• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan UUD tentang Perubahan Kedua atas UU Penyiaran Nasional

N/A
N/A
Innocentia Kinanti

Academic year: 2025

Membagikan "Rancangan UUD tentang Perubahan Kedua atas UU Penyiaran Nasional"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jika anggota KPI berhenti sebelum habis masa jabatannya karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10C atau Pasal 10D, yang bersangkutan digantikan oleh anggota pengganti sampai habis masa jabatannya. 1 (satu) orang dari unsur perempuan. 7) Dalam hal terdapat dugaan pelanggaran kode etik, dewan kehormatan wajib mempelajari dan menindaklanjutinya. 8) Dalam hal ditemukan pelanggaran kode etik, dewan kehormatan memberikan sanksi administratif berupa:. rekomendasi pemberhentian tetap kepada DPR. 9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dewan kehormatan, kode etik, dan tata beracara penegakan kode etik KPI diatur dengan Peraturan KPI setelah berkonsultasi dengan DPR. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:. 2) Jasa Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran. 3) Selain melakukan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lembaga Penyiaran dapat melakukan jasa Penyiaran Platform Digital. 4) Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:. 5) Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat melakukan jasa Penyiaran melalui Platform Digital Penyiaran maupun platform teknologi Penyiaran lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi. 6) Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang telah memiliki IPP tidak harus mengajukan izin untuk melaksanakan jasa Penyiaran melalui Platform Digital Penyiaran maupun platform teknologi Penyiaran lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 3 (tiga) Pasal, yakni Pasal 15A, Pasal 15B, dan Pasal 15C sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) Peningkatan kualitas kelembagaan LPP dilakukan dengan peleburan LPP RRI dan LPP TVRI menjadi radio televisi Republik Indonesia. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai radio televisi Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-Undang. Selain LPP RRI dan LPP TVRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), di setiap Wilayah Siar dapat dibentuk LPP lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggara Isi Siaran yang dimiliki oleh lembaga negara, kementerian/lembaga, partai politik atau pemerintah daerah dapat menyebarluaskan Siaran dengan menggunakan penyelenggaraan Penyiaran multipleksing yang dimiliki oleh LPP RRI dan/atau LPP TVRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3).

