DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2023.008.2.04
Respon Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) pada Berbagai Prosentase dan Waktu Pemangkasan Pucuk (Topping)
Response of Cowpea Plants (Vigna unguiculata L.) at Various Percentage and Time of Shoot Pruning (Topping)
Fauzul Adhim*) dan Nur Edy Suminarti
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145 Jawa Timur
*)E-mail: fauzuladhim20@gmail.com Diterima 14 Juli 2022 / Disetujui 24 Februari 2023
ABSTRAK
Kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) adalah salah satu tanaman legume yang bijinya berpotensi dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Biji kacang tunggak juga dapat dijadikan berbagai produk olahan seperti kecap, susu, keju, tauco, dan beberapa makanan tradisional lain (lepet, bubur, dan peyek). Saat ini produksinya cukup rendah karena masih jarangnya tanaman tersebut dibudidayakan oleh petani dan masih jarang diterapkannya manajemen tanaman yang baik oleh petani.
Salah satu bentuk dari kegiatan manajemen tanaman adalah pemangkasan pucuk yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan cabang lateral. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga November 2021 di lahan percobaan milik Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Muneng yang berlokasi di Desa Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Perlakuan prosentase pemangkasan (kontrol, pangkas 20%, pangkas 35%, dan pangkas 50%) sebagai petak utama dan waktu pemangkasan (dipangkas 21 HST, dipangkas 28 HST, dan dipangkas 35 HST) sebagai anak petak. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan diuji menggunakan F tabel pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan pucuk pada prosentase dan waktu yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak. Berdasarkan hasil analisis usahatani, perlakuan kontrol lebih efektif dan efisien untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 1,19.
Kata kunci: Kacang Tunggak, Pemangkasan Pucuk, Topping, Waktu Pemangkasan ABSTRACT
Cowpea (Vigna unguiculata L.) is one of the legume plants whose seeds have the potential in fulfillment the nutritional needs of the Indonesian people. Cowpea seeds can also be made into various processed products such as soy sauce, milk, cheese, tauco, and several other traditional foods (lepet, porridge, and peyek). Currently, the production is quite low because the farmers are still rarely cultivated and good crop management is still rarely implemented by farmers. One form of plant management activities is shoot pruning to stimulate the growth of lateral branches. This research has been carried out in September to November 2021 on the experimental land of Muneng Agricultural Technology Research and Assessment Installation (IP2TP) located in Muneng Kidul Village, Sumberasih District, Probolinggo. This research used a Split Plot Design (SPD) with 3 replications. The percentage of pruning treatment (control,
20% of pruning, 35% of pruning and 50% of pruning) as the main plot and the pruning time (pruned 21 DAP, pruned 28 DAP, and pruned 35 DAP) as the subplot. The research data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and tested using the F table at 5% level. If there is a significant effect, it is continued with the Honestly Significant Difference test (HSD) at 5% level. The results showed that shoot pruning treatments at different percentages and times didn’t give a significant effect on the growth and yield of cowpea. Based on the results of farming analysis, control treatment is more effective and efficient to cultivate with an R/C value of 1.19.
Keyword: Cowpea, Pruning Time, Shoot Pruning, Topping
PENDAHULUAN
Kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) adalah salah satu tanaman legume yang bijinya berpotensi dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Setiap 100 g biji kacang tunggak mengandung 61,6 g karbohidrat, 22,9 g protein, 1,1 g lemak, 77 mg kalsium, dan 0,92 mg vitamin B1 (Fitriana, 2015). Selain itu, biji kacang tunggak juga dapat dijadikan berbagai produk olahan seperti kecap, susu, keju, tauco, dan beberapa makanan tradisional lain (lepet, bubur, dan peyek). Namun, produksinya cukup rendah karena masih kurangnya perhatian masyarakat, dan masih jarangnya tanaman tersebut dibudidayakan oleh petani.
Saat ini produktivitas kacang tunggak hanya mencapai 1,6 ton ha-1 (Gustiani dan Widaryanto, 2019), sedangkan potensi produksinya dapat mencapai 2,13 ton ha-1 (Balitkabi, 2016).
Minimnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman kacang tunggak yang baik dan benar diduga menjadi sebab adanya kesenjangan hasil tersebut. Salah satu diantaranya adalah masih jarang diterapkannya manajemen tanaman oleh petani. Salah satu bentuk dari kegiatan manajemen tanaman adalah pemangkasan.
