• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Literasi Digital Dalam Memoderasi Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Keamanan, dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending Pada Generasi Milenial Di Kota Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Literasi Digital Dalam Memoderasi Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Keamanan, dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending Pada Generasi Milenial Di Kota Salatiga"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan dampak yang cukup besar pada seluruh aspek kehidupan di berbagai negara khususnya pada sektor perekonomian digital.

Pesatnya perkembangan teknologi diimbangi dengan meluasnya jangkauan jaringan internet serta semakin meningkatnya kebutuhan akan transaksi keuangan menciptakan financing gap di masyarakat. Di tengah kondisi financing gap tersebut diciptakanlah platform ekonomi digital yang disebut dengan Financial Technology (Fintech) (Kusuma et al., 2020). Kemunculan fintech di Indonesia sendiri diharapkan semakin mempermudah transaksi keuangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumtif dan produktifnya dengan cepat, mudah dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Hiyanti et al., 2020). Konsep fintech yang memanfaatkan perkembangan teknologi digital dipadukan dengan layanan jasa keuangan diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan modernisasi dalam proses transaksi keuangan (Kusuma et al., 2020).

Saat ini, fintech telah mampu bersaing dengan layanan keuangan non digital dengan menawarkan layanan yang berpusat pada kemudahan akses bertransaksi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet (Suryono et al., 2021). Kehadiran fintech juga diharapkan mampu mendorong kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia. Pada tahun 2021, hasil pengukuran yang dilakukan Indeks Literasi Digital di Indonesia yang dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Katadata Insight Center (KIC). Indeks Literasi Digital Masyarakat Indonesia tahun 2021 secara keseluruhan berada di angka 3.49 dari skala 1-5, naik dari pencapaian di tahun sebelumnya yaitu 3.46 (Kominfo, 2022)

P2P Lending merupakan salah satu bentuk fintech yang saat ini sedang berkembang di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan peraturan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, yang didalamnya mengatur tata cara penyelenggaraan, kegiatan usaha, batas pinjaman, hingga mitigasi risiko (Wijayanto et al., 2020). Fungsi P2P Lending memang tidak berbeda dengan fungsi perbankan pada umumnya yang juga memiliki tujuan yang sama yaitu memudahkan konsumen dalam bidang transaksi keuangan (Disemadi et al., 2020).

Berdasarkan data yang di input oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), pengguna P2P Lending 60 persen didominasi oleh generasi milenial, akan tetapi

(2)

2

beberapa pengguna P2P Lending kurang memahami ketentuan dan syarat-syarat sebagai pengguna yang mengakibatkan pengguna sebagai pihak peminjam tidak bijak dalam melakukan transaksi peminjaman dengan meminjam di berbagai platform P2P Lending tanpa memperkirakan kemampuan bayar mereka (Jamaludin, 2022).

Tingkat penggunaan P2P Lending juga tidak diperkirakan dengan jelas oleh para pengguna, hal ini disebabkan karena desain situs dan model aplikasi yang beragam. Pihak Penyedia dana pinjaman atau lender juga kurang memahami konsekuensi risiko kredit dari bisnis fintech tersebut sehingga pihak lender menyerahkan segala permasalahan yang muncul dari bisnis pinjaman online tersebut kepada pihak penyedia platform pinjaman online.

(Suryono et al., 2021). Kemunculan P2P Lending ilegal juga menjadi persoalan di tengah popularitas P2P Lending di Indonesia. Pada bulan Oktober 2022, Otoritas Jasa Keuangan telah merilis daftar 88 fintech ilegal, hingga pada bulan November 2022 korban penipuan P2P Lending ilegal berjumlah 311 orang dengan jenis pelanggaran yang beragam mulai dari denda keterlambatan tinggi, bunga yang diberikan tinggi dan teror melalui aplikasi pesan whatsapp (Kontan.co.id, 2022).

Risiko kebocoran data pribadi konsumen juga menjadi persoalan besar, Sebelum melakukan transaksi, pengguna diwajibkan untuk memasukkan data pribadi mereka seperti foto KTP, foto Kartu Keluarga, foto slip gaji, nomor rekening, alamat dan lainnya yang memungkinkan adanya risiko penyalahgunaan data pribadi pengguna. Banyaknya permasalahan dan risiko yang muncul atas penggunaan situs pinjaman online maka pertimbangan masyarakat terhadap penggunaan P2P Lending berkurang (Irawan & Affan, 2020).

Persepsi manfaat juga menjadi salah satu pertimbangan masyarakat dalam penggunaan P2P Lending. Penggunaan aplikasi P2P Lending dirasa masyarakat dapat memberikan manfaat dari segi praktis dan hemat waktu (Robaniyah & Kurnianingsih, 2021). Persepsi keamanan pengguna juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyelenggaraan P2P Lending. Persepsi keamanan merupakan suatu perlindungan terhadap diri seseorang agar merasa aman dan terlindungi dari ancaman-ancaman yang akan datang (Rahmawati & Yuliana, 2020).

Dengan adanya risiko-risiko yang mungkin muncul atas penggunaan aplikasi pinjaman online mengakibatkan rasa tidak nyaman pengguna terhadap layanan P2P Lending, yang

(3)

3

mengakibatkan kurangnya minat serta kepercayaan masyarakat akan penggunaan platform pinjaman online atau P2P Lending. Persepsi Risiko diperlukan karena sebagai persepsi pelanggan akan adanya ketidakpastian dan juga konsekuensi ketika hendak mengakses situs pinjaman online sebagai bahan pertimbangan risiko dari penggunaan teknologi tersebut (Setiawan et al., 2020). Literasi digital sama pentingnya dengan disiplin ilmu lain.

