PENDAHULUAN
Perkembangan sejarah yang dalam dan luasnya keragaman wilayah di Tiongkok merupakan suatu hal yang tidak mudah bagi musik Tiongkok. Pada beberapa tradisi, seperti musik ritual istana serta alat musik qin, mempertahankan garis kesinambungan yang dapat diamati antara periode kuno dan masa kini. Pada contoh lainnya, yaitu praktik umum vokal dan genre instrumental memiliki sejarah yang lebih terkini, dan perbedaan regional di antara jenis-jenis yang serupa seringkali cukup mencolok. Oleh karena itu, pandangan yang seimbang tentang tradisi yang disebut “Tiongkok”
harus didasarkan tidak hanya pada pengetahuan sejarah yang tertulis serta ikonografi yang terkait tetapi juga pada pola budaya dan selera musik dari berbagai daerah (Alan R. Thrasher 2002, 631).
Gaya musik Tiongkok sangatlah unik.
Beragam alat-alat musik Tiongkok merupakan bagian penting dari musik rakyat, yang bersama-sama dengan opera Tiongkok, memainkan peran penting dalam perkembangan budaya di Tiongkok. Musik Tiongkok memiliki sejarah panjang, mulai dari alat musik dua belas Lüs, dengan sejarah lebih dari 4.000 tahun, hingga seruling tulang yang ditemukan di daerah Henan yang berasal dari Zaman Neolitikum lebih dari 8.000 tahun yang lalu. Berbagai macam peninggalan alat musik yang telah ditemukan mencerminkan keahlian orang Tiongkok kuno (Jie Jin, 2011).
Berikut adalah perkembangan musik di Tiongkok yang dibagi menjadi beberapa periode :
Pada periode Musim Semi dan Musim Gugur dan Negara-Negara Berperang (770- 221 SM), musik berkembang pesat. Pada masa itu, banyak jenis alat musik diciptakan dan diperbaiki, dan diadopsi metode
klasifikasi Bayin (delapan nada). Selama Dinasti Tang (618-907), manajemen musik dan organisasi pendidikan mulai didirikan.
Menjelang Dinasti Song (960-1279), opera Tiongkok telah matang, sedangkan selama Dinasti Yuan (1279-1368) gaya drama selatan dan utara dibentuk dan banyak lagu klasik diciptakan, termasuk The Injustice to Dou E dan The Romance of the Western Chamber.
Sejak saat itu, musik Tiongkok telah digunakan untuk mengekspresikan emosi manusia. Pada dinasti Ming dan Qing (1368-1911), musik menjadi lebih populer di kalangan masyarakat, dan berbagai jenis opera berkembang. Setelah Perang Opium Tiongkok - Inggris pada pertengahan abad ke-19, musik tradisional Tiongkok dan musik barat yang bersumber dari Eropa mulai digabungkan. Sejak reformasi Tiongkok pada tahun 1978, pertunjukan musik, pendidikan, musikologi, serta publikasi dan pemasaran terkait telah berkembang pesat. Pertukaran dan konflik yang terjadi antara budaya Tiongkok dan Barat dapat meluas ke dunia musik.
Pertukaran musik paling awal yang tercatat dapat ditelusuri kembali lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Setelah misi diplomatik Zhang Qian ke Xiyu (Wilayah barat di Tiongkok) di Dinasti Han Barat, alat musik, lagu, dan tarian Asia Tengah dan Asia Barat diperkenalkan ke dataran tengah melalui
"jalan sutra", yang menjadikan musik lebih penuh warna. Pada awal abad ke-20, musik barat secara resmi diperkenalkan ke Tiongkok. Semakin banyak orang menerima alat musik barat dan menggunakannya untuk tampil dan membuat musik.
Kemudian pada abad tersebut, alat musik Tiongkok berkembang lebih jauh setelah mengalami masa isolasi. Memasuki abad ke-21, musik pop Tiongkok telah
berkembang, sedangkan "musik baru"
Tiongkok telah mengalami perkembangan internasionalisasi dan terintegrasi melalui pertukaran dengan musik barat. Musik adalah simbol budaya suatu negara. Isi, bentuk, dan gayanya terkait erat dengan kondisi geografis, sejarah, bahasa, dan budaya suatu negara, wilayah, atau bangsa.
