• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat tonsilitis dan faringitis wenny tri rahmawati compress

N/A
N/A
Rahmawati 11

Academic year: 2024

Membagikan "referat tonsilitis dan faringitis wenny tri rahmawati compress"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

FARINGITIS DAN TONSILITIS

REFERAT

WENNY TRI RAHMAWATI I4061192042

Dokter Pembimbing

dr. Saiful Bahri Bangun, Sp. THT-KL

(2)

PENDAHULUAN

peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40- 60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.

FARINGITIS

peradangan tonsil palatina. Tonsilitis umumnya merupakan hasil dari infeksi, dapat berupa virus atau bakteri, dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun..

TONSILITIS

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS

TATA LAKSANA DAN EDUKASI ODINOFAGI

(3)

ANATOMI FARING

(4)

ANATOMI FARING

Otot-otot faring tersusun lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular = m.konstriktor faring superior, media, dan inferior.  (n.X).

Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring = sebagai elevator, penting pada waktu menelan. M.Stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X..

(5)

ANATOMI TONSIL

Cincin Waldeyer

(6)

ANATOMI

(7)

01

FARINGITIS

DEFINISI

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40- 60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.

(8)

FARINGITIS

Sekitar 50% hingga 80% faringitis, atau sakit tenggorokan, gejalanya berasal dari virus dan mencakup berbagai patogen virus. Infeksi bakteri yang paling umum adalah streptococcus beta-hemolitik grup A = 5% hingga 36% kasus faringitis akut.

ETILOGI

EPIDEMIOLOGI

(9)

Faringitis Akut KLASIFIKASI

1. Faringitis Viral

MANIFESTASI KLINIS

Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan.

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus influenza,

coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat).

Pada coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

(10)

Faringitis Akut KLASIFIKASI

2. Faringitis Bakterial

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang- kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi

Pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya.

Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior

membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.

(11)

Faringitis Akut KLASIFIKASI

3. Faringitis Fungal

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

Pada pemeriksaan tampak plak putih di

orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis..

(12)

Faringitis Akut KLASIFIKASI

(13)

Faringitis Akut KLASIFIKASI

4. Faringitis Gonorea

MANIFESTASI KLINIS

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

(14)

Faringitis Kronik KLASIFIKASI

1. Faringitis kronik hiperplastik

MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.

Pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band.

Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).

(15)

Faringitis Kronik KLASIFIKASI

2. Faringitis kronik atrofi

MANIFESTASI KLINIS

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi.

Ttenggorok kering dan tebal,mulut berbau.

Pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering

1. Acute pharyngitis.

2. Chronic catarrhal pharyngitis.

3. Chronic atrophic pharyngitis.

4. Chronic hypertrophic pharyngitis.

5. Chronic granular pharyngitis.

6. Chronic side pharyngitis

(16)

Faringitis Spesifik KLASIFIKASI

1. Faringitis luetika

MANIFESTASI KLINIS

Treponema palidum

Stadium Primer

Lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung = ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.

Stadium Sekunder

Jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.

Stadium Tersier

Guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian.

(17)

Faringitis Spesifik KLASIFIKASI

2. Faringitis tuberkulosis

MANIFESTASI KLINIS

Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.

Pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring.

(18)

FAKTOR RISIKO

1. Usia 3 – 14 tahun.

2. Menurunnya daya tahan tubuh.

3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring 4. Gizi kurang

5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.

6. Paparan udara yang dingin.

(19)

DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan, Demam, Sekret dari hidung, Dapat disertai atau tanpa batuk, Nyeri kepala, Mual, Muntah, Rasa lemah pada

seluruh tubuh, Nafsu makan berkurang. Manifestasi KLINIS khas dapat juga ditemukan berdasarkan jenisnya

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan darah lengkap

• Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram

• Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH

(20)

TATA LAKSANA

• lstirahat dan minum yang cukup.

• Kumur dengan air hangat.

• Analgetika jika perlu dan tablet isap.

• Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.

1. Faringitis Viral

(21)

TATA LAKSANA

• Antibiotik : Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4 x 500 mg/hari.

• Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.

• Analgetika

• Kumur dengan air hangat atau antiseptik.

2. Faringitis Bakterial

(22)

TATA LAKSANA

• Nystasin 100.000-400.000 2 kali/hari.

• Analgetika.

3. Faringitis Fungal

Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250 mg, IV.

4. Faringitis Gonorea

(23)

TATA LAKSANA

• Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.

5. Faringitis kronik hiperplastik

Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

6. Faringitis kronik atrofi

(24)

EDUKASI

1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.

2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.

3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.

4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan

(25)

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Komplikasi dari faringitis :

1. sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal.

2. komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.

3. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.

Prognosis dari faringitis :

Ad vitam : Bonam Ad functionam : Bonam Ad sanationam : Bonam

(26)

02

TONSILITIS

DEFINISI

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis disebabkan peradangan pada tonsil yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur.

(27)

TONSILITIS

Sekitar 2% dari kunjungan pasien rawat jalan di Amerika Serikat adalah karena sakit tenggorokan. GABHS menyumbang 5% hingga 15% orang dewasa dengan faringitis dan 15% hingga 30% pasien antara usia 5-15 tahun.

