REDEVELOPMENT TAMAN URBAN FOREST BENGAWAN SOLO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR WATERFRONT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh:
NAUFAL RIZQI RAMADHAN D300 170 078
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN
REDEVELOPMENT TAMAN URBAN FOREST BENGAWAN SOLO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR WATERFRONT
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
NAUFAL RIZQI RAMADHAN D300 170 078
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Qomarun, M.M.
NIK. 781
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan sayapertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Juli 2022 Penulis
NAUFAL RIZQI RAMADHAN D300 170 078
1
REDEVELOPMENT TAMAN URBAN FOREST BENGAWAN SOLO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR WATERFRONT
Abstrak
Salah satu permasalahan Kota Surakarta yang telah berlangsung lama ialah keterbatasannya ruang terbuka hijau. Menurut data Rencana Pembangunan Jengka Menengah Daerah (RPKMD), total luasan RTH keseluruhan wilayah Surakarta pada tahun 2016 sebesar 9.72%. Taman Urban Forest Bengawan Solo merupakan salah satu Ruang Terbuka hijau yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo, Jebres, Surakarta yang dijadikan sebagai sarana publik. Taman ini dibangun pada tahun 2010 lalu, untuk mengembalikan fungsi bantaran sebagai sabuk hijau serta mencakup kegiatan aktivitas masyarakat yang terletak di Pucang Sawit, Kecamatan Jebres, dengan area seluas sekitar 4 Ha. Meredevelopment Taman Urban Forest Bengawan Solo dengan pendekatan arsitektur waterfront agar tepat sasaran sesuai kaidah aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi Pemerintahan Kota Surakarta dalam membangun Taman Urban Forest Bengawan Solo agar dapat mewadahi masyarakat dalam segala aktifitas, memberikan dampak segi perekonomian masyarakat sekitar, dan serta menjaga ekologis ruang terbuka hijau tepi Sungai Bengawan Solo.
Kata kunci : Redevelopment, Taman Urban Forest Bengawan Solo, ArsitekturTepian Air.
Abstract
One of the problems of Surakarta City that has been going on for a long time is the limited green open space. Data According to the Regional Medium Term Development Plan (RPKMD), the total area of green open space for the entire Surakarta area in 2016 was 9.72%. Bengawan Solo Urban Forest Park is one of the green open spaces located on the banks of the Bengawan Solo river, Jebres, Surakarta which is used as a public facility. This is the first time since 2010 that, to maintain the number of as a green belt and includes community activities located in Pucang Sawit, Jebres District, with an area of about 4 hectares. Redesigning the Bengawan Solo Urban Forest Park with a waterfront architectural approach so that it is right on target according to the rules of strength (firmitas), utility (utility), beauty (venustas), and sustainability (sustainable). It is hoped that it can be a recommendation for the Surakarta City Government in building the Bengawan Solo Urban Forest Park so that it can accommodate the community in all activities, membership members for economic income, but also for ecology.
Keywords : Redesign, Bengawan Solo Urban Forest Park, Waterfront Architecture
2 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalahan Kota Surakarta yang telah berlangsung lama ialah keterbatasannya ruang terbuka hijau. Menurut data Rencana Pembangunan Jengka Menengah Daerah (RPKMD), total luasan RTH keseluruhan wilayah Surakarta pada tahun 2016 sebesar 428.73 ha atau 9.72%. Berdasarkan penjelasan pasal 8 Perda Nomor 1 Tahun 2012, bahwa penyediaan RTH kota minimal 30% dari luas wilayah kota, 10% merupakan RTH privat dan 20% merupakan RTH publik dari keseluruhan luas wilayah Kota Surakarta. Data tersebut memperlihatkan bahwa jumlah RTH Surakarta masih jauh dari sasaran sehingga Pemerintah Kota Surakarta berupaya dengan melakukan pengoptimalan fungsi RTH, salah satunya dengan menjadikan tepian Sungai Bengawan Solo menjadi ruang terbuka hijau.
Gambar 1. Lokasi Taman Urban Forest Bengawan Solo (Sumber: www.googlemaps.com, diakses 20 Agustus 2021)
Taman Urban Forest Bengawan Solo merupakan salah satu Ruang Terbuka hijau yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo, Jebres, Surakarta yang dijadikan sebagai sarana publik. Taman ini dibangun pada tahun 2010 lalu, untuk mengembalikan fungsi bantaran sebagai sabuk hijau serta mencakup kegiatan aktivitas masyarakat yang terletak di Pucang Sawit, Kecamatan Jebres, dengan area seluas sekitar 4 Ha.