Setelah melalui proses akumulasi selama ribuan tahun, musik Tiongkok telah mengembangkan pola yang kaya akan gaya yang berlimpah, serta merangkul koeksistensi musik tradisional dan modern (Jie Jin, 2011).
Salah satu genre musik yang paling populer di Tiongkok adalah lagu rakyat.
Lagu rakyat Tiongkok adalah bentuk seni yang sangat berkembang yang dibuat oleh orang-orang yang berasal lebih dari lima puluh enam kelompok etnis dan disempurnakan oleh penyanyi Tiongkok selama lebih dari lima ribu tahun (L.H. Lucy Chen 2000, 4). Bahkan menurut proyek kumpulan lagu rakyat Tionghoa (The Grand Compendium of Chinese Folksongs) yang dimulai pada akhir tahun 1970-an, ada sekitar 400.000 lagu rakyat Tionghoa yang dikumpulkan sejauh ini (Mo Li 2011, 1).
Lagu rakyat Tiongkok yang sebagian besar ditulis oleh masyarakat suku Han sebagai suku dengan populasi terbesar di Tiongkok kemudian dikelompokkan menjadi sembilan kategori yaitu hao zi (lagu kerja), tian ge (lagu sawah), shan ge (lagu gunung), xiao diao (lagu kecil), wu ge (lagu tarian), yu ge (lagu nelayan), lagu ritual, lagu anak-anak, serta lagu teriakan pedagang (ChinaCulture.org, 2008). Berikut adalah penjelasan lagu rakyat Tiongkok berdasarkan kategorinya :
1. Hao zi (Lagu Kerja)
Sejak zaman kuno, orang Tionghoa telah menyanyikan lagu kerja untuk mengoordinasikan aktivitas fisik dan untuk menyatukan tindakan ritmis dalam melakukan suatu tugas.
Menciptakan dan menyanyikan lagu- lagu ini telah membantu menjaga
semangat mereka saat melakukan tugas- tugas seperti bergerak, membangun, bercocok tanam, memancing, serta berlayar (Wai-Tong Lau, 2007).
2. Tian ge (Lagu Sawah)
Lagu sawah adalah lagu rakyat dengan sejarah panjang, yang populer dan dinyanyikan di kalangan petani yang bekerja di ladang padi di musim pertanian yang sibuk di bagian tengah dan hilir Sungai Yangtze. Bentuk nyanyian khas mereka adalah seorang penyanyi menyanyikan lagu dengan iringan gong, gendang, suona yang merupakan alat musik tiup berbuluh ganda yang mirip dengan alat musik shawm serta alat musik lainnya (ChinaCulture.org, 2008).
3. Shan ge (Lagu Gunung)
Mayoritas orang Tionghoa telah hidup selama ribuan tahun di desa pegunungan dan bertani di lahan berterasering, karena lebih dari dua pertiga wilayah negara mereka adalah pegunungan. Kehidupan agraris mereka tercermin secara musikal melalui banyaknya lagu gunung yang dirancang untuk dinyanyikan di luar ruangan.
Lagu-lagu ini biasanya melibatkan banyak nada panjang dan tinggi.
Lompatan tinggi melodi dan ritme bebas adalah ciri utama lagu gunung (Wai- Tong Lau, 2007).
4. Xiao diao (Lagu Kecil)
Lagu-lagu kecil adalah lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penduduk desa dan kota di Tiongkok. Liriknya menggambarkan hal-hal selain situasi kerja (seperti dalam lagu kerja) atau kehidupan desa (seperti dalam lagu gunung), dan mencakup hal-hal seperti insiden politik, adat istiadat, kenangan cinta, atau permainan. Lagu-lagu ini biasanya dibuat ketika penduduk kota menginginkan hiburan selama waktu senggang mereka, dan biasanya dibawakan pada pertemuan, jamuan
makan, atau festival (Wai-Tong Lau, 2007).
5. Wu ge (Lagu Tarian)
Lagu tarian adalah lagu rakyat yang dinyanyikan sambil menari, ditandai dengan irama yang kuat, dan dinyanyikan pada acara festival, perayaan, atau berbagai pertemuan (ChinaCulture.org, 2008).
6. Yu ge (Lagu Nelayan)
Nyanyian nelayan pada umumnya mencerminkan kehidupan nelayan yang bercirikan gaya anggun dan tenang dalam struktur pendek dan populer di daerah pesisir (ChinaCulture.org, 2008).
