• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PARA PEDAGANG DAN PEMBELI DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PUSAT PASAR SENTRAL MEDAN : KAJIAN PRAGMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PARA PEDAGANG DAN PEMBELI DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PUSAT PASAR SENTRAL MEDAN : KAJIAN PRAGMATIK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Dengan kata lain, apabila kebiasaan ini terus menerus dilakukan maka akan terjadi penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa. Permasalahan yang menjadi pertimbangan penulis dalam memilih analisis kesantunan berbahasa pedagang dan pembeli di Pasar Induk Kota Medan adalah pasar ini atau yang dikenal dengan pajak sambo merupakan keragaman budaya, suku, dan bahasa yang berbeda. punya. dan dikenal dengan penggunaan bahasa yang terkesan kasar, gaul dan intonasi tinggi. Terdapat beberapa ruang lingkup penelitian kesantunan yang menggunakan analisis kesantunan berbahasa yang mengacu pada prinsip kesantunan menurut (Leech, 1993:206).

Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Realisasi Kesantunan Linguistik dalam Interaksi Pedagang-Pembeli, dan selain itu penulis ingin menunjukkan apakah kecenderungan berbahasa gaul dan kesantunan berbahasa para pedagang di Pasar Induk Medan berhubungan dengan prinsip kesopanan linguistik. kesopanan. menurut (Leech dan prinsip kerjasama tutur) menurut (Grice, 1967:45) Terdapat penggunaan bentuk kesantunan linguistik antara pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di Pasar Induk Medan Terdapat pengaruh lingkungan sosial tentang kesantunan berbahasa pedagang dan pembeli di Pasar Induk Medan.

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis memfokuskan penelitian ini pada realisasi penggunaan berbagai bentuk kesantunan linguistik pada skala prinsip kesantunan menurut Leech dan prinsip kerjasama tutur menurut Grice dalam interaksi pedagang dengan pembeli di Medan. . Pusat Pasar Sentral. Bagaimana perwujudan kesopanan linguistik antara pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di pasar induk Medan? Untuk menggambarkan perwujudan kesopanan berbahasa antara pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di Pasar Sentral Medan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ide serta dapat menjadi bahan acuan bagi penulis dan masyarakat manapun dalam menerapkan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa, mengetahui bentuk-bentuk kesantunan berbahasa yang biasa digunakan dalam interaksi antar pedagang. dan pembeli di Pasar Sentral Kota Medan.

Implikatur

Menyenangkan jika menyangkut tindak tutur, seperti menawarkan, mengundang, mengundang, menyapa, berterima kasih, dan memberi selamat. Kalimat-kalimat yang diucapkan penutur kepada mitra tuturnya dimaksudkan untuk menyampaikan informasi tentang waktu dan mengingatkan penutur akan waktu kegiatan tuturnya. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang menyatakan tindakan mempengaruhi atau mempunyai pengaruh terhadap lawan bicara atau orang yang mendengarkan tuturan.

Dalam narasinya, tindak tutur perlokusi mengandung maksud dan tujuan tertentu yang diinginkan oleh penutur yang nantinya akan terlihat dalam suatu tindak. Kalimat yang diucapkan oleh seorang guru menyampaikan informasi bahwa ia ingin siswanya mengerjakan tugas, dan efek yang diharapkan guru adalah siswanya dapat memahami perintah guru. Grice (Prayitno, 2017:87) menyatakan bahwa implikatur adalah tuturan yang menyiratkan sesuatu atau suatu maksud yang tidak sesuai dengan kebenaran tuturan yang diucapkan.

Secara umum implikatur dapat digunakan untuk melunakkan perkataan seseorang untuk tujuan tertentu atau untuk menarik simpati lawan bicaranya.

