• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKAYASSA BIOKONVERSI LIMBAH CAIR INDUSTRI PANGAN MENJADI PLASTIK BIODEGRADABLE DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF

N/A
N/A
Bob

Academic year: 2024

Membagikan "REKAYASSA BIOKONVERSI LIMBAH CAIR INDUSTRI PANGAN MENJADI PLASTIK BIODEGRADABLE DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REKAY,.{SA BIOKONVERSI

LIMBAH

CAIR INDITS.I.RI PANGAI.I

MBNJADI PLASTIK

BIODEGRADABLE DENGAN

MENGGUNAKA]\

LUMPUR

AKTIF

Decidy r(urniawan wikarrta, Moh arnad Errd y yurianto, Fahnri Arifan Jurusan Teknik Kimia pSD III Teknik, UNDIp Semarang Jl. prof Sudart. g11. pedalangan Ternbalang,, Ser,.rarang -50239

E-ma il : [email protected]

Plastics vva,ste

rtx a

negative

,11r"ro!)"iil,

ent,ironmenl.

one

e./Jitrt

kt

'ort,e cr problent exerted

in plat:tic

tuaste

is ,\y

moking

a

tlegradabte 'Titastic iltLtteriul.

Polihkiroksialkan,cctt (pHA) is one of hiodegadaile plu,stic: materiat which is inclttde in the polyester gt'oup..

p!r{9an

be cotnplete,ry (eg"atle,r a.nd has similur Ttroperties.

with

conventional pllas-tic.The ysugu

i1 liquid Jbotl

ir;dustry waste

is a

good alternative

for

the pr<tducion of pHA, since liqniciu,aste

,t .iia

industry co,ryrri,su

of organics

substattce

suclt us C, H, d, In antl

"

S.

Tha

prrxtuctirn

r1/

Polihidroksialkanoal (PI-IA) ft"om /iquid wa.yle t,f.flr.tr.rt. indrrstry, lqtu;; q.lq1t.11lu1:/ed irr tr rtf sequencing beilch reaclor (SBR).'fhe ob.jLt'iit,cls rt/'thi,y ,r,,yicrtrt:lt ura t9,study thic effec't oJ hutch

tine

in..rne t.yc,l.c

tl

.,,r,1,,rr,,.irg h<ttt.lt

rt,tttt,,,

,Silti,.,1,,,',,',,,i,,',,,", between short und

rrdinurlt

cyclc

in

SIIR systcm ro Pt'tA ttccuntululigtt trrrd kintt

.f

PHA, to sludy optintmn condition of produc:ing PHA. The./irsr exlrcrintatrt v;u,s

tl.ttc

in time of le'ss than

I2

horu's by tt'ting./illing tittrr: t,rtri(rhi",,,,,1

tlrtio

ttf'tlur.rrtistt,f' uerob

ltnd ernuerrtb prrrccs,t.'l-ha c'rtnsl.rttt t'r:trtlitiou.t'1,(tr(, urtrltirrrt lt,n.1tt,t.11/111.1,7111,1

neutral

pH

(at lhe hcgining).7'ha re,sultr.rlir.rrr,,s

lfitrt

ut

rtlrtrittg

tt,itl titrrL

t.trti,

ttf aerob:anaerob v,as 6;3 fururs uncl usume dtrrurion of'.fbeding, rhc higtta,st ,,r",.,,gi.

PHA-conlent wcts gol ul thc run v'hcn./illirtg,stt:1t i;; irt,si.r /rottt.,y tutttcrrh vyitlt trerrl, b-reaking time. T'he ./betting dtrrulirtrt ul.w iit/lriatrc'c ttttL:

l,l,4.fitr.rtttttirtr.

'l'lrt, ,t,/t.r.t g/gsel tt't,,s yielcled ul lx,o futur,s.fbttlirtg drrtrtiort.

