• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Safety Lab dan Alat Lab

N/A
N/A
Kakashi

Academic year: 2025

Membagikan "Resume Safety Lab dan Alat Lab"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Ni Komang Tria Pradnyani Dewi NIM : 2208551065

Prodi : Farmasi Kelas : B

Hari/tanggal : Selasa/14 Maret 2023 Topik : Safety lab dan alat lab

RESUME PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Perkuliahan tanggal 14 Maret 2023 merupakan pertemuan kedua kami, mahasiswa Farmasi Angkatan 2022, dalam perkuliahan Praktikum Kimia Organik. Perkuliahan kami hadiri secara offline. Bertempat di Gedung BH dan BE, lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, perkuliahan diampu oleh Bapak Prof. apt. Dr. rer.

nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si. dan dipandu kakak-kakak asisten dosen. Awalnya, materi online mengenai safety lab dalam bentuk video telah dibagikan koordinator mata kuliah dari YouTube pribadi profesor pada hari sebelumnya. Materi tersebut berjudul Keamanan Kerja di Laboratorium. Selain materi mengenai safety lab, perkuliahan juga membahas tentang alat- alat laboratorium, baik itu mengenai nama, rupa, pengertian, fungsi, dan cara penggunaannya.

Safety lab

Menurut Prof. apt. Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., safety lab merupakan keadaan terbaik untuk bekerja di laboratorium. Menjaga keselamatan kerja di laboratorium tidak semudah kelihatannya. Anda memerlukan kedisiplinan dan skill yang harus dilatih. Selain itu, peraturan yang ada di laboratorium tentunya harus dipahami dengan baik. Semakin mencukupinya fasilitas keselamatan dan keamanan kerja, maka akan semakin mengecilkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan yang terjadi pada saat kerja di laboratorium kimia merupakan cerminan dari para pengguna, dan menjadi catatan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan ketika sedang bekerja di laboratorium.

Pelaksanaan K3 (safety lab) merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, sehingga dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor untuk menghindari kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan, susunan ruangan, kelengkapan peralatan keselamatan, dan nomor

(2)

telepon penting (pemadam kebakaran, petugas medis) dan lain sebagainya. Ruangan laboratorium harus memiliki sistem ventilasi yang baik untuk menjamin proses keluar masuk udara yang stabil. Semakin baik sirkulasi udara, maka kondisi laboratorium juga akan sehat.

Selain itu, ruangan laboratorium sebaiknya diatur dengan rapi. Di setiap ruangan wajib disediakan denah yang menjelaskan mengenai tempat-tempat penyimpanan bahan kimia. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian. (Rahmantiyoko, 2019).

Berikut merupakan alat pelindung diri (APD) yang wajib dikenakan di laboratorium:

a) Jas laboratorium

Jas laboratorium (lab coat) berfungsi untuk melindungi badan dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenis jas laboratorium ada dua, yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium biologi dan hewan, sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia. Jangan melipat lengan jas laboratorium, dan pastikan jas laboratorium terkancing dari atas sampai bawah. Jas laboratorium harus berwarna putih dan bersih, guna mengetahui adanya percikan bahan kimia yang menempel pada jas sehingga dapat ditangani sesegera mungkin.

b) Sepatu

Penggunaan sandal maupun sepatu terbuka dilarang ketika bekerja di laboratorium. Hal tersebut dikarenakan keduanya tidak bisa melindungi kaki ketika ada larutan atau bahan kimia yang tumpah. Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun, di laboratorium perusahaan besar, sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut digunakan untuk keluar dari laboratorium.

c) Kaca mata keselamatan

Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, harus digunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Menurut Rahmantiyoko (2019), kaca mata tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu clear safety glasses dan clear safety goggles. Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan biasa yang digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. Sementara itu, clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.

(3)

d) Pelindung muka

Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka dari panas, api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium yang dipanaskan dengan suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat peleburan skala laboratorium, dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.

e) Masker gas

Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan dapat mengeluarkan gas berbahaya.

Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan sehingga gas berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas dapat berupa masker gas biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi material pengisap gas (Rahmantiyoko, 2019). Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.

f) Sarung tangan

Sarung tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan kimia yang dapat membuat kulit gatal atau melepuh. Macam-macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena. Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.

g) Hair cap atau nurse cap

Hair cap atau nurse cap digunakan untuk mencegah adanya rambut rontok yang jatuh, sehingga tidak mengganggu atau mengotori bahan dan media lain yang dapat membahayakan.

Menurut Prof. apt. Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., praktikan juga wajib mengetahui 10 aturan terpenting ketika berada di laboratorium, yaitu:

1) Ikuti aturan yang ada

2) Mengetahui lokasi safety equipment 3) Memakai pakaian yang sesuai

4) Tidak makan dan minum di laboratorium

5) Tidak mencicipi atau menghirup zat kimia di laboratorium

(4)

6) Membuang bahan lab di tempat yang sesuai 7) Melakukan sesuai instruksi asisten praktikum 8) Mengetahui yang harus dilakukan saat kecelakaan 9) Tidak bereksperimen semaunya

10) Tinggalkan eksperimen di laboratorium

Praktikan juga harus memahami lambang sumber potensi bahaya di laboratorium. Adapun menurut Prof. apt. Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., lambang tersebut meliputi:

a) Explosive (bersifat mudah meledak), huruf kode: E

Bahan-bahan yang sifatnya dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Contoh lainnya adalah KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3 . Upaya keamanan saat bekerja menggunakan bahan-bahan ini adalah menghindari pukulan/ benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala yang lain.

b) Corrosive (bahan yang bersifat korosif), huruf kode: C

Merupakan bahan dan formulasi dengan potensi merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), maka akan ditandai sebagai bahan korosif. Contoh bahan korosif bersifat asam: asam hidroklorik (muriatic), asam belerang (H2S), dan asam cuka (CH3COOH); contoh bahan korosif bersifat basa: linde (bahan sabun) dan natrium hidroksida (NaOH) dengan kosentrasi lebih dari dari 2%.

Upaya keamanan saat bekerja menggunakan bahan-bahan ini adalah hindari kontaminasi pada pernapasan, dan kontak dengan kulit dan mata.

c) Radioactive

Bahan radioaktif adalah bahan yang mengandung atom tidak stabil yang memancarkan radiasi pengion saat meluruh. Radiasi tersebut akan menyebabkan efek racun, jangka pendek maupun jangka panjang.

Contoh dari bahan dengan sifat radioaktif adalah cobalt, iodine, dan plutonium.

(5)

d) Flammable (mudah terbakar)

Bahan kimia yang memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya Flammable.

Bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin, dietil eter (C2H5OC2H5), karbon disulfide (CS2), asetilena (C2H2). Upaya keamanan terhadap bahan-bahan dengan sifat ini adalah dengan hindari atau jauhkan dari api terbuka, sumber api dan loncatan api.

e) Irritant (menyebabkan iritasi)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ bersifat tidak korosif, tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Upaya keamanan dengan benda bernotasi

irritant’ adalah hindari kontak dengan mata karena dapat menimbulkan rasa terbakar gunakan kacamata dan faceshield, hindari kontak dengan kulit karena akan menyebabkan kulit menjadi kering dan terluka. Contoh bahan dengan potensi tersebut adalah chlorin tablet, citric acid, potassium disulfite, silver sulfate, sodium carbonate anhydrous.

f) Toxic (bersifat racun), huruf kode: T

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic

dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis, bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi; melalui mulut (ingestion); kontak dengan kulit. Bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik). karbon tetraklorida (CCl4), Hidrogen sulfida (H2S), Benzena (C6H6). Adapun upaya keamanan ketika berhadapan dengan bahan-bahan tersebut adalah: 1) hindari kontak dengan tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan; 2) hindari menghirup uap dari bahan ini, karena akan menyebabkan iritasi yang kuat pada saluran pernafasan, batuk dan sukar bernapas;

3) hindari kontak dengan mata karena dapat merusak kornea mata secara permanen, maka gunakanlah kacamata dan face shield; 4) hindari kontak dengan kulit karena akan menyebabkan luka bakar dan menyerap ke dalam pori-pori.

