-Amp dapat diatur dan dapat bernilai negatif
2. Mahasiswa mampu mengoprasikan Op-Amp sebagai amplifier non- inverting
3. Mahasiswa mampu mengoprasikan Op-Amp sebagai amplifier inverting.
II. TEORI DASAR
2.1 Resistor
Suatu rangkaian setelah gelombang dibutuhkan komponen berupa resistor, kapasitor, dioda, dan transformator. Resistor merupakan komponen elektronik yaitu dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik dengan memprosuksi tegangan listrik diantara kedua kutubnya, sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Resistor yang ada dalam rangkaian berfungsi untuk menghambat atau mengatur arus listrik yang masuk (Arpin, 2020).
Resistor adalah komponen elektronik pasif yang digunakan untuk menghambat arus listrik. Satuan hambatan (resistansi) suatu resistor disebut ohm dan dilambangkan dengan simbol Ω (omega). Berdasarkan nilai resistansinya, resistor dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu resistor tetap adalah resistor yang nilai resistansinya tetap, dan penentuan nilai resistansi tetap tersebut diatur oleh EIA (Electronic Industries Association), tetapi untuk resistor kawat nikel dan SMD (Surface Mouth Device) nilainya dicetak pada resistor dari huruf dan angka yang ada pada resistor (Fuadi, 2020).
2.2 Protoboard
Protoboard merupakan papan yang berisi lobang dan sambungan yang disusun sedemikian rupa yang digunakan untuk membuat rangkaian elektronik tanpa perlu menyolder. Tanpa protoboard tidak dapat menyambung karena untuk menyambungkan kaki-kaki yang ada pada komponen dengan kabel yaitu dalam Protoboard disebut juga dengan project board adalah dasar kontruksi sebuah sirkuit elektronik yang merupakan bagian prototipe dari suatu rangkaian elektronik yang belum disolder sehingga dapat dirubah skema atau pengantian
3
komponen (Orlando dan Chandra, 2022).
Breadboard adalah sejenis papan roti yang biasanya digunakan untuk membuat prototype rangkaian elektronik. Beberapa orang kadang menyebutnya project board atau bahkan protoboard (prototype board). Pada dasarnya breadboard adalah board yang digunakan untuk membuat rangkaian elektronik tanpa harus merepotkan pengguna untuk menyolder. Sehingga arus dari satu komponen bisa terdistribusi dengan baik sesuai keinginan ke komponen lain tanpa harus merepotkan pengguna untuk melakukan penyolderan atau bongkar pasang (Fair dan Mulyadi, 2023).
2.3 Multimeter
Multimeter sering digunakan oleh teknisi dalam melakukan pengukuran tegangan listrik. Namun saat menggunakan multimeter, teknisi membagi fokusnya menjadi dua arah yaitu hasil pengukuran yang tertampil pada multimeter dan pada peralatan listrik yang diukur. Multimeter merupakan salah alat ukur elektronik yang digunakan untuk mengetahui ukuran tegangan listrik, karena harus membagi fokus antara alat yang diukur dengan tampilan hasil pengukuran pada multimeter (Kadir, et al., 2021).
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering disebut dengan VOM (volt- ohmmeter), multimter juga dapat menghitung tegangan (volt-meter), dapat mengukur tahanan (ohm-meter) dan arus (amperemeter). Dalam menggunakan multimeter analog hanya menunjukkan nilai resistansi atau tahanan, untuk itu gypsum block sendiri harus dikalibrasi di laboratorium untuk mendapatkan persamaan kalibrasi dan menghasilkan resistansi konstan (Sir, et al., 2016).
2.4 Power Supply
Power Supply atau yang sering disebut dengan catu daya pada elektronika yang mengubah arus listrik AC (bolak-balik) menjadi arus listrik DC (searah). Catu daya adalah peralatan yang berfungsi sebagai penyedia daya untuk peralatan lainnya. Power supply dibagi menjadi beberapa jenis yaitu DC power supply, AC power supply dan switch mode power supply. Sumber listrik (power source) adalah rangkaian elektronika yang mengubah arus bolak-balik (alternating current) menjadi arus searah (searah) (Putra, et al., 2020).
