Rancang Bangun Sistem Monitoring Pengolahan Limbah Cair Tahu Di Kabupaten Purbalingga Berbasis Internet of Things
Garichwan Fathurrahman Arafat, Aditya Wijayanto, Novian Adi Prasetyo* Fakultas Informatika, S1 Teknik Informatika, Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Banyumas, Indonesia
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Abstrak−Dalam melakukan produksi tahu, biasanya menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan ketika tidak dilakukan pengolahan yang akan berdampat pada warga sekitar. Pembuangan limbah cair hasil produksi tahu tanpa melalui pengolahan akan mengakibatkan pencemaran udara berupa bau yang menyengat dan oksigen yang terlalu rendah serta pencemaran pada air yang akan menjadi kotor. Limbah cair yang dihasilkan dari produksi tahu mengandung zat organic yang menyebabkan pertumbuhan mikroba dalam air yang mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun dan air menjadi keruh.
Berdasarkan permasalahan tersebut dirancang sebuah sistem monitoring tingkat kekeruhan dan asam basa limbah cair industri tahu di Kabupaten Purbalingga berbasis Internet of Things dengan memanfaatkan NodeMCU ESP8266 yang terhubung dengan sensor Turbidity, sensor pH, sensor DS18B20, LCD 16x2 I2C, relay, dan pompa air yang akan dihubungkan pada Bot Telegram untuk monitoring dan pengontrolannya. Bot Telegram dapat bekerja ketika Telegram dan rangkaian dinyalakan dan terhubung dengan jaringan internet. Dari hasil pengujian sistem tersebut menghasilkan alat yang sesuai dengan yang diharapkan penulis. Keseluruhan sensor dan relay dapat bekerja dengan baik pada onjek limbah, pompa air juga bekerja dengan baik sehinigga dapat melakukan pembuangan limbah saat tingkat kekeruhan sudah mencapai angka kurang dari 35 yang dilakukan setelah proses penguraian selesai.
Sistem juga dapat mengirimkan notifikasi ke Bot Telegram saat pompa menyala dan saat perintah diminta melalui gadget sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa sistem bekerja secara realtime dan harus terhubung dengan jaringan internet.
Kata Kunci: Sensor Turbidity; Bot Telegram; NodeMCU ESP8266; Pengolahan Limbah; Internet of Things
Abstract−In the production of tofu, it usually produces liquid waste which can cause environmental pollution when no processing is carried out which will have an impact on local residents. Disposal of liquid waste from the production of tofu without goi ng through processing will result in air pollution in the form of a pungent odor and too low oxygen and pollution in the water which will become dirty. Liquid waste generated from the production of tofu contains organic substances that cause microbial growth in the water which results in decreased oxygen levels in the water and the water becomes cloudy. Based on these problems, a monitoring system for turbidity and acid-base levels of the tofu industrial wastewater in Purbalingga Regency based on the Internet of Things was designed by utilizing the NodeMCU ESP8266 which is connected to a Turbidity sensor, pH sensor, DS18B20 sensor, LCD 16x2 I2C, relay, and a water pump that will connected to the Telegram Bot for monitoring and control. Telegram bots can work when Telegram and the network are turned on and connected to the internet. From the results of testing the system produces tools that are in accordance with what the author expects. All sensors and relays can work well on the waste onjek, the water pump also works well so that it can carry out waste disposal when the turbidity level has reached less than 35 which is carried out aft er the decomposition process is complete. The system can also send notifications to the Telegram Bot when the pump is on and when commands are requested via the gadget, resulting in the conclusion that the system works in real time and must be connected to the internet network.
