• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATIONSHIP OF PEERS SOCIAL SUPPORT WITH ADJUSTMENT LEARNERS IN SMA NEGERI 1 V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "THE RELATIONSHIP OF PEERS SOCIAL SUPPORT WITH ADJUSTMENT LEARNERS IN SMA NEGERI 1 V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

THE RELATIONSHIP OF PEERS SOCIAL SUPPORT WITH ADJUSTMENT LEARNERS IN SMA NEGERI 1 V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN

PADANG PARIAMAN By:

Yuni Sara * Dr. Helma, M.Pd **

Alfaiz, S.P.si. I., M.Pd **

Student * Lecturer **

Guidance and Counseling Study Program of STKIP West Sumatera Yuni Sara @gmail.com

ABSTRACT

This research was background by the phenomenon that occurs in the field, their learners who do not get social support from peers and resulted adjustment of self learners to be bad, researcher want to reveal the relationship between the two variabels. The aimed of this research in particular is to support the learners at SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam socially and relationship at social support to the adjustment peers learners in SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.This research used quantitative descriptive type of approch. The population of this study is student in SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam. The sample of this research amount to as much as 67 the learners using propotional random sampling, and to analysised the data used the percentage and coefficient technique correlation. The result of this research, that there is a relationship of social support to the adjustment peers learners in class XI at SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman with a corelation coefficient or a count 0.294 > 0.016 by category closeness weak. So it can be concluded that there is a weak relationship between social support peer with adjustment learners. Based on its results the researcher suggested to the counselor to increase social support and adjustment peers leaners through it guidance and counseling services.

PENDAHULUAN

Yudhawati dan Haryanto (2011:37) mengemukakan Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik, Tercapainya tujuan pendidikandiperlukan kerjasama yang baik dan saling pengertian antara ketiga lingkungan pendidikan yaitu: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Santrock (2003:220) menjelaskan dukungan sosial juga sangat mempengaruhi pendidikan seorang peserta didik,dukungan sosial teman sebaya dapat juga mempengaruhi penyesuaian diri peserta didik di lingkungan sekolah

.

Seorang anak banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sekolah, sehingga dapat dilihat peranan teman sebaya dalam kehidupan anak. Pengaruh teman sebaya juga dapat menjadi positif ataupun negatif.

Teman yang baik akan memberikan dukungan untuk bertahan terhadap stres, dapat mendukung pendidikan inklusif seperti, meningkatkan penerimaan keragaman, komunikasi, keterampilan sosial, termasuk penyesuaian diri pesertadidik.

Schneider, 1964 (Ghufron dan Risnawita, 2010:50) mengemukakan empat unsur penyesuaian diri yaitu: (1) adaptation artinya penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan beradaptasi, (2) conformity artinya seseorang mempunyai penyesuaian diri baik bila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya, (3) castery artinya orang yang mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan suatu respons diri sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien, (4) individual variation artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan responsnya dalam menanggapi masalah.

(3)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Seseorang yang dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai simptom yang mengganggu (seperti kecemasan kronis, kemurungan, depresi, obsesi, atau psikosomatis yang dapat menghambat tugas seseorang), frustasi dan konflik. Sebaliknya, gangguan penyesuaian diri terjadi apabila seseorang tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan menimbulkan respon dan reaksi yang tidak efektif, situasi emosional tidak terkendali,

Hasil penelitian Dennis, dkk 1994 (Santrock2003:115) mengemukakan dukungan sosial dari teman adalah prediktor kuat untuk peserta didik dalam penyesuaian diri sosial dari pada dukungan dari keluarga.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dapat mempengaruhi penyesuaian diri peserta didik.