4
Power supply adalah suatu alat elektronika yang berfungsi sebagai pemberi (supply) sumber daya (power) untuk bagian lain. Power supply memanfaatkan transformator konvesional atau linier untuk mengambil sumber tegangan dari AC kemudian menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, dengan frekuensi yang sama. SMPS adalah power supply yang dapat menjaga kestabilan tegangan dan arus listrik meskipun terjadi perubahaan atau variasi pada beban atau sumber listrik (tegangan dan arus input) dan didesain memiliki efisiensi daya yang baik (Fitriani, 2020).
2.5 OP-AMP
Penguat operasional (Op-Amp) adalah suatu komponen elektronika yang terdiri dari beberapa komponen seperti resistor, dioda, resistor, dan lain-lain.
Diintegrasikan dalam suatu rangkaian terpadu yang berfungsi untuk menguatkan arus searah maupun bolak-balik dalam penerapan penguat operasional ini. Penguat terdiri dari transistor, kapasitor, dan resistor yang ditempatkan dalam integrated circuit (IC). Penguat operasional merupakan suatu komponen yang berfungsi berupa operasi matematika pada tegangan.
Selain penjumlahan juga terdapat integral, reduksi, perbandingan, dan pembanding (Pebriawan, et al., 2022).
Op-amp adalah sebuah IC yang berfungsi untuk memperkuat sinyal listrik dan tegangan listrik. Besarnya penguatan pada suatu rangkaian Op-Amp ditentukan oleh nilai resistor yang dipasang pada rangkaian tersebut. Resistansi ini mencakup resistansi umpan balik Rf (resistor Feedback) dan Rin (resistor input). Secara umum rangkaian pada op-amp sebagai penguat tegangan terbagi menjadi dua macam yaitu penguat inverting dan penguat non-inverting. Pada penguat inverting nilai tegangan keluarannya berada pada fase berkebalikan dengan tegangan masukan Op-Amp, sedangkan pada penguat non-inverting nilai tegangan keluaran sama memiliki memiliki nilai keluaran dengan tegangan masukan (Putranto, et al., 2021).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain
Gambar 1. Resistor Gambar 2. Protoboard
Gambar 3. Multimeter Gambar 4. Power Supply
Gambar 5. OP-AMP
Mulai
Mempersiapkan alat dan bahan, Menyusun rangkaian sesuai dengan gambar 5.3 dan 5.4
Mengerjakan tugas pendahuluan Bab V
Nilai Vout dan A (penguatan)
Selesai
Mencatat nilai yang didapatkan
Berikan teganan Vpl=12 V dan Vpl=6 V dengan Vin 0,1-0,5 V
6
3.2 Diagram Alir
Adapun kegiatan praktikum pada kali ini dijelaskan pada diagram alir berikut.
Gambar 6. Diagram Alir.
Menghubungkan rangkaian ke dua power supply untuk mengukur Vout dan A
IV. HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1 Data Pengamatan
Data pengamatan dalam praktikum terdapat pada lampiran 4.2 Pembahasan
Praktikum elektronika geofisika kali ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumen Geofisika pada hari rabu tanggal 29 Oktober 2024 pada pukul 06.30 WIB sampai selesai. Sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan diberi tugas untuk mengerjakan tugas pendahuluan terlebih dahulu dikumpulkan sebelum memulai praktikum. Praktikum kali ini diberikan penjelasan terlebih dahulu, setalah diberikan penjelasan selanjutnya praktikan Menyusun rangkaian 5.3 dan 5.4. Praktikum kali ini membahas tentang rangkaian dasar Op-Amp. Tujuan praktikum kali ini adalah mampu membuktikan secara eksperimental bahwa penguatan suatu Op-Amp dapat diatur dan dapat bernilai negatif, mampu mengoprasikan Op-Amp sebagai amplifier non-inverting dan sebagai amplifier inverting. Diketahui bahwa Oprasional-Amplifier atau dikenal dengan Op-Amp sebagai penguat dengan multistage yang mempunyai input differensial, Op-Amp dikemas dalam rangkaian terintegrasi (IC) dengan memiliki ciri-ciri yaitu memiliki dua input dengan satu output, impedensi input tinggi, impendensi output rendah, penguatan open loop yang tinggi, lebar pita frekuensi tak terhingga, dapat dikonfigurasi dengan umpan balik dan output nol apabila kedua tegangan input sama. Dalam konfigurasi Op-Amp non- inverting sinyal pada tegangan input, Vin diaplikasikan langsung dengan terminal input non-inverting yang menghasilkan tegangan keluar positif sedangkan pada konfigurasi Op-Amp inverting adalah penguat dengan penguatan konstan atau tetap menghasilkan tegangan keluaran negatif karena
8
penguatannya selalu negatif. Setelah membuat rangkaian maka akan dihubungkan dengan power supply untuk melihat berapa Vout yang dihasilkan, setalah menghasilkan Vout selanjutnya menghitung nilai A (penguatan) dengan menggunakan rumus A=Vout/Vin=-Rf/R2, dengan rumus tersebut dihasilkan nilai penguatan.