Keyword: Turbidity Sensor; Telegram Bot; NodeMCU ESP8266; Waste Treatment; Internet of Things
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat banyak industri tahu yang kebanyakan menyatu dengan pemukiman penduduk. Dalam melakukan produski tahu, biasanya menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan ketika tidak dilakukan pengolahan yang akan berdampak pada warga sekitar. Pembuangan limbah cair hasil produksi tahu tanpa melalui pengolahan akan mengakibatkan pencemaran udara berupa bau yang menyengat dan oksigen yang terlalu rendah serta pencemaran pada air yang akan menjadi kotor. Limbah cair yang dihasilkan dari produksi tahu mengandung zat organik yang menyebabkan pertumbuhan mikroba dalam air yang mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun dan air menjadi keruh.Dalam proses produksi tahu diperlukan bahan baku berupa kedelai, asam cuka, dan air. Bahan baku pembuatan tahu mengandung protein yang terpecah dan terdapat sulfur di dalamnya yang akan menyebabkan limbah cair hasil produksi tahu mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dampak dari penemaran limbah cair tahu berupa terganggunya kehidupan biotik dalam air dan tanah serta gangguan Kesehatan pada manusia[1]. Pencemaran lingkungan dapat memberikan dampak buruk bagi Kesehatan manusia. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat masih sering terjadi seperti ISPA dan diare. Penyakit tersebut masih masuk dalam 10 besar penyakit yang terdata di Puskesmas seluruh Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh polusi udara lingkungan seperti pneumonia dapat menyebabkan kematian, menurut profil Dirjen PP&PL tahun 2006 terdapat 22,30% kematian akbiat pneumonia. Kasus penyakit diare setiap tahun meningkat, dari tahun 1996 terhitung sebesar 280 per 1000 penduduk, tahun 2000 tercatat 301 per 1000 penduduk dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003, kemudian tahun 2006 terdapat 423 per 1000 penduduk[2].
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) adalah sebuah sistem pengolahan limbah cair yang dibutuhkan perindustrian sebelum dilakukan pembuangan. Saat ini sebagian pihak industri memiliki IPAL namun hanya sebatas untuk memenuhi persyaratan pendirian pabrik industri dari peraturan pemerintah, tidak banyak pabrik industri yang menjalankan IPAL dengan benar. Dengan menggunakan mikrokontroler, pabrik akan terbantu untuk pengolahan limbah cair dengan cara memantau kadar pH dan kandungan oksigen yang dibutuhkan sehingga akan mempermudah penetralan limbah cair agar dapat dibuang. Selain memiliki ukuran yang kecil, harga mikrokontroler juga murah dan dapat diaplikasikan untuk perancangan alat kontrol[3].
Di Indonesia masih banyak industri yang baleum melakukan otomatisasi dalam proses pengolahan limbah.
Pertumbuhan industri telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Buangan air limbah industri mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang dapat merugikan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai[4]. Limbah cair hasil produksi tahu merupakan limbah organik yang dibuang tanpa melalui proses penguraian berwarna kuning keruh. Air yang keruh merupakan air yang memiliki banyak partikel yang nantinya akan mengubah warna dan rupa dari air tersebut. Tingkatan kekeruhan air yang tembus pandang merupakan air yang memiliki kekeruhan rendah sedangkan air yang tidak tembus pandang memiliki tingkat kekeruhan yang sangat tinggi[5]. Bahan organic yang terkandung dalam limbah cair dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam limbah serta menimbulkan bau yang tidak sedap dan akan berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun[6].
Perancangan sistem monitoring limbah cair hasil produksi tahu dilakukan sesuai dengan kebutuhan pabrik tahu di Kabupaten Purbalingga dalam melakukan pengolahan limbah sebelum akhirnya dibuang sehingga pengolahan limbah dapat dilakukan sembari melakukan tahap produksi tanpa harus menambah jam kerja untuk pengolahan.