Pembangunan Urban Forest dilakukan bertahap. Tahan kedua dilakukan pada tahun 2011 dan tahap ketiga pada tahun 2012 lalu dengan penambahan fasilitas taman seperti sitting group untuk bersantai, permainan anak, jogging track, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Pada taman Urban Forest Bengawan Solo, untuk fungsi utama RTH yaitu fungsi ekologi telah sesuai dengan Permen PU No. 5 Tahun 2008, tetapi untuk fungsi tambahan RTH yaitu dari fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika masih belum sesuai. Data ini juga di perkuat dengan laporan
3
observasi Adama D, Gregorius, dkk (2018), penataan ruang publik di bantaran Sungai Bengawan Solo Desa Pucang Sawit, menyimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik taman untuk dikunjungi.
Permasalahan utamanya ialah kualitas akses sirkulasi yang buruk untuk masuk keluarnya ke area taman, karena kondisi jalan yang retak dan rusak, serta membahayakan karena tidak ada pembatas sebagai pengaman dan minimnya penerangan lampu jalan di malam hari. Permasalahan yang lainnya adalah kurangnya fasilitas pendukung dan beberapa fasilitas yang sudah ada dalam kondisi yang kurang memadai, kondisi vegetasi yang kurang baik untuk dilihat, keadaan taman yang kurang bersih karena minimnya tempat sampah, dan tidak adanya toilet dan musholla.
Gambar 2. Kondisi Urban Forest Bengawan Solo terkena luapan air (Sumber: www.solopos.com diakses 20 Agustus 2021)
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana menyusun konsep rancangan dalam me-redevelopment Taman Urban forest Bengawan Solo dengan pendekatan arsitektur waterfront yang tepat sasaran supaya aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan?
b. Dibutuhkan apa saja sarana dan prasarana yang harus ada dan bagaimana penataannya sehingga taman urban forest menjadi taman yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan?
c. Bagaimana upaya pengendalian banjir di Taman Urban Forest Bengawan Solo agar dapat meminimalisir kerusakan taman?
d. Bagaimana spesifikasi landscape dan desain pola penataannya supaya aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan?
4 1.3 Tujuan
a. Meredevelopment Taman Urban Forest Bengawan Solo dengan pendekatan arsitektur waterfront agar tepat sasaran sesuai kaidah aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
b. Mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana Taman Urban Forest Bengawan Solo agar sesuai dengan aktivitas dan supaya aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
c. Mengetahui spesifikasi landscape dan desain pola penataan agar aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
2. METODE
Ada tiga teknik dalam pegumpulkan data, antara lain:
a. Observasi
Melihat objek Taman Urban Forest Bengawan Solo secara langsung sehingga dapat melakukan pencatatan dan mendokumentasikan terhadap beberapa aspek seperti kondisi dan situasi yang ada.
b. Studi Literatur
Melalui studi pustaka teori dan standar yang berlaku, didapatkan melalui buku, jurnal penelitian, dan rujukan yang berasal dari internet.
c. Studi Preseden Arsitektur
Melakukan penelitian terhadap taman dengan pendekatan arsitektur waterfront yang sudah ada dengan mencari aspek konseptual, aspek programatik dan aspek formal untuk dijadikan contoh perencanaan bangunan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gagasan Perencanaan
Perencanaan dari redevelopment Taman Urban Forest Bengawan Solo ini merupakan taman hutan kota yang mengusung konsep aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Selain bertujuan untuk menambah persentase dalam kebutuhan RTH, taman ini juga memiliki fasilitas untuk area rekreasi edukasi, wisata, dan olah raga yang dapat memadai kebutuhan masyarakat. Pada area rekreasi memiliki fasilitas seperti playground, tempat pemancingan, tempat bersantai, amphitheater, dan banyak lainnya, Untuk area edukasi terdapat fasilitas penunjang seperti mini museum, working space, tempat penelitian, dan lain-lain. Area wisata terdapat tree house, wisata air perahu layar, pasar apung, dan lain-lain. Dengan adanya
5
keberanekaragaman vegetasi yang mempercantik taman dan fasilitas sarana prasarana yang memadai maka diharapkan dapat menjadi salah satu landmark yang kuat di kota Surakarta.
