Organisasi LGBT pertama di Indonesia adalah Lambda Indonesia yang didirikan oleh Dede Oetomo, salah satu orang pertama di Indonesia yang menyatakan diri sebagai gay. Saat ini organisasi LGBT terbesar di Indonesia adalah Arus Pelangi yang juga didirikan oleh Dede Oetomo. Ada juga pernikahan sesama jenis di Bali antara WNI dan WNA.
Sulis (2016) Berbeda dengan beberapa negara Eropa, keberadaan komunitas LGBT di Indonesia tidak mendapat legitimasi politik, meski pada suatu saat kerap menjadi objek politik. Sulis (2016) Lebih lanjut, Ikatan Psikologi Klinis (IPK) menyatakan: 1) berpandangan bahwa kaum LGBT harus diperlakukan secara manusiawi, adil dan beradab; 2) berkomitmen memberikan pelayanan profesional, baik preventif maupun kuratif, bagi individu atau kelompok kecenderungan LGBT yang membutuhkannya; 3) menentang segala upaya untuk mengeksploitasi, memanipulasi dan menyalahgunakan kecenderungan LGBT, termasuk persuasi dan menghalangi pemulihan; dan 4) tidak membenarkan adanya organisasi atau komunitas formal maupun informal yang mendukung LGBT karena bertentangan dengan budaya nasional dan berpotensi merusak tatanan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Sulistiani (2016) Dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia, tidak ada aturan khusus mengenai masalah biseksual, yang ada hanya aturan mengenai penyimpangan seksual, aturan tersebut tertuang dalam UU Kesatu pasal 292 yang berbunyi: “orang dewasa yang melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap orang yang berjenis kelamin sama, yang diketahuinya atau patut diduganya, belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”
Seperti Erikson, Marcia juga berpendapat bahwa pembentukan identitas adalah tugas terpenting yang harus diselesaikan pada masa remaja.
Fokus Masalah
Penelitian lainnya adalah “konsep diri pada pria biseksual” yang dilakukan oleh Dian Vitasandy dan Anita Zulkaida (2010). Hasil penelitian ini adalah pandangan, penerimaan dan sikap lingkungan sekitar terhadap orientasi seksual yang berbeda seperti biseksual jelas mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Hasil penelitiannya, pembentukan identitas orientasi seksual pada ketiga subjek mencapai tahapan yang berbeda-beda.
Eksperimen 1, subjek 2 dan subjek 3 menghindari aktivitas yang berhubungan dengan dunia gay ketika mengalami proses pada tahap pertama yaitu tahap kebingungan. Pada tahap keempat yaitu tahap penerimaan, subjek 1, subjek 2 dan subjek 3 merasa komunitas gay sangat bermanfaat, karena subjek mendapat informasi tentang dunia gay yang lebih luas dan teman-temannya. Subjek 1, 2 dan 3 sudah tidak peduli lagi dengan stigma dan diskriminasi yang muncul di masyarakat terhadap orientasi seksual pilihannya.
Oleh karena itu, pentingnya dan keunikan penelitian bertajuk “pembentukan identitas pada biseksual” ini berasal dari subjek yang cermat, laki-laki biseksual dan perempuan biseksual, sehingga penelitian ini dapat membandingkan apakah terdapat perbedaan pembentukan biseksual berdasarkan jenis kelamin seseorang.
Tujuan Penelitian
Biseksual
Definisi Biseksual
Faktor Penyebab Biseksual
Perilaku biseksual ini juga bisa muncul dari trial and error antara laki-laki gay dengan teman perempuannya atau antara perempuan lesbian dan teman laki-lakinya. Dalam situasi seperti ini, sangat mungkin untuk mencoba menjalin hubungan biseksual. Jika dalam hubungan mengalami kepuasan sesuai dengan yang diharapkan, maka perilaku tersebut cenderung diulangi, sehingga ia berkembang menjadi pribadi yang berperilaku biseksual. Hasil penelitian mengenai seksualitas ganda menunjukkan bahwa perempuan biseksual memiliki beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh laki-laki, sedangkan menurut mereka mereka memiliki beberapa kebutuhan emosional lain yang hanya dapat dipenuhi oleh perempuan.