Limbah dari hasil produksi tahu dapat digunakan lagi untuk produksi tahu berikutnya pada hari yang sama sebelum secara otomatis masuk ke fase fermentasi. Berdasarkan hasil wawancara, dalam proses pengolahan limbah melalui 3 tahap dengan masing-masing wadah yang berbeda. Tahap pertama penampungan limbah baru, limbah baru memiliki suhu yang panas karena baru selesai dari proses produksi yang menggunakan pemanas pada tungku api. Tahap kedua proses fermentasi, proses ini dilakukan pada wadah tertutup agar tidak terkena oksigen dan proses perpindahan limbah dari wadah pertama ke wadah kedua dilakukan dengan tidak menghasilkan gelombang pada limbah cair, limbah akan terfermentasi 1 jam/liter sesuai dengan volume wadah. Tahap terakhir proses penguraian limbah cair menggunakan lumpur aktif untuk mengurai kandungan pada limbah sehingga membuat limbah menjadi bening dan dapat dibuang.
Proses penguraian membutuhkan waktu minimal 6 jam dan semakin lama akan semakin baik. Perancangan menggunakan NodeMCU ESP8266 sebagai mikrokontroler dengan sensor Turbidity untuk mengukur kekeruhan dari limbah tersebut, sensor pH dan sensor DS18B20 yang nantinya akan dilakukan monitoring secara realtime melalui LCD I2C berukuran 16x2 dan Bot Telegram serta pembuangan secara otomatis dengan relay menggunakan Pompa Air.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 tahapan dalam perancangan sistem monitoring limbah cair hasil produksi tahu.
2.1 Pengumpulan Data
Sebelum melakukan perancangan sistem monitoring pengolahan limbah cair tahu peneliti mengumpulkan data awal terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sistem dengan 2 metode yaitu:
a. Observasi Lapangan dan Wawancara
Melakukan pengamatan langsung di pabrik tahu rumahan yang berada di Kabupaten Purbalingga saat proses produksi tahu sedang berlangsung sebagai bentuk pemahaman kondisi limbah cair hasil produksi tahu. Peneliti melakukan wawancara kepada pihak terkait yang sedang bertanggungjawab atas kegiatan produksi tahu di pabrik tahu saat setelah mengobservasi.
b. Studi Literatur
Pengumpulan data berdasarkan jurnal dan penelitian terdahulu terkait perancangan sistem monitoring limbah, implementasi NodeMCU ESP8266, dan Sensor Turbidity.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian membutuhkan beberapa objek dan komponen untuk melakukan perancangan sistem monitoring pengolahan limbah anatara lain yaitu:
a. Limbah Cair Industri
Limbah Cair Industri merupakan buangan hasil proses atau sisa dari suati kegiatan perindustrian yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah terdiri dari senyawa kimia maupun non-kimia organik dan anorganik yang dapat membawa dampak negatif bagi lingkungan terutama bagi kesehatan. Dalam proses pembuangan, limbah cair perlu diolah
untuk menetralkan bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya agar tidak membahayakan lingkungan sekitar[3].
b. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbuh (IPAL) merupakan suatu proses pengolahan limbah cair agar limbah menjadi layak buang yang ramah lingkungan. IPAL diperlukan karena banyaknya bahan-bahan berbahaya seperti minyak, lemak, bahan anorganik seperti besi, alumunium, nikel, plumbum, barium, fenol, dll. yang terkandung dalam limbah cair sehingga perlu dilakukan penghilangan senyawa kimia maupun nonkimia yang berbahaya dan beracun.
Dalam pengolahan limbah cair industri, limbah akan dibagi menjadi beberapa bak, masing-masing bak berisikan limbah dari masing-masing tahapan[3].
c. Internet of Things
Internet of Things (IoT) merupakan konsep teknologi yang bertujuan untuk manfaat konektivitas internet yang tersambung lebih luas secara terus-menerus. IoT memiliki kemampuan seperti berbagi data, pengontrol jarak jauh dan sebagainya. Dalam kehidupan dunia nyata, IoT sudah diterapkan dibidang bahan pangan, elektronik, koleksi dan lain sebagainya. Konsep dari IoT sendiri memudahkan pekerjaan manusia dalam bidang apapun dengan menyambungkan jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam pada suatu alat dan selalu aktif agar dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan data kapanpun[7].
d. NodeMCU ESP8266
NodeMCU ESP8266 adalah sebuah mikrokontroler seperti Arduino, namun memiliki perbedaan sudah dilengkapi dengan module WIFI ESP8266 untuk mengakses internet menggunakan WiFi 2,4 GHz yang mendukung WPA/WPA2 dan port yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan dengan Arduino. NodeMCU diprogram dengan bahasa pemrograman C++ melalui aplikasi Arduino IDE[8].
