• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI OBJEKTIFIKASI TUBUH PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP (Analisis Semiotika John Fiske Pada Video Klip (G)I-DLE - Nxde, Stellar – Marionette dan AOA – Miniskirt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "REPRESENTASI OBJEKTIFIKASI TUBUH PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP (Analisis Semiotika John Fiske Pada Video Klip (G)I-DLE - Nxde, Stellar – Marionette dan AOA – Miniskirt"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3958

available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

REPRESENTASI OBJEKTIFIKASI TUBUH PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP (Analisis Semiotika John Fiske Pada Video Klip (G)I-DLE –

Nxde, Stellar – Marionette dan AOA – Miniskirt

1

Muhammad Viqri

Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UPN Veteran Jawa Timur Abstrak

Media menggunakan tubuh perempuan sebagai daya tarik dalam menaikkan penonton. Namun disisi lain, hal tersebut menyebabkan terjadinya objektifikasi pada tubuh perempuan secara seksual yang nantinya dapat menyebabkan dampak negatif pada pikiran dan fantasi seksual penonton khususnya laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana representasi objektifikasi tubuh perempuan dalam ketiga video klip tersebut. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini, dengan metode analisis semiotika yang dikembangkan oleh John Fiske. Data dikumpulkan melalui tangkapan layar gambar visual dalam video klip dan juga melalui studi literatur sebagai data tambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ketiga video klip tersebut, terdapat representasi objektifikasi tubuh perempuan yang ditampilkan melalui bagian tubuh yang ditampilkan pada video klip seperti bibir, leher, payudara, pinggul, pinggang, paha, pantat, dan kaki yang jenjang. Selain itu, gerakan dan ekspresi tubuh juga berperan dalam merepresentasikan seksualitas tubuh perempuan dalam video klip tersebut.

Kata Kunci: Video Klip, Seksualitas, Tubuh Perempuan, Semiotik.

PENDAHULUAN

Tubuh perempuan selalu dipandang layaknya objek yang setiap tindakan atau perilakunya harus memenuhi standar yang telah ditentukan masyarakat sekitarnya.

Adapun nilai yang melekat pada tubuh perempuan itu sendiri diukur

*Correspondence Address : muhammadviqri1904@gmail.com DOI : 10.31604/jips.v10i8.2023.3958-3967

© 2023UM-Tapsel Press

berdasarkan kecantikan yang dimiliki, fungsi dari reproduksi, dan seksualitas dalam diri. Selain itu, tubuh perempuan juga dianggap sebagai objek erotis yang dapat membangkitkan hasrat bagi orang yang melihatnya (Rochimah, 2018).

Seksualitas yang terjadi di tubuh perempuan juga terjadi di

(2)

3959 wilayah seksualitas erotis. Menurut Melliana, hal tersebut berkaitan dengan kenikmatan fisik yang dihasilkan dari tindakan atau sikap pribadi dan proses fisiologis yang dapat menghasilkan serta meningkatkan kenikmatan seksual itu sendiri (Amara, 2021).

Objektifikasi pada perempuan dalam prinsipnya sudah sangat dikenal luas oleh masyarakat, dan sebagaimana diungkapkan oleh oleh Calogero (dalam Intan, 2021), secara tidak langsung menjelaskan bahwa perempuan ditempatkan sebagai objek yang siap untuk dijarah.

Tubuh perempuan menjadi objek seksualitas tidak hanya dalam kehidupan sosial, melainkan juga tergambar dalam video klip girlgroup Korea seperti (G)I-DLE - Nxde, Stellar - Marrioette dan AOA - Miniskirt. Dalam video klip girlgroup korea tersebut, representasi yang ada didalam video ada pesan yang disampaikan baik dalam bentuk visual yakni sosok perempuan yang memiliki keindahan, dan keindahan yang dimiliki selalu menjadi konsumsi bagi laki-laki sebagai hiburan semata.