Key lYo rds : b i odegr u du b I e ; St I u s t i t. ; tt u.s t c

Pendahuluan

Plastik merupakan salah

satu penemuan

dibidang kimia yang

menjadikan hidup manusia lebih rnudah. penggunaan plastik yang semakin meluas disebabkan oleh kelebihan yang

dimilikinya, yaitu

plastik muclah dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran, rnempunyai ketahanan

kimia yang tinggi, dapar

cliatur keelastisannya, murah, dan dapat berlahan untuk waktu yang lama. Namun demikian, kelebihan

ini

pula yang menjadikan plastik sebagai salah satu polutan yang sangat besar pengaruhnya. Hal

ini

disebabkan harga plastik

murah,

sehingga

dibuang

dengan

mudah dan

menjadikannya tumpukan sampah yang sulit dihancurkan oleh alam. Sebagai gambaran, diperkirakan lebih dari 100

juta

ton plastik diproduksi setiap tahun ili

selrrruh dr-rnia. Konsumsi plastik

di

Inclia adalah

2 kg per oraltLt per tahun, sententara di Eropa 60 kg per orang per tahun dan cli Amerika S0 kg per orang per tahun.

Hal ini

ntenyebabkan sanrpah plastik terakumulasi sebanyak

25

-iuta

ton

per tahLrn [Jogdand, 20001.

Sarrrpah plastik sangat ntcng,gilngsu kcirrdahan kota. nrcninrbulkan barrf ir

di

b"rt rig-ui

daeialr dan nlcrryebabkatr kernatian pada ban;,3L

heu,an.

Suatu program l'V di Inilia

telalr ntelaporkan kcmatiarr 100

ekor

sapi

per

hari

akibat

tak

senga-ia rnernakarr kantong plastik.

Senrentara

itu,

laporan terbaru

dari

Amerika tnenyimpLrlkan

lebih dari

100.000 hewan laut yang mati per tahun karena memakan kantong plastik. Setiap perut hewarr tersebut clitenrukan

36

(2)

plastik, yang menyebabkan

pencernaan

terhalang dan mengakibatkan ke aparan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah

yang ditimbulkan

oleh plastik tersebut adalah dengan membuat material plastik yang dengan mudah dapat diuraikan oleh alam. Plastik semacam

ini

dinamakan plastik biodegradabel. Jenis

plastik ini

sangat sesuai

dengan

siklus karbon alami,

karena ketika dibuang

ke

lingkungan

dan

diriegrariasi oieh mikroorganisme diperoleh hasil COz. Peristiwa biodegradasi dapat terjadi

di

semua lingkungan, baik pada kondisi aerob maupun anaerob, dan di dalam tubuh hewan.

Bila

plastik biodegradabel

dibakar, hasil

pembakaran

tersebut

bukan

merupakan senyawa beracun.

Polihidroksialkanoat

(PHA)

adalah salah satu jenis plastik biodegradabel yanl; termasuk

dalam kelompok poliester. PHA

dapat

terdegradasi sempurna dan memiliki sifat yang

mirip

dengan kelebihan

yang dimiliki

oleh

plastik

konvensional.

Nilai tambah

PHA dibandingkan dengan plastik biodegradabel lain adalah bahan bakunya selalu dapat diperbaharui

/_--_---.-_Lr-\ _^_^r: _1__t-^^^ J^- ^^^* l^.^^l_

\relruwaoie), scFrtrI'u BruKUSa

uall

asaul lslllaK volatil.

PHA

dapat dihasilkan

dari

bermacam-

macam bakteri, seperti Alcaligenes

lalus, Pseudomonos oleovorons dan Escherichia coli.

Masing-masing bakteri akan menghasilkan PHA dengan komposisi yang berbeda. Jenis substrat y'ang dikonsumsi oleh bakteri pun menentukan jenis PHA yang diproduksi.

Salah satu sektor dalam

kcgiatan

pembangunan adalah kegiatan industri, kcgiatan

ini di

beberapa sisi memberi berbagai rnanf'aat dalam kehidupan manusia, namun ada sisi lain yang dianggap dapat menimbulkan akibat yang merugikan

yaitu

adanya limbah industri yang

dapat mencemari lingkungan. Salah

satu

diantaranya adalah limbah cair industri pangan.