Dalam penghijauan taman Urban Forest Bengawan Solo menggunakan teknik konservasi tanah dengan vegetasi yang ditujukan agar dapat menjadi rumah bagi hewan, burung, tanaman, dan juga memperbaiki dan memperkuat tanah agar tidak mudah terjadi erosi. Pada bagian fasilitas taman menggunakan konsep sigap banjir, yang dimana fasilitas taman memiliki ketahanan dan kekuatan ketika air Bengawan Solo meluap sehingga dapat meminimalisir kerusakan dan mempermudah perawatannya. Pada sisi-sisi site taman menerapkan rekayasa penanganan banjir agar dapat mengantisipasi laju kencang dari hilir sungai.
3.2 Konsep Pendekatan Site
Lokasi Site : Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Jawa tengah
Luas : 56.042,62 m2
- 9.766,64 m2 kawasan industri - 46.275.98m2 kawasan RTH Status Kepemilikan : Pemerintah Kota Surakarta
RTRW : Sepadan Sungai (kawasan lindung)
Peraturan area : GSB 5 meter dari batas tanggul sungai, maksimal 85% KDB 15% KDH, untuk area Urban Forest minimal RTH 80%-90%. KLB tinggi bangunan maksimal hingga 200m (Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2016).
Gambar 3. Siteplan Redevelopment Taman Urban Forest Begnawan Solo
SITE
6
(Sumber: Analisis penulis 2021)
Gambar 4. Dimensi siteplan Redevelopment Taman Urban Forest Bengawan Solo (Sumber: Analisis penulis 2021)
a. Pencapaian dan Sirkulasi
- Memberikan site tambahan yang berada di tepi jalan Ir. Juanda, yang berfungsi sebagai entrance utama taman. Entrance ini menjadi konektor antara jalan utama dengan taman. Pada entrance terdapat lahan parkir dan sarana penunjang taman.
- Jalan Ir. Juanda sebagai akses masuk site dan Jalan Waringin sebagai akses keluar agar tidak menyebabkan kemacetan karena berdekatan dengan perempatan lampu APILL.
Gambar 5. Konsep Pendekatan Site (Sumber: Analisis penulis)
b. Orientasi dan view
- Di sisi jalan tanggul diberikan vegetasi peneduh yang rindang agar dapat
7
menjadi sekat alami dengan permukiman warga dan peneduh pedestrian.
- View dari luar ke dalam arah utara site merupakan jalan Ir. Juanda. Agar mudah terlihat oleh pengunjung maupun wisatawan pada site tambahan diperikan sign in Taman Urban Forest sebagai penanda.
- Membuat bangunan penunjang yang tidak permanent seperti foodcourt, tempat bersantai, pada sisi dalam tanggul yang ketinggalannya disesuaikan dengan ketinggian tanggul yang menghadap ke sungai agar dapat mendapatkan view yang bagus dari sungai dan juga dapat di bongkar pasang.
Gambar 6. Konsep Orientasi dan view (Sumber: Analisis penulis)
c. Matahari
- Memberikan penataan vegetasi dengan jenis peneduh yang rindang dan menjulang tinggi pada sisi-sisi site taman agar tidak terlalu banyak panas yang teduh.
- Pada sisi timur site tambahan diberikan pohon rindang agar lahan parkir terasa teduh.
- Pada area tanggul jalan setapak diberikan popohonan rindang yang dapat di tanam pada pot sebagai peneduh.
- Memberikan kerapatan vegetasi pada taman agar memberikan kesejukan dan kelembaban di siang hari.
8
Gambar 7. Konsep Matahari (Sumber: Analisis penulis)
d. Landscape
- Penataan vegetasi pada taman menggunakan vegetasi peneduh pohon perindang, penyerap kebisingan, pohon penghasil oksigen, pohon mencegah erosi, tanaman pembatas, tanaman yang percantik taman, perdu.
- Vegetasi yang sudah terdapat pada urban forest dibiarkan hidup secara alami, dan pada bagian lahan yang kosong maka diperlukankan penanaman vegetasi yang dapat melengkapi fungsi vegetasi lainnya agar dapat memiliki peran masing-masing.
