Beberapa istilah yang umum digunakan di sekolah adalah Bimbingan dan Konseling, Bimbingan dan Konseling, dan Bimbingan dan Konseling (BK). Namun yang terkait dengan buku Wawasan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu aspek mendasar dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
BAB 2
- Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD
- Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
- Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling di SD
- Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
- Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
- Standar Kompetensi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
Program bimbingan dan konseling di sekolah harus dikoordinasikan dengan program pendidikan sekolah masing-masing. Kebutuhan akan bimbingan dan konseling di sekolah dasar muncul dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengembangkan karakteristik dan permasalahan dalam perkembangan peserta didik.
BAB 3
Asumsi Bimbingan Konseling Perkembangan
Pembangunan adalah tujuan pembinaan; Oleh karena itu, petugas bimbingan di sekolah harus mempunyai kerangka konseptual untuk memahami perkembangan siswa dan merumuskan permasalahan dan tujuan bimbingan. Oleh karena itu, petugas bimbingan harus menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangkan interaksi yang sehat guna mendukung sistem pelaksanaan bimbingan di sekolah.
Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan untuk menghasilkan perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuan atau potensi, minat dan nilai-nilai sebagai pandangan hidup (Nurihsan dan Sudianto: 2005, Prayitno dan Amti: 2001, Kementerian Nasional Pendidikan: 2008). Pelayanan bimbingan di sekolah dasar terutama ditujukan untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karir sesuai dengan kebutuhan lingkungan.
Karakteristik Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Fokus pengajaran di sekolah dasar lebih menekankan pada kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Pembinaan di sekolah dasar lebih banyak melibatkan orang tua, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan anak semasa kecil.
Fungsi dan Peranan Guru Sebagai Pembimbing
Layanan bimbingan di sekolah dasar kurang menekankan pada penyimpanan data, pengujian, perencanaan pendidikan, pendekatan pemecahan masalah, dan konseling atau terapi individu. Bila mencermati ciri-ciri bimbingan dan konseling di sekolah dasar, terlihat jelas bahwa upaya bimbingan di sekolah dasar lebih banyak dilakukan melalui orang-orang yang mempunyai dampak terhadap kehidupan anak, seperti orang tua dan guru.
Struktur Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Secara preventif dengan memberikan intervensi kepada siswa untuk menghindari keputusan yang tidak sehat atau tidak tepat, atau dengan membiarkan anak mengambil keputusan dalam situasi tertentu. Koreksi dengan memberikan intervensi kepada siswa yang salah dalam memilih atau sangat miskin dalam pemecahan masalah.
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Faktor utama yang mendasari perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah karakteristik dan permasalahan perkembangan. Akhman menjelaskan konseling perkembangan sebagai model intervensi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
Perkembangan Makna Bimbingan dan Konseling
- Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Pengembangan program bimbingan dan konseling pada dasarnya bersifat
Objek dan subjek utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah siswa sekolah dasar. Menilai kebutuhan siswa, guru, pimpinan sekolah, dan orang tua terhadap layanan bimbingan dan konseling merupakan langkah awal dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling.
Peran Konselor dan Perubahan Perilaku
Pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar berdasarkan karakteristik siswa merupakan salah satu model program yang dipaparkan. Selain program bimbingan konseling pengembangan karakteristik siswa yang diintegrasikan dengan pembelajaran, juga terdapat program bermain.
Masalah Anak SD
Informasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam menerima dan memahami berbagai informasi pribadi, sosial, pendidikan, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan. Penempatan dan penempatan yaitu pelayanan untuk membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penempatan yang sesuai di kelas, kelompok belajar, program pelatihan, dan kegiatan ekstrakurikuler. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu siswa menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan/atau kebiasaan yang penting dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu siswa dalam pengembangan pribadi, keterampilan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan, serta untuk melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa memecahkan masalah dan meningkatkan hubungan antar teman.
BAB 4
- Tujuan Bimbingan dan Konseling
- Fungsi Bimbingan dan Konseling
- Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
- Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
- Asas Kerahasiaan
- Asas kesukarelaan
- Asas keterbukaan
- Asas Kekinian
- Asas kemandirian
- Asas Kegiatan
- Asas Kedinamisan
- Asas Kenormatifan
- Asas Keahlian
- Asas Alih Tangan
- Asas Tutwurihandayani
Fungsi pemahaman yang relevan adalah membimbing dan menasihati, sehingga akan tercipta pemahaman terhadap sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. Fungsi bimbingan dan konseling yang dampaknya adalah mencegah atau menghindarkan peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan timbul. Motto medis “mencegah lebih baik daripada mengobati” juga berlaku dalam bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling berupaya membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa, baik sifat, jenis, maupun bentuknya. Pelaksanaan bimbingan hendaknya dilakukan di bawah arahan seorang koordinator guru pembimbing yang mempunyai kualifikasi sarjana dan konseling. Selama proses bimbingan dan nasihat, penyedia layanan terkadang memberikan tugas dan aktivitas berbeda kepada kliennya.