Video klip musik K-Pop sudah sangat digermari oleh semua kalangan masyarakat. Industri musik K-pop telah menjadi bagian dari industri musik pop global yang sangat populer. Musik K-pop memiliki penggemar di banyak negara, dan merupakan jenis musik yang unik karena menggabungkan penampilan dan koreografi yang beragam dan menarik (Wardani, 2018).

Dalam era perkembangan video klip musik K-pop dan kemajuan zaman sekarang, pemikiran feminisme semakin diadvokasi di seluruh dunia. Nurudin (2018, dalam Saputra, 2021) menyatakan bahwa media memiliki peran yang semakin penting dalam menampilkan peristiwa kehidupan masyarakat, baik skala nasional maupun internasional.

Media secara sengaja menggunakan perempuan sebagai objek seksual dalam karya-karya nya, baik dalam video klip maupun dalam tayangan lainnya. Tuchman dan lainnya juga mencatat bahwa di berbagai negara di Asia, Barat, Afrika, dan Amerika Latin, berbagai tayangan seperti iklan, televisi, film, dan berita secara tidak proporsional menekankan peran perempuan sebagai objek seks (Byerly & Ross, 2006).

Industri musik memiliki tuntutan yang menekankan seksualitas perempuan, di mana perempuan diharapkan menonjolkan tubuhnya untuk terhubung secara langsung dengan penonton saat melakukan pertunjukan, baik melalui gerakan (koreografi) maupun pose yang menantang dalam video klip. Dunbar (2011) menyatakan bahwa perempuan diharapkan untuk menghibur penonton dengan mempertunjukkan keindahan tubuh yang dimiliki.

Salah satu artis atau girlgroup K- Pop berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam video klip nya selalu terlihat seksual sehingga dapat menyebabkan objektifikasi pada tubuh perempuan ialah (G)I-DLE, Stellar dan AOA. Masing-masing girlgroup berada dibawah naungan agensi.

Girlgroup (G)I-DLE berhasil melangsungkan comeback dengan title track lagu berjudul “Nxde”. Makna

"telanjang" dalam lagu ini memiliki konotasi yang berbeda. Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari idntimes.com (2022), Soyeon menjelaskan bahwa dia ingin mengubah stereotip negatif dan memberikan definisi baru pada kata "nude" atau

"telanjang" yang tidak berkaitan dengan seksualitas.

Pada video klip (G)I-DLE, bentuk objektifikasi pada tubuh perempuan dapat dilihat dari salah satu scene yang mana salah satu member Bernama Suyeon membuka pakaiannya pada khalayak media. Posisi membuka

(3)

3960 pakaian tersebut dilakukan ketika sedang melakukan live.

Hal tersebut juga terdapat pada girlgroup Stellar, dimana tahun 2014 girl group Stellar berhasil melakukan perilisan lagu kelimanya yang berjudul Marrioette. Girlgroup Stellar ini berani mengambil tema sexy sebenarnya hanya agar dapat terlihat dewasa dan girlgroup ini berusaha untuk mendapatkan perhatian publik.

"Kami tidak berniat tampil erotis tapi berusaha keras menampilkan kharisma yang lebih dewasa," ucap Stellar. "Kami ingin memfokuskan pada fisik kami yang tinggi, lengan dan kaki panjang namun malah dikritik negatif.

Kami jadi sedih atas respon ini karena tidak bermaksud demikian."

"Kami hanya berpikir ini adalah awal yang baru dan kami akan bekerja keras meraih perhatian publik," lanjut mereka.

(Sumber: wowkeren.com, 2014) Meskipun girlgroup Stellar memberikan alasan untuk menarik perhatian publik dalam perilisan lagunya yang berjudul “Marionette”, tetapi yang diusung dalam video klip tersebut menuai banyak kritikan dari masyarakat, karena koreografi yang ditampilkan terlalu provokatif dan menjadikan perempuan sebagai bahan objek seksual.

Hal tersebut membuat audiens menjadi penasaran akan video klip tersebut (Ningsih, 2020).