- Beberapa vegetasi pada taman yang tidak cocok pada taman diperlukan pemindahan/ pergantian agar lebih tertata dan jelas.
e. Zonifikasi
- Zona entrance diposisikan di bagian site tambahan yang meliputi: tempat parkir, mini museum, souvenir shop, ATM, masjid, foodcourt, co-working space sebagai zona publik, lalu pada sisi bangunan terdapat kantor pengelola sebagai zona private.
Gambar 8. Konsep Zonifikasi (Sumber: Analisis pribadi)
9 3.3 Program Skenario Kawasan Mikro
Gambar 9. Program skenario kawasan mikro (Sumber: Analisis penulis)
- Diletakkan di sisi jalan utama yaitu Jalan Ir. Juanda, agar sirkulasi lebih mudah - Building Entrance yang terletak di kawasan industry yang menjadi fasilitas
penunjang taman Urban Forest. Yang di dalamnya terdapat fasilitas mini museum, co- working space, musholla, souvenir shop, food court, dll. Sebagai konektor antara jalan masuk menuju taman.
- Zona utama taman yang berada di sempadan sungai bengawan solo. Terdapat fasilitas playground, footpath, pedestrian, sarana olahraga dan amphitheater. Agar dapat mewadahi aktivitas masyarakat. Zona terletak dekat dengan building entrance.
- Zona wisata air yang merupakan fasilitas public agar dapat menikmati keindahan sungai bengawan solo, seperti pemancingan dan terdapat dermaga untuk wisata perahu.
- Zona urban forest yang merupakan hutan kota dengan berbagai jenis vegetasi pepohonan dan tanaman yang dibudidaya dan menjadi tempat ekosistem hewan dan burung-burung.
10 3.4 Konsep Aktivitas Tata Ruang
a. Zona Penerimaan
Tabel 1. Aktivitas dam Kebutuhan Ruang Zona Penerimaan
No. Nama fasilitas Aktivitas utama Kebutuhan ruang Out/indoor
1. Area penerimaan Memasuki entrance Taman Urban Forest Bengawan Solo
Area parkir Pos keamanan Plaza outdoor Lobby
Ruang informasi Ruang penitipan Lavatory Sitting group
Out Out Out In In In In Out/in b. Zona Building Entrance
Tabel 2.Aktivitas dam Kebutuhan Ruang Zona Building Entrance
No. Nama
fasilitas
Aktivitas
utama Kebutuhan ruang Out/
indoor 1. Mini museum
Bengawan Solo
Wisata edukasi museum Taman Urban Forest Bengawan Solo
Loket dan informasi Ruang antrian r. pameran mini theater r. operator r. museum guide r. penyimpanan dan perawatan
ruang CCTV dan keamanan
r. MEE r. AHU
lavatory gudang
In In In In In In In In In In In In In
11 2. Co-working
space
Sarana tempat belajar dan mini coffe shop
Lobby
r. administrasi r. meeting r. baca
mini perpustakaan r. belajar
r.diskusi coffe bar dapur bersih lavatory smoking area
In In In In In In/out
In In In In In out 3. Souvenir shop Belanja souvenir
ciri khas bengawan solo
Kios Kasir lavatory
In In In
4. Masjid Beribadah r. sholat
r. wudhu r. penyimpanan lavatory
In In In In
5. ATM center Tarik setor tunai r. ATM In
c. Zona Pengelola
Tabel 3.Aktivitas dam Kebutuhan Ruang Zona Pengelola No. Nama
Fasilitas
Aktivitas utama
Kebutuhan ruang
Out/
indoor 1. Kantor
pengelola
Pengelolaan Building Entrance, taman, dan Urban Florest Bengawan Solo.
r. tamu
r. direktur utama r. sekretaris r. bendahara r. rapat r. arsip
r. divisi informasi r. divisi buildin entrance
r. divisi urban forest r, divisi taman
In In In In In In In In In In
12
r. divisi marketing r. divisi SDM
r. divisi teknis dan MEE In In 2. Bagian servis Kegiatan yang
berhubungan dengan servis/pelayana n bangunan.