lndustri

pangan

untuk

sekala besar, sedang maupun

kecil,

limbah yang dihasilkan banyak nnengandung zat-zat organik

(C, H, O, N,

S)

yang berasal

dari

bahan

baku

proses yang umumnya mengandung karbohidra! protein, dan lemak. Oleh kareaa

itu

salah satu parameter penting dari air buangan industri pangan adalah BOD (Biological orygen demand). Apabila pada air tercemar zat organik, mikroorganisme dapat nenghabiskan oksigen terlarut dalam air, selama

terjadi proses oksidasi, yang

dapat

mengakibatkan organisme dalam

air

tersebut akan mati serta mengakibatkan keadaan menjadi aerob yang menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Upaya

untuk

mengatasi pencemaralt

lingkungan ),ang diakibatkan oleh

industli

pangan berbasis tepung

terigu

adalah dengan mengolah limbah tersebut menjadi bahan yang

bernilai guna, yaitu plastik

biodegradable (PHA).

Produksi PHA saat ini

semakin

berkembang luas karena kebutuhan plastik yang

' rarnah lingkun gan' semakin men in gkat. Namu n,

pemakaian

PHA

sebagai

material

pengganti

plastik

konvensional dibatasi

oleh

harga jual yang sangat mahal. Kendala

ini

berasal dari

biaya

produksi

yang cukup tinggi,

terutama biaya untuk memenuhi kebutuhan substrat dan

biaya. pengambiian dan pemurnian

PI-lr\

dari bionrassa.

Untuk menekan biaya

substrat

dilakukan upaya

pemanfaatan substrat yang selama

ini

terbuang, yaitu bahan-bahan organik

1,ang terdapat daiam limbah industri.

Pemanfaatan

limbah industri

pangan

merupakan suatrr alternatif dalam memproduksi

I I l .^^^---:-,--.1 l:.--L^L r^---L--e -^^.-..-^1,--

rA, illEllBllrBrll. lillluall rr,lsguuL lllgtuPaKall sumlrer karbon yang berpotensi menghasilkan Ito1,r'lirns.

PH^,.

Perrgolahan

lirnbah

secara

biologis

ini

rncnggurrakan sistetn lumprrr aktif

yang nrengarrdurrg

be rrnaoatr-tlracarn mikroorganisrnc.

Sclain dapat

ntctrghasilkan I'}l.lA deng:ur triaya subslral rendah,

cura

ini

dallat

rnongur:urgi lurrrprrr

hasil

potrgolaltitrt Iiurbalr clcngan sistcrrr lturtptrr rtkti1.,\t'r7rl'rrcirg

brtlt'lt rcdcl()t' (Slllf) scbtrgrti sitlulr

s:tltt rrrodil'ikasi

sistcnr

lurrrprrr

aktil'

dilritrapkan manlpu mengalasi kclcrnahan sistotn lutnpur

aktif

konvensional,

sehingga pllA

dapat

terakumulasi semaksimal mungkin.

Tujuan penelitian

ini

adalah mempelajari pengaruh

waktu

tahapan

dalam satu

siklus

sequencing balch reaclor

(SBR),

mernbandingkan antara siklus pendek dan siklus biasa dalam sistem

SBR

terhadap akurnulasi

PHA

dan

jenis

PHA yang diperoleh, mengkaji

kondisi

operasi optimum pembentukan PHA.

Diharankan informasi

teknolooi ini

nantinvr

dapat dikembangkan, dimarrfaatkan

dan diproduksi secara terpadu oleh industri-industr i

rnakanan berbasis tepung terigu

secara

kornersial.

(3)

Metode Penelitian

Limbah

sintesis

yang

digunakan terdiri

dari tepung terigu, NlI4Cl,

FeSO+.7HzO, KI{2POa, CaCl2, MgS Oc. 7I{zO.

Prosedur penelitian dibagi menjrndi

dua

tahap,

yaitu (l)

tahap pembibitan dan aklimatisasi, dan (25 tahap percobaan utama.

Pengamatan

pada tahap kedua

dibedakan menjadi dua,

yaitu

pada kondisi transien dan pada kondisi stabil.

Pembibitan bertujuan

untuk menyediakan

bibit

mikroorganisme yang akan

dipakai dalam pengolahan limbah.

Pada percobaan

ini,

lumpur yang digunakan berasal dari pengolahan limbah industri tekstil. Setelah

mikroorganisme berkembang

dan

mencapai konsentrasi tertentu, di lakukan akl imatisas i yan g

bertujuan

untuk

menjadikan mikroorganisme adaptif dengan lingkungan

yang

sesuai pada percobaan yang dilakukan.

