• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Kuliah Umum 1 Kelompok 7 Kesglob B

N/A
N/A
Pika Piku

Academic year: 2024

Membagikan " Resume Kuliah Umum 1 Kelompok 7 Kesglob B"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok : Kelompok 7

Kelas : PHF0600141B

Mata Kuliah : Kesehatan Global

Dosen Pengampu : Prof. drg. Nurhayati Adnan, M.Sc., Sc.D.

Resume Kuliah Umum 1 (Kamis, 29 Februari 2024)

Narasumber 1: Prof. Masamine Jimba

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh Prof. Jimba, Kesehatan Global merujuk pada suatu bidang yang mencakup studi, riset, dan praktik yang menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan umum dan pencapaian kesetaraan dalam hal kesehatan, yang disebut juga sebagai health equity. Esensi dari konsep kesehatan global ini terkait erat dengan usaha atau upaya untuk mengurangi kesenjangan kesehatan.

Sebelum konsep kesehatan global didefinisikan, sebuah contoh kasus di Jepang pada tahun 2001 menyoroti bahwa pengurangan kesenjangan kesehatan dianggap sebagai prinsip yang esensial dan tidak dapat ditawar, meskipun maknanya dapat berbeda-beda bagi setiap individu. Misalnya, rata-rata harapan hidup di Jepang mencapai 84 tahun, sementara beberapa negara di Afrika memiliki rata-rata harapan hidup sekitar 53–54 tahun. Hal ini menggambarkan bagaimana kesenjangan kesehatan tersebar secara global dan kesehatan global dianggap sebagai solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan berbagai perubahan yang terjadi, termasuk dalam ranah kesehatan global, telah terjadi pergeseran yang signifikan. Misalnya, pada tahun 1950, angka kematian bayi di negara-negara Afrika mencapai 30 kematian per 100 bayi dalam lima tahun pertama kehidupan, sementara hanya 5% dari kasus serupa terjadi di Amerika Utara.

Namun, pada tahun 2015, kesenjangan dalam angka kematian bayi tersebut telah menurun secara signifikan. Oleh karena itu, contoh ini mencerminkan salah satu prestasi dalam upaya mewujudkan kesehatan global.

Kesehatan global didefinisikan sebagai health equityyang mengakui perbedaan kondisi dan kebutuhan individu, serta perlunya alokasi sumber daya yang tepat guna mencapai hasil yang sama bagi semua orang. Selain definisi tersebut, terdapat 33 definisi lain yang mencakup berbagai aspek kesehatan global. Dari definisi-definisi tersebut, hanya dua artikel yang secara eksplisit memasukkan prinsip keadilan sosial atau ketidakadilan dalam konteks kesehatan global. Prinsip keadilan sosial adalah elemen kunci dalam filosofi kesehatan masyarakat, dan ketidakadilan sosial dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk penyalahgunaan hak asasi manusia terhadap kelompok tertentu atau kebijakan yang merugikan masyarakat dalam mencapai kondisi hidup yang sehat.

Prof. Jimba juga menyoroti isu dekolonisasi kesehatan global, yang merupakan upaya untuk mengatasi dominasi dan ketidakadilan yang telah merasuk dalam sistem kesehatan masyarakat. Pembebasan kesehatan global mencakup penghapusan segala bentuk supremasi yang mendasari struktur dan kebijakan kesehatan. Suatu pencapaian yang memadai dalam kesehatan global tidak hanya mengubah sedikit-banyak sistem yang ada, tetapi juga menghilangkan akar dari supremasi yang telah menyertai perkembangan sistem kesehatan global.

(2)

Kelompok : Kelompok 7

Kelas : PHF0600141B

Mata Kuliah : Kesehatan Global

Dosen Pengampu : Prof. drg. Nurhayati Adnan, M.Sc., Sc.D.