Gudang Pantry
Pos keamanan r. kebersihan area building
r. kebersihan area taman r. AHU
r. pompa r. genset r. MEE
Area Bak Sampah
In In In In In In Out
In In Out
d. Zona Utama
Tabel 4.Aktivitas dam Kebutuhan Ruang Zona Utama
No. Nama fasilitas
Aktivitas utama
Kebutuhan ruang
Out/
indoor 1. Area taman Memasuki
Taman Urban Forest
Bengawan Solo
Jogging track Footpath Sitting group Playground Amphitheater Area olahraga Gazebo
Out Out Out Out Out Out Out 2. Area wisata air Memasuki area
wisata air
Tempat pemancingan Wisata perahu layar Pos keamanan dan p3k
Out Out Out 3. Area Urban
Forest
Memasuki Urban Forest Bengawan Solo
-
3.5 Konsep Tata Masa a. Tata Masa Ruang
Site memiliki bentuk kawasan yang memanjang, sehingga konsep tata massa
13
ruang yang dipilih menggunakan konsep bentuk linier memanjang mengikuti alur sungai, yang terdiri atas bentuk- bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah baris.
- Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai penyesuaian terhadap kondisi setempat seterti topografi, pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
- Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya.
- Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
- Bentuk linierdapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsurmenara untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
- Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga bermacam- macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.
b. Tata Masa Landscape
Kontur pada taman memiliki kontur yang relatif datar sehingga konsep tata massa lansekap menggunakan konsep rancangan pelandaian karena bertujuan untuk:
- Mengebangkan tapak bangunan yang menarik, sesuai, dan ekonomis.
- Memberikan pencapaian yang aman, nyaman, dan fungsional keseluruhan tapak dalam penggunaan dan pemeliharaan.
- Membagi limpasan permukaan dari tapak tanpa mengakibatkan erosi dan sedimentasi, atau mengumpulkan untuk keperluan ciri air, cekungan lumpur atau irigasi.
- Membagi aliran air permukaan maupun air bawah permukaan menjauhi bangunan dan perkerasan trotoar untuk menghindari kejenuhan lapisan dasar.
- Mempertahankan sifat alamiah dari tapak.
- Menghindari pembuatan tanah yang membutuhkan biaya pengedalian erosi yang tinggi.
- Menetapkan kelandaian akhir setinggi mungkin agar mengurangi biaya galian utilitas serta menyempurnakan kondisi tumbuh bagi vegetasi.
3.6 Konsep Penampilan Arsitektur a. Tampilan Kawasan
Redevelopment Taman Urban Forest Bengawan Solo menggunakan konsep Arsitektur Recreational Waterfront siap banjir. Siap banjir yang dimaksud
14
merupakan pengimplementasian desain, landscape, dan struktur taman yang siap menerima luapan air sungai ketika musim penghujan tiba yang sering terjadi di Taman Urban Forest Bengawan Solo ini agar dapat meminimalisir kerusakan pada taman yang besar. Konsep ini diambil setelah menganalisa permasalahan yang sudah terjadi di taman tersebut. Dalam pemilihan material dan struktur sangat diperhatikan dalam segi keindahan, segi kekuatan, dan segi keamanannya.
b. Blockplan
Analisa dan konsep tampilan arsitektur dalam merancangan bangunan utama Taman Urban Forest Bengawan Solo dengan menggunakan Tropical Modern Building yang diterapkan kedalam eksterior fasad bangunan dan interior.
Pemilihan konsep ini agar dapat mengadaptasi lingkungan site dan cuaca sekitar agar bangunan terasa nyaman dan juga memiliki desain yang modern sesuai dengan perkembangan zaman agar bangunan terlihat penarik dan menarik perhatian pengunjung/ wisatawan untuk menikmati fasilitas taman.
3.7 Program Sistem Struktur a. Struktur pondasi talud
Untuk pondasi tanggul penahan menggunakan pondasi talud/Retaining wall, yaitu jenis dinding penahan tanahyang terbuat dari tumpukan batu kali yang disusun sedemikian rupan untuk penahan tanah atau bangunan. Fungsinya talud adalah untuk menjaga struktur tanah agar tidak bergeser/longsor dan tetap stabil.
Bahan material pembangunan talud yang sering di pakai adalah perpaduan fondasi batu kali dengan semen dan pasir. Berikut spesifikasi kegunaan utama dari pembangunan talud, yaitu:
- Membantu menghalangi proses erosi yang di akibatkan penggundulan hutan.
- Menahan tekanan tanah aktif yang memiliki potensi terhadap kelongsoran.
- Melindungi ekosistem dan habitat di sekitar pemasangan.
- Menjaga kestabilitasan kontur tanah pada wilayah tebing.
- Menahan tekanan letral air sehingga tanah tidak menyebabkan bangunan di atasnya runtuh.