7. Lagu Ritual
Lagu-lagu ritual dinyanyikan pada acara-acara ritual rakyat seperti pada acara pernikahan, pemakaman, ulang tahun, lomba perahu naga, dan sebagainya. Lagu ritual sebagian besar memiliki repertoar tetap dan tata cara bernyanyi (ChinaCulture.org, 2008).
8. Lagu Anak-Anak
Lagu anak-anak menggambarkan tentang kehidupan anak-anak, salah satunya adalah lagu permainan anak- anak yang bercirikan struktur pendek dan sederhana, serta melodi yang sederhana (ChinaCulture.org, 2008).
9. Lagu Teriakan Pedagang
Lagu rakyat pada kategori ini menggambarkan tentang seruan serta tangisan para pedagang dengan lantunan nada-nada syair kuno. Ritme, bentuk, dan strukturnya terkait erat dengan dialek dan merupakan sumber asli genre lagu rakyat, karena beberapa di antaranya merupakan bentuk lagu rakyat yang belum matang (ChinaCulture.org, 2008).
Lagu rakyat Tiongkok merupakan bagian penting dari musik tradisional Tiongkok yang diimprovisasi oleh penduduk setempat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Lagu-lagu rakyat dari daerah yang
sama menunjukkan gaya yang sama, sementara lagu-lagu dari daerah yang berbedamenyajikan gaya daerah yang berbeda pula (Jing Luo et al. 2020, 93). Lagu- lagu rakyat Tiongkok dinyanyikan dengan menerapkan jangkauan nada tengah dan tinggi, serta bagian falsetto bisa dinyanyikan baik oleh pria maupun wanita. Genre ini biasanya memiliki bentuk berbait, dengan bait yang terdiri dari dua atau empat baris teks, ditautkan dalam pertunjukan dengan jumlah frase melodi yang sama.
Karakteristik lain dari genre ini adalah memiliki ritme yang teratur yaitu pola dua atau empat ketukan, walaupun pola tiga ketukan dan pola lainnya juga dapat ditemukan. Kebanyakan melodi pada dasarnya memiliki kerangka anhemitonik pentatonik, di mana nada setengah laras dapat muncul sebagai passing notes (F.
Kouwenhoven & A. Schimmelpenninck 2002, 668).
Dari sekian banyaknya lagu rakyat Tiongkok, terdapat sebuah lagu rakyat Tiongkok yang sangat populer yang ditulis pada masa pemerintahan Kaisar Qianlong (1735-1796) (Allison Branscombe, 2014).
Lagu rakyat tersebut berjudul Mo Li Hua yang memiliki arti bunga melati. Lagu ini telah menjadi ikon penting dan kuat bagi wilayah Jiangnan yang terletak di bagian selatan dari Sungai Yangtze (Frederick Lau
& Christine R. Yano 2018, 84).
METODE
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif analisis deskriptif, karena penyajian data, langkah- langkah analisis serta penarikan kesimpulan dijabarkan dalam bentuk kalimat maupun pernyataan-pernyataan. Arikunto (2014: 3) menjelaskan pengertian penelitian deskriptif sebagai berikut :
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain
yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, pendekatan metode penelitian ini selaras dengan tujuan peneliti yaitu untuk mendeskripsikan dan menjabarkan struktur lagu Rakyat Tiongkok berjudul Mo Li Hua.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi serta dokumentasi. Peneliti melakukan observasi dengan mengamati serta mengkaji lebih dalam terhadap sumber data yang telah dikumpulkan dan diperoleh dari video dokumentasi berdurasi 4 menit 39 detik yaitu lagu Mo Li Hua yang diunggah pada tanggal 5 April 2009. Selain itu peneliti juga memperoleh berbagai data dari buku, artikel, maupun jurnal ilmiah untuk kepentingan menganalisis serta mengidentifikasi lagu.
Untuk menjawab fokus utama dalam penelitian yaitu bentuk dan struktur lagu Mo Li Hua, peneliti menggunakan teori ilmu bentuk dan analisis musik yang diperoleh peneliti dari mata kuliah Ilmu Bentuk dan Analisis Musik. Penelitian ini berupa penjabaran bentuk lagu dan kompenen- kompenen pembentuknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mo Li Hua merupakan lagu rakyat yang berasal dari daerah timur-tengah Tiongkok tepatnya dari Provinsi Jiangsu dan Zhejiang (Frederick Lau & Christine R. Yano 2018, 84).