BAB 5
Perilaku Sosial dan Pengelompokan Siswa Sekolah Dasar
Perilaku sosial adalah pola perilaku yang relatif persisten yang ditampilkan individu dalam interaksinya dengan orang lain. Perilaku sosial individu dapat merupakan suatu tindakan perilaku sosial yang baru dilakukan oleh orang lain, atau timbul sebagai reaksi terhadap perilaku sosial orang lain. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Johnson (1975:82) bahwa perilaku individu dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya ketika sendirian.
Perilaku sosial dapat dilihat dari banyak dimensi karena terdapat banyak indikator sifat interaksi antar individu yang terlibat. Dalam hal ini Lindgren (1974: 11) mengemukakan bahwa perilaku anak tercermin dalam sikap dan perasaan yang dapat menimbulkan tindakan interpersonal lebih lanjut. Sementara itu, Johson menyatakan bahwa perilaku kelompok dapat dicirikan oleh empat variabel, yaitu: intensitas interaksi, tingkat persahabatan, jumlah aktivitas yang dilakukan, dan jumlah aktivitas yang ditentukan oleh lingkungan kelompok.
Karakteristik Perkembangan Anak
BAB 6
Model Bimbingan Dan Konseling Perkembangan
Model bimbingan dan konseling perkembangan merupakan adaptasi dan modifikasi dari bimbingan perkembangan (Donald H. Blocer) dan program komprehensif Kottman). Bimbingan dan konseling perkembangan menurut Moore dan Kottman merupakan program bimbingan yang didasarkan pada penerapan prinsip-prinsip berikut. Manajemen dan konsultasi pembangunan lebih mengenal pembangunan yang terarah dan bukan tujuan akhir pembangunan yang pasti, sehingga konsultan harus memahami proses pembangunan.
Menurut Mura dan Kottman (1995:54), tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk merasakan perasaan positif dari interaksi dengan teman sebaya, guru, keluarga dan orang dewasa lainnya. Struktur program bimbingan dan konseling perkembangan terdiri dari empat komponen yaitu layanan bimbingan dasar, layanan respon, perencanaan individu dan dukungan sistem. Menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman), pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah berlangsung dalam empat tahap.
Perkembangan Belajar Dan Bermain
Bermain direkomendasikan oleh Vigotsky sebagai cara untuk membantu anak sepenuhnya, alat untuk meningkatkan tugas yang dapat dilakukan atau diselesaikan, dan kesempatan untuk belajar. Tahapan permainan simbolik adalah anak menggunakan skema mental suatu objek terhadap objek lainnya dalam bentuk permainan konstruksi dan permainan dramatik. Tahapan bermain sebagai permainan, yaitu bermain dengan menggunakan berbagai aturan formal yang dikembangkan sendiri atau dari luar diri sendiri/orang lain.
Permainan konstruksi adalah permainan yang menggunakan alat permainan dengan menggunakan dan menggambarkan permainan abstrak dengan benda nyata dan permainan peran. Informasi yang diperoleh dari 44 hasil penilaian dapat digunakan untuk mengembangkan program yang dapat memfasilitasi pengalaman belajar dan pengalaman hidup yang lebih baik. Perkembangan yang tepat diartikan sebagai prestasi yang dapat ditampilkan seorang anak (achievement) serta proses dan keterampilan yang dikembangkan secara utuh.
Pengalaman Belajar yang Bermakna
Pengetahuan sebagai informasi atau keterampilan yang diperoleh dapat memecahkan masalah akademik, namun siswa tidak dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan. Informasi dan keterampilan yang diperoleh dari proses pembelajaran merupakan kata kunci yang dapat dikaitkan dengan informasi lain dan diterapkan di luar kelas atau dalam kehidupan. Siswa belajar bermakna ketika mampu mengembangkan skema mental untuk mengorganisasikan pengetahuan dan informasi yang diperoleh untuk membangun pengetahuan baru, sehingga mencapai suatu tingkat pemahaman.