15
Gambar 10. Potongan struktur talud
(Sumber: www.sudutsipil.site.com, diakses 10 Oktober 2021)
b. Struktur pondasi sitting group
Untuk struktur pondasi sitting group taman yang permanen menggunakan dinding penahan bronjong (Gabion Retaining Wall), konstruksi ini merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas dengan step-step menyerupai terasering/tangga tangga. Kelebihan sitting group menggunakan pondasi ini selain untuk duduk ialah untuk memperkuat taman ketika terjadi banjir yang melanda dan dapat meminimalisir kerusakan.
Gambar 11. Sitting group dari gabion retaining wall
(Sumber: www.thelittlediggercompany.co.nz, diakses 10 Oktober 2021)
c. Struktur pondasi Sungai Bengawan Solo
Pada struktur sungai bengawan solo, struktur menggunakan struktur bangunan pengurang kemiringan sungai berupa drop structure atau groundsill.
Struktur ini memiliki manfaat agar dapat mengurangi kecepatan laju air agar ketika air luapan merendam taman tidak menimbulkan kerusakan yang besar.
16
Gambar 12. Sitting group dari gabion retaining wall
(Sumber: www.thelittlediggercompany.co.nz , diakses 10 Oktober 2021)
d. Struktur pondasi Building Entrance
Pondasi Building entrance menggunakan pondasi sumuran. Pemilihan pondasi ini dikarenakan memiliki luasan yang besar karena fasilitas sarana dan prasarana pendukung menjadi satu bangunan. Bangunan ini menggunakan konsep panggung sebagai antisipasi sungai bengawan solo meluap hingga melebihi batas tanggul. Untuk bangunan pendukung tidak permanen yang berdekatan pada taman seperti tempat istirahat, gazebo menggunakan struktur pondasi umpak bambu karena tidak menampung beban yang berat.
Gambar 13. Pondasi umpak bambu dan pondasi sumur
(Sumber: www.ilmu-konstruksi.blogspot.com, diakses 20 Oktober 2021)
17 3.8 Program Sistem Utilitas
Tabel 5. Program sistem utilitas
No. Sistem utilitas Penjelasan
1 Sistem air bersih Sistem air bersih pada kawasan taman ini diperoleh dari PDAM, air sumur, dan air hujan. PDAM dan sumur merupakan sumber utama air bersih, sedangkan menampung air hujan di filter menggunakan bak resapan untuk kebutuhan yang tidak dikonsumsi
seperti menyiram tanaman, untuk air urinoir.
2 Sistem air kotor Air kotor (cair) pada kawasan taman ini diolah dan dimanfaatkan kembali untuk menyiram urinoir dan menyiram tanaman dengan difillterisasi terlebih dahulu.
3 Jaringan listrik Jaringan listrik pada kawasan taman ini menggunakan energi listrik dari jaringan PLN, dan didukung genset untuk mengantisipasi pada saat terjadi pemadaman listrik. Lalu pada jalan tanggul diberikan penerangan lampu dengan sistem solar panel agar dapat menghemat listrik dan tidak merusak pemandangan dengan kabel tiang listrikmengantisipasi pada saat terjadi pemadaman listrik. Lalu pada jalan tanggul diberikan penerangan lampu dengan sistem solar panel agar dapat menghemat listrik dan tidak merusak pemandangan dengan kabel tiang listrik
4 Sistem komunikasi
Sistem komunikasi pada kawasan taman ini
menggunakan HT, pengeras suara, alarm, dan telepon.
5 Jaringan pembuangan sampah
Sampah pada kawasan taman ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan ditampung di bak kompos akan diolah menjadi kompos yang digunakan pada urban forest dan untuk sampah anorganik ditampung di bank sampah.
6 Sistem pengaman kebakaran
Sistem pengaman kebakaran pada kawasan taman ini menggunakan hydrant dengan jarak tiap hydrant 35 m agar dapat di akses mudah oleh pemadam kebakaran.
18 7 Pemanfaatan
teknologi
Teknologi yang digunakan pada building entrance dan kawasan taman adalah CCTV sebagai alat bantu keamanan, Wifi untuk wisatawan mencari informasi di internet, penghawaan buatan pada ruang tertentu, dan exhaust pada beberapa ruang tertentu.