Hasil yang didapatkan pada tugas pendahuluan pada pengukuran Op-Amp non- inverting diketahui bahwa pengukuran non-inverting bahwa yang dihasilkan pada perhitungan manual menghasilkan nilai penguatan yang tetap yaitu 11 baik pada Vpl = 12 V maupun Vpl = 6 V. Pada pengukuran Vpl = 12 V menghasilkan nilai Vout yang meningkat dari 1,1-5,5 V dengan kata lain selalu meningkat sebanyak 0,1 V yaitu stabil pada Vin 0,1-0,5 V dan pada Vpl = 6 V mendapatkan hasil yang sama selalu naik. Sedangkan nilai yang dihasilkan perhitungan secara langsung adalah nilai yang dihasilkan naik turun sehingga kenaikannya tidak stabil seperti pada perhitungan secara manual seperti pengukuran Vpl = 12 V pada Vin 0,1 menghasilkan nilai 8,890 V sedangkan Vin 0,2 mendapatkan nilai 11,545 V nilai yang dihasilkan pada pengukuran selanjutnya mendapatkan nilai tidak jauh seperti Vin 0,2 namun mengalami naik turun yang tidak seimbang. Lalu pada Vpl = 6 V menghasilkan nilai yang cukup stabil namun masih mengalami naik turun, dikarenakan nilai Vout yang dihasilkan tidak stabil maka nilai A (penguatan) mengalami perbedaan tidak seperti perhitungan manual yang menghasilkan nilai A (penguatan) yang tetap.
Hasil yang didapatkan pada tugas pendahuluan pada pengukuran Op-Amp inverting diketahui bahwa pengukuran inverting akan menghasilkan nilai negarif yaitu bahwa yang dihasilkan pada perhitungan manual menghasilkan nilai penguatan yang tetap yaitu -10 baik pada Vpl = 12 V maupun Vpl = 6 V.
Pada pengukuran Vpl = 12 V menghasilkan nilai Vout yang meningkat dari - 1,0 sampai -5,0 V pada Vin 0,1-0,5 V dan pada Vpl = 6 V mendapatkan hasil yang selalu naik. Nilai yang dihasilkan perhitungan secara langsung adalah nilai yang dihasilkan naik sehingga kenaikannya stabil seperti pada perhitungan secara manual seperti pengukuran Vpl = 12 V pada Vin 0,1 menghasilkan nilai -11,535 V sedangkan Vin 0,2 mendapatkan nilai -11,775 V nilai yang dihasilkan pada pengukuran selanjutnya mendapatkan nilai tidak
9
jauh seperti Vin 0,2 selalu mengalami kenaikan. Lalu pada Vpl = 6 V menghasilkan nilai yang cukup stabil namun masih mengalami naik turun.
Pada input tegangan Op-Amp adalah selisih antara tegangan kedua inputnya.
