RASA WUJUD SYUKUR DALAM TRADISI TEPUK TAWAR KEPULAUAN RIAU
Disusun Guna Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Pengantar Antropologi Dosen Pengampu: Mahendra Pudji Utama, S.S.,M.Hum., Dra.Tri Handayani,M.Si.
Disusun Oleh :
Moch Abdul Rafi Firmansyah 13030122140120
Depertemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
2023
BAB 1 Pedahuluan
A. Latar Belakang
Di dalam Masyarakat suatu wilayah tentunya terdapat sebuah tradisi sebagai sebuah ungkapan yang berkaitan dengan macam-macam peristiwa yang dipandang penting bagi Masyarakat tersebut. Tradisi adalah warisan masa lalu yang dilestarikan, dijalankan, dan dipercaya hingga saat ini. Secara terminology, perkataan tradisi mengandung sesuatu pengertian tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dan masa kini. Merujuk pada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Indonesia sendiri merupakan negara yang multicultural dan merupakan bangsa yang sangat majemuk. Terdiri aas berbagai suku bangsa, budaya, ras, dan agama. Setiap suku bangsa ini memiliki berbagai kebudayaan dengan ciri khasnya masing-masing dan tidak sedikit yang masih dipertahankan sampai saat ini.
Salah satunya adalah tradisi yang berada di Kepulauan Riau, provinsi dengan wilayah mayoritas berupa pulau-pulau kecil dengan buaya melayu yang kuat. Tradisi melayu diwilayah provinsi ini masih dipertahankan sampai saat ini meskipun tidak eksis seperti zaman dulu. Tradisi perkawinan adat Lingga, tepuk tapung tawar contohnya. Masyarakat melayu Kepulauan Riau melihat tradisi tepuk tepung tawar sebagai bagian penting dalam sejumlah prosesi adat-istiadat. Tepuk tepung tawar merupkan upacara adat dan sekaligus bentuk rasa syukur atas terkabulnya rasa keinginan atau usaha, dilakukan baik pada manusia maupun pada benda. Berdasarkan makna ritual tepuk tepung tawar bagi Masyarakat Suku Melayu ada pepatah mengungkapakan “kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa melayu : ketik tepung tawo) belum sah (afdhal) acara yang dilaksankan”. Adat melayau selalu menekankan pada dua nilai yakni
‘tuah’ dan ‘amanah’. ‘tuah’ yang memiliki arti sebagai keberuntungan berdasarkan inayah (pertolongan) Allah SWT. Sementara ‘amanah’ merupakan sesuatu yang dapat dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan atas nilai-nilai itu, adat Tepuk Tepung Tawar dianggap sacral dan tidak boleh dianggap remeh atau dilakukan sembarangan.
Tradisi ini sayangnya saat ini hanya dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga pemerintahan dan Lembaga adat melayu (LAM) Kepulaun Riau. Masyarakat yang
melaksanakan juga hanya Masyarakat yang memang berpegang teguh pada adat dan tradisi melayu. Mengingat adat merupakan identitas yang berfungsi mengintegrasikan seluruh Masyarakat dan kelompok kecil Masyarakat tersebut.
B. Permasalahan
1. Bagaimana awal mula muncul tradisi Tepuk Tepung Tawar Masyarakat melayu?
2. Apa saja prosesi yang dilakukan dalam tradisi Tepuk Tepung Tawar Masyarakat melayu?
3. Apa saja nilai nilai yang terkandung dalam tradisi Tepuk Tepung Tawar Masyarakat melayu?
BAB 2 Pembahasan
A. Asal Mula Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Adat tradisi tepuk tepung tawar merupakan salah satu rutinitas dalam upacara adat perkawinan khusunya budaya melayu. Tepuk tepung tawar telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia dari Kepualuan Riau pada tahun 2018 lalu. Tradisi ini dilakuakn sebagai bentuk rasa Syukur masayarakat melayu setelah menikmati berkat ini dari Allah SWT. Tepuk Tepung Tawar merupakan suatu upacara adat budaya melayu peninggalan para raja-raja terdahulu.
Selain bentuk Syukur atas nikmat yang diberikan tradisi ini juga merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan Syukur atas terkabulnya suatu keinginan atau usaha. Tidak hanya di upacara perkawinan tepuk tepung tawar juga dipergunakan diacara-acara tertentu misalnya : pernikahan, menempati rumah baru, mengendrai kendaraan baru, khitanan, serta bentuk-bentuk dari luapan rasa kegembiraan bagi mereka yang mempunyai acara hajatan.
Secara harfiah, kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara tepuk tepung tawar berarti menepuk-nepukan bedak pada punggung telapak tangan dengan telapak tangan dan merenjes-renjeskan (memercikan) air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawar. Dilengkapi juga dengan menabur-naburkan bunga rampai. Beras putih, dan beras kuning ke seluruh badan orang yang ditepung tawari, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama (Rahmawati, 2010:20)
B. Tata Pelaksanaan Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Secara umum adat istiadat itu merupakan perwujudan doa selamat untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT. Sehingga, didalam prosesinya symbol- simbol melayu yang digunakan sesame jenis kelamin. Lelaki dengan lelaki, dan Perempuan dengan Perempuan, kalaupun memang berbeda kelamin itu harus muhrim.