Hakikat Kesantunan Berbahasa

  • Ciri-Ciri Kesantunan Berbahasa
  • Penyebab Ketidaksantunan
  • Prinsip Kesantunan Berbahasa
    • Maksim Kebijaksanaan
    • Maksim Kedermawanan
    • Maksim Penghargaan
    • Maksim Kesederhanaan
    • Maksim Permufakatan
    • Maksim Simpati
  • Prinsip Kerja Sama Petuturan
    • Maksim Kuantitas
    • Maksim Kualitas
    • Maksim Relevansi
    • Maksim Pelaksanaan
  • Konteks

Santun berbahasa terlihat apabila seorang penutur dapat memilih kata (diksi) yang tepat dan gaya bahasa yang tepat. Dikatakan bahwa dalam memilih kata yang tepat, seorang pembicara harus mengungkapkan kata-kata yang mempunyai makna dan tujuan dalam konteks tertentu sehingga mempunyai pengaruh terhadap lawan bicaranya. Selain itu, kemampuan penutur dalam menggunakan gaya bahasa saat berkomunikasi akan meningkatkan kesantunannya. Gaya bahasa tidak hanya sekedar menghidupkan kata atau kalimat agar menarik, tetapi gaya bahasa juga dapat memperindah tuturan dan menonjolkan seluk-beluk bahasa penuturnya. Menurut Grice yang dikutip Pranowo dalam bukunya Bahasa Sopan. 2009) mengatakan bahwa ciri-ciri kesantunan berbahasa tidak hanya ditunjukkan dengan penggunaan bahasa yang santun saja, namun ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut. Saat percakapan sedang berlangsung, sebaiknya anda tidak mengatakan hal-hal yang kurang baik tentang lawan bicara anda, baik itu status, keadaan atau hal-hal yang berkaitan erat dengan lawan bicara anda. Tidak boleh berselisih paham dengan lawan bicara sehingga lawan bicara merasa harga dirinya sudah turun.

Dalam percakapan dengan lawan bicara, tidak diperbolehkan mengucapkan kata-kata yang memuji diri sendiri dan membual tentang kelebihan diri sendiri. Menggabungkan perasaan kita (pembicara) dengan perasaan lawan bicara bahwa isi pembicaraan sama-sama diinginkan karena keduanya diinginkan. Perhatikan fakta bahwa dalam tuturan selalu terlihat bahwa kedudukan orang yang berbicara selalu berada pada kedudukan yang lebih tinggi.

Apabila seorang penutur sudah diatur oleh perasaan emosional dalam hatinya, maka ketika ia berkomunikasi dengan lawan bicaranya, ia tidak akan berbicara lagi dengan tetap mempertahankan perasaan lawan bicaranya. Tanpa disadari, jika seorang penutur diliputi rasa curiga, ia akan melontarkan kata-kata yang bersifat menghina dan menuduh penuturnya. Maksim kemurahan hati atau kemurahan hati merupakan salah satu cara yang digunakan penutur dalam situasi tutur dengan maksud dan tujuan menghargai serta menggunakan dirinya seutuhnya untuk mengorbankan dirinya demi kepentingan lawan bicaranya.

Maksim kemurahan hati menganjurkan agar setiap partisipan dalam tuturan hendaknya sedapat mungkin menghormati orang lain dan meminimalkan perasaan kasar atau tidak hormat terhadap orang lain atau lawan bicaranya (Nugraheni, 2015). Menurut pernyataan lisan, apa yang dikomunikasikan oleh penutur A sangat bermanfaat bagi penutur B, meminimalkan keuntungannya sendiri melalui pengorbanan. Penutur dan lawan bicara yang saling menghina dalam berkomunikasi dapat digolongkan sebagai makhluk yang buruk dan perbuatan tersebut harus kita hindari demi tercapainya kesantunan dan tutur kata (Rohali, 2013).

Pepatah ini mengajarkan untuk bertindak dan berbicara sesederhana mungkin dan penutur tidak mengutamakan egonya serta tidak merasa dirinya lebih hebat dari lawan bicaranya. Proses bertutur dengan maksim-maksim tersebut merupakan wilayah kesantunan yang diperhatikan dari segi bagaimana seorang penutur dan lawan bicaranya memberikan perhatian yang lebih kepada lawan bicaranya. Tuturan ini menunjukkan bahwa lawan bicara (B) menyatakan keprihatinan atau perasaannya terhadap lawan bicaranya yang tidak terpilih sebagai ketua OSIS.

