Locarno Agreement ini merupakan perjanjian internasional yang dibuat untuk memfasilitasi perlindungan desain industri di berbagai negara secara bersamaan. Desain industri berkaitan dengan cabang kekayaan intelektual yang bertujuan untuk melindungi hak-hak pencipta yang merancang konfigurasi unik yang melibatkan struktur, penutup, warna, garis, atau bentuk untuk barang yang dapat diproduksi secara industri, asalkan desain tersebut tidak mengganggu fungsionalitas produk. Karena setiap karya dapat mengalami berbagai modifikasi desain oleh pencipta yang berbeda. Dengan demikian, kebutuhan ini semualah yang menyebabkan dimulainya Locarno Agreement 1.
Locarno Agreement sendiri ditandatangani pada tahun 1925 di Swiss, memiliki tujuan dalam mengatasi dampak dari Perang Dunia I di Eropa. Perjanjian utama, yang dikenal sebagai Locarno Pact, memiliki dua tujuan utama: mengamankan penyelesaian teritorial pasca perang dan membina perdamaian di antara negara-negara Eropa, terutama yang melibatkan Jerman dan negara-negara tetangganya 2. Perjanjian ini sangat penting dalam menormalkan hubungan antara Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, dan Italia. Fokus yang tersorot dari perjanjian ini terletak pada upaya untuk memperkuat perbatasan dan memastikan stabilitas, terutama mengenai perbatasan Jerman dengan Prancis dan Belgia. Perjanjian ini membentuk kerangka kerja untuk menyelesaikan konflik melalui cara-cara damai daripada menggunakan aksi militer.
Locarno Agreement menandai momen penting dalam diplomasi Eropa pasca-Perang Dunia I, yang melambangkan upaya untuk mengurangi ketegangan dan mendorong perdamaian di antara negara-negara yang sebelumnya bermusuhan. Perjanjian ini dipandang sebagai langkah penting dalam membangun kembali kepercayaan dan membina stabilitas setelah perang yang menghancurkan. Locarno Agreement, yang dibentuk pada tahun 1968, berfungsi sebagai sistem internasional untuk mengklasifikasikan desain industri, terutama mencakup negara-negara Eropa dan negara-negara penandatangan lainnya. Tujuan utamanya adalah menawarkan kerangka kerja standar untuk mendaftarkan desain industri. Namun, penting untuk dicatat bahwa Indonesia tidak termasuk di antara negara-negara yang berpartisipasi dalam perjanjian ini.
1Kasim Waziri, “The Locarno Agreement Establishing International Classification For Industrial Designs: Examining The Pros And Cons In Its Adoption In Nigeria,” Journal Of Business Law, Vol 2, No. 2 (2022),
2Willian Macdonald, “The Locarno Agreement s.” The Annals Of The American Academy Of Political And Social Science, Vol 126, No. 1 (1926), hal 59–61
Sistem klasifikasi ini, meskipun tidak secara langsung melibatkan Indonesia, memiliki arti penting bagi negara-negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut, yang terutama mencakup Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, Italia, dan beberapa negara lainnya. Sistem ini pada dasarnya merampingkan kategorisasi desain industri, memfasilitasi proses pendaftaran yang efisien dan keseragaman dalam memahami dan melindungi desain-desain ini di seluruh negara yang berpartisipasi.
Meskipun Indonesia bukan penandatangan Locarno Agreement, pengecualiannya tidak menyiratkan kurangnya kepentingan atau relevansi dengan konteks desain industri yang lebih luas. Negara-negara di luar perjanjian, seperti Indonesia, mungkin memiliki sistem klasifikasi atau metode mereka sendiri untuk menangani perlindungan desain industri, yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dan kerangka hukum mereka. Oleh karena itu, meskipun tidak secara langsung berpartisipasi dalam Locarno Agreement, Indonesia mungkin memiliki mekanisme alternatif untuk mengelola dan melindungi desain industri dalam yurisdiksinya.
Indonesia, meskipun pada awalnya tidak menjadi bagian dari Locarno Agreement, telah mengajukan dan memasukkan desain produk Indonesia yang unik yang belum tercakup dalam Locarno Agreement, seperti alat musik tradisional atau kemasan untuk makanan tradisional. Pelegalan ini memungkinkan klasifikasi yang lebih mudah untuk produk yang diekspor dan berfungsi sebagai referensi untuk pendaftaran desain industri3. Upaya yang dilakukan Indonesia untuk mengakses Locarno Agreement adalah dengan mengajukan dan mepelegalannya melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pelegalan ini akan menjadi dasar hukum untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut, sesuai dengan hukum Indonesia tentang perjanjian internasional.
Sebagai kesimpulan, Indonesia telah mengupayakan pelegalan Locarno Agreement, yang menunjukkan minatnya untuk menyelaraskan klasifikasi desain industri dengan standar internasional dan memfasilitasi proses pendaftaran yang lebih lancar, bahkan untuk desain produk Indonesia yang unik yang pada awalnya tidak tercakup dalam perjanjian tersebut.
3Kemenkum HAM RI, “Pembahasan Penyusunan Rperpres Tentang Pengesahan Locarno Agreement,”
Kemenkumham.Go.Id, October 3 2023, tersedia pada Https://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Index.Php?Itemid
=73&Catid=268&Id=6517%3apembahasan-Penyusunan-Rperpres-Tentang-Pengesahan-LocarnoAgreement&
Lang=En&Option=Com_Content&View=Article, diakses pada tanggal 20 November 2023.
Daftar Pustaka
Waziri, Kasim. “The Locarno Agreement Establishing International Classification For Industrial Designs: Examining The Pros And Cons In Its Adoption In Nigeria.”
Journal Of Business Law, Vol 2, No. 2 (2022).
Macdonald, William. “The Locarno Agreement s.” The Annals Of The American Academy Of Political And Social Science, Vol 126, No. 1 (1926).
Kemenkum HAM RI, “Pembahasan Penyusunan Rperpres Tentang Pengesahan Locarno Agreement,” Kemenkumham.Go.Id, October 3 2023, tersedia pada Https://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Index.Php?
Itemid=73&Catid=268&Id=6517%3apembahasan-Penyusunan-Rperpres-Tentang- Pengesahan-LocarnoAgreement&Lang=En&Option=Com_Content&View=Article, diakses pada tanggal 20 November 2023.