Gambar 1. NODEMCU ESP8266 e. Sensor pH
Sensor pH yang digunakan untuk mengukur nilai pH terdiri dari elektroda yang kemudian dihubungkan ke alat elektronik untuk menampilkan nilai pH. Sebuah pH memiliki prinsip kerja utama yang terletak pada sensor probe berupa elektroda kaca untuk mengukur jumlah ion H3O+ di dalam larutan. Ujung elektroda kaca merupakan lapisan kaca yang memiliki ketebalan 0.1 mm yang berbentuk bulat (bulb). Bulb dipasang dengan silinder kaca non- konduktor berupa plastik yang memanjang. Inti dari sensor pH terdapat pada permukaan bulb kaca yang berfungsi untuk menukar ion positif (H+) dengan larutan terukur[9].
Gambar 2. Sensor pH f. Sensor Turbidity
Sensor Turbidity adalah sensor yang dapat mendeteksi kekeruhan air dengan membaca sifat optic air akibat sinar dan sebagai perbandingan cahaya untuk dipantulkan dengan cahaya yang akan datang. Kekeruhan pada air
merupakan kondisi dimana air dalam keadaan tidak jernih yang diakibatkan oleh partikel individu (suspended solids) yang umumnya tidak terlihat oleh mata telanjang karena wujudnya yang mirip dengan asap di udara.
Semakin banyak partikel dalam air menunjukkan tingkat kekeruhan air juga tinggi[10].
Gambar 3. Sensor Turbidity g. Telegram
Telegram merupakan sebuah aplikasi layanan pengiriman pesan instan multiplatform berbasis cloud yang bersifat gratis dan nirlaba yang mengenkripsi opsional. Telegram menyediakan fungsi untuk perangkat telepon seluler berbasis Android, iOS, Windows Phone, Ubuntu Touch dan sistem perangkat komputer Windows, OS X, Linux.
User Telegram dapat mengirimkan pesan dan bertukar media seperti foto, video, audio serta dapat mengirimkan semua tipe file[11]. Pada telegram terdapat bot sebagai pihak ketiga yang dapat digunakan untuk mengirimkan pesan berupa perintah. Cara kerja bot dengan pengiriman perintah berupa pesan dari user ke bot dan bot tidak diizinkan untuk mengirimkan pesan terlebih dahulu untuk mencegah spamming. Setelah bot menerima pesan kemudian data akan disimpan dan mengirimkannya ke hardware yang dituju dan sudah dihubungkan. Kemudian hardware akan melakukan proses pada pesan melalui bot dan mempersiapkan jawaban yang nantinya akan dikirim oleh bot untuk memberikan balasan respon kepada user[12].
h. Relay
Relay adalah saklar yang dioperasikan menggunakan listrik dan merupakan komponen Electromechanical yang terdiri dari 2 bagian utama, Elektromagnet dan Mekanikal (kontak saklar/switch). Relay dapat bekerja dengan arus listrik yang kecil dan menghantarkan listrik yang memiliki tegangan lebih tinggi dengan menggunakan prinsip Elektromagnetik[13].
Gambar 4. Relay (Saklar Elektromagnetik) i. Pompa Air
Pompa Air merupakan suatu alat atau mesin yang berfungsi sebagai pemindah zat cair dari suatu tempat ke tempat lainnya melalui media pipa dengan menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus-menerus. Pompa beropeerasi dengan prinsip yang berbeda antara tekanan masuk dan keluarnya air. Dengan
kata lain, pompa bekerja dengan mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga kinetis yang berfungsi untuk mengalirkan zat cair dan mengatasi hambatan pada objek selama proses pengairan[14].
