• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Orang yang Melakukan Kecurangan dalam Film Sijjin (Analisis Semiotika Roland Barthes)

N/A
N/A
caramel diyansyah

Academic year: 2024

Membagikan "Representasi Orang yang Melakukan Kecurangan dalam Film Sijjin (Analisis Semiotika Roland Barthes)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

REPRESENTASI ORANG YANG MELAKUKAN KECURANGAN DALAM FILM SIJJIN

(ANALISIS SEMIOTIKA ROLLAND BARTHES)

Abstrak

Muqaddimah dalam Surat Al-Muttafifin tergolong pada surat-surat Makkiyah yang di turunkan sesudah surat Al-Ankabut di turunkan di mekkah sebelum hijrah arti surat Al- Muttafifin sendiri di ambil dari ayat ke satu,dan Film Sijjin merupakan film asal turki yaitu siccin yang di adaptasi Film ini menceritakan tentang orang-orang yang melakukan keburukan ataupun kecurangan dan berakibat buruk kepada dirinya dan lingkungan sekitarnya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbol-simbol kecurangan Surat Al Muttafifin dalam Film Sijjin dan makna konotasi denotasi dan mitos yang terdapat dalam film Sijjin menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes,penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan semiotika Roland Barthes dan menggunakan pendekatan kualitatif.peneliti akan menentukan lokasi penelitian di lingkuan sekitar yang mendukung untuk mencari data mengenai makna simbol-simbol kecurangan al muttafifin terdapat dalam film tersebut,lokasi wawancara di tempat yang memungkinkan untuk narasumber agar peneliti bisa melakukan proses wawancara dengan baik.waktu penelitian di mulai dari bulan maret- mei 2024,Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi setiap adegan dan dialog sehingga memperoleh data dan fakta yang akan di teliti,wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dan juga data yang akan diteliti,dan dokumentasi mengenai adegan dalam film dan bahan penelitian yang di dapatkan dari buku,jurnal,skripsi,website resmi dan lain-lain

Kata kunci : Analisis Semiotika,Roland Barthes,Film Sijjin

(2)

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu produk media komunikasi,yang berfungsi untuk menyampaikan pesa. Film adalah Teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton- penontonya.Film merupkan kombinasi drama dengan paduan suara dan music,serta drama yang dengan paduan tingkah laku dan emosi yangdapat dinikmati oleh penontonya sekaligus dengan mata, telinga baik di ruang yang gelapdan terang,menurut Elita (2014) film adalah Teknik audio-visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-penontonya.ini merupakan perpaduan dari drama dengan panduan suara dan music,serta dari drama perpaduan tingkah laku dan emosi,yang dapat benar-benar dinikmati oleh penontonya

Sampai saat ini,Film salah satu media yang banyak diminati masyarakat lua. Maka dari itu film merupakan penyampaian pesan melalui media komunikasi visual sendiri adalah sebuah alat,perangkat,saluran, atau sarana komunikasi yang focus pada tulisan maupun gambar yang ditangkapoleh manusia, Komunikasi visual sendiri adalah sebuah alat,perangkat,saluran, atau sarana komunikasi yang fokus pada tulisan maupun gambar yang di tangkap oleh manusia,komunikasi visual tidak hanya menitik beratkan pada jenis media komunikasi visual,namun penyajian pesanya juga dapat menggunakan media komunikasi tekstual maupun audio.

Dunia perfilman nasional memang telah bangkit hal ini di tandai dengan munculnya optimism insan muda film dalam berkarya,namun kebangkitantersebut ternyata tidak teruji secara kualitas,walaupun secara kuantitas hamper setiap bulan ada film nasional baru yang muncul di bioskop,poster film-film nasional bergenre horror menjadi yang diutamakan di bioskop-bioskop negeri ini,bahkan jam tayangnya di sejumlah bioskop di Indonesia seringkali berbarengan .

Film horror merupakan sebuah genre yang berkembang dalam film,film horror menyuguhkan ketakutan,kengerian dan ketegangan pada penontonya,biasanya dalam alur cerita yang terdapat di film horror mengandung berbagai kekuatan,kejadian dan karakter jahat yang berasal dari dunia supranatural yang berhubungan dengan kehidupan,tujuan dari dibuatnya film yang bergenre horror pada dasarnya untuk meneror penonton dengan memperlihatkan bermacam adegan dengan menggunakan tokoh yang menakutkan

Pada tanggal 9 November 2023, industri film Indonesia diramaikan oleh sebuah film bertema horror yang berjudul Sijjin,film yang di adaptasi dari film hits asal turki ini di produksi oleh tiga perusahaan ternama Rapi Films,Legacy pictures dan Sky media yang di sutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu.Film ini mengangkat mitos-mitos tentang amalan manusia yang berbuat buruk pada masa hidupnya berdasarkan kitab yang ada QS Al mutafifin ke- 8 Surat surat Al Muthaffifin,Film ini di bintangi oleh beberapa actor di Indonesia,di antaranya Ibrahim risyad sebagai Galang,Messi Gusti sebagai Sofia,Niken Anjani sebagai Nisa,Oce Permatasari sebagai Bu Farah,Deni Saputra sebagai aa syakir, Bismo Satrio sebagai

(3)

3

Bayu dan lainnya,melalui basis data daring tentang Film dalam situs IMDb film ini memiliki rating 5.2 pada saat penayangan hingga saat ini.

Gambar 1.1 Rating Film Sijjin Sumber: Sijjin (2023) - IMDb

Film Sijjin menjadi salah satu Film horror yang paling laris di kanca perfilman Indonesia.

Dilansir dari https://databoks.katadata.co.id/ , film Sijjin saat ini masih menempati peringkat teratas dalam jumlah penonton 2023-2024,dengan 1.923.447 penonton

Tabel 1.1 Jumlah Penonton Film Horor 2023

No Judul Film Rilis Produser Sutradara Jumlah

Penonton

1 Sijjin 9-11-2023 Sunil

Samtani

Hadrah Daeng Ratu

1.923.447 2 Pemandi Jenazah 22-04-2024 Tomy

Ramesh

Hadrah Daeng Ratu

1.200.000 3 Rambut Kafan 19-01-2024 Shankar RS Helfi Kardit 153.968 4 Suzzana:Malam Jumat

Kliwon

27-07-2023 Sonil Soraya Guntur Soeharjanto

2.188.836 5 Waktu Maghrib 9-02-2023 Gope

T.Samtani

Sidharta Tata 2.330.006 6 Mangkujiwo 2 26-01-2023 Azhar Kinoi

Lubis

Raam Punjabi 554.553 7 Bayi ajaib 19-01-2023 Frederica Rako Punjabi 434.228

Sumber: Data diolah peneliti

Film Sijjin menjadi film horror dengan jumlah penonton diatas 1 juta penonton pada tahun 2023 sampai saat ini,walaupun film waktu maghrib mendominasi dengan penonton sebanyak 2.330.006 tetapi Film sijjin mampu masuk peringkat jumlah penonton terbanyak pada tahun 2023 di banding dengan film lainya.Dilansir dari https://www.tabloidbintang.com/ pada awal penayanganya film sijjin berhasil mengumpulkan 106.112 penonton pada hari pertama,ini sangat jauh perbedaan dengan film waktu maghrib pada awal penanyanganya hanya 60.000

(4)

4

penonton.melansir dari https://www.tabloidbintang.com/ film bayi Ajaib pada awal penayanganya hanya mendapatkan 38,400

Film sijjin adalah sebuah karya film horror yang di adaptasi dari film asal turki yaitu film siccin mempersembahkan tentang bagaimana prilaku manusia semasa hidupnya dan mendapatkan balasan atas perbuatan baik maupun buruk,film sijjin tidak kalah populernya dengan film asli nya karena Indonesia juga memiliki mitos dan budaya yang sangat kental,salah satu yang sering kita dengar yaitu cinta di tolak dukun bertindak itu adalah slogan yang akrab dengan permasalahan hubungan percintaan.

