• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio Lancar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rasio Lancar "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Menyatakan skripsi ini lulus ujian akhir (ujian skripsi) pada hari Sabtu tanggal 11 Juli 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah. Manajer dan karyawan laki-laki dan perempuan di PT PLN (PERSERO) SulSelRaBar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi, telah bekerja tanpa kenal lelah dan tanpa pamrih mendidik, membimbing dan membiayai penulis hingga dapat menyelesaikan gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Latar Belakang Masalah

Kegiatan komersil berupa produksi tenaga listrik dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari beberapa jenis pembangkit yaitu Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan dasar batubara, gas alam atau bahan bakar. Selain itu, perseroan juga membeli tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat-pusat pembangkit listrik swasta yang juga merupakan gabungan dari beberapa jenis pembangkit yaitu PLTU berbahan bakar batubara, gas bumi, atau pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar gas (PLTGU-). siklus gabungan), PLTA berbasis tenaga air sebagai penggerak turbin, PLTP berbasis tenaga uap panas bumi, dan PLTD berbasis bahan bakar. Daya listrik yang dihasilkan pusat pembangkit disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi dengan tingkat tegangan berbeda seperti Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV) dan Tegangan Tinggi (150 dan 70 kV).

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia Periode 2005-2009
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia Periode 2005-2009

Rumusan Masalah

Penilaian kinerja keuangan pada BUMN menggunakan indikator standar berdasarkan KEP-100/MBU/2002, dapat menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan analisis vertikal horizontal dan rasio keuangan berdasarkan data historis yang dipelihara untuk melihat perkembangan kinerja perusahaan. Dengan melihat kinerja keuangan perusahaan juga dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan kepada pemerintah sebagai regulator dan pemilik saham BUMN atau pihak eksternal lainnya. Mengingat pentingnya analisis keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan posisi keuangan dan perkembangan perusahaan, sebagaimana telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kinerja keuangan PT PLN (Persero).

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Kegunaan Teoritis

Kegunaan Praktis

Pengertian Laporan Keuangan

Jadi, laporan keuangan adalah laporan yang dihasilkan oleh proses akuntansi yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan untuk mengevaluasi kinerja yang dihasilkan dari kegiatan usaha yang dijalankannya pada suatu periode tertentu.

Tujuan Laporan Keuangan

Pengguna Laporan Keuangan

Konsumen berkepentingan untuk memantau kondisi bisnis terkait keberlangsungan operasional bisnis karena memiliki hubungan jangka panjang dengan perusahaan. Pemasok juga berkepentingan untuk memantau keadaan perusahaan, karena memiliki hubungan jangka panjang. Selain itu, kondisi perusahaan mempengaruhi hubungan kerjasama dengan perusahaan pemasok.

Analisis Informasi Keuangan

Menurut Kasmir (2011), rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan suatu angka yang terdapat dalam suatu laporan keuangan dengan cara membagi suatu angka dengan angka lainnya. Perbandingan antar rasio yaitu dengan membandingkan angka-angka dari sumber data (data campuran), baik yang ada di neraca maupun yang ada di laporan.

Tujuan Analisis Keuangan

Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Rasio solvabilitas (rasio leverage) merupakan rasio yang memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan ekonomi dan sektor usahanya. Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar bagi usahanya di atas biaya investasi.

Keterbatasan Analisis Rasio

Jenis Badan Usaha

Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN

Penilaian terhadap ketiga aspek tersebut mempunyai bobot yang berbeda-beda berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan. Penilaian aspek keuangan dilakukan dengan melihat delapan angka kunci yang merupakan indikator yang ditetapkan pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan badan usaha milik negara. Rasio ini menunjukkan seberapa besar jaminan yang dimiliki kreditur dan besarnya pinjaman yang dibutuhkannya.

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Aspek Keuangan pada BUMN
Tabel 2.1 Indikator Penilaian Aspek Keuangan pada BUMN

Penelitian Sebelumnya

Sementara itu, jika dilihat rasio perputaran total aktiva terhadap perputaran aktiva tetap pada tahun 2006 dan 2008 tergolong tidak produktif, sedangkan tahun 2007 produktif. Kinerja keuangan Cabang PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) jika dilihat dari rasio lancar dapat dikatakan likuid. Dilihat dari rasio kas (Cash Ratio) selama tiga tahun, kinerja keuangan perseroan tidak baik dan tidak likuid.

