• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Kebermaknaan Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang Telah Berkeluarga di Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Kebermaknaan Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang Telah Berkeluarga di Salatiga"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebermaknaan Hidup Perspektif Teoritis 1. Definisi Kebermaknaan Hidup

Manusia merupakan individu kompleks dan dinamis. Sepanjang hidupnya individu menginginkan kehidupan yang baik, nyaman, dan lebih berarti untuk dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Maka tak heran jika dalam menyikapi kondisi yang sedang dijalani individu memiliki persepsi yang berbeda-beda, sehingga individu perlu menghayati pikirannya tentang apa arti makna hidup.

Kebermaknaan hidup dapat dipahami sebagai suatu keadaan dimana individu dapat melihat dari sudut pandang dirinya sendiri sejauh mana dirinya dapat menjalani dan menghayati seberapa penting kehidupan yang sedang dijalani (Frankl, 2000).

Meskipun individu harus dihadapkan dengan permasalahan atau nasib buruk yang tidak dapat diubah serta tidak lagi memiliki harapan, namun individu masih tetap bisa menemukan makna hidup pada dirinya (Frankl, 2000)

2. Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup

Frankl (2000) juga menjelaskan aspek-aspek yang terdapat dalam kebermaknaan hidup, yaitu :

a. Tujuan hidup, tujuan hidup merupakan suatu keputusan individu yang menjadi pilihan yang akan memberikan nilai khusus yang menjadi tujuan dalam hidupnya.

b. Kepuasan hidup, merupakan perasaan yang dimiliki individu dalam menilai hidup dan aktivitasnya dapat seberapa jauh bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup yang dijalani.

c. Kebebasan, merupakan rasa tanggungjawab yang dimiliki individu dalam mengendalikan kebebasan hidup yang dimiliki.

d. Sikap terhadap kematian, merupakan sudut pandang individu tentang bagaimana melihat dan mempersiapkan kematian. Individu yang memiliki kebermaknaan dalam hidup nya, maka ia merasa lebih siap untuk menghadapi kematian sehingga akan membekali hidupnya dengan perbuatan baik.

e. Pikiran tentang bunuh diri, merupakan pikiran negatif yang timbul dari individu untuk mengakhiri hidupnya karena hidup sudah tidak lagi memiliki makna, lain

(2)

halnya jika individu memiliki makna dalam hidupnya maka akan berusaha menghindari keinginan dan tidak pernah ada keinginan untuk bunuh diri.

f. Kepantasan hidup, merupakan hasil dari evaluasi diri tentang perjalanan hidupnya apakah masih pantas untuk diperjuangkan dan sebagai tolak ukur apakah yang mereka lalui masih dalam batas wajar.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebermaknaan Hidup

Faktor-faktor yang menentukan tercapainya kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007), yaitu :

a. Pemahaman diri (self-insight), merupakan kondisi dimana individu dengan sadar mengetahui tentang keadaan buruk yang sedang mereka jalanan namun memiliki kesadaran diri untuk berusaha melakukan perbaikan pada dirinya.

b. Makna hidup (the meaning of life), merupakan nilai-nilai yang diyakini penting oleh individu yang berperan sebagai tujuan hidup dan pedoman hidup yang harus dipenuhi.

c. Pengubahan sikap (changing attitude), merupakan keinginan untuk menjadi lebih baik, dalam keadaan ini individu memiliki motivasi untuk mengubah perilaku yang semula kurang baik menjadi lebih baik dalam melihat dan menghadapi masalah yang menimpa.

d. Komitmen diri (self commitment), merupakan sikap yang kuat dalam menjalani makna hidup yang telah ditentukan dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

e. Kegiatan yang terarah (directed activities), merupakan upaya yang dilakukan individu guna meraih makna hidup dengan berbagai pengembangan potensi, minat dan kemampuan yang dimiliki secara positif.

f. Dukungan sosial (social support), merupakan dukungan dari seseorang atau kelompok orang yang berada dalam lingkungan sekitar yang dapat dipercaya serta mampu memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan.

4. Manfaat Kebermaknaan Hidup

Menurut Bastaman (2007) makna hidup memiliki beberapa manfaat yaitu dapat menimbulkan perasaan penuh semangat dan penuh gairah serta jauh dari perasaan hampa saat menjalani kehidupan sehari-hari, menghadirkan tujuan hidup yang jelas sehingga hidup akan lebih terarah, mampu merasakan pencapaian baru pada kehidupan yang dijalani, menumbuhkan rasa semangat dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari, dapat menemukan berbagai pengalaman baru dan hal yang menarik dalam hidup, mampu menyesuaikan diri