Jauh sebelum (G)I-DLE dan Stellar merilis lagunya yang mengangkat permasalahan objektifikasi perempuan, AOA telah terlebih dahulu merilis lagunya pada tanggal 16 Januari 2014 yang berjudul Miniskirt. Dalam video klip Miniskirt mengusung konsep seksi, namun tiga stasiun televisi Korea yaitu KBS, MBC, dan SBS melarang pemutaran lagu 'Miniskirt' dengan alasan koreografi para anggota yang membuka resleting pada bagian kostum yang dikenakan (Gabrielle, 2019).

Dalam hal ini, penulis berfokus pada representasi tubuh perempuan dalam video klip musik K-Pop yaitu video klip (G)I-DLE - Nxde, Stellar - Marrioette dan AOA – Miniskirt. Pada video klip ini banyak menampilkan koreografi, style pakaian, serta visual dalam video terdapat pesan atau makna yang dapat mempresentasikan tubuh perempuan sebagai objek seksualitas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Semiotika John Fiske sebagai metode penelitian. Pendekatan analisis Semiotika John Fiske memusatkan pada pemahaman simbol dan makna dalam sistem tanda. Metode ini bertujuan untuk menggali bagaimana arti-arti dibangun dalam masyarakat untuk membentuk suatu makna. Penulis membagi proses ekspresif menjadi tiga tingkatan impresi sesuai dengan teori John Fiske, guna melakukan analisis mendalam terhadap penanda dan petanda dalam video (G)I-DLE - Nxde, Stellar - Marrioette dan AOA – Miniskirt yang merepresentasikan objektifikasi tubuh perempuan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang nantinya untuk pemenuhan kebutuhan dalam mengkaji dokumen berupa teks, simbol, dan gambar dalam rangka memahami konteks sosial dan budaya tertentu (Krisyanto, 2007). Objek penelitian pakai dalam penelitian menggunakan (G)I-DLE - Nxde, Stellar - Marrioette dan AOA – Miniskirt yang berfokus pada koreografi, style pakaian, serta visual dalam video terdapat pesan

atau makna yang dapat

mempresentasikan tubuh perempuan dijadikan objek seksualitas.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dokumentasi yang didapat melalui hasil tangkapan layar atau screenshot dari gambar visual pada tiga video klip dan studi literatur yang didapat dari

(4)

3961 referensi dari artikel ilmiah, jurnal, buku maupun internet yang membahas mengenai objektifikasi tubuh perempuan.

Analisis data yang dipakai pada penelitian ini menggunakan Analisis Semiotika milik John Fiske yang nantinya meneliti pertanda dan makna yang didapat dari delapan scene masing- masing video klip. Tanda tersebut didapat dari tiga unsur level didalamnya yakni level realtitas terdiri dari appearance (penampilan), costume (pakaian), makeup (riasan), environment (lingkungan), behavior (perilaku), gesture (sikap), expression (ekspresi), speech (ucapan), level representasi terdiri dari teknik pengambilan gambar, pencahayaan dan suara musik, dan level ideologi terdiri dari kode-kode yang mengandung unsur patriarki, individualisme, kelas, materialisme, ras, kapitalisme dan lain-lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Representasi objektifikasi tubuh perempuan dalam media dapat memberikan pengaruh dalam cara pandang dan perlakuan pada masyarakat disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan representasi meliputi penggambaran mengenai ciri-ciri dan keunikan dari suatu kelompok tertentu, yang tidak hanya mencakup aspek penampilan fisik tetapi juga makna yang terkait dengan penampilan tersebut yang telah dibentuk atau dikonstruksikan (Burton, 2008;

Wibowo dkk., 2015). Maka tidak dapat dipungkiri bahwa peran media memiliki kekuatan dalam mempengaruhi audiens lebih cepat.