Op-Amp memiliki hambatan input yaitu Rin yang sangat besar, hampir mendekati tak terhingga, sehingga tidak membebani rangkaian yang menghubungkannya. Tegangan output yang dihasilkan oleh Op-Amp adalah respons terhadap perubahan tegangan input ini. Op-Amp juga memiliki hambatan output yaitu Rout yang sangat kecil, mendekati 0 Ohm, sehingga tidak menghalangi arus keluaran dan untuk menjaga tegangan output yang stabil. Jika ada pertanyaan, apakah kita bisa menghasilkan tegangan output yang lebih tinggi dari tegangan Vp1 (Vcc) Op-Amp dengan tegangan input yang cukup kecil, jawabannya adalah tidak. Karena output Op-Amp tidak dapat melebihi batas tegangan pada catu daya (Vcc atau Vee). Jika tegangan output Op-Amp mendekati atau melebihi batas ini, rangkaian pada output akan membatasi tegangan ke level catu daya maksimum atau minimum, sehingga menyebabkan Op-Amp memasuki kondisi saturasi. Untuk mencapai tegangan output maksimum yaitu hampir mendekati Vcc atau Vee, maka bisa meningkatkan tegangan input, namun output tetap tidak akan melebihi batas catu daya.
Penguatan dalam Op-Amp merujuk pada kemampuannya untuk memperbesar perbedaan tegangan antara kedua input. Nilai yang dihasilkan pada penguatan Op-Amp biasanya dihitung dengan rumus penguatan differensial, yang mempertimbangkan rasio antara resistansi pada umpan balik dan resistansi masukan. Namun, hasil perhitungan penguatan ini di teori tidak selalu sesuai dengan kenyataan pada rangkaian yang sebenarnya, karena terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kinerja Op-Amp. Salah satu faktor utama adalah ketidakidealan, suatu Op-Amp ideal sulit ditemukan sehingga pada komponen ini memiliki karakteristik seperti offset tegangan input, arus bias input, dan noise yang dapat mengurangi keakuratan penguatan. Faktor ini sering menyebabkan hasil penguatan yang berbeda dari yang diharapkan secara teori.
Selain itu pada stabilitas rangkaian sangat memengaruhi kinerja Op-Amp. Jika rangkaian tidak dirancang dengan tepat atau terdapat gangguan dari luar maka
10
Op-Amp bisa menjadi tidak stabil. Kecocokan komponen yang digunakan juga sangat penting yaitu komponen yang tidak sesuai spesifikasi atau kualitasnya rendah bisa memengaruhi penguatan dan akurasi pengukuran. Pada kondisi lingkungan juga berpengaruh, seperti suhu dan kelembaban, yang dapat mengubah karakteristik komponen dan Op-Amp itu sendiri. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa penguatan yang dihitung sesuai dengan hasil, diperlukan pengujian dan pengukuran pada rangkaian Op-Amp yang telah dirancang. Kesimpulannya, Op-Amp adalah perangkat yang berperan sebagai penguat multistage dengan karakteristik utama yaitu input diferensial, dua input, satu output, impedansi input yang tinggi, dan impedansi output yang rendah. Ciri-ciri ini memungkinkan Op-Amp untuk memiliki penguatan open- loop yang tinggi, lebar pita frekuensi yang luas, serta kemampuan untuk menghasilkan output nol ketika kedua tegangan input sama.
Pada percobaan kali ini dapat disumpulkan bahwa Op-Amp menghasilkan tegangan output positif sesuai dengan tegangan inputnya (Vin) yang diberikan langsung ke terminal input non-inverting. Sementara itu, pada konfigurasi inverting nilai Op-Amp menghasilkan tegangan keluaran negatif dengan penguatan yang tetap dan konstan. Pada perhitungan manual untuk konfigurasi non-inverting menghasilkan nilai penguatan tetap sebesar 11 pada tegangan Vpl 12 V maupun 6 V. Dalam pengukuran langsung didapatkan penguatan cenderung tidak stabil, dan tidak sesuai dengan nilai tetap dari perhitungan manual, khususnya pada Vpl 12 V yang mengalami kenaikan dan penurunan tidak stabil. Pada konfigurasi inverting, perhitungan manual menghasilkan penguatan konstan sebesar -10, baik untuk Vpl 12 V maupun 6 V. Dalam pengukuran langsung, hasil penguatan ini menunjukkan kecenderungan kenaikan yang stabil pada tegangan Vpl 12 V dan Vpl 6 V, hasilnya juga mengalami ketidakstabilan. Secara keseluruhan, percobaan ini menunjukkan bahwa meskipun nilai teoritis penguatan dapat dihitung, hasil perhitungan langsung sering kali berbeda akibat ketidakstabilan komponen dan berbagai faktor eksternal yang memengaruhi kinerja Op-Amp.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan kegiatan praktikum yaitu:
1. Pada penguatan suatu OP-AMP dapat diatur dan dapat bernilai negatif dengan menggunakan rangkaian OP-AMP sebagai rangkaian penguat operasional non- inverting dan sebagai rangkaian penguat operasional inverting.