Percobaan utama dilakukan dalam waktu kurang

iebih

selama

12 jam

dengan menggunakan

variabel waktu

pengisian dan lama ratio proses aerob dan anaerbik. Kondisi- kondisi yang diusahakan tetap adalah temperatur kamar dan pH netral (pada awal operasi).

I{asil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan sebagai studi awal

nengenai proses pembuatan

plastik iiodegradabel dengan memanfaatkan limbah

:air sintetis industri

pangan berbahan baku

:epung terigu. Variabel yang

digunakan aerupakan variasi wakfu antara proses aerob

fun

proses anaerob. Pembahasan diberikan Calam dua kondisi, yaitu tahap pembibitan dan

:klimatisasi (kondisi hansien) dan

tahap percobaan utama (kondisi tunak).

Karakteristik

Limbah Cair Industri

pangan

Berbahan Baku Tepung Terigu

Limbah cair industri

pangan berbahan

uku tepung terigu yang

digunakan dalam :enelitian

ini

merupakan

limbah cair

sintetis rntuk mendapatkan

kondisi studi awal

yang

ama untuk

tiip

variabel tahap percobaan utama.

Studi pendahuluan berupa analisa limbah air indushi pangan berbahan baku tepung terigu

untuk menentukan kondisi st:Lndar selr.ma proses percobaan. Limbah yang diambil

dari

industri

pangan berbahan baku tepung terigu, disimpan selama satu

hari

agar mengendapkan padatan tersuspensi. Setiap

hari

sebelum

air

limbah diguuakan, dilakukan pengukuran pH dan COD, sementara pengukuran

TKN

dilakukan setiap

dua

hari

sekali dan

BOD diukur

pada setiap aldrir tempuhan. Karakteristik air limbah industri

tepung terigu yang telah

mengalami t,jngendapan disajikan pada Tabel

l.

Sebelurn

diigunakan, pH umpan diatur pada kondisi pH 8

untuk mendapatkan kondisi reaktor ideal bagi perturtrbuhan bakteri lurnpur aktif.

Tabei

l.

Karakieristik

Limbah Cair

Inciustri Pangan Berbahan Baku Tepung Terigu

Parameter Rentang Rata-rata

pH

COD (nrg/L) BOD (rng/L)

TKN (rng/L) 135,71

*296,53

196,5

Peng.rmatan

pada

T:,rhap

Pcrnbibitan

darr Akiim:rtisasi (Kondisi Transicn)

Pada kondisi transien, dilakukan analisa

tiap hari untuk

mengamati

MLSS,

COD, perolehan

PHA, dan 'fKN (dua hari

sekali).

Analisa

BOD

dilakukan pada awal dan akhir percobaan

tiap

tempuhan

dan TVA

juga dilakukan tiap tempuhan.

Pengamatan MLSS dan COD

Hasil

pengamatan terhadap

MLSS

pada semua tempuhan yang dilakukan disajikan pada Gambar

l.

3,6

* 5,3 4,4

5271

- t49s2

9056

2358

-

4681 3 863

38

(4)

Gambar

l. terlihat

bahwa

MLSS

yang peroleh

pada akhir

tahapan

lebih

tinggi banding MLSS pada awal proses. Kondisi ini

enunjukkan

adanya perkembangan .kroorganisme

yang tumbuh dalarn

SBR.

;rbedaan yang nyata tampak pada percobaan 5

n 6

dibandingkan dengan percobaa

l-4.

Hal

:

diperkirakan

terjadi

karena

nilai

rata-rata

lD lebih tinggi

pada percobaan

5 dan

6

,ripada substrat percobaan

l-4. Nilai

COt)

.ng tinggi dapat

diasosiasikan dcrrgarr

.gginya kandungan senyawa organik scbagai

nber karhon untuk

pertunrbuhalr koorganisme. Pada

awal

percobaan terjadi nurunan

MLSS, hal ini

disebabkan karena

koorganisme yang sedang

melakukan aptasi terhadap kondisi SBR. Meskipun semua

ndisi dalam SBR diusahakan tetap, naulun Janekala

te{adi sedikit

perubahan

di

luar

ntrol yang menyebabkan timbulnya fluktuasi

ama kondisi adaptasi mikroba.