Perempuan sering dijadikan bahan objektifikasi karena penampilan perempuan yang digeneralisir dengan kesan feminin. Hal tersebut dapat dilihat dari peran yang mana laki-laki cenderung lebih maskulin dan mengendalikan sedangkan perempuan cenderung lebih feminin dan dikendalikan. Sebagaimana dijelaskan

oleh McKay bahwa peran gender memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan respons perempuan (Artana, 2018). Peran gender mengacu pada norma-norma, nilai-nilai, dan harapan sosial yang ditetapkan oleh masyarakat terkait dengan cara perempuan dan laki-laki seharusnya berperilaku, berinteraksi, dan berfungsi dalam masyarakat.

Objektifikasi merujuk pada proses atau perlakuan di mana seseorang atau kelompok orang diperlakukan dan dipandang sebagai objek atau benda, bukan sebagai individu yang memiliki hak, perasaan, dan martabat (Purwaningsih, 2022). Dalam konteks sosial disinilah, objektifikasi sering terjadi terutama terhadap perempuan, meskipun tidak terbatas hanya pada gender tertentu. Teori objektifikasi Fredrickson & Roberts (dalam Marietha dkk., 2021) menjelaskan, objektifikasi memberikan kerangka pemahaman tentang bagaimana pengalaman menjadi perempuan dalam konteks sosial dan

budaya yang cenderung

mengobjektifikasi tubuh perempuan secara seksual. Secara tidak langsung perempuan seringkali dipandang hanya dari segi penampilan fisik dan daya tarik seksualnya.

American Psychological Association (APA) telah menyoroti dan mengamati representasi perempuan dalam media, termasuk dalam video klip.

Hasil yang ditemukan oleh APA menyampaikan bahwa perempuan seringkali digambarkan dalam perilaku seksual dan dijadikan objek dalam berbagai konten media. Dalam budaya pop dan industri musik, video klip seringkali menggambarkan perempuan dengan eksploitasi erotis atau menonjolkan sisi sensual untuk menarik perhatian penonton (Wulan, 2014). Hal ini bisa menjadi strategi pemasaran yang digunakan untuk meningkatkan

(5)

3962 popularitas dan daya tarik dari video klip tersebut.

Video klip adalah salah satu bentuk media visual yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang efektif dan menarik.

Sebab video klip dilengkapi tema atau konsep yang ditampilkan memiliki pesan yang sesuai dengan isu dan realitas pada kehidupan sosial masyarakat (Rini &

Fauziah, 2019). Maka tidak dapat dipungkiri, video klip seringkali menampilkan tubuh perempuan dengan cara yang seksual atau memperlihatkan bagian-bagian tubuh tertentu secara berlebihan.

Tubuh perempuan dalam dunia industri musik khususnya K-Pop sangat perlu diperhatikan untuk seseorang yang ingin menjadi seorang idol. Musik K-pop sudah menjadi populer diseluruh dunia, dikarenakan boygroup dan girlgroup yang telah berhasil dalam mempersembahkan penampilannya kepada para penggemar (Alam &

Nyarimun, 2017). Industri musik K-Pop, khususnya untuk girlgroup, sering kali menempatkan penekanan pada citra tubuh dan penampilan fisik. Persaingan yang ketat dalam industri ini membuat para calon idol harus memenuhi standar kecantikan dan penampilan tertentu agar bisa bersaing dan mendapatkan tempat di industri (Madayanti, 2015).

Adapun karakteristik fisik perempuan yang sesuai dengan kriteria cantik secara ideal dengan memiliki postur tubuh kurus, tinggi, putih, payudara kencang, pinggang kecil, bokong yang berisi, perut rata, hidung mancung, mulut kecil dengan bibir tebal dan rambut lurus (Meliana, 2006;

Gunawan, 2013). Hal ini dapat menyebabkan perempuan untuk merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka dan merasa perlu untuk mengubah diri mereka agar lebih dekat dengan citra kecantikan yang dianggap

"sempurna".