Pemangkasan merupakan kegiatan pengurangan dari sebagian bagian tanaman yang mempunyai banyak tujuan.
Pada penelitian ini, pemangkasan yang dilakukan ialah pemangkasan pucuk yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan cabang lateral. Semakin banyak cabang yang
terbentuk maka intensitas cahaya matahari yang dapat diterima oleh tanaman juga akan meningkat. Pemangkasan pucuk pada fase vegetatif menyebabkan pertumbuhan vegetatif berkurang dan akan merangsang pertumbuhan generatif, tergantung taraf pemangkasan. Taraf pemangkasan yang berbeda akan menghasilkan dampak yang berbeda pula (Anggarsari dan Sumarni, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman dan mendapatkan informasi tentang prosentase dan waktu pemangkasan pucuk yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak yang tinggi.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2021 di lahan percobaan milik Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Muneng yang berlokasi di Desa Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Berada pada ketinggian 10 m dpl, dengan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2000 mm/tahun, suhu rata-rata harian 27oC, kelembaban udara 77%, dan memiliki jenis tanah Alfisol (Balitkabi, 2017).
Alat yang digunakan pada pelelitian ini meliputi cangkul, garu, tugal, sprayer, papan perlakuan, gunting, penggaris, meteran, alat tulis, timbangan analitik, dan kamera. Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi benih kacang tunggak varietas KT-4, pupuk anorganik yang terdiri dari 50 kg ha-1 Urea, 100 kg ha-1 KCl, dan 100 kg ha-1 SP-36, dan
insektisida (virtako 300 SC, regent 50 SC, dan curacron 500 EC), serta air.
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT).
Perlakuan prosentase pemangkasan ditempatkan pada petak utama, terdiri dari P0 (kontrol), P1 (pangkas 20%), P2 (pangkas 35%), dan P3 (pangkas 50%). Sedangkan perlakuan waktu pemangkasan ditempatkan pada anak petak yang terdiri dari W1 (dipangkas 21 HST), W2 (dipangkas 28 HST), dan W3 (dipangkas 35 HST). 12 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 36 petak perlakuan.
Pengamatan pertumbuhan dilakukan mulai 35 hingga 56 HST dengan interval tujuh hari. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 tanaman sampel untuk parameter jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, BKTT, jumlah polong isi per tanaman, dan bobot polong isi per tanaman.
Sedangkan pengamatan panen dilakukan pada 63 HST dengan mengambil 9 tanaman sampel pada petak panen pada parameter BKTT, jumlah polong per tanaman, bobot kering polong per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak panen, bobot 100
biji dan hasil panen per hektar. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan diuji menggunakan F tabel pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pada pengamatan panen, dilakukan konversi dari hasil tiap petak panen ke Hasil Panen per Hektar (HPPH) dengan rumus (Suminarti, 2015).
HPPH = luas lahan 1 ha
luas petak panen x BK biji x FK FK = luas petak x total petak
luas lahan percobaan Keterangan:
BK = Bobot Kering FK = Faktor Koreksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman pada dasarnya selalu mengalami proses pertumbuhan selama hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlepas dari faktor genetik, lingkungan tumbuh, maupun manajemen suatu tanaman. Hasil penelitian menunjuk- kan bahwa interaksi nyata antara prosentase dan waktu pemangkasan pucuk pada komponen pertumbuhan tanaman kacang tunggak terjadi pada parameter jumlah daun dan bobot segar polong per tanaman, sedangkan pada komponen hasil tidak terjadi interaksi nyata pada semua parameter.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 49 HST, waktu pemangkasan pucuk tidak memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah cabang.
Pada perlakuan prosentase pemangkasan pucuk untuk umur pengamatan 49 HST, jumlah cabang tertinggi didapatkan pada pemangkasan 50%. Penurunan prosentase pemangkasan menjadi 35% atau 20% hingga kontrol menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah cabang masing-masing sebesar 0,38 cabang (7,43%) dan 1 cabang (19,57%).
Pada tanaman yang dipangkas, hasil fotosintesis akan dialihkan pada pertumbuhan samping, akibatnya tunas samping tumbuh lebih tinggi dibandingkan tunas pada tanaman tanpa pemangkasan.