Cerita dalam film sijjin berfokus pada seorang karakter utama yang jatuh cinta kepada sepupunya sendiri,melalui narasi yang kuat dan visual yang mencekam,film ini menggambarkan perubahan emosi dan spiritual yang di alami tokok utama karena terobsesi untuk mendapatkan laki-laki,namun film ini menyampaikan aspek-aspek agama islam dan mitos yang beredar di masyarakat Indonesia dan diyakini oleh semua warga di Indonesia khususnya di pulau jawa,bahkan mitos ini sudah turun menurun,tidak lazim jika seorang yang jatuh cinta di tolak dengan kasar,harus ada factor yang jelas agar orang yang menyatakanya tidak sakit hati dan melakukan hal-hal yang di luar norma agama

Selain itu,film Sijjin juga mengangkat tema-tema universal seperti kehidupan,cinta,harapan,dan keberanian untuk menghadapi kesulitan.dalam perjalanan tokoh utama,penonton diajak untuk mempertanyakan arti kehidupan dan rasa bersyukur dalam momen-momen sederhana namun bermakna.dengan alur yang kuat dan acting yang mengesankan,film Sijjin berhasil menghadirkan cerita yang mendalam dan meyentuh hati.melalui penggambaran yang indah dan pesan-pesan yang berarti,film ini membangkitkan refleksi dalam diri penonton tentang kehidupan dan spiritualitas.film ini memberi arti penonton pentingnya bersyukur dan tidak berprilaku sembarangan karena akan merugikan lingkungan sekitar nya karena pilihan yang di ambil.

Secara garis besar,film ini menceritakan Irma,galang,sopia dan nisa yang menjadi tokoh utama,Irma yang sangat terobsesi kepada galang sepupu kandung nya sendiri rela melakukan segala cara untuk mendapatkan hati galang,pada saat setelah ulang sopia anak kandung dari galang dan nisa,Irma mengaku bahwa dirinya hamil akibat hubungan terlarang dengan galang,galang yang tidak menerima kenyataan mendorong Irma hingga Irma keguguran,tak terima Irma anak nya keguguran dia datang ke orang pintar untuk membalas dendam atas perbuatan galang dengan cara meminta agar Irma satu-satunya perempuan yang galang miliki.

Setelah permintaan Irma disetujui oleh orang pintar yang akan menyantet nisa,dia mengajukan syarat dan meminta Irma agar memberikan rambut atau darah nisa sebagai syarat untuk melakukan ritual santet,orang pintar itu pun menjanjikan kepada Irma jika dalam 5 hari 5 malam semua keluarga sedarah nisa akan mati,Irma pun mendatangi rumah galang untuk membawa rambut dan darah nisa kepada dukun,sesampai nya di rumah galang Irma pun menyapa nisa dan beralasan ingin bertemu dengan sopia,dan meminta izin untuk pergi ke kamar mandi,Irma pun menemukan rambut dan bekas pembalut di tempat sampah dalam kamar mandi.

Setelah itu teror-teror yang menyeramkan dan tidak masuk akal mulai di rasakan oleh keluarga galang tidak terkecuali anak dan istrinya,di mulai dari istrinya galang yang sedang melakukan sholat malam dia berhalusinasi bahwa ada kepala kerbau yang jatuh tepat di depan matanya dan nisa pun berteriak hingga mebuat galang terbangun,galang pun menghampiri nisa yang sedang histeris serta memberi tahu bahwa ada kepala kerbau yang jatuh di depan matanya dan galang pun memarahi nisa jika tidak ada apa-apa di depan nisa.di luar dugaan keluarga Irma pun mendapat teror yang menyeramkan setelah ritual santet dilakukan dia tidak sadar bahwa darah yang di ambil dari rumah galang itu darah sopia anak kandung dari galang sedangkan dukun nya sudah berkata bahwa seluruh keluarga yang sedarah dengan target santet itu akan mati,Irma tidak menyadari bahwa dia pun sudah menjadi target santet dari dirinya

(5)

5

sendiri,Irma pun mendatangi orang pintar yang menyantet nisa dan meminta agar santetnya dibatalkan tetapi sudah terlambat Irma mati mengenaskan di tempat orang pintar.

Film Sijjin merupakan film yang bergenre horror,Film ini menampilkan adegan yang menyeramkan dan mampu membuat penontonya merasa terkejut bahkan ketakutan.namun film ini menyampaikan aspek-aspek agama islam dan mitos yang beredar di maskarakat Indonesia dan di Yakini oleh semua warga di Indonesia khususnya di pulau jawa.bahkan larangan ini sudah menjadi turun menurun agar tidak menyakiti hati orang lain yang ingin menyatakan perasaan suka.

Sebab rasa suka berlebihan dapat mengakibatkan obsesi kepada seseorang dan melakukan segala cara untuk mendapatkan hati seseorang yang dia sukai termasuk mengguna- guna bahkan menyakiti orang yang menolaknya dengan cara menyantet.namun setiap daerah memiliki jenis cerita atau budaya mereka masing-masing ,sebelum mengenal agama,leluhur kita merupakan penganut animism dan dinamisme,kepercayaan tentang gaib dan alam semesta selalu di hubungkan denga napa yang dilakukan manusia.oleh karena itu film Sijjin mengangkat Kembali mitos-mitos kepercayaan jangan menyakiti orang yang menyatakan perasaanya.

Film Sijjin menekankan sebagai film yang menonjolkan makna kecurangan seperti melakukan segala cara agar mendapatkan apa yang diingin kan.merugikan orang lain,sampai bisa mencelakai orang lain,film ini memberikan kesan agar berempati dan menjaga perlakuan diri sendiri terhadap lingkungan sekitar karena dapat merugikan orang lain

Kecurangan yang terkandung pada surat al muttafifin sangat akrab dengan adegan yang di tampilkan pada film ini sehingga penonton lebih menikmati makna kecurangan itu sendiri dalam film Sijjin.makna yang terkandung dalam alquran memang bisa dijadikan sebagai sebuah komoditas penarik massa akan tetapi juga bisa menjadi factor yang sangat riskan karena islam memang merupakan agama mayoritas di Indonesia karena banyaknya makna -makna agama islam yang dimainkan dalam film Sijjin.

Disinilah peneliti tertarik untuk meneliti film karena dalam film ini mengandung makna kecurangan dalam surat al muttafifin.mulai dari isu social,Bahasa daerah,mitos,hingga visualisasi.isu-isu social yang kerap terjadi di daerah tersebut juga di bahas dan dijadikan alur dalam film ini.tentunya mitos orang yang di tolak perasaanya akan datang kepada orang pintar di desanya tentunya mitos itu menjadi premis utama film ini menjadi poin penting yang akan dinikmati penonton Sijjin juga menjadi makna budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat muslim.saat ini,terdapat banyak film yang menggambarkan pengalaman hidup dan nilai nilai yang terkait dengan budaya atau mitos

Dari beberapa keterangan diatas,terdapat kehadiran film Sijjin merupakan cerminan dari kepercayaan atau kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak pernah bisa lepas dengan kepercayaan mitos-mitos itu sendiri,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ,untuk menemukan makna simbol-simbol dan mitos yang terdapat dalam Film Sijjin,maka dari itu peneliti bermaksud untuk Menyusun penelitian berjudul REPRESENTASI ORANG YANG MELAKUKAN KECURANGAN DALAM FILM SIJJIN

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas,maka terdapat beberapa rumusan masalah di antaranya:

1. Bagaimana tanda-tanda dan simbol kecurangan dalam film Sijjin?

2. Bagaiman makna konotasi denotasi dan mitos yang terdapat dalam film Sijjin?

1.3 Tujuan dan Manfaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini di antaranya : 1.Mengetahui representasi kecurangan dalam film Sijjin.

2.Mengetahui makna konotasi denotasi dan mitos yang terdapat dalam film Sijjin

(6)

6 1.4 Manfaat Penelitan

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat baik dari segi akademis maupun praktis:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terutama dalam kajian semiotika komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi.selain itu penelitian ini diharapkan mapu memberikan wawasan dan pengetahuan tentang analisis simbol-simbol agama islam dalam sebuah karya film,serta dapat di jadikan rujukan untuk penelitian - penelitian selanjutnya dan dapat menjadi referensi ilmiah di bidang Studi Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan inspirasi untuk memperbanyak informasi dan kontribusi bagi praktisi media komunikasi terutama di bidang perfilman dalam mengkaji serta menelaah sebuah film melalui metode analisis semiotika.penelitian ini pun diharapkan mampu memberikan wawasan bagi masyarakat mengenai gambaran dan interpretasi tentang analisis simbol-simbol agama yang dituangkan dalam sebuah karya fil.selain itu,penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan dan motivasi kepada para teoritis

(7)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau bahasa inggris Communication berasal dari kata lain Communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini artinya sama makna.