(3)

dalam lingkungan sosial dan menyadari batasan-batasan lingkungan, mampu menemukan makna hidup dalam diri meski dalam keadaan yang sudah, dapat benar- benar menghargai hidup yang dijalani, serta dapat mencintai dan dicintai oleh orang sekitar. Makna hidup penting bagi individu karena dengan hadirnya kebermaknaan hidup, individu mampu memahami hakikat dan tujuannya hidup didunia ini (Qori'ah dkk., 2020)

B. ODHA (Orang Dalam HIV/AIDS) 1. ODHA

ODHA atau Orang dengan HIV/AIDS merupakan individu yang dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS dari hasil pemeriksaan medis. Menjadi individu yang dinyatakan ODHA memiliki permasalahan yang cukup rumit dimana berada dalam dilema untuk mengungkapkan atau harus menyembunyikan status penyakit kronis yang sedang diderita. Keadaan ini membuat ODHA memiliki beban dimana mereka harus menjaga rahasia mengenai kondisi yang akan mengakibatkan penderitaan batin atau harus mengungkapkan kondisi sesungguhnya namun dengan konsekuensi yang harus diterima yaitu mendapatkan penolakan dari lingkungan sekitar (Andri, 2020).

Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, menjadi alasan yang sangat kuat untuk ODHA berusaha untuk memilih menyembunyikan status HIVnya. Sikap yang dipilih oleh kebanyakan ODHA untuk menyembunyikan statusnya dilakukan agar terhindar dari perlakuan yang tidak adil serta pengucilan dari masyarakat sekitar. Sangsi yang harus ODHA terima ini lah yang menjadikan individu rapuh dan kehilangan makna hidup.

2. Keluarga ODHA

Keluarga memiliki peran besar terhadap stigma yang akan diterima ODHA dari lingkungan masyarakat sekitar. Stigma negatif dari masyarakat akan semakin kuat jika dari keluarga ODHA merasa malu setelah mengetahui kondisi dari anggota keluarganya merupakan individu yang terinfeksi HIV/AIDS sehingga ODHA akan dikucilkan dari lingkungan keluarga (Latipah, 2022). Sikap yang diambil keluarga maupun masyarakat yang cenderung mengucilkan dan mendiskriminasi terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan adanya timbulnya pemahaman yang salah dari masyarakat, keluarga maupun ODHA tentang penyakit tersebut. Inilah yang menjadikan faktor reaksi dari

(4)

keluarga maupun masyarakat yang kemudian timbul yaitu rasa marah, panik, rasa takut yang berlebihan, serta pengucilan terhadap ODHA (Rahakbauw, 2018).

Perasaan tersebut yang kemudian kebanyakan keluarga ODHA belum siap menerima keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS.

3. ODHA yang berkeluarga.

Sebagai individu yang terinfeksi HIV/AIDS bukanlah hanya sekedar menghadapi masalah medis tentang kesehatan nya saja, namun juga masalah psikologis, sosial dan ekonomi. Dengan kondisi kesehatan yang tidak baik mengharuskan ODHA untuk berobat secara rutin, selain itu masalah kesehatan yang kurang baik mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas ODHA dalam menjalankan kegiatan sehari hari termasuk bekerja (Limalvin, 2020). Hal ini yang menjadi ODHA kehilangan pekerjaannya yang akan berdampak pada perekonomian keluarganya. Masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang harus ODHA hadapi menimbulkan permasalahan psikologis seperti timbulnya rasa cemasan, rasa tak berdaya, takut, khawatir akan masa depan dirinya maupun keluarganya (Triratnawati, 2021).

C. Gambaran Kebermaknaan Hidup ODHA yang Telah Berkeluarga

(5)

Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana gambaran hidup ODHA yang telah berkeluarga. Dengan banyaknya masalah psikologis, sosial, ekonomi, dan beban moral yang harus ditanggung individu yang terinfeksi HIV/AIDS bahkan harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup keluarganya, maka perlu hadirnya kebermaknaan hidup pada ODHA. Makna hidup merupakan suatu pencapaian tertinggi yang dapat mengarahkan individu untuk dapat mencapai tujuan dalam kehidupannya, dengan pencapaian yang maksimal terhadap makna hidup makan akan memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan psikologis ODHA (Kiriwenno, 2021). Dimana dengan hadirnya aspek-aspek kebermaknaan hidup pada ODHA juga dapat menjadi motivasi untuk hidup yang lebih baik. Sehingga dalam menjalani hidupnya ODHA memiliki tujuan dan semangat hidup meski dengan masalah dan stigma yang harus mereka hadapi. Sehingga jika ODHA mampu mengatasi kesulitan tersebut, maka ODHA akan mampu untuk bisa mengubah kondisi penghayatan dari dari tidak memiliki kebermaknaan hidup menjadi memiliki kebermaknaan hidup, sehingga ODHA tetap dapat merasakan cinta kasih serta kebahagiaan sebagai hasil dari pencapaian hidupnya (Setyo dkk., 2018)

Referensi

Dokumen terkait