(6)

Alat-alat laboratorium

Setelah mempelajari mengenai safety lab, topik selanjutnya adalah mengenai alat-alat di laboratorium kimia. Sangat penting bagi seorang calon farmasis untuk memahami setiap fungsi alat-alat lab dengan baik. Pengenalan alat-alat lab dan cara penggunaannya merupakan suatu keharusan bagi orang-orang yang akan berkecimpung dalam bidang ilmu kimia. Keberhasilan suatu praktikum atau penelitian sangat ditentukan oleh penguasaan praktikan atau peneliti terhadap alat-alat yang digunakannya (Andriani, 2016). Pada perkuliahan kali ini, materi mengenai alat-alat lab dipandu oleh kakak-kakak asisten dosen (asdos). Materi meliputi etika di laboratorium, pencatatan alat-alat lab oleh praktikan secara berkelompok, pengenalan alat- alat lab (gelas dan non gelas) serta cara pemakaiannya oleh kakak-kakak asdos, serta SOP dan cara kerja timbangan analitik.

Sebelum bekerja di laboratorium, ada baiknya bagi praktikan untuk mengetahui etika penting di laboratorium, seperti:

1. Jangan menaruh tas yang berisi alat praktikum pribadi di atas meja praktikum.

2. Menggunakan jas laboratorium putih dan bersih, lengan jas tidak dilipat, dan jas dikancing dari atas ke bawah.

3. Bagi wanita, rambut dirapikan dan kalau bisa di-pusung rapi, sementara bagi pria, rambut dapat diikat apabila panjang.

4. Dilarang mengenakan perhiasan sekecil apa pun untuk mencegah reaksi kimia yang tidak diinginkan dari perhiasan dengan zat kimia.

Adapun beberapa alat lab (gelas dan non gelas) yang ditunjukkan saat perkuliahan adalah:

Tabung reaksi

Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.

Cara penggunaannya : Tabung reaksi dipegang pada lehernya dan dimiringkan kurang lebih 60̊C, lalu tabung diisi dengan larutan yang akan dicoba; bila tabung beserta isinya akan dipanaskan, tabung dipegang dengan penjepit tabung dan pemanasan dilakukan pada daerah 1/3 bagian cairan di bawah;

mulut tabung harus diarahkan ke tempat yang aman (jangan ke arah muka sendiri atau muka orang lain); tabung yang panas tidak boleh didinginkan secara mendadak untuk mencegah pecah.

(7)

Pengaduk gelas (batang pengaduk)

Berbentuk tabung yang tidak berlubang di dalamnya, dipakai untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia saat melakukan reaksi-reaksi kimia, juga dipakai untuk membantu saat menuangkan cairan dalam proses penyaringan dan pemisahan.

Corong kaca

Dengan sudut 60º, dipakai untuk memasukkan suatu cairan ke dalam suatu tempat yang mulutnya sempit seperti botol, labu ukur, buret dan sebagainya. Selain itu, corong kaca juga digunakan untuk penyaringan.

Gelas ukur

Dipakai untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair dan tersedia dalam berbagai skala. Gelas ukur memiliki ketelitian yang rendah. Larutan yang akan dititrasi tidak boleh diambil atau diukur dengan gelas ukur, tetapi diambil dengan pipet volume.

Gelas beaker

Alat ini bukan merupakan alat pengukur, karena tanda volume yang ada merupakan taksiran kasar. Gelas beaker tersedia dalam berbagai ukuran. Digunakan untuk: wadah sementara larutan/reagent; memanaskan larutan;

menguapkan pelarut atau memekatkan.

Erlenmeyer

Alat ini juga bukan alat pengukur. Digunakan dalam analisis volumetri, untuk wadah suatu volume tertentu dari suatu larutan. Kadang-kadang dipakai untuk memanaskan larutan. Terdapat dua jenis erlenmeyer, yaitu: erlenmeyer tanpa tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang tidak mudah menguap; erlenmeyer dengan tutup gelas, dipakai untuk titrasi larutan yang mudah menguap.