Gambaran cantik ideal yang menjadi bahan objektifikasi pada tubuh perempuan dapat dilihat pada video klip girlgroup K-Pop (G)I-DLE, Stellar dan AOA, yang mana penulis menemukan tanda atau simbol didalamnya.

Pandangan terhadap perempuan sebagai objek tontonan atau objek seksual dalam industri media dapat menyebabkan banyak masalah dan perwakilan yang merugikan.

Media sering kali

mempertontonkan perempuan dengan cara yang mengutip nilai-nilai seksual dan fisik mereka, dengan fokus pada penampilan fisik, kecantikan, dan daya tarik seksual (Prabasmoro, 2006;

Oentojo, 2018). Hal ini menyebabkan perempuan dianggap sebagai objek yang dapat dipertontonkan dan dinikmati oleh orang lain. Selain itu, pandangan perempuan sebagai sesuatu yang dapat dimiliki, dijual, atau dibeli juga mencerminkan penggunaan objektifikasi untuk keuntungan ekonomi atau komersambarial (Nussbaum, 1997;

Paramitha, 2014).

Gambar 1. 1 Pandangan terhadap tubuh perempuan sebagai objek tontonan

Sumber: youtube.com

(6)

3963 Pada level realitas penulis menemukan beberapa hal yang mendukung perempuan dijadikan bahan objektifikasi pada media, dilihat pada pemilihan kostum yang secara sengaja memperlihatkan kaki jenjang (panjang dan langsing), disertai dengan kulit mulus, putih dan bersih. Selain itu, dilihat pada model pakaian yang dapat memperlihatkan lekuk tubuh yang dapat menonjolkan area tubuh seperti pantat.

Didukung dengan koreografi yang ditampilkan dalam tiga video klip tersebut yang berupaaya memunculkan kesan seksi atau menggoda dengan gerakan menggerakan bagian paha, pinggul, dan dada.

Adapun tambahan data, penulis juga menemukan bagaimana media merepresentasikan adanya objektifikasi pada tubuh perempuan dalam kehidupan yang ada di masyarakat.

Temuan tersebut didapat dari adegan video klip (G)I-DLE yang sesuai dengan kehidupan realitas yang ada di Masyarakat.

Gambar 1. 2 Tubuh perempuan menjadi konsumsi audiens

Sumber: youtube.com

Dari dua data diatas, perempuan dilihat dari segi keindahan fisik yang dimiliki pada bentuk tubuhnya yang sesuai. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Melliana bahwa sebagian besar laki- laki heteroseksual sering memandang bagian-bagian tertentu dari tubuh

perempuan sebagai simbol keindahan fisik, terutama pada bagian yang dianggap seksi. Bagian-bagian tubuh perempuan yang sering dijadikan objek seksual meliputi bibir, paha, pinggul, pantat, dan payudara (Kusumawati, 2017). Dalam perspektif objektifikasi yang diteliti oleh Nussbaum, tubuh perempuan dianggap sebagai objek yang digunakan untuk memenuhi keperluan pribadi dan dapat dijadikan komoditas di media tanpa mempertimbangkan perasaan dan pandangan dari pemilik tubuh yang menjadi bahan objektifikasi (Dianti & Asri, 2020).

Tubuh perempuan yang menjadi objek seperti bibir, paha, pinggul, pantat, dan payudara pada video klip dapat menjadi fokus perhatian khusunya pada laki-laki karena bagian tubuh tersebut dapat merangsang, seksi dan menggairah. Hasil riset seorang ilmuwan dari Georgia Gwinnett College terhadap 14 pria menunjukkan bahwa melihat tubuh perempuan yang menampilkan lekuk tubuh dapat mengaktifkan sel otak yang memberikan rasa kesenangan (Choi, 2010; Kusumawati, 2017).