Kegiatan komunikai tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasive, yaitu agar orang lain menerima satu paham dan keyaninan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah didasari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles hanya berkisar pada retorika lingkungan kecil (Effendy, 2011:9).

Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan mmempengaruhi satu sama lainnya, yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.

Komunikasi juga tidak hanya memakai bahasa verbal, tetapi dalam hal expresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara,2011:22-23)

Komunikasi adalah proses pengiriman atau penyampaian berita atau informasi dari satu pihak kepihak lain dalam usaha untuk mendapatkan saling pengertian. Aktivitas komunikasi dalam sebuah institusi senantiasa dengan tujuan pencapaian baik dalam kelompok maupu masyarakat. Budaya komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi, missal komunikasi dari atasan kepada bawahan ataupun komunikasi antar personal, juga dari bawahan kepada atasan degan polanya masing-masing (Ngalimun, 2017:20).

2.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa dalam tinjauan praktis adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) dengan menggunakan media massa sebagai perantaranya. Di samping pengiriman pesannya menggunakan media massa, pihak komunikan dalam komunikasi massa ini tidak berjumlah satu orang saja, tetapi melibatkan banyak orang.

Dengan kata lain pesan dalam komunikasi massa ini diperuntukkan kepada massa. Itu jelas perbedaannya dengan komunikasi antar pribadi yang pesannya hanya dikirim secara personal bukan massal. Dalam komunikasi massa ini, saluran komunikasi yang lazim digunakan dapat berupa media massa cetak, elektronik, atau media massa online. Dalam buku “Komunikasi Massa” Prof. Dr. Khomsahrial Romli, M.Si (2016:1-3). menjabarkan mengenai komunikasi massa berbagai macam ahli. Definisi komunikasi massa menurut Bittner yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat,seperti yang dilansir Komala,dalam Karnilh, dkk. 1999), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media 24 massa pada sejumlah besar orang (massa communication is messages communicateed through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadari oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan kommunikasi massa. Definisi komunikasi massa menurut Gebner yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) menggambarkan bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses produksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu.

(8)

8 2.3 Media Massa

Menurut Hafied Cangara (2010:123) : Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.

Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu.

Karakteristik Media massa menurut (Cangara 2010:126) antara lain:

Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

8 5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

Menurut (Cangara, 2010:74), Jenis-jenis media massa dibedakan menjadi tiga jenis yakni antara lain :

a. Media cetak

Media cetak adalah media massa pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920 an. Di kala itu pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masayarakat, sehingga membawa masyrakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Seperti teori jarum suntik pada teori komunikasi massa. 12 Namun sekarang sudah sangat kebebasan pers, seperti timbal balik dari audiens.

b. Media elektronik

Setelah media cetak muncullah media elektronik pertama yaitu radio. Sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat suara. Kecepetatan dan ketepatan waktu dalam penyampain pesan radio tentu lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Pada waktu penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan media massa radio berperan utama dalam penyebaran berita. Setelah itu muncul televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar. Yaitu sebagai media massa audio visual.

c. Media internet.

Baru populer di abad 21, google lahir pada tahun 1997. Media internet bisa melebihi kemampuan media cetak dan elektronik. Apa yang ada pada kedua media tersebut bisa masuk dalam jaringan internet melalui website. Banyak kelebihan media maassa internet dibanding media yang lain. Namun akses internet yang masih terbilang bebas bisa berbahaya bagi pengguna yang belum mengerti. Misalnya penipuan, pornografi dsb. Media internet tidak harus dikelola sebuah perusahaan layaknya media cetak dan elektronik, melainkan bisa juga dilakukan oleh individu.

2.4 Film

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 menyebutkan, film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Pengertian film secara harfiah film (sinema) berupa rangkaian gambar hidup (bergerak), sering juga disebut movie. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari soluloid

(9)

9

untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop dan televisi), yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Selanjutnya Javandalasta (2014: 1) menjelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut movie atau video. Film secara kolektif sering disebut 'Sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokohtokoh sesuai karakter direkam dari benda/lensa (kamera) atau animasi.

2.5 Unsur-unsur Film

Dalam pembuatan sebuah karya film, diperlukan sebuah upaya kerja yang kolaboratif, yakni melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang menghasilkan suatu keutuhan yang saling mendukung dan menciptakan perpaduan yang baik sebagai syarat utama bagi lahirnya film yang baik. Sumarno (1996) dalam bukunya menjelaskan unsur-unsur yang diperlukan dalam film, di antaranya:

1. Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik. lalah yang memimpin pembuatan film tentang "bagaimana yang harus 7 tampak" oleh penonton. Sutradara bertanggung jawab untuk mengatur laku di depan kamera, mengarahkan akting dan dialog serta mengontrol posisi kamera beserta gerak kamera, suara, pencahayaan, samping hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuahfilm.

2. Penulis skenario merupakan seorang yang memiliki keahlian untuk menuangkan sebuah film dalam bentuk tertulis. Penulis skenario memiliki tugas untuk menjabarkan gagasan, jalan ceita, perwatakan dan bahasa. la menyusun dialog ke dalam bahasa yang hidup dan sesuai dengan karakter para tokoh.

3. Penata Fotografi (Juru Kamera) Penata fotografi atau juru kamera (sering disebut cameraman) adalah tangan kana sutradara dalam kerja lapangan. Bersama sutradara ia bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot dan menentukan jenis lensa maupun filter lensa yang hendak digunakan serta menentukan diafragma kamera dan merhatur pencahayaan.

4. Penyunting (Editor) Penyunting atau Editor memiliki tugas menyusun hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita. Editor bekerja di bawah pengawasan sutradara tapa mematikan kreativitas sebab pekerjaan editor berdasarkan suatu konsepsi. Editor memiliki hak untuk memotong, menyempurnakan dan membentuk kembali gambar atau suara hasil syuting untuk mendapatkan isi yang dinginkan dalam setiap bagian atau film secara keseluruhan.

5. Penata Artistik Penata artistik adalah seorang yang memiliki keahlian dalam menyusun segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut tentang setting.

Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita dalam film.

6. Penata Suara Penata suara memiliki tugas untuk merekam suara baik di lapangan maupun di studio. Perpaduan unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara yang letaknya bersebelahan dengan jalur gambar dalam hasil akhir film yang siap diputar.

7. g. Penata Musik Penata musik merupakan orang yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menata paduan bunyi yang berfungsi untuk menambah nilai dramatik dalam sebuah film.

2.6 Film Horror

Karl Heider dalam Basir (2022) menyebut bahwa film horor adalah bentuk film yang paling sering muncul dalam perfilman Indonesia. Film jenis ini terbukti selalu menguasai layar lebar ketika film Indonesia mengalami masa jaya ataupun krisis. Pemanfaatan ayat-ayat al- Quran dan al-Hadith ke dalam film seram berunsurkan Islam ini bukan saja berfungsi dalam menyerlahkan film dalam genre tersebut. Dari sudut kaca mata akademik, pemanfaatan ayat- ayat suci ini menyerlahkan agama Islam sebagai salah satu daripada agama utama dunia yang

(10)

10

dijadikan genre dalam film seram berunsurkan keagamaan, selain daripada agama Kristian yang telah bertapak sekian lama dalam perfilman film seram Barat. Perkara ini bertepatan dengan pendapat Heider dalam Basir (2022) yang melihat agama telah pun menjadi salah satu unsur utama dalam film seram selain unsur komedi dan seks.

Selain itu, pemanfaatan ayat-ayat al-Quran dan al-Hadith ke dalam film seram berunsurkan Islam berpotensi melahirkan sebuah istilah baharu dalam genre penfilman seram, iaitu ‘film seram Islam’ sebagaimana yang dinyatakan oleh Sengul dalam Basir (2022) dalam penulisannya mengenai istilah ‘Islamic Horror’ yang disebut oleh Ozkaracalar, di mana istilah tersebut merujuk kepada film seram yang mengambil tema film dari pada teks Islam.