Pertumbuhan tunas samping yang cukup tinggi menghasilkan jumlah buku subur per cabang lebih banyak. Maghfiroh (2021) menyebutkan jumlah buku subur berbanding lurus dengan jumlah cabang, semakin banyak jumlah buku subur yang dihasilkan, maka jumlah cabang yang terbentuk juga semakin banyak. Hasil penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa peningkatan jumlah cabang berhubungan erat dengan peningkatan jumlah buku subur (Sutrisno dan Wijanarko, 2017).
Tabel 1. Rata-rata jumlah cabang pada berbagai prosentase dan waktu pemangkasan pada umur pengamatan 49 HST
Perlakuan Jumlah cabang (cabang/tanaman)
Prosentase pemangkasan
− kontrol 4,11 a
− dipangkas 20% 4,67 b
− dipangkas 35% 4,78 b
− dipangkas 50% 5,11 c
BNJ 5% 0,32
Waktu pemangkasan
− dipangkas 21 HST 4,88
− dipangkas 28 HST 4,67
− dipangkas 35 HST 4,46
BNJ 5% tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, HST = hari setelah tanam
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun pada berbagai prosentase dan waktu pemangkasan pada umur pengamatan 42 HST akibat terjadi interaksi antara prosentase dan waktu pemangkasan pucuk
Perlakuan Waktu pemangkasan
21 HST 28 HST 35 HST
Prosentase pemangkasan
− tidak dipangkas 41,00 a 43,00 a 43,50 a
B C C
− dipangkas 20% 42,50 b 39,00 ab 38,00 a
B BC B
− dipangkas 35% 45,00 b 37,00 a 34,00 a
B B B
− dipangkas 50% 33,50 b 32,50 b 26,00 a
A A A
BNJ 5% 4,25
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, HST = hari setelah tanam
Daun berperan penting sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Jumlah daun yang cukup merupakan syarat bagi tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis secara maksimal. Hasil penelitian menunjukkan pada umur 42 HST, pemangkasan pucuk umur 21 HST menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan pemangkasan umur 35 HST (Tabel 2). Hasil ini sebanding dengan jumlah cabang yang terbentuk, dimana pada tanaman yang dipangkas umur 21 HST jumlah cabang yang terbentuk juga lebih banyak. Jumlah daun
berbanding lurus dengan jumlah cabang, karena cabang merupakan tempat tumbuhnya daun. Tanaman yang memiliki jumlah cabang banyak, akan meningkatkan jumlah daun yang dihasilkan (Sayekti et al., 2012).
Pemangkasan 50% menghasilkan jumlah daun paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan prosentase kehilangan sebagian bagian tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan lainnya. Jumlah daun yang dihasilkan pada suatu tanaman akan sangat
menentukan kemampuan tanaman dalam menghasilkan asimilat, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk organ baru, seperti jumlah cabang, luas daun, dan bobot segar total tanaman (Suminarti, 2016).
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan prosentase pemangkasan pucuk tidak memberikan pengaruh yang nyata pada bobot kering total tanaman. Bobot kering total tanaman pada tanaman yang dipangkas 21 HST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan tanaman yang dipangkas 28 HST. Bobot kering total tanaman terendah didapatkan pada tanaman yang dipangkas 35 HST. Pengubahan waktu pemangkasan, yaitu dari 21 HST menjadi 35 HST atau 28 HST menjadi 35 HST menyebabkan terjadinya penurunan bobot kering total
tanaman masing-masing sebesar 2,46 g (13,44%) dan 1,59 g (9,12%).
Bobot kering total tanaman menunjukkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungannya dan sekaligus menggambarkan banyaknya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman.
Asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis digunakan sebagai sumber energi pertumbuhan dalam membentuk organ vegetatif tanaman yang berakibat pada peningkatan biomassa tanaman (Sektiwi et al., 2013). Bobot kering tanaman umumnya digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan merupakan hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan, sehingga jika bobot kering tanaman yang dihasilkan rendah dapat dikatakan bahwa proses pertumbuhannya terhambat (Handajaningsih et al., 2013).