Lagu ini memiliki berbagai versi sesuai asal daerahnya yang sering kali dipelajari baik oleh ahli lagu rakyat serta ahli musik (Yayoi Uno Everett & Frederick Lau 2004, 276).
Penyebab dari banyaknya versi Mo Li Hua adalah karena seiring berjalannya waktu, lagu rakyat diwariskan dari generasi ke generasi dan dalam prosesnya sering diubah oleh seniman rakyat profesional dan semi-
profesional, sehingga proses dari perubahan yang bertahap ini telah mengarah pada perkembangan berbagai variasi di seluruh Tiongkok (Jie Jin 2011, 84).
Lagu rakyat yang juga dikenal luas dengan judul Jasmine Flower serta Xian hua diao (melodi bunga segar) ini termasuk dalam kategori xiao diao atau lagu kecil yang biasanya memiliki bentuk berbait dan struktur frase yang seragam serta jumlah kata yang sama. Sebagai lagu rakyat yang dapat dijumpai di seluruh penjuru negeri, Mo Li Hua memiliki banyak variasi daerah, yang memiliki karakteristik musik serta struktur yang mirip dengan xiao diao namun memiliki perbedaan pada selera musik daerah masing-masing (Frederick Lau &
Christine R. Yano 2018, 84).
Dari banyaknya versi lagu rakyat Mo Li Hua, setidaknya terdapat dua buah versi yang dikenal oleh masyarakat dengan perbedaan yang terletak pada isi teks serta melodi. Salah satu versi memiliki teks yang lebih singkat, yaitu hanya terdiri dari satu bait dan menggambarkan tentang kebiasaan memberi bunga melati di wilayah delta Yangtze selatan di Tiongkok (Chen Qian, 2008). Sedangkan pada versi yang lain, teks tersusun atas tiga bait dan menggambarkan tentang ketakutan seseorang untuk memetik bunga melati (Hong Zhang 2014, 29).
Namun di antara kedua versi tersebut, versi yang lebih singkatlah yang jauh lebih terkenal dan mendunia serta menjadi versi standar yang mana faktor terbesarnya disebabkan oleh peran seseorang bernama John Barrow (1764-1848), yang merupakan seorang asisten dari diplomat Inggris bernama George Macartney (1737-1806).
John Barrow mendokumentasikan notasi musik serta menyertakan terjemahan berbahasa Inggris dari lagu Mo Li Hua pada buku Travels in China yang ia terbitkan pada tahun 1804. Dalam bukunya, ia juga memberikan kesan pribadinya terhadap musik Tiongkok (Frederick Lau& Christine R. Yano 2018, 82). "Saya belum pernah
mendengar seseorang bernyanyi dengan emosional seperti orang Tiongkok," kata John Barrow yang sangat senang mendengar lagu rakyat Tiongkok berjudul Mo Li Hua.
Pada saat itu, ia bekerja dalam kelompok delegasi Inggris yang datang ke Tiongkok untuk merayakan ulang tahun ke-80 Kaisar Qianlong. Selama para delegasi tinggal di Tiongkok, John Barrow dan seorang penerjemah Jerman bernama Buttner menunjukkan ketertarikan yang besar pada lagu Mo Li Hua dan memperkenalkannya ke Eropa (ChinaCulture.org, 2014).
Menurut catatan sejarah, Huttner-lah yang pertama kali memperkenalkan Mo Li Hua ke lingkaran musik Eropa. Namun yang membedakan Huttner dengan John Barrow adalah, Huttner mengadaptasi lagu tersebut dengan gaya Eropa, sedangkan Barrow lebih memilih untuk mengapresiasi budaya Tionghoa asli. Barrow merekam dengan sangat rinci adat istiadat, lukisan dan arsitektur Tiongkok, bahasa dan sastra, astronomi dan kalender, serta kepercayaan agama dalam bukunya, dan ia merekam melodi Mo Li Hua pada lembaran musik dan menerjemahkan liriknya ke dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini, John Barrow telah memberikan lebih banyak kontribusi untuk penyebaran lagu tersebut yang mana Mo Li Hua versinya diperkenalkan ke lebih banyak negara seperti Denmark, Jerman, dan AS (ChinaCulture.org, 2014). Sejak saat itu, Mo Li Hua tidak hanya muncul sebagai lagu rakyat Tiongkok yang paling terkenal di luar negeri, namun lagu ini juga mendorong para musisi, komposer, serta budayawan Tiongkok untuk melihatnya sebagai ikon musik dan budaya nasional yang signifikan di Tiongkok (Frederick Lau & Christine R.