Maksim kuantitas merupakan prinsip yang menekankan bahwa lawan bicara harus memasukkan informasi sebanyak yang diperlukan ketika berkomunikasi. Misalnya saja acara speaking yang berlangsung dalam sebuah seminar yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi terhadap kehidupan audiens atau lawan bicaranya.

Kerangka Berpikir

METODOLOGI PENELITIAN

  • Metode Penelitian
  • Lokasi Dan Waktu Penelitian .1 Lokasi Penelitian
    • Waktu Penelitian
  • Subjek dan Objek Penelitian .1 Subjek Penelitian
    • Objek Penelitian
  • Data Penelitian
  • Sumber Data Penelitian 1. Data primer
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Triangulasi Data
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Analisis data
    • Reduksi Data
    • Penyajian Data
    • Penarikan Kesimpulan

Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi peneliti untuk mempelajari penggunaan bahasa santun di pasar induk pusat kota Medan. Dengan mengamati tuturan antara pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di pasar induk Medan. Objek penelitian ini adalah prinsip kesantunan berbahasa dan prinsip kerjasama tutur dengan batasan, maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan hati, maksim menghargai, maksim kesederhanaan, maksim mufakat, maksim simpati, maksim kuantitas, maksim kuantitas. kualitas, maksim relevansi, maksim implementasi menggunakan analisis kesopanan Leech, dan Grice.

Dalam penelitian ini sumber data utamanya adalah tuturan para pedagang dan pembeli di Pasar Induk Medan. Data sekunder adalah data yang mempunyai karakteristik untuk mendukung atau melengkapi data primer. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data sekunder melalui dokumentasi dan rekaman dari tempat pengumpulan data penelitian.

Teknik menyimak, teknik pengumpulan data dengan cara menyadap bahasa, atau menguping pembicaraan seseorang atau beberapa orang sehingga penulis dapat memperkuat data yang sudah ada. Ada beberapa teknik menyimak, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik menyimak terampil yaitu teknik penyadapan percakapan yang dilakukan peneliti dengan partisipasi peneliti dalam interaksi dengan lawan bicara. Teknik pencatatan, suatu teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dengan cara mengumpulkan atau menyusun seluruh data temuan dalam setiap proses mendengarkan secara langsung maupun dari rekaman pembicaraan para pedagang dan pembeli.

Dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data dengan cara melakukan pengecekan secara cermat dengan cara mendengarkan dan meneliti secara berulang-ulang mengenai makna dan penafsiran data atau dengan membandingkan hasil rekaman tuturan data primer dengan hasil pengamatan penulis terhadap kesopanan pedagang dan pembeli dalam membeli dan membeli. interaksi penjualan di pasar Medan pusat. Penelitian ini menggunakan instrumen manusia atau disebut human instrument dan orang-orang tersebut adalah pedagang dan pembeli. Peneliti mendengarkan dan merekam percakapan antara pedagang dan pembeli di Balai Pasar Induk kemudian merekam rekaman percakapan antara pedagang dan pembeli tersebut, yang nantinya akan disaring untuk mencari data penggunaan kaidah dominan kesantunan berbahasa dan penggunaan kaidah tuturan dominan. . Kerja sama.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan prinsip kesantunan berbahasa dan prinsip kerjasama tutur yang dominan digunakan oleh pedagang dan pembeli dalam interaksi jual beli di Pasar Induk Medan. Sesuai dengan tujuan penulis, maka teknik yang dipilih untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan makna bahasa dalam bentuk data tertulis. Dalam penelitian ini teknik penyajian datanya adalah data tertulis berupa kosakata ujaran para penutur di pasar induk Medan yang terstruktur dan terarah dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait