• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Diskusi Kasus Ketidakefektifan Pemberian Obat Oral di Ruang Rajawali 4A

N/A
N/A
tini lestari

Academic year: 2025

Membagikan "Refleksi Diskusi Kasus Ketidakefektifan Pemberian Obat Oral di Ruang Rajawali 4A"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKSI DISKUSI KASUS (RDK)

KETIDAKEFEKTIFAN DALAM PEMBERIAN OBAT ORAL DIRUANG RAJAWALI 4A

PERAWAT BLU 2017

OLEH :

NURHASANAH, S.Kep. Ners

BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN DIREKTORAT MEDIKA DAN KEPERAWATAN

RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017

(2)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN REFLEKSI DISKUSI KASUS ( RDK )

RUANG RAJAWALI 4A FEBRUARI 2017

Penyaji : Nurhasanah, S.Kep. Ners Topik : Pemberian Obat Oral

A. Masalah/ Issu yang Muncul

Sering kita menjumpai ketidakefektifan pemantauan dalam pemberian obat oral yang diberikan kepada pasien dengan SPO yang ada di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

B. Pembahasan 1. Pengertian

Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

2. Keuntungan

Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya  cocok dan nyaman bagi klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang membuat klien cemas.

3. Kelemahan

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan

(3)

obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.

4. Tujuan Pemberian

1) Untuk memudahkan dalam pemberian

2) Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat   segera diatasi

3) Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri

4) Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan 5) Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.

6) Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

5. Indikasi

1) Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.

2) Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.

6. Kontraindikasi

Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan menelan, dsb.

7. Prosedur pelaksanaan yang pertama membaca program dokter dan diikuti 7 benar ( benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu, benar indikasi, benar dokumentasi )

a. Benar Pasien:

Gunakan minimal 2 identitas pasien.

Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.

Anamnesis riwayat alergi.

Anamnesis kehamilan/ menyusui.

Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar obat-obat tersebut.

Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/

menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).

Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.

(4)

b. Benar Obat

Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat), dan larutan lain.

Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak akan segera dipakai juga harus diberi label.

Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.

Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.

Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien. 

Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak segera diberikan.

Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat disiapkan/ diisi.

Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat.

Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.

Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan selesai).

Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama.

Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat. 

Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang yang kompeten double check.

c. Benar Dosis

Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung & dicek oleh dua orang yang kompeten à double check. 

Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.

Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.

d. Benar Waktu

Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.

(5)

Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari à tiap 8 jam, 2 x sehari à tiap 12 jam, Sehari sekali à tiap 24 jam, Selang sehari à tiap 48 jam

Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.

Belum memasuki masa kadaluarsa obat.

e. Benar Cara/ Route Pemberian

Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: Slow- Release tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.

Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.

Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.

Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.

f. Benar Dokumentasi

Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus didokumentasikan.

Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang melakukan.

Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang memberikan obat tersebut.

Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama & paraf yang mengubahnya.

Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd à Lasix inj, 1 x 40 mg iv. 

Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.

Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan à Form Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.

Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan à Form Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.

g. Benar Informasi

Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien &

atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).

Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.

(6)

Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.

Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.

Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini ditulis dalam “Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien” yang ada di dalam paket rekam medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien/

keluarga pasien.

C. RENCANA TINDAK LANJUT

No Issu Kegiatan Indikator

1. Sering kita menjumpai ketidakefektifan pemantauan dalam

pemberianobat

oral yang

diberikan kepada pasien

a. Berdiskusi dengan perawat tentang pemberian obat oral b. Memotivasi perawat untuk

melakukan pemantauan saat memberian obat oral

c. Memotivasi perawat untuk memberikan menjelaskan atau edukasi kepada pasien atau keluarga pasien tentang nama obat, fungsi obat dan efek

samping obat saat

memberikan obat oral

- Semua perawat

mengerti pentingnya pemberian obat oral - Semua perawat dapat

melakukan

pemantauan saat diberikannya obat oral

- Semua perawat

merubah perilaku dan termotivasi untuk memberikan

penjelasan dan

edukasi saat

pemberian obat oral

Kepala Ruang Penyaji

Suratmini, S. Kep, Ners Nurhasanah, S.Kep, Ners

NIP . 197410301997032001 NIK. 17912012

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Uliyah, Musrfatul. 2009.Ktrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : salemba medika.

http://gumilar69.blogspot.com/2014/01/makalah-peberian-obat-bab-ii.html Tjay Tan Hoan & Kirana Raharja. 1979.Obat-obat Penting.Jakarta:EGC Olson,James.2004.Belajar Mudah Farmakologi.Jakarta:EGC

Referensi

Dokumen terkait