Yano 2018, 82).
Gambar 1:Notasi musik, teks, dan terjemahan lagu Mo Li Huadari buku Travels in China. (sumber : http://en.chinaculture.org/exchange/2014-
12/02/content_579602_2.htm).
Pengaruh Lagu Mo Li Hua pada Dunia
Reputasi lagu Mo Li Hua yang sangat terkenal di Eropa membuat seorang komposer opera terkenal bernama Giacomo Puccini memasukkan melodi lagu tersebut ke dalam salah satu aria pada karya operanya yang berjudul Turandot (Frederick Lau & Christine R. Yano 2018, 90). Turandot merupakan opera terakhir yang ia ciptakan dan berlatarkan Tiongkok kuno. Hal ini memberi kesempatan bagi Puccini untuk membuktikan penguasaannya dalam menangkap idiom-idiom asing, yang mana ia membumbui musiknya dengan musik Tiongkok asli serta melodi oriental yang ia ciptakan sendiri. Banyak dari musik bertema Tiongkok-nya diadaptasi dari sebuah kotak musik Tiongkok milik seorang kenalannya yang merupakan seorang diplomat sekaligus seorang kolektor seni Oriental. Hal ini terbukti dari adanya penggalan lagukebangsaan Tiongkok yang
menggarisbawahi musik pada adegan Tiga Menteri serta lagu rakyat Tiongkok Molihua yang merupakan musik yang terkait dengan Putri Turandot (Burton D. Fisher, 2002).
Motif melodi lagu rakyat Mo Li Hua dalam Opera Turandot muncul pada babak pertama tepatnya dalam aria yang berjudul Là sui monti dell’Est yang memiliki arti Pegunungan di Timur. Aria ini dinyanyikan oleh paduan suara yang terdiri dari sekelompok anak laki-laki (Burton D. Fisher, 2002). Berikut adalah contoh salah satu motif melodi yang diambil dari lagu rakyat Mo Li Hua yang kemudian diadaptasi dalam aria Là sui monti dell’Est:
Gambar 2
Gambar 2: Motif melodi Mo Li Hua dalam aria Là sui monti dell’Est. (sumber : Puccini’s Turandot)
Setelah diadaptasi oleh Giacomo Puccini, pengaruh lagu Mo Li Hua terus berlanjut dan semakin mendunia. Pada tahun 1937, komposer bernama Herbert Stothart dan Edward Ward memakai lagu Mo Li Hua dalam film Hollywood berjudul The Good Earth. Dalam film tersebut, lagu Mo Li Hua tampak memunculkan gagasan agung tentang keluarga, etika kerja keras dan kejujuran, serta nilai-nilai dasar Konfusianisme (Frederick Lau & Christine R.
Yano 2018, 90). Kemudian pada tahun 1982, UNESCO menyusun daftar rekomendasi lagu dari seluruh dunia, dan Mo Li Hua termasuk dalam salah satunya. Yang lebih terkini, seorang pemain saksofon terkenal bernama Kenny G. mengadaptasi dan menampilkan lagu ini kepada para penonton yang merupakan orang Amerika (Jie Jin 2011, 84). Selain itu, lagu ini juga telah dimainkan dalam berbagai acara internasional seperti pada penutupan upacara 2004 Summer Olympics, 2008 Summer Olympics, 2010 Shanghai Expo opening ceremony, hingga 2011 Chinese protests (Chen Qian, 2008).