Maka manakala prosesi ini dilakukan selalu diawasi oleh lafaz Allah dan dilakuakn oleh orang yang paham.
Prosesi tradis tepuk tawar dilakukan dalam berbagai acara, mulai dari penambalan gelar adat, pelantikan pemimpin, peresmian tempat, pernikahan dan berbagai acara penting lainnya. Dalam melaksanakan adat ini memerlukan tata cara serta bahan bahan yang harus disertakan.
Penyambutan tepuk tepung tawar diambil dari salah satu bahan yang menjadi rumusan pelaksanaan prosesi ini yaitu air dari beras putih – beras basuh yang sudah digiling dan dibersihkan. Bagi Masyarakat melayu Kepulauan Riau, tradisi ini memiliki maksud agar dihindarkan dari segala marabahaya dan memohon keselamatan pada Allah SWT. Prosesi bertepuk tepung tawar dilakukan dengan mengambil sejumput beras kunyit. Beras putih dan beretih kemudian ditaburkan melewati atas kepala, bahu kanan dan kiri orang yang ditepuk tawarkan. Selanjutnya percikan air yang ada pada dahi atau kening, bahu kanan dan kiri lalu di belakang telapak tangan kana dan kiri. Budayawan kepri, Abdul Malik menjelaskan bahwa dalam pengunaan bahan-bahanyapun penuh dengan simbul seperti beras kunyit yang berarti kemuliaan. Kemudian penggunaan beras basuh atau beras putih yang sudah dibersihkan melambangakn kesucian diri. Beretih atau padii yang digoreng kuning melambangkan kecermatan. Ari pecung atau air yang harum mawar sebagai lambang keharuman nama. Serta bedang lengkir yang dingin atau kapur yang melambangan tidak mudah panas menghadapi kehidupan. Prosesi tepuk tawar kemudian diakhiri dengan pembacaan doa agar orang-orang yang ditujukan dalam keadaan selamat dan penuh keagungan.
C. Makna Pelaksanaan Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Bagi Masyarakat melayu, tepuk tepung tawar merupakan symbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya menjunjung tinggi keberadaan tepuk tepung tawar tersebut. Tradisi ini tentunya memiliki makna yang penting bagi Masyarakat melayu. Namun seiring dengan perekembangan zaman, pelaksanaan tradisi tepuk tepung tawar yang dilaksanakan oleh Masyarakat melayu juga mengalamai perubahan pada Sebagian ritualnya. Tentu saja hal ini menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan.
Perubahan makana yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi Masyarakat melayu sebenarnya berkaitan dengan perubahan individu sebagai pendukung adat dan budaya itu sendiri. Kenyataanya yang terjadi dari acara tepuk tepung tawar adalah banyak yang berubah dalam pelaksanaanya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan makna. Perubahan ini tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang menjadi panutan Masyarakat tetapi tercermin juga dari kebudayaan secara umum.
Dari berberapa makna dari bahan yang digunakan pada bahan untuk pelaksanaan tradisi ini antara lain beras kunyit, beras basuh, dan beretih yang dihamburkan bermakna ucapan selamat dan turut berembira. Kemudian merenjis
kening bermakna berfikirlah sebelum bertindak atau teruslah menggunakan akal yang sehat. Merenjis dibahu kanan dan kiri bermakna haru siap memikil beban dan penuh rasa tanggung jawab. Sedangkan merenjus punggung tangan bermakna jangan pernah putus asa dalam mencari rizeki dan teruslah berusaha dalam memenuhi kehidupan.
Terakhir adalah menginai telapak tangan yang maknanya sebagai penanda bahwa mempelai sudah berakad nikah. Sebagai penyadaran bahwa saat ini tidak lagi bujang atau dara (dalam perkawinan suada ada pendamping).
Selain makna dalam bahan yang terkandung dalam tradisi, terdapat pula makna symbol dan simbolik yang tekandung dalam kegiatan budaya dan praktek tradisi tepuk tepung tawar, khususnya dalam pernikahan. Pertama adalah symbol yang terkandung pada orang yang melakukan penepung tawaran atau yang menepung tawari dalam kegiatan budaya dan praktek tradisi tepuk tepung tawar. Pihak yang melakukan penepung Tawaran atau yang menepug tawari dilarang berjumlah genap dan harus ganjil karena menurut para tetua dan pemuka adat hal tersebut tidak sesuai dan selaras dengan agama islam. Jumlah yang harsu melakukan penepung tawaran atau pnepung tawari paling seditik adalah 5 orang dan paling banyak adalah 21 orang.
Kemudian yang kedua adalah makna symbol yang terkandung pada tatacara melakukan kegiatan budaya dan praktek adat tradisi terdapat dua tatacara yang dilakukan dan tidak pernah ditinggalkan, yaitu melakukan penaburan dan perenjisan kepada kedua mempelai. Di dalam kedua tatacara itu memiliki makna tersendiri.