Meskipun begitu, kemasukan ayat-ayat al-Quran dan al-Hadith ke dalam film seram berunsurkan Islam tetap tidak dapat menghilangkan kesan negatifnya terhadap psikologi penonton, sebagaimana yang diutarakan oleh sebahagian golongan pemimpin dan agamawan.

pemanfaatan ayat-ayat al-Quran dan al-Hadith ke dalam film seram berunsurkan Islam telah berusaha memberi nafas baru terhadap takrif film seram yang hanya diproduksi sematamata sebagai manipulasi rasa takut penonton. Kemasukan tema, plot dan unsur dakwah yang diambil daripada teks Islam seperti al-Quran dan al-Hadith ke dalam filem tersebut menyerlahkan ciri dan isi kandungannya yang sarat dengan pengajaran, nilai dan dakwah Islam, tanpa mengetepikan elemen-elemen filem seram utama seperti kewujudan entiti paranormal ‘Jin’ dan babak ‘jump scare

Film jenis ini sering kali dianggap benar-benar menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu lokal, cerita rakyat, dan kekuatan supranatural. Oleh karena itu, segala hal yang masuk akal tidak boleh ditampilkan di film horror. Ada aneka makhluk gaib yang sering tampil di film Indonesia, seperti kuntilanak (arwah perempuan), pocong, sundel bolong, Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, siluman, genderuwo, wewe dan leak. Selain makhluk gaib, cerita tentang orang sakit jiwa (psikopat) dan praktek perdukunan juga sering diceritakan Kusumaryati (2011). Bagi banyak penonton, film horor Indonesia lebih mencekam daripada film horor asing karena kedekatan para hantu itu dengan hidup mereka sehari-hari.

Film horor memliki tujuan utama memberikan efek takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha protagonis untuk melawan kekuatan jahat yang biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia. Film horor umumnya menggunakan tokoh antagonis non manusia yang berwujud fisik menyeramkan. Pelaku teror biasa menggunakan sosok supernatural, seperti makhluk gaib, vampir, werewolf, lalu makhluk hasil uji coba ilmiah seperti zombi, mutan, hingga seorang psikopat atau pembunuh serial. Film horor umumnya memiliki suasana setting gelap atau suram dengan dukungan ilustrasi musik yang mencekam dan efek suara yang mengagetkan. Target penonton film horor biasanya ditujukan untuk kalangan remaja dan dewasa (Pratista, 2017) .

Teks dalam film ini dikategorikan sebagai film horor, menurut Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film 1977 membagi genre horor dalam tiga subgenre, yaitu;

1. Horror-of-personality (horor psikologis). Horor jenis pertama adalah yaitu horror-of- personality atau disebut dengan horor psikologis.

2. Horror-ofArmageddon (horor bencana). Pada jenis film horor ini mengangkat ketakutan manusia pada akhir dunia, atau hari kiamat.

3. Horror-of-the-demonic (horor hantu) yang paling dikenal dalam dunia perfilman horor.

Film horor jenis ini menurut Derry menawarkan tema tentang dunia (manusia) yang dilanda oleh ketakutan akan setan.

(11)

11 2.7 Representasi

Menurut Chris Baker repressentasi adalah kontruksi sosial yang mengharuskan kita mengeksplorasi pembentukan makna tekstual dan menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna pada beragam konteks. Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks sosial tertentu. Menurut Vera dalam Fudoly (2021), representasi berasal dari bahasa Inggris yaitu representation yang berarti perwakilan, gambaran, atau penggambaran. Secara sederhana, representasi dapat diartikan sebagai gambaran mengenai suatu hal yang terdapat dalam kehidupan yang digambarkan melalui suatu media.

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses pemaknaan sosial melalui system penandaan yang tersedia dialog, video, film, fotografi, dan sebagainya. Representasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu yang diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Konsep “representasi” dalam studi media massa termasuk film bisa dilihat dari beberapa aspek bergantung sifat kajiannya (Fudoly, 2021).

Represemtasi dapat juga diartikan sebagai hubungan antara ide dan bahasa tentang suatu objek orang atau kejadian rill yang menjadi sebuah fiksi. Artinya, representasi merupakan bahasa untuk menggambarkan sesuatu yang memliki makna kepada orang lain. Menurut Stuart, ide yang dikonstruksi oleh representasi dan diproduksi melalaui bahasa yang peristiwanya tidak terjadi melalui ungkapan lisan, namun juga visual. Sistem representasi sendiri tidak hanya dari konsep individual, tapi juga dari cara-cara pengorganisasian, penyisipan, dan pengkelompokan ide atau konsep serta berbagai kerumitan (Hermayanthi, 2021).

Konsep yang ada pada setiap orang pasti beragam. Memabagikan sebuah konsep pikiran dan mengekspresikan ide kepada orang lain memang bukan hak yang mudah. Oleh karena itu, setelah memiliki peta konsep, dalam proses membangun makna menjadi cara kedua representasi. Peta konsep yang hendak dibagikan harus diterjamahankan terlebih dahulu ke dalam bahasa yang umum dipakai. Sehingga bisa menghubungkan antara konsep dan ide yang ada dengan tulisan tertentu, ucapan, dan gambar visual.Reprensentasi didefinisikan sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi dan lain-lain), tanda disini dapat berbentuk verbal dan nonverbal untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau memproduksi sesuatu yang dilihat, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu (Danesi, 2012).

Menurut Pratista (2001) konsep representasi digunakan untuk menggambarkan ekspresi hubungan antara media dengan realita. Konsep representasi dalam studi media massa, termasuk video, bisa dilihat dari beberapa aspek sifat kajiannya. Studi media yang melihat bagaimana wacana berkembang di masyarakat, biasanya dapat ditemukan dalam studi wacana kritis pemberitaan yang menunjukkan bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.

Selain itu, representasi digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalu penandaan yang tersedia pada dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya untuk memahami dan memaknai kode dan tanda dalam video, peneliti menggunakan metode semiotika Barthes. Ada tiga tahap yang didapat penelitian gunakan itu yaitu level denotasi, konotasi, dan mitos.

2.8 Simbol

Menurut AN. Whitehead dalam bukunya Symbolisme yang dikutip Dilliston, dijelaskan bahwa pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan dan gambaran mengenai komponenkomponen lain pengalamannya. Perangkat komponen yang terdahulu adalah simbol dan perangkat komponen yang kemudian membentuk makna simbol. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut referensi.

Peirce dalam Pangestuti (2021), seorang filsuf dan ahli semiotika, mendefinisikan simbol sebagai suatu tanda yang memiliki hubungan konvensional dengan objek atau makna

(12)

12

tertentu. Dalam teorinya tentang tanda (semiotika), Peirce membedakan tiga jenis tanda, yaitu ikon (mewakili berdasarkan kesamaan fisik), indeks (menunjukkan hubungan sebab akibat), dan simbol (mengandung konvensi atau kesepakatan). simbol memiliki peran penting dalam mewakili atau melambangkan sesuatu yang lebih kompleks atau abstrak. Simbol digunakan dalam berbagai bidang, seperti bahasa, agama, seni, dan budaya, sebagai cara untuk menyampaikan makna, ekspresi, dan komunikasi. Simbol juga membantu manusia dalam memahami dunia dan mengartikan pengalaman-pengalaman yang kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap simbol yang berada pada agama mempunyai makna dan nilai yang tersembunyi yang mengantarkan pemeluknya untuk mengukur sejauh mana keimanan dalam penggambaran melakukan peribadatannya sebagai pengkultusan yang sakral dan mendalam. Dengan keadaan seperti itu menandakan bahwa sebuah simbol akan mempengaruhi terhadap nilai iman pemeluknya yang berasal dari psikologi yang menjiwai ketika dalam ruang lingkup lingkaran simbol yang berada dalam agama tertentu.

