1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Penetas telur adalah suatu proses pengeraman telur ayam yang dapat mengembangkan embrio di dalam telur menjadi anak ayam, dan mampu mengeluarkan anak ayam dari cangkangnya dalam keadaan sehat sehingga layak untuk dipelihara (Kartasudjana, 2001). Penetas telur terdiri dari dua jenis, penetas alami dan penetas buatan. Penetasan telur secara alami merupakan penetasan yang menggunakan induk unggas untuk menetaskan telur sedangkan penetas buatan merupakan penetasan yang menggunakan alat untuk menetaskan telur (Ode et al., 2014). Alat untuk menetaskan telur menggunakan mesin yang disebut inkubator.
Inkubator bekerja sebagai pengganti induk unggas untuk mengerami telur ayam.
Inkubator merupakan alat pemanas yang dialiri listrik. Panas yang dihasilkan dari inkubator diperoleh dari cahaya lampu pijar. Panas yang dihasilkan dari lampu pijar bertujuan untuk menghangatkan telur sehingga telur dapat menetas (Rahim Hidayat et al., 2015). Suhu panas yang ideal pada inkubator untuk penetasan telur yaitu 37°C - 39°C (Adib et al., 2016). Sensor suhu diperlukan untuk mengetahui batas maksimal panas suhu pada inkubator. Sensor yang digunakan untuk mengetahui suhu pada inkubator ialah DHT22 yang mana tingkat akurasi sensor DHT22 lebih akurat dibandingkan DHT11 (Aditia et al., 2022). Sensor DHT22 bertujuan untuk mengetahui suhu dan kelembaban pada inkubator. Penelitian ini merancang rak otomatis 3 tingkat pada inkubator yang bertujuan memutar telur selama masa pengeraman agar panas yang diterima telur merata. Rak 3 tingkat pada inkubator bertujuan untuk menambah kapasitas penetasan pada telur ayam.
2
Dari penelitian Eoudia et al., (2019), telah dilakukan perbandingan terhadap sudut kemiringan penetasan telur ayam. Dalam penelitian ini di lakukanlah percobaan sudut kemiringan pada telur dengan sudut kemiringan yaitu 30℃, 60℃
dan 90℃. Pada penelitian ini, untuk mendapatkan hasil tetas yang baik posisi untuk sudut kemiringan telur yaitu 30°, dengan menghasilkan daya tetas 77.66%. Pada penelitian ini terdapat kekurangan yang mana menggerakkan rak telur masih menggunakan cara manual sehingga udara mudah masuk ke dalam ruangan penetas telur, sehingga menyebabkan 23,34% kegagalan dalam penetas telur ayam.
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk menentukan keberhasilan penetasan tidak hanya komponen yang dapat mempengaruhi daya tetas akan tetapi letak posisi telur juga dapat mempengaruhi daya tetas pada telur. Dengan ini maka akan dirancang perangkat yang dapat menetaskan telur jauh lebih efektif dibandingkan penetasan manual. Alat yang akan dirancang menggunakan sistem kerja secara otomatis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang rak mesin penetas telur ayam yang mampu bergerak secara otomatis.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Perancangan mesin tetas telur ayam otomatis
2. Menggerakkan rak telur secara otomatis dalam waktu 12 jam sekali
3
3. Hasil tetas dari mesin penetas telur ayam otomatis dengan kemiringan telur 30°
(derajat)
4. Sampel telur yang digunakan telur ayam kampung
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengurangi kegagalan dalam menetaskan telur ayam, meningkatkan kapasitas penetasan bibit ayam kampung dan mengetahui unjuk kerja dari sistem alat penetasan telur ayam otomatis.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mempermudah peternak dalam melakukan proses penetasan telur ayam, penerapan teknologi di bidang peternakan dan alat tersebut sebagai pendukung produktifitas Masyarakat.