Berdasarkanobservasiawal yang telahpenelitilakukanpadatanggal19 November 2014 di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalammakaterlihatbeberapakejanggalan yang terjadipadapesertadidikdi SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam, terlihatadanya sebagian peserta didik yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap guru dan teman-temannya, adanya sebagian peserta didik tidak disukai dan ditolak oleh teman- temannya, adanya sebagian peserta didik yang tidakmampuberadaptasidenganlingkungansek olahnya, adanya sebagian peserta didik yang

mengalami kesulitan dalam

mencari/membentuk persahabatan dengan hubungan sosial yang baru, adanyasebagian pesertadidik yang beranggapan kalau dia tidak

butuh bantuan orang

laindaninginmenangsendiri, adanyasebagian peserta didik yang suka menyendiri karena susah bersosialisasi,danbagimereka yang demikianitumengangaphal yang biasasaja, adanya sebagian pesertadidik yang sukamengganggutemansekelasketika proses belajarmengajarberlangsung, adanya sebagian peserta didik yang tidak diacuhkan dan tidak diperhatikan oleh teman sebayanya, tidak adanya saling kepedulian dan saling menghargai sesama teman, tidak adanya saling berempati sesama teman yang sedang mengalami kesulitan, tidak adanya saling tolong menolong sesama teman yang sedang mengalami permasalahan.

Sesuaidengan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti ingin lebih jauh membuktikan fenomena “Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian

Diri PesertaDidik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya sebagian peserta didik yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap guru dan teman-temannya.

2. Adanya sebagian peserta didik tidak disukai dan ditolak oleh teman-temannya.

3. Adanya sebagian peserta didik yang tidakmampuberadaptasidenganlingkunga nsekolahnya.

4. Adanya sebagian peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencari/membentuk persahabatan dengan hubungan sosial yang baru.

5. Adanya sebagian peserta didik yang beranggapan kalau dia tidak membutuhkan bantuan orang lain dan ingin menang sendiri.

6. Adanya sebagian peserta didik yang suka menyendiri karena susah bersosialisasi dan bagi mereka yang demikian itu mengangap hal yang biasa saja.

7. Adanya sebagian peserta didik yang suka mengganggu teman sekelas ketika proses belajar mengajar berlangsung.

8. Adanya sebagian peserta didik yang tidak diacuhkan dan tidak diperhatikan oleh teman sebayanya.

9. Tidak adanya saling kepedulian dan saling menghargai sesama teman.

10. Adanya sebagian peserta didik tidak saling berempati sesama teman yang sedang mengalami kesulitan.

11. Tidak adanya saling tolong menolong sesama teman yang sedang mengalami permasalahan.

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Profil Dukungan Sosial Teman Sebaya di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

2. Profil Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

3. Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam”?

(4)

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran:

1) Profil Dukungan Sosial Teman Sebaya di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

2) Profil Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

3) Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam.

Sarafino (Smet 1994:136) menjelaskan dukungan sosial sendiri dapat mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau kelompok.

Santrock (2003:220) menjelaskan lebih lanjut teman sebaya adalah sekumpulan remaja yang sebaya dan punya hubungan erat dan saling tergantung. Seorang anak banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sekolah, sehingga dapat dilihat peranan teman sebaya dalam kehidupan anak.

Pengaruh teman sebaya juga dapat menjadi positif ataupun negatif. Secara psikologis, penyesuaian diri disebut dengan adjustment atau personal adjustment.Ghufron dan Risnawita (2010:49-55) menjelaskan penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dalam diri maupun dari lingkungan sehingga terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan. Sunarto dan Hartono (2008:221- 222) mengemukakan penyesuaian diri yang positif sebagai berikut:

1) Penyesuaian diriberarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa

“survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah.

2) Penyesuaian juga dapat diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.

3) Penyesuaian juga dapat diartikan sebagai penguasaan yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi- frustrasi secara efisien.

4) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada situasi.

Lebih lanjut Sunarto dan Hartono menjelaskan penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak searah, emosional sebagai berikut:

a) Reaksi Bertahan (Defence Reaction).

Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan, selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan

b) Reaksi menyerang (Aggressive Reaction) Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menutupi kegagalannya.

c) Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction) Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalanya

Jadi penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sehingga terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan apabila penyesuaian dirinya tidak sempurna akan menampilkan berbagai tingkah laku yang salah.

Kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadi sangat diperlukan, mengingat bahwa setiap individu saling membutuhkan untuk memberi dukungan. menurut Cobb dkk, (Ali dan Asrori, 2004:176) bahwa dukungan sosial adalah suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan oleh individu dari individu lain atau kelompok.