Tabel 3. Rata-rata bobot kering total tanaman pada berbagai prosentase dan waktu pemangkasan pada umur pengamatan 49 HST
Perlakuan Bobot kering total tanaman
(g/tanaman) Prosentase pemangkasan
− kontrol 17,37
− dipangkas 20% 18,66
− dipangkas 35% 16,25
− dipangkas 50% 16,52
BNJ 5% tn
Waktu pemangkasan
− dipangkas 21 HST 18,31 b
− dipangkas 28 HST 17,44 b
− dipangkas 35 HST 15,85 a
BNJ 5% 1,11
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, HST = hari setelah tanam
Bobot 100 biji merupakan salah satu indikator kualitas biji, baik secara fisik maupun fisiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan prosentase dan waktu pemangkasan pucuk tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada komponen bobot 100 biji (Tabel 4). Hal ini dapat dilihat pada perlakuan prosentase pemangkasan bobot 100 biji yang dihasilkan
berkisar antara 12 – 12,7 g. Sementara pada perlakuan waktu pemangkasan bobot 100 biji yang dihasilkan berkisar antara 11,96 – 12,52 g. Hasil penelitian ini sejalan dengan deskripsi varietas yang dirilis oleh Balitkabi (2016), yang menyebutkan bobot 1000 biji tanaman kacang tunggak varietas KT 4 berkisar antara 110 – 125 g. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pembentukan biji sangat bergantung pada pertumbuhan daun dalam hal penyerapan energi matahari oleh permukaan daun.
Jumlah daun yang cukup dan kerapatan yang optimal mampu meningkatkan aktivitas fotosintesis, sehingga diharapkan distribusi asimilat yang ditranslokasikan ke biji menjadi lebih banyak. Biji yang lebih besar dan lebih berat menunjukan bahwa kandungan cadangan makanan dalam biji lebih banyak (Handayani et al., 2018).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan prosentase pemangkasan maupun perlakuan waktu pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada komponen hasil panen biji per hektar (Tabel 4). Tidak adanya pengaruh nyata dari perlakuan tersebut disebabkan karena tidak adanya pengaruh nyata dari perlakuan terhadap komponen hasil seperti bobot kering total tanaman, bobot 100 biji, dan bobot kering biji per petak panen. Hal ini juga berkaitan dengan indeks panen. Dimana nilai rata-rata indeks panen untuk perlakuan prosentase pemangkasan yaitu sebesar 0,40 dan untuk perlakuan waktu pemangkasan juga sebesar 0,40. Menurut Syaifudin et al.
(2018), indeks panen merupakan karakter
penting yang turut menentukan hasil. Korelasi antara indeks panen dengan hasil biji lebih konsisten dibandingkan dengan karakter lainnya, karena pengaruh lingkungan terhadap indeks panen relatif sangat kecil.
Hasil analisis usaha tani menunjukkan pada semua perlakuan prosentase dan waktu pemangkasan pucuk diperoleh hasil perlakuan tanpa pemangkasan lebih menguntungkan untuk diusahakan dengan nilai R/C ratio sebesar 1,19. R/C ratio merupakan sebuah nilai yang diperoleh antara pemasukan yang diterima dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan suatu usaha tani. Nilai R/C ratio sebesar 1,19 dapat diartikan bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar 1,19 rupiah. Nilai R/C ratio yang lebih dari 1 menandakan bahwa usaha tani layak untuk dikembangkan. R/C ratio atau analisis efisiensi pendapatan merupakan perbandingan antara penghasilan kotor petani yang berasal dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam suatu usaha tani, dan dapat dikatakan layak apabila nilai R/C ratio lebih dari 1 (Hidayat et al.
2019).
Tabel 4. Rata-rata bobot 100 biji, bobot kering biji per petak panen dan hasil panen per hektar pada berbagai prosentase dan waktu pemangkasan pada umur pengamatan 70 HST Perlakuan Bobot 100 biji
(g)
Bobot kering biji per petak panen (g)
Hasil panen per hektar (t ha-1) Prosentase pemangkasan
− kontrol 12,70 149,50 1,163
− dipangkas 20% 12,37 155,06 1,206
− dipangkas 35% 12,11 149,14 1,160
− dipangkas 50% 12,00 146,67 1,141
BNJ 5% tn
Waktu pemangkasan
− dipangkas 21 HST 11,96 149,89 1,166
− dipangkas 28 HST 12,41 150,57 1,171
− dipangkas 35 HST 12,52 149,82 1,165
BNJ 5% tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, HST = hari setelah tanam
DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2023.008.2.04 KESIMPULAN
Pemangkasan pucuk pada prosentase dan waktu yang berbeda tidak dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak. Perlakuan tanpa pemangkasan lebih menguntungkan untuk diusahakan dengan nilai R/C ratio sebesar 1,19.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarsari, D., dan T. Sumarni. 2017.