Ari Ardani (2008) melakukan penilaian kinerja keuangan berdasarkan analisis profitabilitas pada perusahaan air minum kabupaten Jeneponto. Ada delapan angka kunci yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan BUMN sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-100/MBU/2002. Dilihat dari hasil investasi, rasio likuiditas, rasio lancar, periode pengumpulan, perputaran persediaan dan total perputaran aktiva, perusahaan berada dalam kondisi baik.

Dilihat dari hasil investasi, rasio likuiditas, rasio lancar, periode penagihan, perputaran persediaan dan total perputaran aktiva, perusahaan berada dalam kondisi baik karena mendapat nilai penuh. Pada perputaran total aset tidak dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal untuk setiap modal kerja yang digunakan perusahaan. Dilihat dari return on equity, rasio likuiditas, rasio lancar, periode penagihan, perputaran persediaan dan total perputaran aset, perusahaan dalam kondisi baik karena mendapat nilai penuh.

Rasio perputaran piutang, rasio perputaran modal kerja. perputaran modal kerja/), rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, rasio likuiditas, rasio kas dan koefisien profitabilitas sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio).

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu dan dibandingkan dengan penelitian sekarang  No   Nama Peneliti   Judul Penelitian   Variabel
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu dan dibandingkan dengan penelitian sekarang No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Kerangka Pikir Penelitian Bagian kerangka pikir penelitian Bagian kerangka pikir penelitian

Hipotesis

Rancangan Penelitian

Tempat dan Waktu

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Retun On Investman (ROI)

Return on investment (ROI) merupakan alat yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan atau kinerja suatu perusahaan secara keseluruhan (Munawir, 2008:84). Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa dari tahun 2008 hingga tahun 2012, ROI mempunyai nilai yang terus mengalami penurunan yaitu dengan tingkat persentase ROI setiap tahunnya sebesar -16% dan skor rating setiap tahunnya adalah 1. Dari tabel diatas terlihat grafik nilai ROI dari tahun 2008 hingga tahun 2012 menunjukkan grafik yang terus menurun drastis dari persentase -1% menjadi -16%.

Nilai yang tertera pada tabel dan tampilan grafik di atas menunjukkan bahwa PLN secara umum kurang berhasil dalam mengelola terminologi investasi perusahaan, dalam hal ini mengelola laba bersih perusahaan dibandingkan dengan total investasi.

Rasio Kas

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa rasio likuiditas sama dengan ROI yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 nilainya terus mengalami penurunan yaitu dengan tingkat persentase likuiditas setiap tahunnya sebesar 0% dan 0% dan skor penilaian mempunyai juga mengalami penurunan dimana pada tahun 2008-2009 nilai skornya adalah 3, namun pada tahun 2010-2012 nilai skornya adalah 0. Penurunan yang terjadi pada rasio likuiditas disebabkan karena nilai alat likuid menurun drastis dari Rp pada tahun 2008. menjadi Rp pada tahun 2012, sedangkan nilai kewajiban jangka pendek dari tahun ke tahun terus meningkat setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009.

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Rasio Kas  Tahun  Kas dan Setara
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Rasio Kas Tahun Kas dan Setara

Rasio Lancar

Rasio Lancar

Dari tabel diatas terlihat bahwa Current Ratio mempunyai nilai persentase yang berfluktuasi dari tahun 2008 ke tahun 2012 yaitu meningkat dari 115% pada tahun 2009. Dimana pada tahun 2010 terjadi penurunan dengan angka 100% dan pada tahun 2011 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2010 dengan pangsa sebesar 113%, dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan dengan angka sebesar 91%. Nilai evaluasinya juga mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2008-2009 skornya naik dari 4 menjadi 5, dan 3 tahun kemudian mengalami penurunan yang fluktuatif, dimana pada tahun 2010 mendapat skor 3, dan pada tahun 2011 meningkat dari skor 3 menjadi 4, dan pada tahun 2012 kembali terjadi downgrade dengan rating 1.