Narasumber 2: Assoc Prof. Mellissa Withers

Prof. Melissa menguraikan pendekatan dalam menghadapi tantangan kesehatan global dengan memanfaatkan konsep 6C, yang meliputi curiosity, commitment, cultural humility, compassion, courage, dan collaboration.Curiosity merujuk pada dorongan untuk terus belajar, mengeksplorasi, dan memahami berbagai dimensi kesehatan global, termasuk perbedaan budaya, tantangan yang dihadapi, dan potensi solusi yang dapat diadopsi. Commitment menegaskan pentingnya kesetiaan dan tekad untuk secara konsisten berkontribusi dalam upaya memperbaiki dan mencapai tujuan kesehatan global.

Cultural humility menyoroti pentingnya mengakui dan menghargai keragaman budaya dalam ranah kesehatan global dengan sikap terbuka, menghargai perbedaan, dan mengambil pelajaran dari pengalaman serta sudut pandang masyarakat lokal guna meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan pelayanan kesehatan. Compassion menitikberatkan pada empati dan kepedulian terhadap penderitaan dan kesulitan individu serta komunitas yang terdampak oleh masalah kesehatan global.

Courage menunjukkan kemauan dan keberanian untuk menghadapi tantangan, mengambil risiko, dan bertindak meskipun dihadapkan pada ketidakpastian atau rintangan yang besar dalam menangani isu-isu kompleks dan kontroversial dalam sistem kesehatan global.

Collaboration menekankan pentingnya kerja sama lintas disiplin dan lintas budaya untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kesehatan global dengan berbagi pengetahuan, sumber daya, dan keahlian guna mengatasi masalah kesehatan global secara efektif, adil, dan berkelanjutan.

Menurut Prof. Melissa, pencapaian kesehatan global tidak dapat terwujud tanpa adanya keenam aspek di atas, khususnya aspek kolaborasi. Ketika mengamati suatu peristiwa, berbagai individu menyuguhkan perspektif yang beragam. Prof. Melissa mengilustrasikan hal ini dengan mengambil contoh mengenai warna sepatu, di mana terdapat beberapa perbedaan pendapat yang mengatakan sepatu tersebut berwarna abu-abu dan hijau, sedangkan yang lain menyatakan bahwa sepatu tersebut berwarna merah muda dan putih. Analogi ini mencerminkan dinamika kesehatan global, di mana isu-isu kompleks tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau disiplin ilmu tertentu. Solusinya terletak pada kolaborasi lintas disiplin dan internasional, serta upaya bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Salah satu bentuk kemitraan yang terkenal adalah North-South Partnership, terutama dalam ranah kesehatan global yang bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan di wilayah atau negara dengan sumber daya terbatas. Meskipun North-South Partnership berkomitmen pada kemajuan hak asasi manusia dan kesetaraan, perlu dicatat bahwa hubungan kerja sama tersebut cenderung lebih memihak pada kepentingan wilayah utara.

Ketidakadilan ini terungkap dalam penelitian Plamodon dkk. pada tahun 2021, di mana 30 artikel terkait North-South Partnership menunjukkan kecenderungan bahwa penelitian dan inovasi metodologi dominan berasal dari ilmuwan di negara berpendapatan tinggi. Sementara itu, negara berpendapatan rendah lebih banyak terlibat dalam pengumpulan data penelitian.

Realita ini semakin menonjolkan kesenjangan dan ketidakadilan, yang menunjukkan perlunya upaya yang lebih merata dalam ranah kemitraan tersebut.

(3)

Kelompok : Kelompok 7

Kelas : PHF0600141B

Mata Kuliah : Kesehatan Global

Dosen Pengampu : Prof. drg. Nurhayati Adnan, M.Sc., Sc.D.

Anggota Kelompok 7:

1. Abigael Oktaria Zega (2206810710) 2. Diajeng Woro Kinasih (2206030136) 3. Sherin Salsabila Ramadhanty (2206029576) 4. Sulthan Aliyafiansyah (2206029014)

5. Syafiq Fawwaz (2206026164)

Referensi

Dokumen terkait