Di antara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 2 (dua) Pasal, yakni Pasal 20A dan 20B sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) Jumlah, tugas dan wewenang, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris LPS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Direksi LPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan fungsi, tugas, dan wewenang penanggung jawab untuk setiap unit kerja. 1) LPS memancarluaskan Siaran di satu Wilayah Siar dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital. 2) LPS dapat memancarluaskan Siaran di lebih dari satu Wilayah Siar melalui SSJ. 3) LPS wajib menyelenggarakan Siaran sesuai dengan SIS. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) LPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) huruf d berbentuk badan hukum Indonesia didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, nirlaba, yang bertujuan untuk melayani kepentingan komunitasnya yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa Penyiaran radio dan jasa Penyiaran televisi. 2) LPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki daya jangkau Siaran yang disesuaikan dengan kerja sama lembaga Penyiaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 26A yang berbunyi sebagai berikut:. 1) Modal awal LPB dan peran pemerintah dalam pengembangan modal usaha LPB diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Perubahan kepemilikan saham dan larangan kepemilikan asing, pemusatan kepemilikan, dan kepemilikan silang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) LPB dilarang melakukan penambahan dan pengembangan modal yang berasal dari modal asing. 4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) dikenai sanksi administratif oleh Pemerintah berupa:. penolakan perpanjangan IPP; dan/atau c. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) LPB melalui satelit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a, wajib memenuhi ketentuan wilayah layanan Siaran sebagai berikut:. memiliki jangkauan Siaran yang dapat diterima di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;. memiliki stasiun pengendali Siaran yang berlokasi di Indonesia;. memiliki stasiun pemancar ke satelit yang berlokasi di Indonesia; dan. menggunakan satelit yang mempunyai hak pemancaran atau hak labuh di Indonesia. 2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif oleh Pemerintah berupa:. penolakan perpanjangan IPP; dan/atau c. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) LPB yang menggunakan kabel dan/atau teresterial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf. Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 4 (empat) Pasal, yakni Pasal 35A, Pasal 35B, Pasal 35C dan Pasal 35D sehingga berbunyi sebagai berikut:. Lembaga Penyiaran wajib melakukan sensor internal terhadap semua Isi Siaran dan mematuhi SIS sebelum dan/atau pada saat disiarkan. 1) Selain diproduksi oleh Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Isi Siaran dapat diproduksi oleh Penyedia Isi Siaran. 2) Isi Siaran yang diproduksi oleh Penyedia Isi Siaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Lembaga Penyiaran. 3) Isi Siaran yang disampaikan kepada Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memenuhi ketentuan SIS. 1) Lembaga Penyiaran wajib menyebarluaskan informasi peringatan dini tentang kemungkinan terjadinya bencana yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan/atau mengakibatkan kerusakan harta benda yang berasal dari lembaga resmi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Lembaga Penyiaran wajib menyebarluaskan informasi penanganan bencana yang aktual dan berdasarkan fakta kepada masyarakat. 3) Lembaga Penyiaran dapat berperan dalam memproduksi dan/atau menyebarluaskan informasi menghadapi bencana kepada masyarakat. 1) Lembaga Penyiaran harus menjaga netralitas dan keseimbangan Isi Siaran. 2) Lembaga Penyiaran dilarang mengutamakan Isi Siaran untuk kepentingan perorangan, golongan, dan/atau partai politik. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:. 1) LPP dan LPS wajib menyiarkan Isi Siaran yang berasal dari dalam negeri paling rendah 60% (enam puluh persen) dari keseluruhan jam Siaran setiap hari. 2) Penyelenggara Platform Digital Penyiaran wajib menyiarkan Konten Siaran yang sesuai dengan verifikasi Konten Siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34F ayat (2) huruf e. 3) Lembaga Penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi umur khalayak sesuai dengan muatan Siaran dan menyiarkan Isi Siaran pada waktu yang tepat. 4) Lembaga Penyiaran dalam menyiarkan Isi Siaran wajib memberikan pelindungan kepada anak, remaja, perempuan, dan masyarakat lanjut usia. 5) Lembaga Penyiaran jasa Penyiaran televisi dalam menyiarkan Siaran berita wajib memberi aksesibilitas kepada penyandang tunarungu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

P3 DAN SIS

UMUM

Untuk itu landasan filosofis dari pembukaan dasar UUD NRI Tahun 1945 ini dijadikan rujukan bagi konsideran menimbang, sehingga berbunyi bahwa untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa maka perlu diwujudkan dalam Penyiaran nasional. Kekayaan alam termasuk spektrum frekuensi atau gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk kegiatan penyiaran dan telekomunikasi yang merupakan sumber daya alam terbatas sehingga pengelolaan, pemanfaatan, dan pengamanannya diarahkan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk itu penataan kebijakan Penyiaran, hubungan semua pemangku kepentingan dalam Penyiaran, dan penyelenggaraan Penyiaran perlu disusun sebagai Sistem Penyiaran Nasional.

Lembaga Penyiaran yang selama ini menggunakan jasa Penyiaran televisi dan/atau jasa Penyiaran radio, dapat melakukan pengembangan usaha berupa jasa Penyiaran multiplatform yang berbasis internet. Digitalisasi Penyiaran merupakan suatu keniscayaan untuk memajukan industri Penyiaran, mengingat saat ini industri Penyiaran mayoritas masih berbasis analog. Prinsip diversity of content dan diversity of ownership pun akan makin terasa dengan adanya Digitalisasi Penyiaran ini.