Pentingnya makna belajar yang diperoleh anak dari proses belajar di kelas ditekankan oleh para ahli konstruktivis dengan menyebut makna belajar sebagai darah dan tantangan internal. Ani Insani mengidentifikasi indikator pemahaman pembelajaran yang diperoleh 50 siswa ditinjau dari kecepatan proses pembelajaran yang dilakukan, kemampuan mentransfer metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi sehari-hari dan pembelajaran. untuk menemukan sendiri. Tahapan pembelajaran bermakna dalam konteks ZPD menurut Vygotsky (Bodrova dan Leong) terbagi dalam empat tahap sebagai berikut: Pertama, menampilkan perilaku sebagaimana yang secara umum dapat ditampilkan oleh orang lain.
Pembelajaran Bernuansa Bimbingan dan Konseling di sekolah Dasar
Kompetensi profesional seorang guru menjadi penting karena mutu pembelajaran di sekolah bergantung pada mutu guru tersebut. Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang dikembangkan oleh kelompok Halmos menggunakan ide-ide siswa sebagai landasan untuk membangun kemauan belajar dan berpikir dengan menggunakan konsep dan fakta yang berbeda. Dalam proses pembelajaran di kelas, anak tidak hanya berperan sebagai dirinya sendiri, tetapi juga sebagai anggota kelompok kelas.
Pemimpin memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memahami dan memprediksi perkembangan potensi setiap elemen di sekolah (Hardesty &). Guru sekolah dasar memegang peranan sentral karena berperan tidak hanya sebagai guru tetapi juga sebagai pembimbing. Berdasarkan uraian kajian teoritis diasumsikan bahwa siswa di kelas sekolah dasar memperoleh pengalaman belajar yang bermakna apabila proses pembelajaran yang dialaminya mempunyai sentuhan psikologis.
Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
BAB 7
Proses Belajar Mengajar Beserta Komponen dan Keterampilan- Keterampilannya
Salah satu keputusan penting dalam pengajaran adalah penentuan tujuan pengajaran yang terlebih dahulu harus mempertimbangkan perilaku siswa (kotak 2). Menentukan tujuan-tujuan tersebut akan membantu memutuskan apakah guru berhasil mengubah perilaku siswa atau tidak. Upaya menyimpulkan pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa.
Guru dapat meningkatkan motivasi anak dengan menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa. Misalnya, seorang siswa yang menunjukkan minat pada pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara sekolah. Misalnya, jika seorang siswa hanya memberikan jawaban yang benar sebagian, namun masih perlu disempurnakan sedikit.'
Peranan Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing
Sasaran kemarahan siswa (bertindak sebagai objek agresi akibat frustasi yang dilakukan oleh orang dewasa). Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar, guru telah menunjukkan perannya sebagai pengajar dan pembimbing serta bersifat terpadu. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya untuk mandiri.
Hubungan stipulatif guru ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) menerima, mengelompokkan, dan mendorong gagasan dan perasaan siswa, (2) memberikan pujian atau penghargaan serta mendorong keberanian siswa, (3) mengajukan pertanyaan untuk merangsang siswa berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. , dan (4) mengajukan pertanyaan untuk memberikan orientasi kepada siswa tentang tugas atau topik pembahasan. Perilaku guru dalam berinteraksi dengan siswa akan menjadi teladan dan teladan bagi siswa untuk diterapkan dalam perilakunya di kemudian hari. Seorang guru juga menghadapi tidak kurang dari 40 siswa di setiap kelas.
BAB 8
Konseling dilaksanakan melalui hubungan dalam suasana psikologis, sehingga tercipta hubungan “pribadi” antara siswa dan pembimbing. Pandangan ini mengemukakan bahwa apapun teori atau pendekatan yang digunakan guru bimbingan dalam melaksanakan konseling, harus dalam suasana relasional yang memungkinkan siswa merasa nyaman, diterima, dan dihargai. Siswa merupakan subjek prioritas dalam proses bimbingan, sehingga guru bimbingan dapat masuk ke dalam kepribadian siswa, memahaminya dan membimbing siswa tersebut menuju perubahan tingkah laku.
Kualitas hubungan antara guru pembimbing dan siswa dalam proses bimbingan diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal. Empati guru pembimbing ditunjukkan melalui kemampuan melihat apa yang terjadi pada emosi siswa dan mengkomunikasikan emosi tersebut kepada siswa dengan jelas (Brammer, 1985:33). Dalam kontak mata, guru pembimbing (guru BK) harus menunjukkan sikap tanggap, tidak kaku, tidak dingin dan tidak menakutkan atau mengkhawatirkan siswa.