Penurunan yang terjadi pada rasio lancar disebabkan oleh semakin besarnya selisih nilai antara aset lancar dan liabilitas jangka pendek. Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai Current Ratio dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan grafik yang berfluktuasi yaitu mengalami kenaikan pada tahun 2008-2009 kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2012. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2008-2009 menunjukkan adanya peningkatan kekayaan perusahaan untuk membiayai hutang jangka pendek atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.

Artinya PLN mempunyai ketersediaan aset lancar yang dapat segera dikumpulkan untuk membayar kewajiban lancar perusahaan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2010-2012 menunjukkan menurunnya kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka pendek atau jangka pendeknya, dimana ketersediaan aset yang dapat dikumpulkan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan menjadi semakin kecil. Semakin besar rasio ini berarti semakin baik kondisi keuangan perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya skor kinerja keuangan perusahaan dari 4 pada tahun 2008 menjadi 5 pada tahun 2009.

Namun kondisi keuangan terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya hingga skor kinerja keuangan perusahaan hanya berada pada angka 0 pada tahun 2012.

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Current Ratio
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Current Ratio

Collection periods

Dari grafik di atas terlihat bahwa periode pengumpulan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mempunyai periode waktu yang sama. Data periode penagihan yang lebih kecil menunjukkan bahwa waktu penagihan piutang pelanggan PLN semakin berkurang.

Perputaran Persediaan

Tabel di atas menunjukkan bahwa perputaran persediaan mengalami fluktuasi antara tahun 2008 dan 2012, dengan peningkatan masing-masing sebesar 28 kali, 31 kali dan 36 kali pada tahun 2012.

Perputaran Persediaan

Kinerja Keuangan

Pada tahun 2008, return on equity (ROE) dan return on investment (ROI) berada pada skor terendah dengan skor 0 dan 1. Periode pengumpulan memiliki skor rendah dengan skor 0,6, namun dengan skor rendah berarti penjualan hasil dari PLN Semakin baik karena semakin sedikit waktu yang dimiliki maka semakin cepat pula hasil penjualan piutang tercapai. TMS terhadap total aset mempunyai nilai yang rendah, namun dengan nilai yang rendah maka kemungkinan mendapatkan pinjaman untuk membiayai aset perusahaan semakin besar, sedangkan ketiga indikator lainnya mempunyai skor nilai yang cukup maksimal, dengan cash rasio mempunyai skor 3 .it kondisi saat ini dengan skor 4 dan perputaran persediaan dengan skor 5.

Collection period memiliki nilai yang rendah dengan skor 0, namun skor yang rendah berarti hasil penjualan dari PLN akan semakin baik karena semakin sedikit waktu yang dicapai maka semakin cepat pula hasil penjualan piutang tersebut tercapai. Skor tertinggi terdapat pada current rasio dan perputaran persediaan yang masing-masing memiliki skor 5. Sedangkan indikator lainnya memiliki skor cukup maksimal yaitu cash rasio memiliki skor 3 dan.

TMS untuk total aset memiliki skor rendah yaitu 0, namun nilai yang rendah meningkatkan kemungkinan diperolehnya pinjaman untuk membiayai aset perusahaan. Sedangkan dua indikator lainnya mendapat skor cukup maksimal, yaitu Current Ratio mendapat skor 3 dan TATO turnover mendapat skor 3,5. Periode penagihan mempunyai skor yang rendah yaitu 0, namun skor yang rendah berarti hasil penjualan PLN semakin baik, karena semakin sedikit waktu yang tersedia maka semakin cepat pula penjualan piutang diperoleh.

TMS untuk total aset mempunyai skor yang rendah yaitu 0, namun dengan nilai yang rendah maka kemungkinan mendapatkan pinjaman untuk membiayai aset perusahaan semakin besar.

Tabel 5.9 Petumbuhan Kineja Keuangan Perusahaan Sebelum Diubah Dalam Skor
Tabel 5.9 Petumbuhan Kineja Keuangan Perusahaan Sebelum Diubah Dalam Skor

Saran

Gambar

Tabel 1.2 Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Periode 2005-2009
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia Periode 2005-2009
Gambar 1.2 Perkembangan Total Aset, Total Hutang, dan Ekuitas
Tabel 2.1 Indikator Penilaian Aspek Keuangan pada BUMN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Table I The main wildlife hosts of the most important ticks that transmit protozoal and rickettsial infections to livestock in sub-Saharan Africa 50 Tick species Host African