(7)

3964 Gambar 1. 3 Bagian tubuh perempuan dalam

video klip Sumber: youtube.com

Penggambaran tubuh

perempuan yang ditampilkan pada video klip tersebut didapat penulis dari penyajian data pada level representasi milik John Fiske. Level representasi tersebut dilihat pada pengambilan kamera yang mana fokus kamera berpusat pada bagian-bagian tubuh perempuan, seperti payudara, paha, atau bagian tubuh lain yang dianggap erotis, dapat memperkuat objektifikasi tubuh perempuan sebagai benda yang dapat dipertontonkan dan dinikmati. Oleh sebab itu, penampilan fisik yang ditampilkan akan lebih dulu dicermati dengan tujuan untuk dapat dinilai, karena perempuan akan menarik atau tidaknya tergantung pada tubuh yang dimilikinya.

Dalam tiga video klip tersebut penulis juga menemukan tanda yang mana adanya kesan telanjang pada penggunaan pakaian ya ng dikenakan pada 3 video klip tersebut. Menurut teori Fredrickson & Roberts (dalam Hernawan, 2022), objektifikasi seksual terjadi pada perempuan tanpa kontrol pribadinya, terutama dalam konteks media. Penggambaran visual dalam media seringkali menyoroti tubuh perempuan, terutama ketika menggunakan pakaian yang terkesan terbuka atau telanjang, sehingga dapat membangkitkan gairah seksual yang cenderung dikontrol oleh laki-laki.

Gambar 1. 4 Kesan telanjang yang ditampilkan dalam video klip

Sumber: youtube.com

Sejumlah adegan dalam potongan video di atas memperlihatkan kesan telanjang yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terutama laki-laki terhadap isi video klip tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan Balraj yang menyatakan bahwa media memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk dan memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tubuh perempuan (Balraj, 2015).

Dengan demikian, pengaruh pada cara pandang tersebut dapat dilihat pada penggunaan pakaian yang ada dalam tiga video klip tersebut, yang mana memperlihatkan keindahan yang dimiliki oleh perempuan. Penggunaan pakaian tersebut secara tidak langsung dapat memicu fantasi seksual pada laki- laki ketika melihatnya, karena laki-laki cenderung memiliki tingkat kecenderungan pasif yang lebih tinggi terhadap rangsangan seksual dibandingkan perempuan.

Objektifikasi tubuh perempuan dalam video klip tidak hanya ditampilkan adanya kesan telanjang didalamnya.

Adapun sering terjadi ketika adegan atau gerakan tubuh perempuan yang menampilkan bagian-bagian tubuh perempuan secara eksplisit, pose yang menonjolkan lekuk tubuh, atau gerakan erotis didalamanya. Hal tersebut merupakan contoh objektifikasi yang nantinya akan menimbulkan kesan seksualitas berlebihan karena menarik

(8)

3965 perhatian, menghibur, atau memuaskan hasrat seksual pemirsa laki-laki (Aubrey, 2011).

Gambar 1. 5 Gerakan dan ekspresi tubuh secara erotis yang ditampilkan pada video

klip

Sumber: youtube.com

Gerakan dan ekspresi tubuh para perempuan dalam video klip diatas menonjolkan seksualitas dan keseksian.

Ekspresi wajah, gerakan tangan, atau pose yang menekankan bagian-bagian tubuh tertentu dapat memberikan kesan bahwa tubuh perempuan dijadikan benda yang menarik dan dihargai karena nilai seksualnya. Penampilan gerakan dan ekspresi tubuh ini dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap tubuh perempuan sebagai objek seksual.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa tubuh perempuan sering kali dianggap hanya sebagai aksesori atau objek pemenuhan nafsu bagi laki-laki (Purwaningsih, 2022). Dalam konteks ini, dapat diasumsikan bahwa perempuan seringkali dipandang rendah derajat dan martabatnya karena adanya gestur dan gerakan tersebut (Syarifah 2006; Prastiyo, 2018). Hal ini dapat

berdampak buruk pada citra perempuan dalam masyarakat, dan dapat menyebabkan ketidaksetaraan gender dan peningkatan kekerasan terhadap perempuan.