3.9 Hasil Visualisasi
Gambar 14. Perspektif Zona A
Gambar 15. Perspektif Zona B
Gambar 16. Perspektif Zona B
19
Gambar 17. Perspektif Zona C
Gambar 18. Perspektif Zona C
4. PENUTUP
Gagasan perencanaan taman ini diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang berkunjung sehingga memberikan rasa percaya dan menjadi daya tarik wisatawan. Produktif, karena tersedia fasilitas olah raga, kegiatan sosial, dan edukasi sehingga masyarakat dapat produktif beraktivitas sehingga menjadikan taman yang sehat rohani maupun jasmani. Selain itu melibatkan penduduk sekitar untuk ikut andil mengaktifkan aktivitas taman agar dapat menunjang dalam sektor perekonomian dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
American Heritage Dictionary. (2000). diterbitkan kembali Pada 2006. The American
Heritage Dictionary Of English Language. Boston: Houghton Mifflin Harcourt.
ArchDaily. Haoxiang Lake Park. Diambil dari https://www.archdaily.com/962715/haoxiang- lake-park-elandscript- studio?ad_source=search&ad_medium=search_result_all. (20 September 2021)
Atmojo. (2007). Restoran dan segala Permasalahanya. Yogyakarta: Andi.
Breen, A. E. (1996). The New Waterfront: A Worldwide Urban Succes Story. New York: Mc
20 Graw Hill.
Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. (2021, April 26).
Bappenas. Retrieved from Website Bappenas:
http://landspatial.bappenas.go.id/komponen/ peraturan/the_file/permen05-2008.pdf I Echols, J. M., & Shadily, H. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT GramediaH
Hadari Nawawi, H. Murni Martini, (1966). Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press,cet .
Holmes, D. Pirrama Park. Diambil dari https://worldlandscapearchitect.com/ pirrama-park- sydney-australia- aspect-studios/#.YXaR7hpBxPYl. (20 September 2021).
Irwan, D. Z. (1994). Peranan Bentuk dan Struktur Kota terhadap Kualitas Lingkungan Kota.
Disertasi, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementrian PUPR. (2017). Modul Metode Pengendalian Banjir Pelatihan Pengendalian Banjir. Bandung.
Khambali,I. (2017). Model Perencanaan Vegetasi Hutan Kota. Yogyakarta: Andi.
Nugraha, Burhan Aris. (2013). Kondisi Taman Urban Forest. SOLOPOS
Pemerintah Kota Surakarta. (2021, april 3). Pusdataru Jateng. Retrieved from Website Pusdataru Jateng: https://pusdataru.jatengprov.go.id/dokumen/RTRW-Prov/13- Kota- Surakarta/PERDA-NO-1-TH-2012-KOTA-SURAKARTA.pdf.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2018. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)”, https://bappeda.jatengprov.go.id/rencana- pembangunan-jangka- menengah-daerah-
rpjmd/#:~:text=Rencana%20Pembangunan%20Jangka%20Menengah%2 0Daerah%20(RPJMD)%20merupakan%20dokumen%20perencanaan%2
0pembangunan,pembangunan%205%20(lima)%20tahun, diakses pada 20 Agustus 2021 pukul 20.59.
Pemerintah Pusat. (2021, Februari 3). Ciptakarya. Retrieved from Website Ciptakarya:
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/UU_No_28_Tahun_2002_- _Bangunan_gedung.pdf
Pemerintah Pusat. (2021, april 5). JDIH BPK RI. Retrieved from Website JDIH BPK RI:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/44487/uu-no-28- tahun-2002
PPK Kemayoran. Utan Kemayoran. Diambil dari https://www.setneg- ppkk.co.id/fasilitas/gbk. (20 September 2021)
P Prabudiantoro, B. (1997). Kriteria Citra Waterfront City (tesis tidak dipublikasikan).
Semarang: Universitas Diponegoro.
21
Samsudi. (2010). Ruang Terbuka Hijau Kebutuhan Tata Ruang Perkotaan Kota Surakarta.
Journal of Rural and Development, 1(1), 11-19.
Sintia, Mona dan Murhananto. 2004. Mendesain, Membuat, dan Merawat Taman Rumah.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Subagyo, K, Setiari Marwanto, dan Undang Kurnia. 2003. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
The Green Flag Award. (2021, Maret 3). The Green Flag Award. Retrieved from Website The Green Flag Award: https://www.greenflagaward.org/
Wreen, D. (1983): Urban Water Front Development, Washington.D: The Urban Land Institute.