Gambar 5. Pompa Air j. LCD 16x2 I2C
Liquid Crystal Display atau LCD merupakan perangkat modul peraga yang berfungsi untuk menampilkan karakter yang diinginkan. Layar pada LCD menggunakan dua buah lembaran bahan yang mampu mempolarisasikan kristal cair diantara kedua lembaran tersebut. Pada perancangan suatu sistem, biasanya LCD digunakan untuk menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler.
Biasanya saat melakukan pembelian LCD dilengkapi dengan I2C sebaagai modul untuk terhubung antara LCD dengan mikrokontroler tanpa harus memakan banyak pin[15].
Gambar 6. LCD 16x2 I2C k. Sensor DS18B20
Sensor DS18B20 merupakan sensor pembaca parameter suhu. Sensor ini termasuk waterproof sehingga dapat digunakan pada tempat atau objek yang basah. Sensor ini memiliki ujung logam yang terhubung dengan kabel yang dikemas secara khusus sehingga kedap air[16].
Gambar 7. Sensor DS18B20
2.3 Perancangan Prototype Hardware
Gambar 8. Alur Rangkaian
Pada alur rangkaian untuk perancangan sistem tersebut NodeMCU yang sudah terpasang modul Wi-Fi ESP8266 mengolah dan mengirimkan data dari semua sensor (Turbidity, pH, DS18B20) dalam membaca kondisi limbah cair yang kemudian akan ditampilkan nilainya pada LCD 16x2 I2C dan dikirimkan ke Telegram ketika diminta perintah pengiriman status limbah melalui Bot Telegram. Melalui Bot Telegram juga dapat menerima notifikasi ketika pompa air aktif dan dapat mematikannya melalui perintah yang sudah disediakan pada Bot Telegram.
2.4 Sketch Program
Perancangan pada tahap ini melakukan pemrograman pada Arduino IDE yang akan diterapkan pada mikrokontroler agar dapat menjalankan seluruh komponen yang digunakan. Berdasarkan dari konsep perancangan pada hardware, maka program yang dirancang diharapkan dapat digunakan dalam kegiatan monitoring limbah cair hasil produksi tahu yang kemudian mengirimkan nilainya untuk ditampilkan pada LCD berukuran 16x2 dan juga dapat mengirimkannya ke Bot Telegram ketika dilakukan perintah permintaan status serta dapat memberikan notifikasi ketika pompa air menyala secara otomatis.
Gambar 9. Program Hardware pada Arduino IDE
File program yang di-compile berupa file ino sebagai file utama dan file cpp untuk memisahkan program agar tidak terlalu panjang, masing-masing komponen diletakkan pada file cpp yang berbeda. Setelah menulis kode program untuk komponen, file akan di-upload ke mikrokontroler. Alur kerja rangkaian dapat dilihat pada flowchart yang menunjukkan fungsi monitoring dan pembuangan limbah.
Gambar 10. Alur Kerja Sistem
Program dimulai saat rangkaian dinyalakan, NodeMCU ESP8266 akan melakukan penyambungan jaringan internet yang sudah didaftarkan pada program. Saat rangkaian sudah aktif dan dapat bekerja, akan masuk notifikasi pada Bot Telegram yang memberitahukan rangkaian sudah dapat bekerja. Selanjutnya mikrokontroler akan melakukan pembacaan nilai sensor DS18B20, sensor Turbidity, dan sensor pH dari limbah cair hasil produksi tahu yang sudah disiapkan pada wadah. Data yang dihasilkan dari semua sensor akan ditampilkan pada LCD I2C berukuran 16x2 dan ketika Bot Telegram mengirimkan perintah permintaan nilai sensor maka akan dikirimkan hasil pembacaan data dari mikrokontroler ke Telegram. Pada sensor Turbidity diberikan batas kekeruhan pada limbah siap buang dengan nilai yang sudah ditentukan dan pompa akan otomatis menyala dan juga memberikan notifikasi ke Bot Telegram bahwa pompa sedang bekerja.