Dalam teori objektifikasi Fredrickson & Robert (dalam Marietha dkk., 2021) menjelaskan bahwa pada konteks sosial dan budaya perempuan cenderung diobjektikasi secara seksual pada tubuh yang dimilikinya. Selain itu, tujuan utama ketika perempuan menjadi sasaran sebagai bahan objektifikasi yaitu untuk pemenuhan kebutuhan dan kesenangan orang lain. Maka tidak menutup kemungkinan tindakan objektifikasi akan memiliki konsekuensi dan dampak negatif bagi perempuan terhadapa penekanan akan permasalahan tersebut.

Calogero (2012, dalam Marietha dkk., 2021) sebagai seorang ahli teori feminis berpendapat bahwa pengalaman objektifikasi seksual yang dialami oleh perempuan dapat bertumpuk seiring berjalannya waktu dan akhirnya

menyebabkan perempuan

menginternalisasi objektifikasi seksual terhadap diri sendiri. Akibatnya, perempuan seringkali menahan semua beban tersebut dalam dirinya hingga mencapai titik di mana ia tidak mampu lagi atau merasa sulit untuk mengekspresikan diri (Wulan, 2019).

SIMPULAN

Berdasarakan yang sudah penulis temukan dalam analisis data dan pembahasan mengenai tiga video klip, penulis meyimpulkan adanya tiga poin yang perlu di garis bawahi yakni:

1. Industri K-Pop sering kali menetapkan standar kecantikan yang sangat ketat.

Perempuan yang ingin menjadi idol diharapkan memiliki porsi tubuh yang ideal, kulit yang putih dan mulus, serta wajah yang dianggap cantik menurut

(9)

3966 standar kecantikan masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan tekanan dan stres bagi calon idol untuk memenuhi standar tersebut.

2. Pada tiga video klip tersebut, industri K-Pop sering menampilkan objektifikasi tubuh perempuan yang memperlihatkan lekuk tubuh yang dimiliki dan adanya sorotan pada bagian-bagian tertentu dari tubuh perempuan seperti bagian pada leher, payudara, pinggul, paha, bibir, pantat dan anggota tubuh yang lainnya.

Hal ini dapat menyebabkan perempuan dianggap sebagai objek seksual dan mengabaikan bakat dan potensinya dalam industri musik.

3. Penting bagi industri musik K-Pop untuk lebih memperhatikan representasi positif perempuan dan menyoroti bakat dan keunikan yang dimiliki.

Mengakui beragam tipe tubuh dan penampilan fisik yang berbeda dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghormati peran perempuan dalam seni dan hiburan.

4. Masyarakat juga perlu lebih sadar akan dampak negatif dari penekanan berlebihan pada penampilan fisik.

Pendidikan tentang keragaman tubuh, self-love, dan nilai-nilai positif perlu diperkenalkan untuk mengurangi tekanan dan norma yang tidak realistis terkait dengan penampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Aubrey, J. S., & Frisby, C. M. (2011).

Sexual Objectification In Music Videos: A Content Analysis Comparing Gender and Genre. Mass Communication and Society, 14(4), 475-501.

Artana, F. K. (2018). The Woman Objectification and Abjection In Hannah Kent's Burial Rites. Jurnal Language Horizon, Volume 06, Nomor 1. Universitas Negeri Surabaya.

Amara, D. R. (2021). Penggambaran Seksualitas Perempuan dalam Video Klip Lip &

Hip Pada Official Channel Youtube Hyuna (Doctoral dissertation, Widya Mandala Surabaya Catholic University).

Byerly, Carolyn M., & Ross, Karen.

(2006). Women and Media: A Crtical Introduction.

UK: Blackwell Publishing.

Balraj, B., Besi Camp, S. and Lumpur, K.

(2015) ‘Understanding Objectification Theory’, International Journal on Studies in English Language and Literature (IJSELL), 3(11), pp. 70–

74.