Kemampuan literasi digital masyarakat yang mulai menunjukkan peningkatan diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai ketentuan penggunaan pinjaman online oleh masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terkait pengelolaan keuangan sehari-hari mereka (Sulistianingsih et al., 2021). Literasi digital harus diimbangi dengan kemampuan memilah informasi-informasi, termasuk berpikir kritis terhadap ketentuan serta kemungkinan munculnya berbagai risiko di masa depan akibat penggunaan fintech P2P Lending apabila tingkat literasi digital seseorang baik maka akan mempengaruhi pertimbangan penggunaan fintech (Puspita & Solikah, 2022).

Hasil penelitian Aditya dan Putu Mahyuni (2022) menunjukkan bahwa persepsi manfaat berpengaruh terhadap penggunaan fintech karena masyarakat menganggap bahwa bertransaksi menggunakan teknologi finansial digital lebih cepat dan memudahkan mereka dibandingkan bertransaksi menggunakan uang tunai. Dalam hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa persepsi keamanan adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh penyedia layanan fintech agar terhindar dari perbuatan yang tidak bertanggung jawab dari oknum-oknum yang kerap memanipulasi dan menjual data pribadi pengguna. Hasil penelitian Setiawan, Rofingatun dan Patma (2020) mengungkapkan bahwa persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan fintech karena masyarakat cenderung masih cenderung konservatif dalam menggunakan layanan keuangan sehingga lebih baik bertransaksi dengan cara yang konvensional atau bertatap muka secara langsung. Berdasarkan penelitian tersebut masih mengindikasikan bahwa masih diperlukannya faktor – faktor pendukung lainnya yang dapat mengembangkan hasil serta menganalisis minat generasi milenial dalam minat penggunaan fintech seperti P2P Lending.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditambahkan literasi digital sebagai faktor penguat pengaruh persepsi manfaat, persepsi keamanan, dan persepsi risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending sebagai faktor yang dipengaruhi karena kemampuan literasi digital seseorang berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap penggunaan suatu teknologi karena dengan kemampuan literasi digital yang baik masyarakat dapat mencari tahu apa manfaat, ketentuan

(4)

4

hingga risiko dalam penggunaan suatu teknologi. Alasan memilih literasi digital dibandingkan literasi keuangan sebagai moderasi karena literasi keuangan sudah sangat umum digunakan dalam penelitian lainnya, maka penelitian ini memilih Literasi Digital sebagai variabel moderasi karena ingin mengetahui apakah kemampuan digital seseorang mempengaruhi dalam penggunaan P2P Lending terkait edukasi tentang layanan pinjaman online ilegal yang hingga saat ini masih banyak memakan korban sehingga masyarakat dapat waspada akan tipu daya pinjaman online ilegal yang tidak sesuai dengan prosedur peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dapat merugikan masyarakat secara finansial (Maulana, 2021).

Berdasarkan fenomena yang ada penelitian ini akan mengkaji lebih dalam terkait persepsi manfaat, persepsi keamanan dan persepsi risiko terhadap minat masyarakat khususnya generasi milenial terhadap penggunaan layanan pinjaman online P2P Lending jika tingkat literasi digital sebagai moderator. Serta mengkaji seberapa sering generasi milenial di Kota Salatiga menggunakan layanan pinjaman online serta alasan apa yang mendasari generasi milenial di Kota Salatiga berminat menggunakan layanan pinjaman online jika dilihat dari risiko-risiko yang ditimbulkan dari layanan pinjaman online.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik persoalan penelitian sebagai berikut 1) Bagaimana pengaruh persepsi manfaat terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga? 2) Bagaimana pengaruh persepsi keamanan terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga? 3) Bagaimana pengaruh persepsi risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga? 4) Apakah Literasi Digital mampu memoderasi hubungan antara pengaruh persepsi manfaat terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga? 5) Apakah Literasi Digital mampu memoderasi hubungan antara pengaruh persepsi keamanan terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga?

6) Apakah Literasi Digital mampu memoderasi hubungan antara pengaruh persepsi risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga?.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menguji pengaruh persepsi manfaat terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga. 2) Menguji pengaruh persepsi keamanan terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga. 3) Menguji pengaruh persepsi risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending pada generasi milenial di Kota Salatiga. 4) Menguji pengaruh persepsi manfaat terhadap minat penggunaan P2P Lending dengan Literasi Digital sebagai variabel moderasi pada generasi

(5)

5

milenial di Kota Salatiga. 5) Menguji pengaruh persepsi keamanan terhadap minat penggunaan P2P Lending dengan Literasi Digital sebagai variabel moderasi pada generasi milenial di Kota Salatiga, 6) Menguji pengaruh persepsi risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending dengan Literasi Digital sebagai variabel moderasi pada generasi milenial di Kota Salatiga.

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu 1) Manfaat Teoritis bagi peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai bagaimana fintech P2P Lending dapat membantu masyarakat serta penyelesaian mengenai permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dan juga dapat menjadi bahan referensi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis, dapat menambah wawasan kepada masyarakat terkait seberapa penting Literasi Digital dalam mempengaruhi Persepsi Manfaat, Persepsi Keamanan dan Persepsi Risiko terhadap minat penggunaan P2P Lending.

Referensi

Dokumen terkait