2.5 Pengujian Sistem
Sistem diujicoba pada beberapa objek antara lain limbah baru yakni limbah yang baru saja dihasilkan dari produksi tahu, limbah fermentasi yakni limbah yang sudah terfermentasi dengan memindahkan limbah baru yang suhunya sudah normal ke wadah yang tertutup agar tidak terkena oksigen, limbah siap buang yakni limbah yang sudah dilakukan penguraian menggunakan lumpur aktif setelah dilakukan fermentasi, air bening, dan air sungai. Pada proses ujicoba ini, akan dilakukan perbandingan nilai yang dihasilkan oleh sensor dengan nilai yang dihasilkan oleh alat khusus yang dibuat untuk menghitung nilai tersebut. Dalam melakukan perbandingan nilai, akan dihitung error dari sensor dan alat khusus menggunakan rumus
(a−b)
a × 100% (1)
Penghitungan error dengan rumus diatas menampilkan (a) sebagai nilai yang dihasilkan oleh alat khusus dan (b) sebagai nilai yang dihasilkan oleh sensor.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Perancangan Hardware
Dalam proses perangkaian komponen pada penelitian ini menghasilkan sebuah rangkaian alat yang berfungsi sebagai pembaca tingkat kekeruhan, suhu dan kadar pH yang terkandung dalam limbah cair hasil produksi tahu. Pada rangkaian ini terdapat output dari pompa air yang terhubung dengan relay yang dipicu oleh sensor Turbidity sebagai pembuangan limbah cair hasil produksi tahu yang sudah diolah sehingga menjadi layak buang.
Gambar 11. Hasil Rangkaian Keseluruhan Komponen 3.2 Hasil Komunikasi Rangkaian dengan Bot Telegram
Pada proses perancangan sistem monitoring limbah cair hasil produksi tahu, menggunakan Bot Telegram untuk memantau proses pengolahan limbah. Mikrokontroler akan mengirimkan informasi nilai yang dihasilkan dari keseluruhan sensor ketika user menekan perintah untuk mengirimkan data yang sudah disediakan pada Bot Telegram, data yang dikirimkan merupakan data terbaru yang dihasilkan oleh keseluruhan sensor sehingga pemantauan dilakukan secara realtime. Perintah pada Bot Telegram juga dapat menyalakan dan mematikan pompa serta mengubah mode pompa menjadi otomatis atau manual.
Gambar 12. Komunikasi Rangkaian dengan Bot Telegram
3.3 Implementasi Sistem
Sistem dilakukan implementasi pada limbah cair hasil produksi tahu dari 3 macam limbah berdasarkan tahapan ringan pengeolahan limbah. Tahap pertama merupakan limbah baru yang masih panas, tahap kedua merupakan limbah hasil fermentasi yang berasal dari limbah baru kemudian dipindahkan ke wadah baru yang tertutup, dan tahapan ketiga adalah limbah siap buang yang berasal dari limbah hasil fermentasi yang sudah diuraikan menggunakan lumpur aktif.
Setiap objek limbah yang digunakan untuk implementasi dilakukan cek monitoring nilai yang dihasilkan dari sensor DS18B20 untuk pengukuran suhu limbah, sensor turbidity untuk pengukuran tingkat kekeruhan dan sensor pH untuk pengukuran kadar asam basa yang terkandung dalam limbah cair hasil produksi tahu dengan waktu 1 menit pada masing-masing implementasi 3 macam limbah. Pompa air yang berfungsi sebaagai kran pembuangan akan menyala ketika nilai kekeruhan kurang dari 30. Limbah Baru dan Limbah Fermentasi dari hasil produksi tahu tidak diberikan pompa karena tidak diperlukan pembuangan.