Dunbar, Julie C. (2011). Women, Music, Culture: An Introduction. New York: Routledge.

Dianti, A., & Asri, Y. (2020). Women’s Objectification in Tanah Tabu and Cantik Itu Luka.

In The 3rd International Conference on Language, Literature, and Education (ICLLE 2020) (pp. 126- 130). Atlantis Press.

Hermawan, H. (2022). Penggunaan Seksualitas Wanita Dalam Iklan Televisi. Hybrid Advertising Journal: Publication for Advertising Studies, 1(2), 112-118.

Intan, T. (2021). Objektifikasi dan Resiliensi Perempuan dalam Novel Perempuan Bayangan Karya Netty Virgiantini. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 17(2), 108-121.

Kusumawati, W. G. (2017). Sensualitas Tubuh Perempuan Dalam Music Video Milik Stellar Berjudul Marionette Dan Vibrato (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Marietha, A. R., Najwarani, D., Almuttaqin, F. P., Novianti, F. E., Sihotang, J., &

Wulan, R. R. (2021). Fenomenologi Objektifikasi Seksual Pada Wanita Pengguna Tiktok Dan Instagram. PRecious: Public Relations Journal, 2(1), 65-81.

(10)

3967

Ningsih, S. (2020). Kisah Miris Artis K- Pop yang Dijadikan Objek Seks sampai Trauma

Minum Susu. Diunduh di

https://wolipop.detik.com/fashion-news/d- 5037660/kisah-miris-artis-k-pop-yang- dijadikan-objek-seks-sampai-trauma-minum- susu, tanggal 16 Maret 2023).

Paramitha, V. (2014). Sexual Objectification in Mo Yan’s Big Breasts and Wide Hips. LANGUAGE HORIZON, 2(1).

Prastiyo, A. (2018). Pemaknaan Objektifikasi Perempuan Sebagai Hasil Doxing Pada Akun Instagram Undip Cantik (Doctoral Dissertation, Master Program in Communication Science).

Purwaningsih, E. (2022). Objektifikasi Perempuan Pada Tindakan Catcalling Di IAIN Kediri Kota Kediri (Doctoral Dissertation, IAIN Kediri).

Rochimah, T.H.N. (2018). Pertarungan Wacana Tubuh Perempuan dalam Media.

Yogyakarta: Buku Litera.

Restiana, N. (2022). 'Nxde': Cara Keren (G)I-DLE Menyuarakan Perubahan Lewat Karya.

Diunduh di

https://www.idntimes.com/korea/kpop/naudr ey-sha/nude-cara-g-idle-menyuarakan-

perubahan-lewat-karya-c1c2?page=all, tanggal 3 Juni 2023)

Saputra, L. A., & Islam, M. A. (2021).

Perancangan Video Musik “Sorry” Sebagai Media Promosi Band Bannedabsinthxx. BARIK, 2(3), 111-122.

Wowkeren.com. (2014). Dikritik Vulgar, Stellar Tetap Rilis MV 'Marionette' Versi

No Cut. Diunduh di

(https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00 046498.html, tanggal 27 Mei 2023)

Wulan, R. R. (2014). Sensualitas Perempuan dalam Industri Musik Populer. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(3), 267-276.

Wibowo, Eviyono Adi, Fajar Junaedi, and Agus Triyono. (2015). Representasi Perempuan Dalam Film Wanita Tetap Wanita Analisis Semiotika Representasi Perempuan dalam Film Wanita Tetap Wanita. Diss.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wardani, D. P. (2018). Representasi Sensualitas Perempuan dalam Music Video Girlband Stellar yang Berjudul “Sting” dan

“Crying” (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Wulan, R. R. (2019) ‘Kajian Gender Dalam Ilmu Komunikasi’, Journal Acta Diurna, 15(1), p. 29. doi: 10.20884

Referensi

Dokumen terkait

Accounting for the Investment Degree of influence Investment's carrying value Investment income Lack of significant influence Fair value cost, if nonmarketable Dividends