Analisis Struktur Lagu Mo Li Hua
Tangga nada pentatonik terdiri dari lima buah nada yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis tangga nada yaitu tangga nada hemitonik serta anhemitonik. Tangga nada hemitonik mengandung satu atau lebih semitone (nada dengan jarak setengah laras), sedangkan tangga nada anhemitonik tidak mengandung semitone (DBpedia.org, 2020).Tangga nada pentatonik anhemitonik banyak digunakan dalam musik tradisional Tiongkok terutama pada lagu rakyat Tiongkok etnis Han yang sering menggunakan do, re, mi, sol,dan la yang dikenal dalam bahasa Tiongkok kuno sebagai Gong, Shang, Jue, Zhi, dan Yu (Hui Liu et al. 2022, 2). Dalam lagu Mo Li Hua, sistem tangga nada yang digunakan adalah
pentatonis dengan mode Zhi (Xiaomei et al.
2017, 4).
Gambar 3: Mode tangga nada pentatonis Musik
Tiongkok. (sumber:
https://ismir2022program.ismir.net/static/posters/63.p df)
Lagu rakyat Mo Li Hua versi standar berbentuk dua bagian atau biner dengan formula AB. Formula AB terdiri dari materi tematis yang sama sekali berbeda (Hugh M.
Miller 2016, 94). Pada lagu Mo Li Hua, tema A terdiri dari delapan birama, sedangkan bagian B terdiri dari enam birama. Lagu ini memiliki tanda sukat 4/4. Mo Li Hua memiliki tekstur musik homofonis yang berarti sebuah melodi tunggal diiringi oleh harmoni yang mendukung melodi tersebut.
Dalam menganalisis lagu lebih lanjut, maka peneliti melakukan analisis terhadap motif dan frase lagu Mo Li Hua. Motif merupakan sebuah partikel tematik dalam musik, sedangkan frase adalah sebuah unit yang secara konvensional biasanya terdiri dari empat birama yang diakhiri dengan sebuah kadens. Frase merupakan struktur dasar dari musik yang memiliki struktur homofonis dan terdiri dari dua jenis yaitu frase anteseden dan frase konsekuen. Frase anteseden bersifat interogatif dan umumnya diakhiri dengan kadens setengah atau half cadence. Sedangkan frase konsekuen bersifat responsif, diakhiri dengan kadens yang lebih konklusif daripada frase anteseden, serta umumnya diakhiri dengan kadens autentik (Leon Stein, 1979).
Tabel 1: Analisis struktural lagu rakyat Tiongkok Mo Li Hua.
Birama Keterangan
1-8 Tema A
1-4 Bagian ini diawali dengan sebuah motif dari birama 1 hingga 2. Pada birama 3 hingga 4, motif pertama diolah dengan menggunakan teknik repetisi. Bagian ini membentuk sebuah frase antesedenyang diakhiri dengan kadens setengah (IV- V).
5-8 Bagian ini memiliki motif baru dan membentuk sebuah frase konsekuen yang diakhiri dengan kadens autentik (V-I).
9-14 Tema B
9- 12 ketuk 2 Terdapat dua buah motif baru yaitu pada birama 9 hingga 10 serta birama 11 hingga 12 ketuk 2. Bagian ini membentuk sebuah frase anteseden yang diakhiri dengan kadens setengah (ii-V)
12 ketuk 3-14 Bagian ini masih membentuk sebuah frase anteseden karena diakhiri dengan kadens setengah (IV-V). Maka dari itu, bagian ini bisa disebut sebagai frase anteseden yang kedua pada tema B.
Gambar 4: notasi dan teks lagu Mo Li Hua (sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mo_Li_Hua#/media/File:Jas mine_barrow.svg)
KESIMPULAN
Lagu rakyat Tiongkok berjudul Mo Li Hua telah memberikan pengaruh besarbagi para musisi di dunia ini untuk menggali lebih dalam terhadap kekayaan musik Tiongkok. Lagu yang termasuk dalam kategori xiao diao atau lagu kecil ini berbentuk dua bagian dengan formula AB dan menggunakan sistem tangga nada pentatonis dengan mode zhi. Lagu ini memiliki beberapa motif melodi yang salah satunya diolah dengan teknik repetisi atau pengulangan. Bagian akhir dari lagu ini terdengar tidak lazim dan meninggalkan kesan seperti “belum terselesaikan” karena alih-alih menggunakan frase konsekuen (frase jawab) dengan kadens autentik seperti yang digunakan pada lagu-lagu umumnya, lagu Mo Li Hua justru diakhiri dengan menggunakan frase anteseden (frase tanya) dengan kadens setengah.