Selanjutnya, Sarafino (Smet 1994:149) menjelaskan dukungan sosial memiliki beberapa dimensi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam setiap aspek kehidupan. Sebagai berikut yaitu:

1) Dukungan emosional, yaitu melibatkan ekspresi empati, perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain dan keterkaitan menimbulkan rasa aman.

2) Dukungan penghargaan, yaitu terjadi melalui ekspresi individu yang menunjukkan penghargaan yang positif untuk individu lain, dorongan atau persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan.

3) Dukungan nyata atau instrumental, yaitu melibatkan bantuan langsung seperti ketika individu lain memberi, meminjamkan sesuatu uang atau menolong tugas- tugasnya.

Sarafino (Smet 1994:147-148) menjelaskan lebih lanjut bahwa dukungan sosial negatif dari teman sebaya mengacu pada tidak ada merasakan adanya kenyamanan, tidak ada dihargai, tidak dipedulikan, tidak adanya saling membantu dan tidak saling beremati sesama teman sebaya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

(5)

dengan dukungan sosial teman sebaya adalah adanya pemberian informasi baik secara verbal maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari teman sebaya yang akrab atau keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dicintai, dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan

.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis statistik korelasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi pada saat sekarang Noor (2011:34).Studi kolerasional mempelajari hubungan dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian kolerasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefesien kolerasi (Suryabrata, 2013:82).

Penelitian ini menjelaskan kejadian yang ada secara statistik, sistematis dan apa adanya sesuai dengan fakta di lapangan sebagaimana hubungan antara variabel dukungan sosial teman sebaya (X1) dan penyesuaian diri peserta didik (Y1)

Penggunaan Sampel dalam penelitian ini adalah propotional random sampling merupakan jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili semua data, mengingat populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pesertadidik kelas XI SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam objek 205 pesertadidik, maka untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat 1998 (Riduwan, 2010:65)

n = Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= Presisi yang ditetapkan (10%) Penelitian ini menggunakan angket berdasarkan skala likert untuk mengungkapkan aspek dari dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh peserta didik. Dan model seperti ini merupakan metode pelaksanaan pernyataan sikap yang dipisahkan menjadi pertanyaan favourable adalah pernyataan yang mendukung atau memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau memihak.

Cara penilaiannya menggunakan lima kategori jawaban, terdapatpadahalamanberikut:

Favourable

1. Sangat Baik (SB) = 4

2. Baik (B) = 3

3. Cukup Baik (CB) = 2 4. Tidak Baik (TB) = 1 5. Sangat Tidak Baik (STB) = 0

Unfavourable

1. Sangat Baik (SB) = 0

2. Baik (B) = 1

3. Cukup Baik (CB) = 2 4. Tidak Baik (TB) = 3

5. Sangat Tidak Baik (STB) = 4

Untuk melihat hubungan atau korelasi yang signifikan antara masing-masing variabel X dan Y dengan ketentuan nilai r harga (-1 ≤ r

≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Analisis signifikansi hubungan atau uji korelasi menggunakan nilai korelasi yang dibuat oleh (Riduwan, 2012:138) sebagai berikut :

1. 0.00 – 0.20 korelasi keeratan sangat lemah 2. 0.21 – 0.40 korelasi keeratan lemah 3. 0.41 – 0.70 korelasi keeratan kuat 4. 0.71 – 0.90 korelasi keeratan sangat kuat 5. 0.91– 0.99 korelasi keeratan sangat kuat

sekali

6. 1 berarti korelasi keeratan sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS versi 18.0 dan menggunakan teknik pearson dapat diketahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariamandiperoleh korelasi atau r hitung sebesar 0.294 hubungan dengan tingkat sangat signifikan. Karena nilai signifikan hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri peserta didik sebesar 0.016<0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dapat diterima dan terdapat hubungan yang signifikan yang menunjukkan arah hubungan yang positif dengan koefisien lemah. Artinya, semakin sangat baik dukungan sosial teman sebaya, maka semakin sangat baik pula penyesuaian diri peserta didik. Sebaliknya semakin sangat tidak baik dukungan sosial teman sebaya maka semakin sangat tidak baik pula penyesuaian diri peserta didik.

(6)

Berdasarkan hasil analisis data Indikator dukungan sosial teman sebaya di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam yang berada pada kategori sangat tidak baik sebanyak 49 orang (73,1percent), dan kategori baik sebanyak 18 orang (26,9 percent).

Dukungan sosial teman sebaya secara umum masuk dalam kriteria sangat tidak baik.

Dukungan emosional (31 orang dengan percent 46,3), dukungan penghargaan, (36 orang dengan percent 53,7), dukungan nyata (31 orang dengan percent 46,3), dukungan informasional (32 orang dengan percent 47,8), dukungan jaringan keluarga (36 orang dengan percent 53,7), penolakan (30 orang dengan percent 44,8), diabaikan (36 orang dengan percent 4,5), tidak dihargai (27 orang dengan percent 40,3). Jika dilihat perindikator maka pada indikator dukungan penghargaan dari 67 orang peserta didik sangat tidak baik mendapatkan dukungan penghargaan dari teman sebayanya.

Itu membuktikan bahwa adanya peserta didik sangat tidak baik mendapatkan dukungan penghargaan dari teman sebayanya. Untuk peserta didik yang sangat tidak baik dalam mendapatkan dukungan penghargan dari teman sebaya hendaknya mendapatkan perhatian serta bimbingan yang lebih oleh guru BK dan teman sebaya di sekolah, agar dapat dukungan penghargaan dari teman sebayanya.

Pada umumnya peserta didik yang sangat baik atau sangat tidak baik dukungan sosial teman sebaya dipengaruhi oleh berbagai dimensi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam setiap aspek kehidupan yang pada akhirnya peserta didik mendapatkan dukungan sosial dan dukungan penghargaan dari teman sebaya yang positif dan negatif. Dengan dukungan sosial dari teman sebaya sebagian peserta didik yang sangat tidak sesuai ini perlu perhatian dari guru BK agar diberikan layanan dan bimbingan yang sesuai agar mendapatkan dukungan sosial teman sebaya menjadi positif dan menjadi lebih baik lagi dukungan sosial teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari.

Sarafino (Smet 1994:112) merangkum menjadi lima dimensi dukungan sosial yaitu:

1) Dukungan emosional, yaitu melibatkan ekspresi empati, perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain dalam hal ini seseorang memberikan rasa senang, saling memiliki, adanya pengakuan dan disayang pada saat menghadapi masalah (stress) dimana individu merasa adanya kedekatan dan keterkaitan menimbulkan rasa aman.

2) Dukungan penghargaan, yaitu terjadi melalui ekspresi individu yang menunjukkan penghargaan yang positif

untuk individu lain, dorongan atau persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan.

3) Dukungan nyata atau instrumental, yaitu melibatkan bantuan langsung seperti ketika individu lain memberi, meminjamkan sesuatu uang atau menolong tugas- tugasnya.

4) Dukungan informasional, yaitu memberikan nasehat, saran, dan bimbingan tentang apa yang harus dilakukan individu.

5) Dukungan jaringan keluarga, yaitu memberikan perasaan sebagai anggota dalam sekelompok individu dan memiliki minat serta aktivitas sosial yang sama.

Maksud dari kelima dimensi tersebut adalah dukungan sosial dari teman sebaya yang mendapatkan dukungan dari teman sebaya yang positif. Apabila salah satu dimensi belum terpenuhi maka dukungan sosial dari teman sebaya belum positif secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil analisis data Indikator Penyesuaian Diri Peserta Didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam yang berada pada kategori sangat tidak baik sebanyak 25 orang (dengan percent 37.3), dan kategori tidak baik sebanyak 42 orang (dengan percent 62.7). Penyesuaian diri peserta didik secara umum masuk dalam kriteria sangat tidak baik. Beradaptasi dengan lingkungan (33 orang dengan percent 49.3%), penyesuaian diri sesuai standar (28 orang dengan percent 41.8), mampu mengatasi segala macam konflik (48 orang dengan percent 71.6), kematangan emosional secara positif (50 orang dengan percent 74.6), reaksi bertahan (37 orang dengan percent 55.2), reaksi menyerang (41 orang dengan percent 61.2), reaksi melarikan diri (32 orang dengan percent 47.8), Peserta didik yang sangat tidak baik menyesuaikan diri pada bagian kematangan emosional secara positif.

Penyesuaian diri yang dimiliki oleh sebagian peserta didik dengan kategori sangat tidak baik ini menjadi perhatian bagi guru BK agar peserta didik diberikan layanan dan bimbingan sesuai dengan kondisi yang terjadi berkaitan dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh peserta didik pada bagian kematangan emosional secara positif. Jika penyesuaian diri tidak baik atau negatif tetap dibiarkan tanpa adanya perubahan kearah yang lebih baik akan mempengaruhi peserta didik dan menurunkan nilai mata pelajarannya serta menurunkan minat dan bakat untuk sekolah atau lebih parah lagi berhenti sekolah. Dapat diketahui bersama bahwasannya penyesuaian diri.

Menurut Sunarto dan Hartono (2008:222-223) penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan

(7)

diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal.

Selanjutnya Sunarto dan Hartono (2008:221-222) menjelaskan bahwa penyesuaian diri mempunyai beberapa macam sebagai berikut: pertama, Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah. Kedua, Penyesuaian diri sesuai standar, dapat keseimbangan antara pemenuhan dan kebutuhan Ketiga, Mampu mengatasi segala macam konflik dalam dirinya serta mampu mengatasi frustasi secara efesien dan ke empat, kematangan emosional secara positif.

Penyesuaian diri yang salah menampilkan reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri.

Teman yang baik akan memberikan dukungan untuk bertahan terhadap stres, dapat mendukung pendidikan inklusif seperti, meningkatkan penerimaan keragaman, komunikasi, keterampilan sosial, termasuk penyesuaian diri peserta didik atau sebaliknya, dukungan sosial yang negatif dari teman sebaya dapat mempengaruhi peneysuaian diri yang negatif pula pada diri peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dapat mempengaruhi penyesuaian diri peserta didik karena dukungan sosial teman sebaya merupakan prediktor kuat untuk peserta didik dalam penyesuaian dirinya dari pada dukungan dari keluarga.

Jadi, logika dalam penelitian ini adalah antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri peserta didik dengan memiliki hubungan yang signifikan. Apabila dukungan sosial teman sebaya berada pada kategori sangat baik maka penyesuaian diri peserta didik juga berada pada sangat baik dan begitu juga sebaliknya, jika dukungan sosial teman sebaya berada pada kategori tidak baik maka penyesuaian diri peserta didik juga sangat tidak baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri peserta didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam dilihat secara keseluruhan berada pada kategori sangat tidak sesuai, sehingga dapat diambil

kesimpulan sesuai dengan batasan masalah sebagai berikut:

1. Gambaran dukungan sosial teman sebaya peserta didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam secara umum berada pada kategori sangat tidak sesuai. Berdasarkan indikator dukungan sosial teman sebaya berada pada kategori sangat tidak baik, dukungan emosional berada pada kategori sangat tidak baik, dukungan penghargaan berada pada kategori sangat tidak sesuai, dukungan nyata berada pada kategori sangat tidak baik, dukungan informasional berada pada kategori tidak sesuai, dukungan jaringan keluarga berada pada kategori tidak baik, penolakan berada pada kategori tidak baik, diabaikan berada pada kategori cukup baik dan tidak dihargai berada pada kategori tidak baik.

2. Gambaran penyesuaian diri peserta didik di SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam secara umum berada pada kategori sangat tidak baik. Berdasarkan indikator mampu beradaptasi dengan lingkungan berada pada kategori sangat tidak baik, penyesuaian diri sesuai standar berada pada kategori sangat tidak baik, mampu mengatasi segala macam konflik berada pada kategori cukup baik, kematangan emosional secara positif berada pada kategori sangat tidak baik, reaksi bertahan, menyerang dan melarikan diri berada pada kategori sangat tidak baik.

3. Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri peserta didik terdapat hubungan yang signifikan karena r hitung > r tabel, sehingga sesuai dengan hipotesis penelitian semakin sangat tidak baik dukungan sosial teman sebaya, maka semakin sangat tidak baik pula penyesuaian diri peserta didik. Peserta didik yang memiliki kategori sangat tidak baik atau sangat tidak baik mendapatkan dukungan sosial dari teman sebaya dengan penyesuaian diri sedikitpun hendaknya mendapatkan perhatian serta bimbingan yang lebih oleh guru BK, agar dukungan sosial teman sebaya menjadi meningkat sehingga penyesuaian diri lebih meningkat atau menjadi lebih positif.

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Peserta didik, kepada peserta didik diharapkan agar dapat meningkatkan dukungan sosial kepada teman sebaya, karena dengan dukungan sosial yang tinggi akan membuat peserta didik lebih baik penyesuaian dirinya.

2. Guru BK, agar lebih memperhatikan dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri peserta didiknya di

(8)

sekolah, dengan melakukan kegiatan- kegiatan berkelompok seperti bimbingan kelompok, konseling kelompok dan belajar kelompok agar dapat mengetahui bagaimana perkembangan dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri peserta didik (sangat tidak baik atau tidak baik) dengan memberikan layanan-layanan dan kegiatan berkelompok tersebut guru BK dapat lebih meningkatkan dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri peserta didik.

3. Orangtua, agar lebih memberikan perhatian yang cukup kepada anak dengan sebaik- baiknya dengan siapa saja anak tersebut bergaul dengan teman-temannya dilingkungan keluarga dan dilingkungan rumah dan mendidik anak agar dapat bertindak, bersikap, dan bertingkah laku yang baik dalam berteman.

4. Musyawarah guru BK (MGBK), mendiskusikan untuk lebih meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan orangtua peserta didik agar lebih mengetahui dan memahami perkembangan pertemanan anak dalam berteman di lingkungan sekolah dan di lingkungan keluarga dalam meningkatkan penyesuaian diri peserta didik di rumah dan di sekolah agar penanganan permasalahan yang dialami peserta didik menjadi lebih mudah dan baik.

5. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri peserta didik dengan kajian penelitian yang lebih mendalam.

KEPUSTAKAAN

Agustiani, Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Ali, Mohamaddan Asrori, Mohamad.(2004).

Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Bumi Aksara.

Desmita.(2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Farhati, Feri dan Rosyid, Haryanto.

(1996).Karakteristik Pekerjaan, Dukungan Sosial dan Tingkat Burn-Out Pada Non Human. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Gufron, NurdanRisnawati, Rini.(2010). Teori- teoriPsikologi. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Mangkuatmodjo, Soegyarto. (2003). “Pengantar Statistik”.Jakarta: Rineka Cipta.

Noor, Juliansyah. (2011). MetodologiPenelitian (Skripsi, Thesis, Disertasi, danKaryaIlmiah). Jakarta: Kencana.

Rumini, Sri dan Sundari, Siti. (2004).

Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta:

Rineka Cipta.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2010). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfbeta.

Sunarto dan Hartono, Agung.(2008).

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Smet,Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta:

Gramedia Widiasarana.

SantrockW, John. (2003). Adolescence

Perkembangan Remaja

(terjemahan).Jakarta: Erlangga.

Santosa, Slamet.( 2004). DinamikaKelompok.

Jakarta: BumiAksara

Suryabrata, Sumadi. (2013).

MetodologiPenelitian. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Sudijono, Anas. (2010).

PengantarStatistikPendidikan.

Jakarta:Raja GrafindoPersada.

Sugyono. (2009).

MetodologiPenelitianPendidikan(Pendek atanKuantitatif, Kualitatifdan

R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Kuantiatif Kualititatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Umar, Husein. (2008).”Metodologi Penenlitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”. Edisi ke 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Willis S, Sofyan. (2010). Remaja & Masalahnya.

Bandung:Alfabeta.

Yusuf A. Muri. (2007). Dasar-dasar

MetodologiPenelitian. Padang: UNP Press.

Yudhawati Ratna dan Haryanto Dany. (2011).

Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Arsyad, 2013), berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, motivasi

Differences in Learning Outcomes of Alternative Energy Subthemes Through STEM Science, Technology, Engineering, and Mathematics Approach Approach with Project Based Learning Model,