Simbol sesungguhnya mengambil bagian dalam realitas yang membuatnya dapat dimengerti, nilainya yang tinggi terletak dalam suatu substansi bersama dengan ide yang disajikan. Simbol sedikit banyak menghubungkan dua entitas. Setiap simbol mempunyai sifat mengacu kepada apa yang tertinggi dan ideal. Simbol yang efektif adalah simbol yang memberi terang, daya kekuatannya bersifat emotif dan merangsang orang untuk bertindak Dillistone, dalam Wardani (2006).

Secara etimologis istilah simbol diserap dari kata symbol dalam bahasa Inggris yang berakar pada kata symbolicum dalam bahasa Latin. Sementara dalam bahasa Yunani kata symbolon dan symballo, yang juga menjadi akar kata symbol, memiliki beberapa mana generik, yakni memberi kesan, berarti, dan menarik. Dalam sejarah pemikiran, simbol memiliki dua pengertian yang sangat berbeda. Dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran

Realitas Transenden. Sedangkan dalam KBBI arti simbol yaitu lambang, atau menjadikan.

Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak. Dalam beberapa pengertian, simbol diartikan sebagai berikut;

1. Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek.

2. Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.

3. Simbol suatu yang digunakanuntuk menunjuk suatu yang lainnya berdasarkan kesempatan kelompok orang.

4. Simbol yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang pada diri seseorang dengan cara membuat konsepsi tentang sebuah tantanan umum eksistensi dan melekatkan konsepsi ini kepada pancaran- pancaran factual, dan pada akhirya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik.

2.9 Simbol Agama

Simbol agama diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menujukkan sistem kepercayaan agama. Wahab dalam Quiin (2019) mengartikan simbol agama sebagai lambang atau tanda yang berbicara tanpa kata-kata dan menulis tanpa ada tulisan, terdiri dari sejumlah sistem dan model yang disakralkan di dalam kehidupan keagamaan. Simbol-simbol agama terbentuk atas beberapa Sistem yaitu Sistem kognitif, Sistem moral, Sistem konstitutif

(13)

13

dan Sistem ekspresif yang mengandung ciri khas agama, karena simbol lahir dari sebuah kepercayaan, berbagai ritual dan etika agama.

Beattie dalam Solikhati (2017) tentang pemaknaan manusia terhadap nilai- nilai simbolik, maka realisme simbolik dalam agama bisa berbenturan dengan praktek keagamaan yang dianut kelompok pengguna agama, karena praktek keagamaan dalam masyarakat bisa bervariasi sesuai dengan kelompok atau kelas sosial. Kelompok yang menamakan diri sebagai kelompok rasional.Sementara pada masyarakat yang lain. Praktek keagamaan bisa berjalan dengan cara yang berbeda sesuai dengan pola persepsi masyarakat tersebut terhadap nilai-nilai.

Simbolik agama dimana para penyebar agama mencoba untuk beradaptasi dengan cara mengakomodasi budaya setempat ke dalam ajaran Islam, misalnya peristiwa penyebaran Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali yang dikenal dengan istilah Walisanga.

Proses Islamisasi di wilayah Jawa tidak bisa dilepaskan dari simbol mitologi serta simbol-simbol linguistik yang berkembang pada masyarakat Jawa. Menurut Berg dalam Solikhati (2017) Setidaknya proses islamisasi yang dilakukan oleh Sultan Agung juga tidak lepas dari pola interpretasi yang dilakukannya terhadap ajaran Islam dengan mengadopsi budaya setempat bisa dijadikan sebagai salah satu bukti formal. Akibatnya praktek keagamaan dalam masyarakat Jawa diwarnai dengan simbol-simbo ritual yang merupakan percampuran antara simbol Islam dan simbol budaya Jawa. Penggunaan simbol-simbol campuran ini menjadi identitas Islam di Jawa kurun waktu yang relatif panjang.

Sebagai ciri khas agama, fenomena simbol mewujudkan berbagai model dalam berbagai bentuknya. Model-model simbol dimaksud sangat kental dengan berbagai kepercayaan (teologis), ritual dan etika agama. Pada aspek kepercayaan melahirkan model- model simbol yang dapat memberi interpretative terhadap berbagai wujud Tuhan yang dipercayai, dipuja atau disembah, baik yang bersifat immanent ataupun transcendent. Misalnya didalam Islam simbol Tuhan dimodelkan dengan Allah. . Yang kita ketahui bahwasanya Islam itu identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan dunia Arab, seperti tulisan, pakaian, bahkan semua ritual yang ada pada Islam mayoritas dipenuhi dengan ranah Arab. Hal ini dikarenakan bahwa Islam adalah agama yang lahir pada dataran Arab.

Simbol yang ditunjukkan dalam dunia Islam yaitu sebuah tulisan Arab, berupa kaligrafi, yang didalamnya mayoritas tulisan yang berasal dari Al-Qur’an dengan berbagai macam keindahan yang menghiasinya. Dari segi kaligrafi memberikan pengertian bahwasanya Islam adalah agama yang indah, dengan perantara simbol tersebut.

Agama Islam dapat memiliki beberapa simbol dan makna tertentu, terutama ketika berkaitan dengan penampilan, adab berpakaian dan struktur bangunan agama Islam. Berikut beberapa memiliki kaitan dengan simbol agama Islam:

Tabel 2.9 simbol agama Islam

No Simbol Makna

1 ب Tulisan gambar لاله

“Bismillah” (

نمحرلا) ميحرلا

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Frasa ini sering diucapkan sebagai permulaan sebelum melakukan tindakan atau aktivitas. (Wahab, 2013)

(14)

14 2 Tulisan gambar

“Allah” (لاله)

Allah adalah nama diri Tuhan dalam agama Islam dan digunakan oleh seluruh umat Muslim tanpa memandang bahasa yang dituturkan. Ditulis dalam kaligrafi serta menjadi simbol universal Islam dalam dunia Islam. (Wahab, 2013)

3 Tulisan gambar

“Muhammad bin Abdullāh” ( بن حمدم لاله دبع)

Muhammad SAW sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia, yang menuntut mengetahui artinya, memahami maknanya dan mengamalkannya dalam aktivitas kehidupan seharihari termasuk pula dalam berolah seni, seni pada umumnya identik dengan keindahan. Dengan adanya tulisan nama Muhammad itu merupakan bagian dari simbol-simbol agama. (Kirom, 2020) 2 Tasbih Tasbih adalah rangkaian berlian, batu, atau biji

yang digunakan oleh Muslim untuk berzikir dan menghitung doa-doa atau tasbih (pengingat) Allah.

(Syamsuri dalam Qudsiyyah, 2021)

3 Kaligrafi Arab Kaligrafi ini sering digunakan untuk menulis ayat- ayat Al-Quran dan nama-nama Allah. (Kirom, 2020)

4 Bulan sabit Bulan sabit sering dikaitkan dengan Islam dan telah menjadi simbol dalam beberapa bendera negara dengan mayoritas penduduk Muslim. (Syamil, 2012)

5 Bintang Bintang juga dapat dikaitkan dengan agama Islam karena merupakan salah satu elemen pada beberapa bendera negara Muslim. (Syamil, 2012)

6 Masjid Tempat di mana umat Muslim berkumpul untuk melakukan berbagai ibadah kepada Allah. Ibadah- ibadah seperti salat (sembahyang), dzikir (pengingat), bacaan Al-Quran, dan ceramah keagamaan dilakukan di masjid sebagai bentuk penghormatan, ketaatan, dan hubungan pribadi dengan Allah. Gambaran masjid sebagai tempat ibadah dalam seni dan gambaran keagamaan juga dianggap sebagai simbol Islam. (Borong dalam Budiarti, 2017)

7 Hijab Menjaga kesopanan dan menjaga pandangan dari orang-orang yang bukan mahram (orang-orang yang terlarang menikah). Hijab juga mencerminkan kesederhanaan dan ketundukan kepada Allah. (Guindin dalam Wijayanti, 2017) 8 Peci Ini melambangkan kesopanan dan penghormatan

terhadap tradisi Nabi Muhammad SAW, yang sering dikenal karena mengenakan topi semacam itu. (Kertamuti, 2013)

(15)

15

9 Sarung Pakaian yang biasanya dikenakan oleh pria Muslim di beberapa wilayah, khususnya di Asia Tenggara.

Sarung adalah simbol kesopanan dan kenyamanan dalam berpakaian. (Rustana, 2019)

11 Bedug Tradisi penggunaan bedug berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Di masa lalu, sebelum adanya teknologi modern seperti jam dan penanda waktu, bedug digunakan sebagai alat untuk memberi tahu masyarakat Muslim kapan waktu-waktu ibadah seperti waktu salat dan sahur (makan sebelum puasa) selama Ramadan. (Wahid, 2019)

12 Berdoa Bentuk ibadah yang diperintahkan dalam Islam.

Ketika seorang Muslim berdoa, ia mengekspresikan ketaatan dan ketergantungan penuh kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa segala sesuatu. Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh mengatakan: “Cara ini khusus bagi khatib yang berdiri. Jika ia berdoa, cukup jari telunjuknya menunjuk ke atas. Ini simbol dari doa dan tauhidnya. Tidak disyariatkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya (ketika berdoa) jika ia berkhutbah sambil berdiri di atas mimbar atau di atas benda lainnya, kecuali jika sedang berdoa istisqa (maka boleh mengangkat kedua tangan)”.