-+-Run

1

--*-

Run 2

--*-

Run 3

--.o-

Run 4 ---o- Run 5

-

$srigs'l

Senyawa

orgranik

merupakan surnbe r

karbon bagi

mikroorganisnrc

luntpur

aktif ,

kondisi ini

rnenladi dasar

bagi

pengolaharr

l!r balr

secara

hiologis. Dongan

perlbcrian ae'asi yang cukup, dilrarapkan rnikroorgatrisrrrc

Iurnprrl aktiF dapat berkcmbang

biak menggunakan

bahan organik dalanr

li'nbah sebagai sumber karbon.

I>cnllnruatan 'l-KN

I)cngirrrratarr tcrha<lap pcrryisiharr

'l'KNl

clilakukau

untuk

rrrcngctahui barryakrryir tti ro,qcrr ,valtg, dikonsurnsi olch lnikroolgarrisnrc.

Nitrogen

dalam bentuk antoniunt mcrupakan bahan penyusun asarn amino dan asam nukleat yang berperan dalarn pernbentukan sel-sel baru.

FIasil

pengamatan terhadap penyisihan 'IKN untuk rnasing-rnasing tempuhan disajikan pada Tabel2..

E!

E

CD

a

J

E

1 6000

14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

15

Waktu (hari)

Gambar 1.

Grafik

hubungan MLSS terhadap waktu tempuhan 20

Tabel 2. Persentase isihan

TKN

untuk setian temnuhan

Tempuhan

Rentang ponyisihan

(%)

Rata-rata (%)

1

2 J 4 5 6

70,00-89,39 30,83-87,50 62,26-89,57 55,33-90,37 65,30-g i,0g

79,91 '13,74 19,19 73,04 14 7^

44,29-92,95 63-r9

(5)

Tabel 2 terlihat bahwa

semua tempuhan

terjadi

penyisihan

TKN

yang

cukup besar. Hal ini

menrrnjukkan

terjadinya konsumsi nitrogen

seiama proses dalam

SBR.

Konsumsi nitrogen terutama terjadi pada saat kondisi anaerob.

Pada kondisi

ini tidak terjadi

harnbatan

terhadap

siklus TCA

sehingga proses pembentukan

sel

berlangsung normal.

Pembentukan sel-sei baru ciapat berjaian apabila senyawa-senyawa pembentuk sel

seperti

oksaloasetat,

piruvat, dan tl-

oksoglutarat berikatan dengan amouium pembentuk asam-asam amino dan asam

nukleat yang merupakan

monomer pembentuk

sei

meiaiui sikius giioksiiat.

Asam-asam

amino

kemudian

berpolimerisasi mernbentuk

protein.

Polimerisasi juga akan

membentuk polisakarida,

lipida, dan

pada akhirnya membentuk

sel baru. Selama

proses

pembentukan sel

ini

berjalan lancar maka amonium yang digunakan dalam proses

jumlahnya semakin banyak,

sehingga penyisihan nitrogen

yang terukur

akarr semakin besar.

Pengamatan Polihidrol<sialkanoat (PHA) Percobaan ini menggunakan asumsi bahrva

PHA yang terbentuk merupakan kopoiirner dari

P(HB-ko-HV). Ilal ini didasarkan

pada

penelitian

Chua dan Yuridiksi [1999],

yilng

menyatakan bahwa kopolirner

tersebut

diakumulasi oleh bakteri lumpur

aktif.

Pernyataan

ini juga didukung

dengan hasil pe gamatan bahwa terhaciap

titik ieleh

PHA yarrg diperoleh.

Titik

Ieleh PHB standar adalah 17'l 0r-, sedangkan

titik

leleh standar pHV adalah 100 ocl [Wong dkk., 2000]. Hasil pengamatan terhadap

titik

leleh PHA yang diperoleh pada percobaan ini rrenunjukkan temperatur di antara

titik

ieieh sianciar PHB <ian PHV, maka <iapat

dinyatakan

bahwa polimer yang

terbentuk merupakan gabungan keduanya atau berbentuk I<cpolimer.