(8)

Labu ukur / labu takar

Merupakan bejana dengan leher panjang, sempit, dan dasar yang datar. Dilengkapi dengan tanda batas volume. Mempunyai kapasitas tampung sesuai dengan ukuran yang tercantum. Bila pada alat tertulis 20̊C dan 100 ml, maka alat tersebut dapat menampung cairan pada 20̊C tepat sebanyak 100 ml sampai garis tanda yang terdapat pada leher alat. Labu ukur digunakan untuk membuat larutan standar (baku) pada analisis volumetri. Sering juga dipakai untuk pengenceran sampai volume tertentu. Alat ini tidak dapat digunakan untuk mengukur larutan atau pelarut yang panas.

Pipet volume / pipet gondok

Di bagian tengah dari pipet ini ada bagian yang membesar (gondok), ujungnya runcing dan pada bagian atas ada tanda goresan melingkar. Tepat sampai tanda tersebut, volume larutan di dalam pipet sama dengan angka yang tertera pada pipet tersebut.

Alat ini dipakai untuk mengambil dan memindahkan larutan secara tepat suatu volume tertentu sesuai kapasitas alat. Pipet volume merupakan alat pengukur yang lebih akurat dari pada gelas ukur.

Pipet ukur

Berupa tabung gelas yang agak panjang dengan ujung runcing dan mempunyai skala. Teknik penggunaannya sama dengan pipet volume, hanya saja, isi pipet dapat dipindahkan sebagian sesuai dengan keperluan. Jumlah cairan yang dituangkan dapat disesuaikan dengan skala yang ada.

Pipet tetes

Pipet ini tidak mempunyai ukuran volume atau skala lainnya. Digunakan untuk memindahkan sedikit zat cair / larutan yang tidak mempunyai ketelitian tinggi.

(9)

Buret

Berupa tabung gelas panjang dengan pembagian skala dan ujung bawah dilengkapi dengan kran. Digunakan untuk titrasi/mengukur volume titran yang dipakai. Pada saat menitrasi, kran buret dipegang dengan tangan kiri, sedangkan erlenmeyer tempat titrat dipegang dengan tangan kanan dan mengeluarkan isi buret (titran) tidak boleh terlalu cepat. Dalam pemakaian titran minimum cairan yang tersisa 20 %.

Penjepit

Terbuat dari kayu atau logam, digunakan untuk memegang tabung reaksi, misalnya saat pemanasan atau mereaksikan zat-zat yang merusak kulit dan sebagainya.

Gelas arloji (tidak terdapat di laboratorium saat perkuliahan)

Ukuran penampang lintangnya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Digunakan untuk menimbang zat berbentuk kristal.

Juga digunakan untuk menutup gelas beaker yang berisi larutan (saat pemanasan) atau untuk menguapkan cairan.

Bola hisap (suction bulb)

Pengambilan suatu larutan atau cairan menggunakan pipet volume dapat dilakukan dengan bantuan bola hisap karet. Bola hisap ini terdiri dari satu bola dengan ujung pendek di atas dan ujung bawah agak panjang. Ujung bawah mempunyai cabang ke samping. Sebelum dipakai untuk mengambil cairan, bola dikosongkan dengan menekan bola dan bagian ujung atas. Masukkan pipet volume ke dalam lubang ujung bawah bola hisap tetapi jangan melewati pipa cabang. Pijit bagian ujung bawah maka cairan akan terisap masuk ke dalam pipet. Kalau pijatan dilepas maka isapan akan terhenti. Cairan dapat dikeluarkan dengan memijit bagian pipa

(10)

cabang. Sehabis menggunakan bola hisap ini pipet dilepas dan biarkan udara masuk sehingga bola menggelembung kembali seperti semula.

Cawan porselen

Biasanya digunakan sebagai tempat mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Cawan porselen yang baik dapat dipanaskan hingga suhu 1200̊C. Cawan porselen yang masih panas tidak boleh didinginkan mendadak (dengan air dingin) untuk mencegah pecah.

Selain alat-alat di atas, laboratorium kimia juga memiliki neraca analitik, yang dalam pemakaiannya terdapat Standar Operasional Prosedur ( SOP).

Neraca/timbangan analitik

Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan di laboratorium yang berfungsi untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan sebelum melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan (Syahputra dkk., 2014).