(Rosyad, 2022)

13 Salat Bentuk ibadah yang sangat penting dalam Islam, dan dianjurkan bagi setiap Muslim untuk melaksanakannya dengan penuh kesadaran, khusyu', dan rasa takut akan Allah. Ibadah Salat merupakan cara bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari petunjuk-Nya dalam setiap aspek kehidupan.

(Hidayat, 2021)

Sumber : data diolah peneliti 2.10 Kecurangan

Mengutip dari jurnal alvinka dkk dalam implementasi al-muttafifin, Ayat Ke-9Artinya : “(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal buruk)”Sijjin adalah kitab yang berisi catatan tentang perilaku orang yang melakukan kejahatan dan akan diperlihatkan kepada mereka di hari kiamat sebagai bukti kejahatan mereka. Dan Ayat Ke-11Artinya :

“(Yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan)”Orang-orang yang mengingkari Hari Pembalasan. Keingkaran pada hari kiamat membuat seseorang berani melakukan apapun karena tidak takut akan akibat perbuatannya yang merugikan orang lain.

Kecurangan atau yang lebih umum dikenal dengan fraud masih menjadi masalah yang fenomenal dan sangat menarik untuk dibahas dan diteliti karena masih banyak kasus fraud di masyarakat. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan kecurangan sebagai penggunaan posisi seseorang untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja atau penyelewengan aset atau sumber daya organisasi astau dengan kata lain, kecurangan adalah penipuan mengenai adanya

(16)

16

keuntungan yang diperoleh seseorang yang mewakili sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Termasuk didalamnya unsur ketidakterdugaan, tipu daya, licik dan ketidakjujuran yang merugikan pihak lain (ACFE, 2008).

kecurangan mengacu pada ketidakjujuran yang disengaja, penyajian yang salah, manipulasi, dan kesalahan penyajian fakta yang dapat merugikan orang lain dan organisasi. Fraud juga mencakup pencurian, penggelapan, upaya untuk mendapatkan sesuatu secara ilegal, dan kesalahan dalam laporan keuangan, termasuk aset dan kewajiban organisasi dikutip dari Gilbert dan Wakefield (2018)dalam (Sudarmanto et al.,2021). Oleh karena itu, fraudini merupakan penipuan dengan unsur-unsur berikut:

1. Representasi

2. Berhubungan dengan sesuatu yang material 3. Sesuatu yang tidak benar

4. Secara sengaja atau secara serampangan dilakukan untuk kemudiane.

5. Dapat dipercaya.

6. Ditindak lajuti oleh korban

7. Sehingga korban pada akhirnya menanggung kerugian (Zimbelman, 2014) 2.11 Semiotik

Kata semiotik adalah tanda atau penafsir tanda yang diambil dari bahasa Yunani, yakni semeion atau seme. Ilmu semiotika berakar padakeilmuan klasik dan skolastik atas seni logika dan reteorika Kurniawan dalam Sobur (2013). Walaupun tampakya bermain-main, ini adalah definisi yang cukup mendalam, karena menggarisbawahi fakta bahwa kita memiliki kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui tanda-tanda dengan cara apa pun yang dinginkan,baik dengan cara dusta maupun kesesatan.(Danesi, 2010).

Semiotika merupakan kajian keilmuan yang menitik beratkan untuk memahami tanda dalam kehidupan manusia. Maksudnya adalah segala sesuatu harus kita beri makna karena semua yang ada dalam kehidupan manusia dapat dilihat sebagai tanda. Ferdinand de Saussure, melihat tanda sebagai sebuah pertemuan antara bentuk dan makna. Ferdinand menggunakan istilah significant dan signifie. Pertama adalah signifiant yang artinya adalah penanda untuk bentuk suatu tanda, dan yang kedua adalah signifie adalah petanda untuk maknanya. Dengan demikian, penanda dan petanda dapat terlihat dalam kehidupan kita akan tetapi tidak bersifat pribadi melainkan bersifat sosial, yakni didasari oleh "kesepakatan" (konvensi) sosial.(Hoed, 2011).

Sedangkan menurut Barthes dalam Martinet (2010), secara prespektif objek semiologi adalah semua sistem tanda, entah apa pun substansinya, apa pun batasnya (limit) seperti pada ritus, protokol, gambar, gerak tubuh, bunyi melodis, tontonan benda-benda, dan merupakan bagian dari system signifikasi (pertandaan) dan bahasa (language). Fiske (2007) telah menyebutkan bahwa semiotika mempunyai tiga bagian, yaitu:

1. Tanda itu sendiri, maksudnya adalah konstruksi manusia tentang studi berbagai tanda yang berbeda

2. Kode atau sistem,memiliki fungsi sebagai mengorganisasikan tanda;

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, memiliki ketergantungan pada tanda dan kode unpembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun ole suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tatanan kedua.

Didalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

Pada signifikan tahap kedua, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah berita yang digunakan suatu kebudavaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Menurut Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang

(17)

17

sesuatu. Dengan mitos kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat didalam mitos itu sendiri.

Tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda konotatif adalah juga penanda konotatif. Jadi dalam konsep Roland Barthes tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarya ada perbedaan antara konotasi dan denotasi dalam pegertian secara mum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Roland Barthes. Di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sigfikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Roland Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.

Baginya yang ada hanyalah konotasi. Roland Barthes lebih lanjut mengatakan bahwa makna (harfiah) merupakan suatu yang bersifat alamiah.

Untuk mengetahui cara kerja tanda, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja, yaitu sebagai berikut:

Tabel : Peta Tanda Roland Barthes

Sumber: Paul Cobley dan Litza Jans (1999) (dalam Sobur, 2009: 69) 1. Signir

(Penanda)

2. Sgnifierd (Petanda) 3. Denotative Sign

(Tanda Denotatif) 4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif)

5. Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign

(Tanda Konotatif)

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4).

Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan mana yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan mana yang sebenar- benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas

Sobur (2004). Berikut ini adalah pemaparan mengenai mana denotasi, mana konotasi dan mitos:

1.Makna Denotasi

Makna denotasi adalah mana awal utama dari sebuah tanda, teks, dan sebagainya.

Makna ini tidak dibisa dipastikan dengan tepat, karena makna denotasi merupakan generalisasi.

Dalam terminologi Barthes, denotasi adalah sistem signifikansi tahap pertama. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tada terhadap realitas eksternal, dan dalam semiotika Barthes, ia menyebutnya sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Maka dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar

(18)

18

memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tada denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam hal ini, denotasi diasosiasikan dengan ketertutupan makna.

Menurut Lyons, denotasi adalah hubungan yang digunakan dalam tingkat pertama pada kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Denotasi dimaknai secara nyata. Nyata diartikan sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya atau terkadang dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi denotasi biasanya mengacu pada penggunaan Bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yang kemudian dilanjutkan ole sistem signifikasi konotasi yang berada di tingkat kedua.