Jadi

apabila

titik

leleh

pHA

yang dirmati semakin rendah, maka dapat dinyatakan bahwa kandungan

HV

semakin besar, dengan

kata

iain

kandungan

HB

serrrakin

kecil.

I-lasil pengamatan

titik

leleh

PllA

untuk ternpuhan l-6 disajikan pada Tabel 3.

Tabel3.

Titik

lelch

PI{A

untuk sctiap tempuhan

Run Waktu

Pengisian

%o

llV

rata- ___ __'-{_r1_

I t.2B t3.26

l g,0l 24,02 19,57 23,93 Rentang

Iitik

't'itik-l-clch

Karrclungarr I)l IA y,1t111ta (gigscl)

0.0{109 0,0813 0,1353 0. I 453 0, I 329 0, r 838 l,eleh

(oC)

Itrrl:r-rata (')Q)

139

- 148

143.58

1

6 jarn

26jam 36jam 46jam 5

6jam

62jam

135

-

145

120

-

142

120

-

134

122

-

150

120

-

134

r40,84 132,92 126,00 133,52 126.26

Pada setiap tempuhan,

pHA

mempunyai rentang

titik leleh

tertentu.

Perbedaan rentang titik leleh

ini menunjukkan perberlaan kandungan FIB dan HA. Pada tempuhan 1

titik

leleh pHA berkisar antara 139

-

148 0C dengarr nilai

rata-rata

i43,58

0C.

Niiai

rata-rata

titik

leleh pada tempuhan

I ini lebih

tinggi dibanding tempuhan-tempuhan yang lain.

Walaupun berbedaan

titik

leleh PHA-nya

tidak begitu signifikan,

terutama

jika

dibandingkan dengan tempuhan 2, namun

kondisi ini menunjukkan

bahwa kandungan

HB

pada tempuhan

I

lebih

hanyak daripada tempuhan yang lain.

Pengematan terhadap

kanciuangan PHA rata-rata

untuk semua tempuhan tidak memberikan

40

(6)

perbedaan

yang besar, namun

dapat

dilihat bahwa perolehan

terendah

didapat pada tempuhan 1

yaitu tempuhan dengan periode aerob yang

terpanjang (5 jarn). PHA

terutama

dibentuk pada periode

anaerob yaitu saat

terjadi

hambatan terhadap siklu.s

TCA, sehingga semaljn

ptmjang

periode aerob maka PHA )ang

dihasilkan semakin rendah.

Kesimpuian

Hasil

penyisihan

COD dan

TKN

pada periode aerob dan

tahap

pengumpanan panjang

menghasilkan COD dan

TKN

yang besar. Durasi tahap

pengumpanan berpengaruh

terhadap pembentukan PHA, waktu

filling

pendek menghasilkan

PHA yang lebih

banyal<.

Kandungan PHA rata- rata diperoleh pada percobaan dengan waktu filling 4 jam.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesenrpatan ini,

penuiis

mengucapkan syukur

Alhamdulillah kepada Allah SWT serta terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas dukungan dana dalam kegiatan Penelitian ini.

I.{FTAR PUSTAKA

merican

Public Health Association,

1992, Standard Methodfor the Examination

of

Water and l[/astewater, lSth ed., APHA, Washington USA.

[ua,

H.,

dan P.H.F.

Yu,

1999, Production

of

Biodegradable Plastics

from

Chemical Wastewater

- A Novel Method

to

Reduce Excess Activated

Sludge Generated

from

Industrial Wastewater Treatment, Wat. Sci. Tech., 39(10-1 1),

hal.273-280.

ru4 H., P.H.F. Yu, dan L.Y. Ho,

1997, Coupling of Wastewater Treatment with

Storage Polymer Production,

Appl.

Biochem. Biotechnol., 63, hal. 627 -63 5.

Droste,

R.I-.,

1997,

Theory and

Practice

of Water and

Wastewater Treatment, John

Wiley &

Sons,

New York,

hal.

547-612.

Helrnreich,

8., D

Schrrff, dan

P.A.

Wilderer,

2000, Full

Scale Experiencens witli Srnall Sequencing Batch Reactor Plants

in

JBavaria, Wat. Sci. Tech.,

rll(1),

hal.