Standar Operasional Timbangan 1. Bersihkan piringan timbangan.

2. Atur keseimbangan waterpass pada bagian belakang alat dengan memutar pengatur keseimbangan pada bagian bawah alat.

3. Sambungkan satu daya pada stop kontak kemudian tekan tombol “ON/OFF” untuk menghidupkan layar pada alat.

4. Lakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan menekan tombol “CAL” kemudian tekan tombol “TARE” untuk mengenolkan posisi timbangan (tulisan “ZERO” pada layar).

5. Tekan tombol “FUNC” untuk memilih satuan berat yang diinginkan.

6. Lakukan penimbangan sesuai bobot yang diinginkan, apabila sudah muncul tulisan

“STAB” pada layar berarti hasil penimbangan telah stabil.

(11)

7. Keluarkan bahan yang sudah ditimbang dari piringan timbangan.

8. Matikan timbangan dengan menekan tombol “ON/OFF”.

9. Cabut catu daya pada stop kontak, kemudian bersihkan piringan timbangan.

Laboratorium kimia juga memiliki hotplate

Hotplate

Hotplate magnetic stirrer adalah sebuah alat laboratorium yang digunakan untuk memanaskan atau menghangatkan sekaligus mencampurkan atau menghomogenkan larutan kimia (Alfita, 2021). Alat ini terdapat di laboratorium kimia, mikrobiologi dan farmasi.

Standar Operasional Prosedur Heather Corning PC-400D

1. Bersihkan piringan hotplate terlebih dahulu pastikan posisi tombol “HEAT” dengan keadaan OFF”.

2. Sambungkan catu daya pada stop kontak, maka lampu indikator “POWER” akan menyala (hijau).

3. Atur suhu yang diinginkan dengan memutar tombol “HEAT”.

4. Biarkan sampai lampu indikator “HOT TOP” menyala. maka piringan pada hotplate sudah mencapai suhu yang diinginkan.

5. Letakkan sampel di atas hotplate dan cek suhunya dengan termometer, apabila suhu yang diinginkan belum tercapai, atur tombol “HEAT” untuk mengatur suhu.

6. Turunkan suhu dengan memutar tombolnya sampai dalam keadaan “OFF”.

7. Angkat sampel dari atas hotplate.

8. Cabut satu daya pada stop kontak dan bersihkan hotplate.

Kesimpulan

Sebagai seorang calon farmasis, sangat penting bagi kita untuk memahami safety lab.

Pemahaman mengenai safety lab tentunya akan mengecilkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Selain mengikuti instruksi, penerapan safety lab juga memerlukan disiplin. Selain safety lab, seorang calon farmasis juga perlu memahami kegunaan alat-alat lab dengan baik. Alat lab memiliki fungsi dan aturan pemakaian yang berbeda-beda.

Dalam penggunaannya, kita memerlukan pengetahuan dan latihan yang cukup.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ibadillah, A., Alfita, R., dan Laksono, D. T. (2021). Hotplace Magnetic Stirrer Automatic Heat Control and Water Velocity Based on PID (Proportional Integral Derivative). Procedia of Engineering and Life Science, 1(1).

Rahmantiyoko, A., Sunarmi, S., Rahmah, F. K., Sopet, S., & Slamet, S. (2019). Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium. IPTEK Journal of Proceedings Series, (4), 36-38.

Simanjuntak, H., Siahaan, K., dan Hutabalian, L. (2021). Modul Penuntun Praktikum Kimia Dasar.

Soedjono, E. (2018). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Berbasis Kompetensi:

Melaksanakan Pekerjaan di Laboratorium Berdasarkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Wirasuta, I. M. A. G. 2022. Keamanan Kerja di Laboratorium. URL:

https://youtu.be/fZOfMtCpjNc. Diakses tanggal 10 Maret 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini kesterilan alat, media kultur dan tempat kultur sangat dibutuhkan terutama untuk peralatan yang berupa gelas (cawan petri, tabung reaksi, erlemenyer) dapat

1) Menuangkan air suling secukupnya ke dalam autoclave. 2) Menuang air suling sampai batas tertentu ke dalam autoclave. 3) Menata tabung reaksi atau peralatan gelas lain di