Digitalisasi Penyiaran memberikan kesempatan kepada Lembaga Penyiaran untuk menjalankan perannya sebagai penyelenggara Penyiaran dan/atau penyelenggara Penyiaran multipleksing. Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio pada kebijakan digitalisasi Penyiaran diharapkan menghasilkan adanya digital deviden yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan Penyiaran dan kebutuhan teknologi telekomunikasi yang didasarkan kepada kebutuhan masyarakat. Penyiaran merupakan kegiatan memancarteruskan, mengalirkan, dan/atau menyebarluaskan Siaran dan/atau data melalui sarana pemancaran, pipa aliran, dan/atau sarana transmisi di darat, laut, udara, atau antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui terestrial, kabel, dan satelit, serta menggunakan internet.

Penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun Pemerintah dengan hak dan kewajiban penyelenggara Penyiaran. Pengembangan Penyiaran melalui penyelenggaraan Platform Digital Penyiaran meliputi kegiatan memproduksi dan mendistribusikan Siaran dan/atau menyediakan sarana untuk bertemunya secara langsung penyedia dan pengguna jasa Penyiaran. Penyelenggaraannya dilakukan dengan memperhatikan kemajuan teknologi dan kemampuan masyarakat dalam menerima teknologi digital Penyiaran dan/atau sarana informasi telekomunikasi untuk Penyiaran.

PASAL DEMI PASAL

Yang dimaksud dengan “asas kebebasan berekspresi” adalah bahwa Lembaga Penyiaran dan Penyelenggara Platform Digital Penyiaran dalam menyelenggarakan Penyiaran harus mendapatkan jaminan dalam kebebasan menyatakan pendapat dan/atau kemerdekaan pers sesuai dengan norma yang berlaku. Yang dimaksud dengan “asas kreativitas” adalah bahwa penyelenggaraan Penyiaran menghasilkan daya cipta dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan “asas netralitas” adalah bahwa dalam penyelenggaraan Penyiaran harus selalu mengedepankan objektifitas dan tidak berpihak kepada kepentingan politik dan golongan tertentu.

Yang dimaksud dengan “asas aksesibilitas” adalah penyelenggaraan Penyiaran harus dapat memberikan kemudahan, ketersediaan dan keterjangkauan bagi masyarakat untuk memanfaatkan Penyiaran. Yang dimaksud dengan “asas keberagaman” adalah bahwa penyelenggaraan Penyiaran harus berpegang pada keberagaman Isi Siaran dan kepemilikan. Yang dimaksud dengan “asas kemitraan” adalah bahwa dalam penyelenggaraan Penyiaran, setiap Lembaga Penyiaran dan Penyelenggara Platform Digital Penyiaran harus dapat membangun kerja sama dengan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan Penyiaran.

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa dalam penyelenggaraan Penyiaran, setiap orang atau badan hukum memiliki hak yang sama. Yang dimaksud dengan ”asas kolaboratif” adalah bahwa penyelenggaraan Platform Digital Penyiaran dapat dilakukan oleh Lembaga Penyiaran bekerja sama dengan Penyelenggara Platform Digital Penyiaran. Yang dimaksud dengan “teknologi Penyiaran” adalah keseluruhan sarana penyebarluasan Siaran melalui Digitalisasi Penyiaran dan/atau Platform Digital Penyiaran serta sarana penyebarluasan Siaran lainnya.

Yang dimaksud dengan “identifikasi Siaran” adalah penetapan jenis Isi Siaran dan Konten Siaran yang terbagi atas Siaran melalui Digitalisasi Penyiaran dan Platform Digital Penyiaran. Yang dimaksud “kepastian hukum” adalah penyelenggaraan Platform Digital Penyiaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “netralitas” adalah opini dan sikap politik pengelola media yang tidak boleh mencampuri atau mempengaruhi Isi Siaran.

Yang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah Lembaga Penyiaran wajib memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak yang memiliki. Yang dimaksud “merelai Siaran“ adalah merelai Siaran secara langsung, langsung tunda (live delay), dan tunda.

Referensi

Dokumen terkait