2. Pada mengoperasikan OP-AMP sebagai penguat non-inverting, pada terminal input non-inverting (+) dihubungkan dengan sinyal masukan, sementara terminal inverting (-) dihubungkan ke ground melalui resistor input R1 dan juga terhubung ke output melalui resistor umpan balik Rf.
3. Pada mengoperasikan OP-AMP sebagai penguat inverting, terminal input non- inverting (+) dihubungkan ke ground. Sinyal masukan Vin dihubungkan ke terminal inverting (-) melalui resistor input R1, dan resistor umpan balik Rf menghubungkan output kembali ke terminal inverting.
DAFTAR PUSTAKA
Arpin, R. M. (2020). Skematik Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang pada Rangkaian Elektronika Analog. DEWANTARA. J. Tech 1(1), 22-24.
Fair, H., dan Mulyadi, B. (2023). Rancang Bangun Alat Pengukur Kecepatan Aliran Air Menggunakan Water Flow Sensor Berbasis Ardunino Uno. Formateks 2(1), 1-11.
Fitriani, I. M. (2020). Kinerja topologi flayback pada SMPS(Switch Mode Power Supply). JUPITER (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro) 5(2), 31-43.
Fuadi, E. H. (2020). Penggunaan MetodeTutor Sebaya untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Resistor. Jurnal Pendidikan 4(1), 72-79.
Kadir, S. A., Yuniarti, Astriana, dan Hasim, I. A. (2021). Kacamata Cerdas untuk Melihat Hasil Pengukuran Tegangan Berbasis Mikrokontroler. Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) , 300-304.
Orlando, E., dan Chandra, Y. (2022). Penerapan Metode Prototype Dalam membuat Alat Penyiraman Tanaman Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. TEKINFO 23(2), 9-23.
Pebriawan, R., Khairunnisa, H. S., Halizzah, V., Sugihartanti, R., Salsabila, N., Tazkiyyanisa, F., dan Wahyu, D. (2022). Analisis Rangkaian Op-Amp Sebagai Komparator Menggunakan Circuit Simulator Applet. JESCE (Journal of Electrical and System Control Engineering) 6(1), 40-49.
Putra, G. A., Nabila, A., dan Pulungan, A. B. (2020). Power Supply Variabel Berbasis Arduino . JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia 1(2), 139-143.
Putranto, A. B., Muhlisin, Z., Lutfiah, A., Mangkusasmito, F., dan Hersaputri, M.
(2021). Perancangan Alat Karakterisasi Dioda dengan ESP32 dan Rangkaian Op-Amp LM358 Berbasis Android. Ultima Computing : Jurnal Sistem Komputer 13(1), 22-29.
Sir, T. M., Udiana, I., dan Isu, S. R. (2016). Perbandingan Pengukuran Kadar Air Tanah Lempung Menggunakan Metode Gravimetry dan Metode Gypsum Block Berdasarkan Variasi Kedalaman. Jurnal Teknik Sipil 5(2), 213-226.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Rangkaian Gambar 6.7
Lampiran 2. Tabel Percobaan Gambar 6.7 Hasil pengukuran non-inverting
Vin (V) Vpl = 12 V Vpl = 6 V
Vout (V) A (penguatan) Vout (V) A (penguatan)
0,1 8,890 88,9 3,668 36,68
0,2 11,545 57,725 3,636 18,18
0,3 11,648 38,86 3,511 11,703
0,4 11,530 28,825 3,468 8,67
0,5 11,653 23,306 3,312 6,624
Hasil pengukuran inverting
Vin (V) Vpl = 12 V Vpl = 6 V
Vout (V) A (penguatan) Vout (V) A (penguatan)
0,1 -11,535 -115,35 -5,993 -59,93
0,2 -11,775 -58,875 -5,999 -29,995
0,3 -11,726 -39,086 -6,008 -20,026
0,4 -11,750 -29,375 -6,000 -15
0,5 -11,753 -23,506 -5,992 -11,984