34;Saya mencintai pasangan pria saya, tetapi saya tidak mendapatkan kepuasan emosional yang saya butuhkan darinya. Rahasia Seks yang Lebih Baik). "Kami berdua merasa malu dan bersalah setelahnya. Beberapa hari ini kami takut untuk membicarakannya. Itu bukan kebiasaan kami, karena kami selalu membicarakan segala hal secara tatap muka. Itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Kami belum melakukannya." Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan pasangan pria kita. Itu hanya sesuatu yang kita butuhkan, sesuatu yang tidak kita dapatkan dari laki-laki."
Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab biseksualitas adalah pengalaman seksual yang diperoleh dari persahabatan yang sangat erat antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, kelompok yang membentuk pergaulan biseksual, lingkungan, faktor biologis, faktor psikodinamik, faktor lingkungan. , trial and error, seks kasual, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, kebutuhan akan variasi dan kreativitas.
Pembentukan Identitas Diri
- Definisi Pembentukan Identitas Diri
- Tahap Pembentukan Identitas Diri
- Aspek–Aspek Identitas, (Menurut Penney Upton (2012), Aspek identitas Komponen-komponen
- Pembentukan Identitas Diri Biseksual
Erikson (dalam Hurlock) menyatakan bahwa identitas diri yang dicari generasi muda adalah sebagai upaya untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Identitas diri belum dapat berkembang sepenuhnya pada masa remaja pertengahan dan akhir karena unsur-unsur dasar yang terintegrasi (gender, kemampuan fisik, seksualitas, kemampuan kognitif, pada tahap operasional konkrit dapat merespon harapan sosial) semua hal tersebut tidak muncul bersamaan dalam satu perjalanan. waktu. Desmita (2015), pandangan kontemporer mengenai pembentukan identitas pada dasarnya merupakan penjabaran dari teori psikososial Erikson.
Difusi identitas akut bersifat sementara, namun mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap putusnya pembentukan identitas diri seseorang. Meski merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri, namun tahapan ini tetap menjadi bagian penting dalam proses pembentukan identitas seseorang. Menurut Marcia (1993), proses pembentukan identitas terjadi secara bertahap sejak lahir, yaitu sejak anak berinteraksi dengan ibu dan anggota keluarga lainnya.
Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa tahapan pembentukan identitas diri adalah krisis identitas, penyebaran identitas, identifikasi, tingkat identifikasi dengan orang tua sebelum dan pada masa remaja, gaya pengasuhan, adanya tokoh-tokoh yang menjadi teladan. . , ekspektasi sosial mengenai pilihan identitas yang ada di keluarga, sekolah dan teman sebaya, tingkat keterbukaan individu terhadap identifikasi alternatif yang berbeda, tingkat kepribadian pada masa proremaja, yang memberikan landasan yang cocok untuk mengatasi masalah identitas.
Paradigma Penelitian
Setelah terlibat secara eksklusif dengan pasangan lawan jenis selama beberapa waktu, beberapa dari mereka mempertanyakan sisi homoseksual dari seksualitas mereka.
Pendekatan Penelitian
Responden Penelitian
Burhan menyatakan, hal terpenting dalam penelitian kualitatif adalah informasi yang mendalam tentang penelitian itu sebanyak-banyaknya. Lokasinya bisa dilakukan dimana saja, yang penting pengaturannya menyajikan data yang akan direkam.
Metode Pengambilan Data
Menurut Maleong (2000), sumber data terpenting dalam penelitian naturalistik adalah manusia, yang diposisikan sebagai sumber atau informasi. Teknik wawancara diperlukan untuk mengumpulkan informasi. Salah satu cara pengumpulan data adalah melalui wawancara, yaitu memperoleh informasi dengan bertanya langsung kepada responden. Tanpa wawancara, peneliti kehilangan informasi yang hanya bisa diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden.
Tidaklah bijaksana jika hanya mengandalkan ingatan saja karena indra manusia mempunyai keterbatasan yang dapat menyebabkan peneliti melewatkan hal-hal yang tidak terseleksi oleh indra dan dapat mendukung temuan penelitian. Alat tulis ini diperlukan untuk menangkap hal-hal yang perlu digali secara mendalam atau ditanyakan kembali. Catatan ini memuat hal-hal yang telah diamati. Ingatlah bahwa setiap kondisi adalah yang paling penting.