ETILOGI

EPIDEMIOLOGI

Etiologi virus adalah yang paling umum. Penyebab virus yang paling umum biasanya yang

menyebabkan common cold, termasuk rhinovirus, virus

Penyebab virus lainnya seperti Epstein-Barr (menyebabkan mononukleosis),

cytomegalovirus, hepatitis A, rubella, dan HIV

Infeksi bakteri biasanya disebabkan oleh grup A beta-hemolytic

Streptococcus (GABHS), dapat juga

Staphylococcus aureus, Streptococcus

pneumoniae, dan Haemophilus influenza , Corynebacterium diphtheriae

Pada pasien yang aktif secara seksual, HIV, sifilis, gonore, dan klamidia mungkin sebagai penyebab tambahan.

(28)

KLASIFIKASI

Tonsilitis Akut

(29)

KLASIFIKASI

Tonsilitis Viral

MANIFESTASI KLINIS

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.

Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr.

Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri

Tonsilitis Akut

(30)

KLASIFIKASI

Tonsilitis Akut

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia).

Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk

folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu, Kelenjar submandibular membengkak dan nyeri tekan

Tonsilitis Bakterial

(31)

KLASIFIKASI

Tonsilitis Akut

MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum = subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, lemah, nyeri menelan.

Gejala lokal = tonsil, membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher membengkak = leher sapi (bull neck).

Gejala eksotoksin = kerusakan jaringan tubuh, jantung, saraf dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.

Tonsilitis Difteri

(32)

KLASIFIKASI

MANIFESTASI KLINIS

proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus.

Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau.

Tonsilitis Kronik

(33)

FAKTOR RISIKO

1. Faktor usia, terutama pada anak.

2. Penurunan daya tahan tubuh.

3. Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).

4. Higiene rongga mulut yang kurang baik.

5. Riwayat alergi

(34)

DIAGNOSIS

ANAMNESIS

• Rasa kering di tenggorokan,

• Nyeri tenggorok,

• Nyeri dapat menyebar sebagai referred pain ke telinga,

• Demam,

• Sakit kepala, badan lesu, dan nafsu makan berkurang,

• plummy voice/hot potato voice,

• Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk

(35)

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap

Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan Gram

PEMERIKSAAN FISIK

(36)

TATA LAKSANA

• Istirahat, minum cukup, analgetika / antipiretik (misalnya, Paracetamol), dan antivirus diberikan bila gejala berat.

• Antivirus Metisoprinol diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-

100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali

pemberian/hari.

1. Tonsilitis Viral

(37)

TATA LAKSANA

• Bila diduga penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari.

• Steroid yang dapat diberikan berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada

dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari.

• Analgetik / antipiretik, misalnya Paracetamol dapat diberikan.

2. Tonsilitis Bakterial

(38)

TATA LAKSANA

• Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.

• Antibiotika Penisilin atau Eritromisin 25-50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.

• Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari. Antipiretik untuk

simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.

3. Tonsilitis Difteri

(39)

• Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap.

• Obat kumur antiseptik yang berisi chlorhexidine atau benzydamine

memberikan hasil yang baik dalam mengurangi keluhan nyeri tenggorok dan memperbaiki gejala, lidocaine spray

4. Tonsilitis Kronik

(40)

Indikasi Tonsilektomi

Health Technology Assessment Kemenkes tahun 2004

Kontraindikasi

1. Gangguan perdarahan 2. Risiko anestesi atau

penyakit sistemik yang berat

3. Anemia

(41)

Indikasi Tonsilektomi

≥7 episode dalam satu tahun terakhir;

≥5 episode setahun dalam 2 tahun terakhir;

≥3 episode setahun dalam 3 tahun terakhir.

Untuk setiap episode, catatan medik menunjukkan nyeri tenggorok dan ≥1 dari:

suhu >38,3°

limfadenopati servikal

eksudat tonsiler

hasil tes positif untuk streptokokus beta-hemolitikus grup A.

SIGN merekomendasikan tonsilektomi pada severe recurrent sore throat pada dewasa.

(42)

EDUKASI

1. Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi 2. Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi.

3. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.

4. Berhenti merokok.

5. Selalu menjaga kebersihan mulut.

6. Mencuci tangan secara teratur.

7. Rencana Tindak Lanjut Memberikan laporan ke dinas kesehatan setempat jika terdapat kasus tonsilitis difteri.

(43)

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Komplikasi :

1. Abses peritonsil 2. Abses parafaring 3. Abses intratonsilar

4. Tonsilitis kronis dengan serangan akut 5. Otitis media akut

6. Tonsilolith (kalkulus tonsil) 7. Kista tonsilar

8. Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis.

Prognosis :

Ad vitam : Bonam Ad functionam : Bonam Ad sanationam : Bonam

(44)

KESIMPULAN

• Faringitis dan tonsilitis dapat diklasifikasi berdasarkan penyebab, akut dan kronik dengan diagnosis serta penanganan yang berbeda.

• Penatalaksanaan dari faringitis dan tonsilitis dapat dilakukan secara medikamentosa dan medikamentosa

• Terapi konservatif dilakukan untuk mengeliminasi infeksi dan mengatasi keluhan yang mengganggu.

• Pada perasi tonsilektomi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan indikasi, kontraindikasi, serta komplikasi yang mungkin timbul.

(45)

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait