PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Kajian Pustaka
- Hakikat Sastra dan Karya Sastra
- Bentuk-bentuk Karya Sastra
- Pengertian Novel
- Pengertian Religiositas
- Aspek Religiositas dalam Islam
- Religiositas dalam Sastra
- Sosiologi Sastra
Hasil Penelitian Relevan
Kerangka Pikir
Kerangka kerja ini dapat dijadikan sebagai peta pikiran dalam penelitian, sehingga hubungan antar variabel dalam penelitian menjadi lebih jelas. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah religiusitas dalam novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Umar Basyier.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Fokus Penelitian
- Definisi Istilah
- Desain Penelitian
- Data dan Sumber Data
- Instrumen Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah dialog dan narasi yang dapat dianalisis atau disimpulkan tentang religiusitas dalam novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Umar Basyier. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Bakar Basyier dari awal sampai akhir. Klasifikasi data yang diperoleh berupa religiusitas dalam novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Bakar Basyier.
Analisis data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yaitu religiusitas dalam novel Meniti di Atas Kabut Karya Abu Umar Basyier. Mendeskripsikan aspek religiusitas yang terdapat dalam novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Umar Basyier. Pada bab ini disajikan hasil penelitian mengenai religiusitas dalam novel Meniti di Atas Kabut karya Abu Umar Basyier.
Intisari penuturan di atas dapat diartikan bahwa Abbas dan Azizah meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada manusia, salah satu bentuk keimanannya adalah dengan menghafalkan isi Al-Qur'an. Yang saya kuasai dari ajaran agama saya hanya kemampuan membaca Al-Qur'an ditambah hafalan 2 Juz. Di atas ranjang berukuran besar berukuran 2 x 2,5 meter, Azizah berbaring dengan nyaman sambil menikmati ayat-ayat Alquran yang dibacanya (MDAK: 268).
Dalam novel Meniti di Atas Kabut, tokoh Abbas dan Azizah dengan sepenuh hati mengimani kitab-kitab Allah, selain itu mereka juga mengamalkan seruan dan aturan yang terkandung dalam Al-Qur'an, menghafalkannya, dan mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. . Dalam novel Meniti di Atas Kabut, pemujaan merupakan hal yang sering dituangkan dalam narasi dan dialog. Novel Meniti di Atas Kabut yang diangkat dari kisah nyata mencerminkan dimensi religiusitas yang dapat ditiru oleh pembacanya.
Yang saya pelajari dari ajaran agama saya hanya kemampuan membaca Al-Qur'an, ditambah hafalan 2 Jus. Di atas ranjang berukuran besar berukuran 2 x 2,5 meter, Azizah berbaring dengan nyaman sambil menikmati ayat suci Alquran yang dibacanya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Saya bilang, 2 Juz, tapi itupun saya hanya hafal satu yang benar. MDAK:107) Setiap pagi kami berlomba-lomba membuat suara serak dengan membaca Al Quran di rumah. Perhatikan baik-baik, jika hafalan Al-Qur'an Azizah tidak melampaui 16 juz yang dibawanya dari pesantren, maka sejak saya menikah, saya sudah hafal lebih dari 3 juz. Kutipan di atas adalah perkataan Ustadz Ferry kepada Abbas yang menegaskan bahwa seorang muslim wajib mengikuti kaidah baku atau syariat yang menjadi pedoman hidup seorang muslim, dan syariat ini hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadist. .
Keimanan terhadap Al-Qur'an dapat dijelaskan melalui dialog di atas, penjelasan singkat mengenai pengertian hijab yaitu pakaian yang menutupi seluruh aurat wanita muslim berdasarkan Al-Qur'an. Kutipan di atas muncul setelah Abbas mendapat pengalaman spiritual bertemu makhluk gaib di sebuah gubuk, akhirnya ia yakin akan kebenarannya seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an, dan hal ini menjadi salah satu titik tolak berkembangnya keyakinan dan ilmu Abbas di masa lalu. masa depan. . Perbuatan hanya dapat dilakukan jika ilmunya cukup dan sesuai' (MDAK: 121) Narasi di atas dapat dimaknai sebagai wujud dari dimensi keimanan, khususnya keimanan kepada Rasulullah SAW.
Penggalan dialog di atas menunjukkan seruan untuk selalu menjaga sikap, perkataan dan tindakan dalam hidup ini, dan ini merupakan salah satu wujud dari dimensi keimanan di hari akhir. MDAK: 57) Dalam riwayat di atas, tokoh Abbas digambarkan sebagai orang yang mulai mencurahkan waktunya untuk mengkaji agamanya secara mendalam, hal ini termasuk dalam dimensi ilmu agama atau ilmu yang wajib dipelajari oleh seorang muslim. . dasar-dasar iman berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tokoh Abbas adalah seseorang yang sangat haus akan ilmu agama, walaupun Abbas sudah ahli dalam ilmu dasar, ia tetap merasa bodoh dan ingin terus belajar, terlihat pada bagian penuturan “Semua yang saya kuasai dari agama saya adalah ajarannya hanya kemampuan membaca Al-Qur'an, ditambah hafalan 2 juz, lalu dilanjutkan dengan "Pengetahuan tentang hukum-hukum Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan Islam, bisa dikatakan masih nihil." Tokoh Abbas, dengan nya rendah hati, ia berpendapat, bahwa ia masih kurang ilmunya meskipun sudah belajar 2 Juz Al-Qur'an.
Untuk memperlancar bacaan Alquran, membersihkan bak mandi dan bak mandi, hingga menunggu di masjid pada malam hari. Ketika saya kuliah, Alhamdulillah saya menjadi seperti Ustadz Samsuri yang mengajari saya membaca Al-Quran ketika saya masih remaja. Kutipan di atas dapat dimaknai sebagai dimensi penghayatan, dari kesadaran tokoh Abbas bahwa sumber keindahan berasal dari hati dan cita-cita Imani yang menjadikan hati itu melahirkan sejuta ketulusan.
Nikmatnya beribadah hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang pernah merasakan langsung ibadahnya dan hal ini dapat kita lihat pada kutipan di atas. Kutipan di atas menunjukkan rasa keimanan Aziza atas keberkahannya berupa buah hati yang dikandungnya.
Pembahasan
Menziarahi sanak saudara dan berbuat baik kepada mereka adalah salah satu amalan yang dicintai Allah. Dalam novel Meniti di Atas Kabut, kita dapat melihat keimanan watak Abbas dan Azizah daripada banyak dialog dan penceritaan yang kesemuanya membayangkan satu bentuk keimanan yang tidak berbelah bahagi kepada Tuhan, ketaatan dalam melaksanakan perintah agama, kesabaran menghadapi pelbagai jenis. dugaan dan prasangka baik yang terus diutamakan dalam menghadapi liku-liku perjalanan hidup mereka. Kewujudan iman kepada Nabi (saw), menjelaskan dalam novel itu bahawa semua ibadah hendaklah mengikut arahan Nabi (saw). sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Tokoh Abbas dan Aziza selalu berusaha berbuat baik dalam hidupnya dan berusaha bersikap baik terhadap cobaan yang menimpa hidup mereka, hal ini cukup menjadi bukti bahwa novel ini menyiratkan kepada pembacanya dimensi keimanan, dalam hal ini keimanan. di Qadha dan Qadhar. . Seorang mukmin harus mempunyai pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar atau dasar agama yang berguna dalam beribadah, seperti yang terdapat dalam Al-Quran, baik itu ilmu agama, syariat maupun ilmu yang berhubungan dengan bahasa. yang digunakan dalam Al-Qur’an yaitu bahasa. Bahasa Arab akan sangat memudahkan umat Islam dalam memperdalam ilmu agamanya. Abbas dan Azizah memberikan contoh dalam novel ini bahwa ilmu agama merupakan suatu hal yang sangat penting, walaupun Abbas sudah tidak berada dalam masa “emas” ketika memulai studinya, namun Abbas tetap bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya.
Ia merujuk kepada betapa taatnya seorang muslim dalam melaksanakan ibadah yang diperintahkan seperti solat lima waktu, sedekah, zakat, korban, puasa, haji, membaca al-Quran dan lain-lain yang termasuk dalam syariat Islam. Kecintaan Aziza kepada solat, kecintaan Abbas membaca al-Quran, tabiat baik Aziza yang sentiasa bersedekah hartanya dirangka dengan sempurna dalam novel ini. Dalam novel Meniti di Atas Kabut, dimensi penghormatan adalah salah satu petikan kata Azizah: “Solat malam adalah candu orang yang soleh, Mas”.
Aspek Religiusitas dalam Novel Bait-Bait Multazam Karya Abidah El-Khalieqy: Kajian Semiotika dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Analisis Nilai Religiusitas Tokoh Ayyas Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Mendaki Di Atas Kabut Seorang ulama asketisme, Hakim bin Hazam, pernah berkata: ''Jika pada pagi hari di depan pintu rumahku tidak ada orang yang meminta-minta, maka aku tahu itu termasuk musibah karena aku kehilangan kemungkinan. untuk melakukan perbuatan yang aku harapkan ampunnya.
Setiap pagi kami berlomba-lomba membuat suara kami serak dengan membaca Al Quran di rumah. Mendaki Di Atas Kabut karya Ustadz Abu Umar Basyier mencatat sketsa kehidupan romantis Abbas, mulai dari masa kanak-kanak hingga momen-momen menentukan dalam kehidupan rumah tangganya.''.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Niat itu akhirnya dimudahkan oleh Allah SWT setelah ia bertemu dengan seorang wanita shaleh yang menerima dirinya apa adanya. Gelombang emigrasi di kalangan generasi muda mulai digalakkan, novel ini kemudian menjadi salah satu santapan bacaan yang bisa menyentuh generasi muda masa kini.
Saran
Perjalanan Abbas mempelajari agama di usia muda memberikan contoh kepada pembaca bahwa tidak ada kata terlambat untuk beramal shaleh. Dimensi Ideologis Agama: Apakah Ini Pada dasarnya Merupakan Ekspresi Agama? Aziza berjanji seminggu untuk berpikir, memohon pertimbangan kepada Allah dan melaksanakan shalat Istikharah.
Beliau menjawab: “Setiap amalan yang wajib atas kami, mencari ilmu yang berkaitan dengan amalan itu juga wajib. Namun hati yang paling sehat dan suci adalah hati yang tumbuh karena cita-cita Iman. Yang sebenarnya sudah lama mewarnai hidupku, namun tak pernah mampu mengarahkan jalan hidupku ke titik yang kuinginkan; pengabdian yang tulus kepada Allah.
Untuk menjadi hamba yang ikhlas kepada Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, saya harus ikhlas menempuh jalan mencari ilmu. Sedangkan hati yang paling sehat dan suci adalah hati yang tumbuh karena cita-cita Imani. Bagi Abbas, nikmat Allah yang paling berharga, Azizah istri tercinta sangat mempengaruhi titik balik hidupnya untuk menapaki jalan kebenaran.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Makassar, mengikuti program studi yang sesuai dengan cita-cita penulis sebagai pengajar yaitu Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. mengikuti program MBKM yaitu Kampus Mengajar angkatan pertama, setelah itu KMMI fokus pada penulisan ilmiah dan penerbitan.