89-96.

Ilenze, Mogens, Poul Harremoes, Jes

la

Cour

Jansen, dan Erik Arvin,

1995,

Wastewaier Treatmeni :

Bioiogicai

and Chemical Process,

Springer-

Verlag Berlin,

Germany,

hal.

95-98, 273-283.

Horan, N.J., .I991, Biological

Wastewatcr Trea

[ment

Systems

: Theory

and

Operation, John Wilcy &.

Sons,

England, hal. 197, 230-23? .

Jogdand, S.N., 2000, Welcome to the World

of Eco-Friendly Plastics :

Bioplastics,

C : \P r o gr amF il e s\Te I eport P r o\P r oj e c ts \ B iop last ic _l ndia\B P 6. ht m

Lee, S.Y., 1996, Plastic Bacteria? Progress and

Prospects for

Polyhydroxyalkanoate Production in Bacteria, Tibtech,l4, hal.

431-438.

Mirro, 1'.,

M.C.l\1.

Van

Loosdrecht. dan J.J.

Fleijnen, 1998, Microbiology

and

Biochemistry of the

Enhanced

Biological Phosphate Removal Prc,cess, Wat. Res.,32(ll), hal. 3193-3201.

Poirier, Y., C. Nawrath, dan C. Sorneville, 1995, Prodr.rction

of

Polyhydroxyalkanoates, a

Farrrily

of

Iliodegradable Plastics and

Elastorncrs,

in llacteritr arrd

Plalrts,

B io/Technolog, 13, hal. 1 42- 1 50.

Purnama, H., 2001, Kajian

Awal

Pembentukan Polihidroksialkanoat (PHA) pada Sistern Pengolah Limbah Lumpur

Aktif

dengan Sequencing Batch Reactor (SBR), Iesrs Magister, Program Studi Teknik Kimia,

Institut Teknologi Bandung.

Satoh, H., T. Mino, dan T. Matsuo, 1999, PHA Production

by

Activated Sludge, /nrl.

Journal. of Biological Macromolecules, 25,hal. 105-1 09.

41

(7)

H., Y. Iwamoto, T. Mino, dan T. Matsuo, 1998, Activated Sludge as

a

Possible Source

of

Biodegradable Plastic, Wat.

Sci. Tech., 3$Q),hal. 103-109.

4.,

1997, Biodegradable Plastics.

Euvironment Federation, 1994, Basic

Activated Sludge Process

Control, Alexandria USA, hal. 3-12.

Yu, F.,

I{.

Chua,

A.L.

Huang, W.

Lo,

dan C.Q.

Chen, 1998, Conversion of Food

trndustrial Waste into Bioplastics, Appl.

Biochem. Biotech., 70, hal. 603-614.

42

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akhir dengan judul ” Proses Adsorbsi Limbah Cair Laboratorium Dengan Menggunakan Karbon Aktif Berbahan Limbah Tongkol Jagung ” merupakan.. salah satu persyaratan

Variasi laju alir pada efluen limbah cair industri tahu dari lumpur aktif berpengaruh sangat nyata (p &lt; 0,01) terhadap kadar TSS, BOD, COD, dan amoniak setelah

pengolahan limbah cair secara aerob dan anaerob. Penelitian ini terdiri dari dua langkah yaitu proses seeding lumpur aktif dan pengolahan limbah secara aerob

Ekologi industri pabrik bioetanol berbahan dasar limbah pangan memberikan beberapa dampak positif, antara lain : pendirian industri bioetanol berbahan dasar limbah

PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DENGAN REAKTOR ANAEROBIK 3.000 LITER

pada limbah cair industri batik menggunakan adsorben limbah padat agar-agar berdasarkan variasi pH, massa adsorben, dan waktu kontak, serta karakteristik gugus

pengolahan limbah cair secara aerob dan anaerob. Penelitian ini terdiri dari dua langkah yaitu proses seeding lumpur aktif dan pengolahan limbah secara aerob

Tujuan penelitan yaitu mengolah limbah cair dari industri tahu menjadi pupuk cair organik yang memiliki nilai tambah, menganalisis komposisi nutrisi dan senyawa aktif dalam pupuk cair