2.Makna Konotasi

Makna yang memiliki sejarah budaya di belakangnya yaitu bahwa hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan signifikansi tertentu. Konotasi adalah mode operatif dalam pembentukan dan penyandian teks kreatif seperti puisi, novel, komposisi musik, dan karya- karya seni. Istilah konotasi digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua.

Kata (konotasi) sendiri berasal dari bahasa latin, (connotare) yang memiliki arti (menjadi tanda) serta mengarah pada makna-makna kultural yang terpisah dengan kata atau bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Makna konotatif adalah gabungan antara makna denotatif dengan segala gambar, ingatan dan perasaan yang muncul ketika indera kita bersinggungan dengan petanda.

Sehingga akan terjadi interaksi sat petanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari kebudayaannya. Jika ditelaah melalui kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebut sebagai mitos serta berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

3.Konotasi

Mengacu pada makna yang menempel pada suatu kata karena sejarah pemakainya, oleh karena itu dapat dimaknai secara berbeda ole setiap individu. Jika denotasi sebuah kata dianggap sebagai objektif kata tersebut, maka konotasi sebuah kata dianggap sebagai mana subjektif atau emosionalnya. Menurut Arthur Asa Berger menyatakan bahwa konotasi melibatkan simbol-simbol. histeoris dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa terdapat pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tertentu. Kalau makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang, maka mana konotatif hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya lebih kecil.

4.Mitos

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,yang disebut dengan mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu, jadi mitos memiliki tuganya untuk memberikan sebuah justifikasi ilmiah kepada kehendak sejarah, dan membuat kemungkinan tampak abadi.

Alex Sour dalam Budiman (2004) mengatakan pada kerangka Barthes, konotasi identik dengan operas ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan memiliki fungi untuk memberikan pembenaran bagi nilai nilai dominan yang berlaku pada periode tertentu. Selain itu, dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Mitos biasanya dianggap sama dengan dongeng, dan dianggap sebagai cerita yang aneh serta sulit dipahami maknanya katau diterima kebenarannya karena kisahnya irasional (tidak masuk akal). Namun, berangkat dari ketidak masuk akalan tersebut. akhirnya muncul banyak penelitian tentang mitos yang melibatkan banyak ilmuwan Barat. Mereka menaruh minat untuk meneliti teks-teks kuno dan berbagai mitos yang telah mereka kumpulkan dari berbagai tempat dan berbagai suku bangsa di dunia. Dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai (mitos), dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang

(19)

19

berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua.

Barthes menegaskan bahwa cara kerja pokok mitos adalah untuk menaturalisasikan sejarah. Ini menuniukkan kenyataan bahwa mitos sebenarnya merupakan produk kelas sosial yang mencapai dominasi melaui sejarah tertentu maknanya, peredaran mitos mesti dengan membawa sejarahnya, namun operasinya sebagai mitos membuatnya mencoba menyangkal hal tersebut, dan menunjukkan maknanya sebagai alami, dan bukan bersifat histeoris atau sosial.

Segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Dalam mitos, sekali lagi kita mendapati pola.

Untuk mengetahui makna kecurangan dalam film sijjin ini, peneliti mengintepretasikan tanda ataupun simbol yang muncul dalam film. Pertama, peneliti mengidentifikasi tanda-tanda makna kecurangan yang mengacu pada indikator kerangka teori (mengenai pesan dalammakna kecurangan) dalam setiap adegan (visual). Lalu peneliti memisahkan signifter (penanda) dan signified (petanda) berdasar tanda-tanda tersebut, kemudian diuraikan berdasarkan strukturnya.

Kedua peneliti menganalisis tanda dan simbol tersebut untuk mengetahui makna denotasi dan konotasinya. Ketiga peneliti melakukan interprestasti dan mengambil kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.

Peneliti menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes dikarenakan model ini terdapat dua pemaknaan, yaitu denotasi dan konotasi, sehingga diharapkan mendapat pembahasan yang tepat mengenai arti dan pesan yang terkandung pada makna kecurangan dalam film ini.

Alasan peneliti untuk lebih memilih menggunakan teori semitotika Roland Barthes dari pada teori semiotik-semiotik yang lain karena pada teori semiotika Roland Barthes ini, terhadap dengan pemaknaan dua tahap denotasi konotasi yang digunakan oleh Roland Barthes dalam teori semiotiknya, Roland Barthes menelusuri makna dengan pendekatan budaya Barthes memberikan makna pada sebuah tanda berdasarkan kebudayaan yang melatar belakangi munculnya makna tersebut. Selain itu Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan (order of signification), mencakup denotasi (mana sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Di sinilah titik perbedaan Semiotik Roland Barthes dengan ahli-ahli semiotik yang lain.

Selain itu Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu (mitos) yang menandai suatu masyarakat. (Mitos) menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos, dalam tataran mitos dapat diungkap sesuai dengan keunggulan semiotik Roland Barthes yang terkenal dengan elemen mitosnya. Selain itu di dalam semiotik Roland Barthes, makna konotasi identik dengan operasi ideology, yang di sebutnya sebagai (mitos) dan berpungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

(20)

20 2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti

1. Berdasarkan penelitian dari Abdul Khoiri (2018) dalam skripsi yang berjudul

"Ananlisis Semiotika Makna Islam Dalam Film Pengabdi Setan" dengan menggunakan teori Roland Barthes. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Simbol-simbol keagamaan apa sajakah yang terkandung pada film Pengabdi Setan. Peneliti beranggapan bahwa film Pengabdi Setan Klasifikasi pertama adalah scene mengenai percakapan yaitu segala sesuatu hal mengenai percakapan yang mengandung simbol keagamaan tentang sholat, tentang Allah SWT dan tentang ustadz. Bagian kedua yaitu peneliti memasukan ritual keagamaan yang berisikan tentang simbol keagamaan yang terdapat dalam ritual keagamaan yaitu ritual ustadz sedang mendoakan rumah supaya tidak terganggu setan, dan melaksanakan sholat untuk membaca doa bersama. Bagian ketiga yaitu aktifitas keagamaan, aktifitas keagamaan disini dimaksudkan oleh peneliti yaitu interaksi antar manusia dalam melakukan suatu kegiatan keagamaan, yang dalam penelitian ini dijelaskan pada bagian proses pemakaman. Bagian yang keempat dalam penelitian ini yaitu pada bagian penampilan, penampilan pada setiap karakter yang menunjukkan simbol keagamaan akan dimasukan oleh peneliti kepada klasifikasi bagian terakhir dari penelitian ini, yang memperlihatkan bagaimana seorang ustadz berpakaian

2. Berdasarkan penelitian dari Inayah Arizka Wulandari (2019) dalam skripsi yang berjudul "Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Munafik 1 Dan 2" dengan menggunakan teori Roland Barthes. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu;

Bagaimana pesan dakwah yang digambarkan pada Film Munafik 1 dan 2. Peneliti beranggapan bahwa film Munafik 1 dan 2. Peneliti beranggapan bahwa film Munafik 1 dan 2 makna tanda yang terkandung pada dialog dan adegan Film Munafik 1 dan 2 berdasarkan representamen, objek dan interpretant Disini, tanda digambarkan pada dialog yang mengandung pesan dakwah yaitu berdoa dan berusaha, dimana interpretant atau unsur tanda merupakan sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini tanda muncul dari dialog dan semua adegan adegan para pemeran film Munafik. Setelah membahas tentang unsur tanda (interpretant) selanjutnya membahas mengenai objek, objek merupakan sesuatu yang direpresentasikan. Dalam kaitannya, objek disini terlihat pada gaya bicara, gestur tubuh dan dialog yang muncul dalam setiap pemeran- pemeran film munafik sebagai tanda lalu diproses oleh peneliti dan kemudian hasilnya disimpulkan menggunakan bahasa peneliti. Selanjutnya representamen merupakan makna tentang tanda. Pada hakikatnya, representamen dan interpretant adalah tanda, hanya saja interpretant hadir mendahului representamen. Representamen dalam film Munafik ini merupakan penafsiran peneliti yang dihasilkan dari interpretant dan object.