D. Nilai Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Dalam suatu tradisi selain ada makna yang terkandug. Tentu didalamnya juga ada nilai yang terkandung di dalam Tepuk Tepung Tawar antara lain, nilai social, nilai kekeluargaan, nilai agama, dan nilai budaya. Nilai social yang terkandung didalamnya adalah saat orang melakukan Penepung Tawaran. Pihak yang menepung tawari tidak hanya berasal dari keluarga saja namun bisa juga sahabat dekat atau handai taulan dan diharapkan pada setiap melakukan penepung tawaran ini, mereka mendoakan yang ditepung tawari/kedua mempelai agar Panjang umurnya dan berdampingan dengan lingkungan sekitar. Hal ini menunjukan bahwa pada tradisi atau kegiatan adat ini tidak bisa satu orang saja yang melaksanakan kegiatan ini atau dengan kata lain, tanpa adanya bantuan dari orang lain, tradisi ini tidak akan terlaksana denga baik.
Nilai kekeluargaan yang terkandung di dalam tradisi ini adalah Ketika sedang melakukan penepung tawaran, keluarga baru dulu lah yang didahulukan senantiasa oleh mempelai baru setelah itu orang terdekat dan handai taulan. Menunjukan bahwa
nilai-nilai kekeluargaan ini dapat mendorong Masyarakat untuk tetap melaksanakan dan melestarikan kegiatan ini karena mengandung nilai positif. Selanjutnya adalah nilai agama, karena orang melayu itu dalam melaksanakan kegiatan tradisi dan budayanya membarengi dengan unsur-unsur kebutuhan yang mengandungg nilai- nilai agama yang dianggap baik bagi Masyarakat sekitar. Apalagi dalam melaksanakan tepung tawar ini dalam bentuk prakteknya ada terkandung harapan yang besar dari seluruh pihak untuk keberlangsungan kedua mempelai dan tentunya harapan-harapan ini mengharap ridho Allah. Dihadirkanya dan disandingkanya nilai- nilai agama ini dalam setiap kegiatan budaya bertujuan untuk meningkatkan kulitas spiritual dan menjadi alasan utama bagi setiap Masyarakat melayu untuk tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi dan kebudayaan sampai pada hari ini. Nilai lain yang terkandung adalah nilai budaya dimana astinya kegiatan ini memang dilatar belakangi oleh unsur budaya. Terlihat di dalamnya saat ada syair-syair dan pantung yang menambah nilai estetika di dalam tradisi Tepuk Tepung Tawar.
BAB 3 PENUTUP A. Simpulan
Tepuk Tepung Tawar merupakan upacara adat dan sekaligus bentuk rasa Syukur atas terkabulnya suatu keinginan atau usaha, dilakuakn baik pada manusia maupun pada benda. Adat tradisi Tepuk Tepung Tawar merupakan salah satu rutinitas dalam upacara adat perkawinan, kususnya budaya melayu. Tepuk Tepung Tawar telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dari Kepulauan Riau pada tahun 2018 lalu. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa Syukur Masyarakat melayu setelah menikmati berkat dari Allah SWT. Tepuk tepung tawar merupakan suatu upacara adat budaya melayu peninggalan para raja-raja terdahulu.
Secara umum, adat istiadat itu merupakan perwujudan doa keselamatan kepada Allah SWT. Sehingga, didalamnya terdapat prosesi symbol-symbol melayu yang digunakana dikaitkan dengan ajaran agama islam. Menepuk Tepung Tawar harus dilakukan sesama jenis kelamin. Lelaki dengan lelaki dan Perempuan dengan Perempuan, kalaupun memang berbeda kelamin itu harus muhrim. Bagi Masyarakat melayu, Tepuk Tepung Tawar merupakan symbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya menunjung tinggi keberadaan Tepuk Tepung Tawar tersebut. Tradisi ini tentunya memiliki makna yang penting bagi Masyarakat melayu. Nilai-nilai yang terkandung di Tepuk Tepung Tawar antara lain.
Nilai social, nilai kekeluargaan, nilai agama, nilai budaya.
LAMPIRAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam prosesi tradisi Tepuk Tepung Tawar Prosesi pengambilan beras kunyit, beras
putih dan beretih yang kemudian ditaburkan melewati atas kepala, bahu dan kiri orang
yang ditepung tawari
DAFTAR PUSTAKA
Tata pelaksanaan terakhir dalam tradisi tepuk tepung tawar yaitu pembacaan doa agar orang yang ditujukan dalam keadaan selamat dan
penuh keberkahan dan keagungan Kerabat yang turut hadir dalam
prosesi tradisi Tepuk Tepung tawar
Tepung Tawar Riau, Tradisi Wujud Rasa Syukur Masyarakat Melayu - Direktorat Warisan Dan Diplomasi Budaya (Kemdikbud.Go.Id), Diakses Pada 28 Agustus 2023.
07210093_Bab_2.Pdf (Uin-Malang.Ac.Id), Diakses Pada 31 Agustus 2023
Putra, Suwira.”Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat Melayu Riau”, Jom FISIB, Vol. 1 No.2, Oktober 2014, Hlm 1-15.