Pada tahap persiapan penelitian, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah mempersiapkan judul penelitian yang akan diteliti, menentukan rumusan masalah penelitian, memilih topik dari penelitian yang memenuhi kriteria sesuai tujuan penelitian, menyusun pedoman wawancara yang akan dilakukan dengan subjek, dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan.
Metode Analisis Data
Survei dilakukan di lokasi yang telah disepakati sebelumnya dengan responden, yaitu di rumah responden dan di kafe. Metode analisis data dalam penelitian yang dilakukan adalah dengan mencari hakikat dan makna suatu fenomena, karena data yang dikumpulkan lebih banyak berupa pengalaman, pandangan, pendapat dan informasi. Reduksi data, dalam penelitian ini peneliti menulis kembali hasil wawancara dengan menyederhanakan data berdasarkan data yang peneliti perlukan.
Penyajian Data Peneliti menyajikan data yang direduksi dalam bentuk penyajian deskriptif agar dapat dipahami. Data yang disajikan di sini telah melalui proses kategorisasi dan analisis kasus yang berbeda-beda dari setiap subjek penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini didasarkan pada keunikan dan karakter masing-masing topik, namun kesimpulan yang diberikan tetap terbuka dan longgar, awalnya samar-samar, namun berkembang menjadi lebih rinci, dengan arti ada tiga hal utama. hal-hal dalam analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data sebagai sesuatu yang lebih berkaitan sebelum dan sesudah pengumpulan data.
Kredibilitas Hasil Penelitian
Triangulasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi semua tingkat ancaman terhadap kredibilitas penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana identitas biseksual terbentuk pada remaja, karena metode kualitatif lebih didasarkan pada filosofi fenomenologis yang mengutamakan apresiasi (Usman & Akbar, 2003). Metode kualitatif berusaha memahami gejala sebagaimana yang dipahami responden yang diteliti, dengan fokus pada aspek subjektif dari perilaku orang tersebut (Poerwandi, 2001).Poerwandi (2001) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengelola data deskriptif, misalnya data deskriptif, data deskriptif, dan data deskriptif. seperti transkrip wawancara, buku catatan, foto, gambar, video, dll.
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berdasarkan snowball sampling, yaitu pemberian label (pemberian nama) pada suatu kegiatan ketika peneliti mengumpulkan data dari satu responden ke responden lain yang memenuhi kriteria melalui wawancara mendalam dan berhenti bila sudah tidak ada lagi yang baru. informasi, terjadi replikasi atau pengulangan variasi informasi, mengalami titik jenuh informasi. Burhan (2003) mengatakan bahwa penelitian kualitatif yang dilakukan dalam konteks sosial tertentu tidak dimaksudkan untuk mengetahui atau mewakili latar belakang, tempat, lokalitas atau tingkat rendah. Dalam hal ini metode wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Poerwandi (2001) menyatakan bahwa pada saat melakukan proses wawancara, peneliti hendaknya dibekali dengan pedoman wawancara yang bersifat umum, yang memuat permasalahan-permasalahan yang relevan.
Prosedur Penelitian 1. Persiapan
Berbagai metode dapat digunakan untuk memastikan temuan penelitian dapat dipercaya, antara lain: keterlibatan jangka panjang, triangulasi, peer debriefing, member check, analisis kasus negatif, dan jejak audit. Triangulasi berarti beberapa pendekatan digunakan untuk menjamin keakuratan dan konsistensi hasil penelitian, dan kelemahan tertentu dari satu pendekatan dapat ditutupi oleh pendekatan lain. Selain itu, ini juga merupakan cara untuk menilai konsistensi dan variasi perilaku yang ditangkap oleh pendekatan-pendekatan yang berbeda tersebut (Lubis, 2011).
PEDOMAN WAWANCARA
Variasi dan kreativitas seperti apa yang Anda gunakan ketika berhadapan dengan pasangan sesama jenis dan lawan jenis?
HASIL WAWANCARA RESPONDEN 1
KATA PENGANTAR