3. Berdasarkan penelitian dari Zian Nabila (2018) dalam skripsi yang berjudul "Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Penabdi Setan Seri Pertama Karya Joko Anwar"

dengan menggunakan teori Roland Barthes. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu; Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Pengabdi Setan dan Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam film Pengabdi Setan. makna denotasi sebagai film yang mengisahkan tentang sebuah keluarga yang mendapatkan teror dari sebuah sekte Pengabdi Setan semenjak kematian sang ibu. Ternyata teror itu disebabkan oleh perbuatan sang ibu, yang dulu meminta keturunan dengan cara memuja setan. Makna konotasinya ialah adegan yang dilakukan dalam film tersebut tentang

(21)

21

keimanan dan keyakinan seorang hamba yang ada kalanya bisa naik dan ada kalanya bisa turun atau melemah. Bagi orang Islam yang mendapatkan ujian hendaknya jangan mudah putus asa dan melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah. Makna mitos dari film Pengabdi Setan ini memberikan gambaran bahwa di Indonesia khususnya orang Islam masih banyak yang menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan keinginannya dengan cara pergi ke dukun, menyembah pohon, menyembah kuburan, menyembah batu, dan lain-lain yang mana perbuatan tersebut adalah termasuk dosa syirik (menyekutukan Allah).

4.

2.11 Alur Berpikir

Sebagaimana kerangka berpikir teoritis dan konseptual di atas, maka peneliti membuat kerangka berpikir operasional yang berlandaskan teori semiotika Roland Barthes. Dengan demikian untuk menemukan makna kecurangan dalam film Sijjin ini diperlukan analisis, yang mana peneliti menggunakan Analisis semiotika Roland Barthes maka peneliti membuat kerangka berpikir sebagai berikut ;

Tabel : Kerangka berpikir Representasi Kecurangan dalam film Sijjin

2.12 Definisi Konsep

1. Film Sijjin merupakan film yang di sutradarai Hadrah Daeng pada tahun 2023. Film ini menceritakan tentang seorang Wanita yang jatuh cinta kepada saudara sedarahnya sendiri,nisa yang pada saat itu selalu mengagumi galang sepupunya sendiri rela melakukan apapun untuk mendapatkan hati galang dan tidak takut akan akibat yang akan dia terima

2. Makna orang yang melakukan kecurangan pada film sijjin mengandung ciri khas agama, karena karna arti kata sijjin sendiri berasal dari Qs-al muttafifin ayat 1 yaitu kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

3. Semiotika Roland Barthes digunakan untuk menganalisa penanda, petanda, Mitos yang muncul dalam beberapa adegan melalui tanda-tanda yang dalam beberapa adegan/scene yang ada pada film Waktu Magrib. Peneliti juga menghubungkan kaitan film yang terjadi terhadap Ketiga unsur menurut Roland Barthes.

4. Denotatif merupakan makna sesungguhnya, atau sebuah fenomena yang tampak dengan panca indera, atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Denotasi merupakan

Film Sijjin

Representasi orang yang melakukan kecurangan

Kecurangan Semiotika Roland Barthes

Konotasi Mitos Denotatif

Makna Kecurangan Dalam Film Sijjin

Ayat 10 & 11 Qs-Al Muttafifin

(22)

22

tanda yang penandanya mempunyai tingkat kesepakatan yang tinggi yang menghasilkan makna sesungguhnya.

5. Konotatif merupakan makna-makna kultural yang muncul karena adanya simbol atau tanda tersebut. Pada tahap ini Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektit sehingga kehadirannya tidak disadari.

6. Mitos adalah suatu bentuk dimana ideologi tercipta. Mitos muncul melalui suatu anggapan berdasarkan observasi kasar. Mitos dalam semiotik merupakan proses pemaknaan yang tidak mendalam. Mitos hanya mewakili atau merepresentasikan makna dan apa yang nampak, bukan apa yang sesungguhnya. Mitos bukan realitas unreasonable atau unspeakable, melainkan sistem komunikasi tau pesan (message) yang bertungsi mengungkapkan dan memberikan pembenaran bag nila-nilai dominan yang berlaku pada periode tertentu

(23)

23 BAB 3

METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengenai Analisis Semiotika dalam Film Sijjin.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif ini karena pendekatan ini dianggap menjadi pendekatan yang paling tepat. Menurut Meleong (2013) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga metode ini peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

,Menurut Yoesoep dalam integrasi metode kuantitatif kualitatif Karakteristik utama dari penelitian kualitatif adalah penggunaan teknik pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, serta analisa dokumen. Wawancara mendalam memfasilitasi peneliti untuk memperoleh wawasan yang mendalam mengenai pandangan, pengalaman, serta persepsi subjek/obyek penelitian. Sementara itu observasi partisipatif memungkinkan peneliti dalam memahami dinamika sosial dalam konteks nyata (Hammersley and Atkinson, 2019).

Analisis dokumen memungkinkan eksplorasi terhadap materi yang telah ada dalam bentuk seperti catatan, laporan, atau arsip (Braun and Clarke, 2019).

Menurut Yoesoep Hermeneutik; “Hermeneutics as the methodology of interpretation can provide guidance for solving problems of interpretation of human actions, texts and other meaningful material by offering a toolbox based on solid empirical evidence” Ramberg &

Gjesdal (2014). Penafsiran untuk mengerti dan memahami arti terdalam dari informasi yang disampaikan oleh partisipan, hermeneutika juga mensyaratkan pemahaman konteks yang benar sehingga arti asli dapat terungkap dengan jelas dan benar, asumsi hermeneutika bahwa semua ilmu dan kegiatan belajar bersifat empiris.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan Semiotika Roland Barthes. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang didasarkan pada data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka atau bilangan, tetapi berbentuk pernyataan-pernyataan atau kalimat (Suliyanto, 2018, hlm. 19). Menurut Moleong (2016, hlm.

6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya secara holistik dan melalui deskripsi dalam kata-kata dan bahasa.

Menurut Syah (dalam Samsu, 2017, hlm. 65) penelitian deskriptif ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengetahuan yang seluas luasnya mengenai objek penelitian pada waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang nyata (Rukajat, 2018, hlm .64).Ini dikarenakan penelitian diperlukan untuk menjelaskan secara sistematis, realistis, dan akurat tentang fakta dan hubungan antara fenomena dan deskripsi atau gambaran yang diselidiki.

Melalui pendekatan ini, diperoleh gambaran lengkap dari permasalahan yang telah dirumuskan. Penjelasan yang diberikan di atas menujukkan bahwa metode deskriptif kualitatif dapat mendeskripsikan dan menganalisis tanda dan makna pada product placement dalam drama. Dengan demikian, metode deskriptif kualitatif dianggap paling tepat dan dapat diterapkan dalam penelitian ini. Adapun desain atau rancangan pemikirannya adalah sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1.1 Rating Film Sijjin  Sumber: Sijjin (2023) - IMDb
Tabel 1.1 Jumlah Penonton Film Horor 2023
Tabel 2.9 simbol agama Islam
Tabel : Peta Tanda Roland Barthes
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan fungsi lima kode pembacaan yang digunakan oleh Roland Barthes dalam membaca setiap 39 Representasi Nasionalisme..., Johanes Agung

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori relevan, yaitu: Komunikasi Massa, Semiotika, Semiotika Roland Barthes, Film Sebagai Media Komunikasi Massa,

pembahasan yang merupakan analisa dari peneliti melalui elemen representasi pesan moral yang dianalisis melalui unit analisis Semiotika Roland Barthes, maka ditemukan

Dengan mengacu pada analisis semiotika Roland Barthes tentang sistem tanda, peneliti akan menguraikan makna denotasi, konotasi dan mitos pada beberapa gambar meme

Simbol rasisme yang ada pada film the great debaters ini mempunyai banyak makna yang baik tersirat atupun tersurat. Peneliti menggunakan model Roland Barthes

Dari hasil analisis tanda visual, verbal, serta audio dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes, di mana dari ketiga tanda tersebut menghasilkan makna

Representasi Laki-Laki Ideal dalam Film Sabtu Bersama Bapak (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Tokoh Bapak, Cakra, dan Satya) Ketiga tokoh laki-laki dalam

Penelitian ini mengungkap representasi humor dan identitas dalam film komedi Agak Laen yang tayang 1 Februari 2024 dari Studio Imaginari, menggunakan teori semiotik Roland