Pengaruh pemangkasan pucuk dan pupuk Gandasil D pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). J. Produksi Tanaman 5 (4) : 561–
567.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind ex.php/protan/article/view/414/417.
Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi). 2016. Deskripsi varietas unggul kacang tunggak.
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
berita/deskripsi-kacang-tunggak.
Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi). 2017. Profil Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP).
https://babel.litbang.pertanian.go.id/im ages/ProfilKP/Petaling.pdf.
Fitriana, Z. W. 2015. Pemanfaatan kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) sebagai bahan pembuatan keju nabati berkalsium tinggi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo.
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/
5004/1/103711028.pdf.
Gustiani, L. F., dan E. Widaryanto. 2019.
Pengaruh pengaplikasian herbisida dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak (Vigna unguiculata L.). J. Produksi Tanaman 7 (6) : 1006–1015.
https://core.ac.uk/download/pdf/29541 0603.pdf.
Handajaningsih, M., E. I. Sukarjo, dan N.
Lidiawati. 2013. Pertumbuhan awal mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada beberapa dosis vermikompos dan
intensitas naungan. J. Agro Tropika 3 (2) : 43–50.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/agrotro p/article/view/15261/10116.
Handayani, L., I. G. N. Raka, dan A. A. M.
Astiningsih. 2018. Pengaruh pemangkasan cabang lateral terhadap hasil dan mutu benih kacang panjang (Vigna sinensis L.). J. Agro Tropika 7 (4) : 510–519.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/art icle/download/44732/27167.
Hidayat, Y. R., D. Dwirayani, dan I. Saleh.
2019. Kajian penerapan teknologi terhadap pendapatan usahatani mangga Gedong Gincu (Mangifera indica L.) studi kasus di wilayah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon. J. Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 3 (1) : 152–161.
https://jepa.ub.ac.id/index.php/jepa/arti cle/view/157/84.
Maghfiroh, I. Y. 2021. Pengaruh kombinasi beberapa varietas dan waktu pemangkasan pucuk terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak (Vigna unguiculata). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Sayekti, R. S., D. Prajitno, dan Toekidjo.
2012. Karakterisasi delapan aksesi kacang tunggak (Vigna unguiculata L.
Walp) asal Daerah Istimewa Yogyakarta. J. Vegetalika 1 (1).
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/1379 /1173.
Sektiwi, A. T., N. Aini, dan H. T. Sebayang.
2013. Kajian model tanam dan waktu tanam dalam sistem tumpangsari terhadap pertumbuhan dan produksi benih jagung. J. Produksi Tanaman 1 (3) : 59–70.
https://media.neliti.com/media/publicati ons/126226-ID-kajian-model-tanam- dan-waktu-tanam-dalam.pdf.
Suminarti, N. E. and Nagano. 2015. The effect of urban waste compost on growth and yield of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott var Antiquorum) in
dry land. Research Journal of Life Science. 2 (2) : 101–109.
https://www.researchgate.net/publicati on/309433927_Upaya_Peningkatan_H asil_Tanaman_Talas_Colocasia_Escul enta_L_Schott_var_Antiquorum_Di_La han_Kering_Melalui_Aplikasi_Kompos _Sampah_Kota.
Suminarti, N. E. 2016. Pengaruh pemupukan N dan frekuensi pemangkasan tajuk pada aspek agronomis dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.) var. Kretek. J. Agro 3 (2) : 8–20.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ja /article/view/856/_2.
Sutrisno, dan A. Wijanarko. 2017. Respons tanaman kedelai terhadap waktu pemangkasan pucuk. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang.
Syaifudin, M., N. E. Suminarti, dan A.
Nugroho. 2018. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada berbagai kombinasi pupuk N dan P. J. Produksi Tanaman 6 (8) : 1851–1858.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind ex.php/protan/article/view/849/872.