Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2018 dikeluarkan sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Tujuan utama dari peraturan ini adalah untuk mengatur manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Melalui peraturan ini, diharapkan PPPK dapat menjadi pegawai yang profesional, menjunjung tinggi nilai dasar etika, dan bebas dari intervensi politik serta praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Peraturan ini menggarisbawahi pentingnya pembentukan pegawai yang memiliki integritas dan kualifikasi yang sesuai untuk menjalankan tugas pemerintahan.
Dalam peraturan ini, sejumlah istilah penting diuraikan sebagai berikut:
a) Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja:
Proses pengelolaan PPPK untuk memastikan mereka menjadi pegawai yang profesional dengan etika yang tinggi dan bebas dari praktek korupsi.
b) Aparatur Sipil Negara (ASN): Mencakup Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah.
c) Pegawai ASN: PNS dan PPPK yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menjalankan tugas pemerintahan dan menerima gaji sesuai peraturan yang berlaku.
d) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK): Warga negara Indonesia yang diangkat melalui perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan.
e) Jabatan: Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai ASN dalam suatu organisasi.
f) Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT): Jabatan tinggi di instansi pemerintah yang dipegang oleh Pegawai ASN.
g) Jabatan Fungsional (JF): Jabatan yang melibatkan fungsi dan tugas tertentu berdasarkan keahlian dan keterampilan.
h) Kompetensi Manajerial: Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memimpin dan mengelola unit organisasi.
i) Kompetensi Teknis: Pengetahuan dan keterampilan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.
j) Kompetensi Sosial Kultural: Pengetahuan dan sikap terkait interaksi dengan masyarakat majemuk, termasuk aspek agama, suku, budaya, dan etika.
Kewenangan Pejabat
a) Pejabat Yang Berwenang (PYB): Memiliki kewenangan untuk melaksanakan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai ketentuan perundang- undangan.
b) Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK): Bertanggung jawab atas pengangkatan, pemindahan, pemberhentian Pegawai ASN, serta pembinaan manajemen ASN di instansi pemerintah.
c) Komisi ASN: Lembaga nonstruktural yang mandiri, bebas dari intervensi politik, dan berfungsi mengawasi pelaksanaan kebijakan ASN.
Penetapan Kebutuhan PPPK
Setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan beban kerja. Penyusunan ini dilakukan untuk periode lima tahun, dengan rincian tahunan. Kebutuhan PPPK harus disusun bersama dengan kebutuhan PNS dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri. Menteri menetapkan kebutuhan PPPK secara nasional setiap tahun setelah mempertimbangkan pendapat menteri yang mengurus keuangan dan pertimbangan teknis dari Kepala BKN.
Usulan Jabatan PPPK
PPK dapat mengusulkan kepada Presiden melalui Menteri mengenai kebutuhan JPT utama atau JPT madya tertentu yang dapat diisi oleh PPPK. Usulan ini harus disertai dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan jabatan. JPT utama dan madya yang diusulkan harus sudah memiliki nomenklatur jabatan dan pangkat yang ditetapkan oleh Presiden.
Pengadaan PPPK
Pengadaan calon PPPK memberikan kesempatan yang sama bagi semua warga negara Indonesia yang memenuhi syarat. Proses pengadaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan instansi pemerintah melalui tahapan yang objektif, berdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan jabatan. Pengadaan dilakukan oleh panitia seleksi instansi atau panitia seleksi nasional yang ditetapkan oleh Menteri untuk memastikan objektivitas dalam proses seleksi.
Pelaksanaan Pengadaan
Pengadaan PPPK dilakukan secara nasional sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Menteri berwenang untuk membentuk panitia seleksi nasional yang bertugas mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pengadaan PPPK oleh instansi pembina dan panitia seleksi instansi.
Peraturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem manajemen PPPK di Indonesia berjalan dengan efektif dan efisien, serta menghasilkan pegawai pemerintah yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.