Tabel 1. Nilai Hasil Pengujian Sistem
Objek No. DS18B20 Turbidity pH Waktu Pompa
Limbah Baru
1 45 27.5 3.86 60s -
2 44.5 26.4 3.63 60s -
3 44 27.4 3.6 60s -
4 44 28.4 3.62 60s -
5 43.5 26.5 3.52 60s -
6 43.5 27.2 3.5 60s -
7 43 26.8 3.48 60s -
8 43 27 3.51 60s -
9 42.5 26.7 3.45 60s -
10 42 27.5 3.48 60s -
Limbah Fermentasi
1 28 55.1 5.08 60s -
2 28 54.3 4.71 60s -
3 28.5 55.5 4.34 60s -
4 28.5 54 3.91 60s -
5 28.5 55.1 3.56 60s -
6 28.5 54.4 3.45 60s -
7 28.5 53.6 3.32 60s -
8 28.5 55.1 3.3 60s -
9 28.5 53.2 3.3 60s -
10 28.5 53.3 3.3 60s -
Limbah Siap Buang
1 29.5 25.4 3.3 60s On
2 29.5 25.1 3.3 60s On
3 29.5 25.6 3.3 60s On
4 29.5 25.4 3.3 60s On
5 29.5 25.6 3.3 60s On
6 29.5 25.1 3.3 60s On
7 29.5 25.6 3.3 60s On
8 29.5 25.8 3.3 60s On
9 29.5 25.8 3.3 60s On
10 29.5 25.1 3.3 60s On
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuangan limbah cair hasil produksi tahu secara otomatis bekerja ketika sensor Turbidity mendeteksi tingkat kekeruhan kurang dari 35, pada kondisi tersebut dikirimkan notifikasi berupa pesan masuk ke Bot Telegram dan pompa akan menyala secara otomatis. Ketika proses pembuangan akan dilakukan, notifikasi masuk ke Telegram yang memberitahukan bahwa pompa air menyala. Pada aktivitas monitoring menggunakan Bot Telegram, dilakukan permintaan melalui perintah yang tersedia pada Bot Telegram untuk mengirimkan nilai yang dihasilkan dari sensor, nilai yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan hasil yang ditampilkan pada layer LCD, nilai yang terkirim ke Bot Telegram akan terlihat sedikit berbeda karena sensor tidak berhenti bekerja ketika proses pengiriman data sehingga perubahan nilai terjadi disetiap detiknya. Pesan yang masuk dari hasil perintah pada Bot Telegram untuk meminta nilai yang dihasilkan oleh sensor akan menampilkan nilai
dari sensor DS18B20, sensor Turbidity, sensor pH, status pompa air menyala atau mati dan status otomatis pompa air.
Pada relay terdapat lampu LED berwarna merah yang berfungsi sebagai penanda bahwa relay sudah berada dalam mode stand by dan hijau yang berfungsi sebagai indikator, lampu akan menyala ketika relay dialiri listrik sehingga membuat pompa bekerja yang menandakan parameter tingkat kekeruhan sudah mencapai batas untuk menyalakan pompa, sehingga dapat dipastikan proses tersebut berjalan secara realtime.
REFERENCES
[1] R. Dwi Ratnani, I. Hartati, and L. Kurniasari, “Laporan penelitian terapan pemanfaatan eceng gondok (eichornia crassipes) untuk menurunkan kandungan COD(chemical oxygen demond), ph, bau, dan warna pada limbah cair tahu,” J. Lingkung., vol.
2, pp. 1–49, 2012, [Online]. Available: https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/LPPM/article/view/837/950.
[2] Dr. Muhammad Ikhtiar, Pengantar Kesehatan Lingkungan Dr . Muhammad Ikhtiar , SKM , M . Kes, no. July. 2018.
[3] I. M. Erwin, “PERANCANGAN SISTEM MONITORING PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL,” Inkom, vol. I, pp. 66–70, 2017, [Online]. Available: https://www.ipalrobot.com/.
[4] S. Santoso, “RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBACA PH LIMBAH INDUSTRI CAIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535,” no. November, 2009.
[5] Mario Orlando, Desta Yolanda, and Werman Kasoep, “Sistem Monitoring dan Penjernihan Air Berdasarkan Derajat Keasaman (PH) dan Kekeruhan Pada Bak Penampungan Air Berbasis Internet of Things,” Chipset, vol. 1, no. 01, pp. 17–22, 2020, doi: 10.25077/chipset.1.01.17-22.2020.
[6] M. T. O. A. Pamungkas, “Studi Pencemaran Limbah Cair Dengan Parameter Bod5 Dan Ph Di Pasar Ikan Tradisional Dan Pasar Modern Di Kota Semarang,” J. Kesehat. Masy., vol. 4, no. 2, pp. 166–175, 2016.
[7] J. Ambarita, R. A. P, and A. S. Wibowo, “RANCANG BANGUN PROTOTIPE SMARTHOME BERBASIS INTERNET OF THINGS ( IoT ) MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DENGAN MODUL ESP 8266 DESIGN SMARTHOME PROTOTYPE BASED ON IOT USING BLYNK APPLICATION WITH THE ESP MODULE 8266 internet technology and other communication me,” vol. 6, no. 2, pp. 3006–3013, 2019.
[8] Y. Setiawan, “RANCANG BANGUN PEMANTAUAN DAN PENJADWALAN ALAT PEMBERI PAKAN IKAN OTOMATIS SECARA JARAK JAUH,” Вестник Росздравнадзора, vol. 6, pp. 5–9, 2017.
[9] A. Qalit and A. Rahman, “Rancang Bangun Prototipe Pemantauan Kadar Ph Dan Kontrol Suhu Serta Pemberian Pakan Otomatis Pada Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Berbasis Iot,” J. Karya Ilm. Tek. Elektro, vol. 2, no. 3, pp. 8–15, 2017.
[10] A. Noor, “Aplikasi Pendeteksi Kualitas Air Menggunakan Turbidity Sensor Dan Arduino Berbasis Web Mobile,” Joutica, vol. 5, no. 1, p. 316, 2020, doi: 10.30736/jti.v5i1.329.
[11] M. Irsyam, “Sistem Otomasi Penyiraman Tanaman Berbasis Telegram,” Sigma Tek., vol. 2, no. 1, p. 81, 2019, doi:
10.33373/sigma.v2i1.1834.
[12] P. I. A. Guna, I. M. A. Suyadnya, and I. G. A. P. R. Agung, “Sistem Monitoring Penetasan Telur Penyu Menggunakan Mikrokontroler NodeMCU ESP8266 dan Protokol MQTT dengan Notifikasi Berbasis Telegram Messenger,” J. Comput. Sci.
Informatics Eng., vol. 2, no. 2, p. 80, 2018, doi: 10.29303/jcosine.v2i2.135.
[13] H. Wicaksono, “Relay – Prinsip dan Aplikasi,” Univ. Kristen Petra, pp. 1–12, 2009.
[14] V. R. Juniardy, “Prototype alat penyemprot air otomatis pada kebun pembibitan sawit berbasis sensor kelembaban dan mikrokontroler AVR ATMEGA8,” Coding Sist. Komput., vol. 02, no. 3, pp. 1–10, 2014.
[15] S. Mluyati and S. Sadi, “INTERNET OF THINGS (IoT) PADA PROTOTIPE PENDETEKSI KEBOCORAN GAS BERBASIS MQ-2 dan SIM800L,” J. Tek., vol. 7, no. 2, 2019, doi: 10.31000/jt.v7i2.1358.
[16] D. A. A. Novitasari, D. Triyanto, and I. Nirmala, “Rancang Bangun Sistem Monitoring pada Limbah Cair Industri Berbasis Mikrokontroler dengan Antarmuka Website,” Coding J. Komput. dan Apl. Untan, vol. 06, no. 03, pp. 43–53, 2018.
[17] F. Djuandi, “Pengenalan Arduino,” E-book. www. tobuku, pp. 1–24, 2011, [Online]. Available:
http://www.tobuku.com/docs/Arduino-Pengenalan.pdf.