ISU GENDER DAN
KETIDAKADILAN
GENDER
ISU GENDER??
Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya
kesenjangan atau
ketimpangan gender yang
berimplikasi adanya
diskriminasi terhadap salah
satu pihak (perempuan dan
laki-laki)
KETIDAKADILA N GENDER
Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan sistem dan struktur dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam system tersebut. Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan.
Ketidakadilan gender terjadi karena adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan
sepanjang peradaban manusia dalam
berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa
perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-
laki
Ketidakadilan gender ini dapat bersifat :
-Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung, baik disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang berlaku.
– Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaannya
menguntungkan jenis kelamin tertentu.
– Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat yang
mewariskan keadaan yang bersifat
membeda-bedakan.
BIAS GENDER
Bias gender terjadi apabila salah satu pihak dirugikan, sehingga mengalami ketidakadilan. Yang dimaksud ketidakadilan disini adalah apabila salah satu jenis gender lebih baik keadaan, posisi, dan kedudukannya.
Bias gender tersebut bisa saja terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Akan tetapi khususnya di Indonesia,
bias gender ini lebih dirasakan oleh
kaum perempuan.
FAKTOR PENYEBAB KETIDAKADILAN GENDER
1. Pelabelan sifat-sifat tertentu (stereotipe)Perempuan cenderung mendapat stereotipe yang merendahkan seperti: perempuan adalah mahkluk yang lemah, emosional, cengeng, tidak tahan banting.
2 .Pemiskinan ekonomi terhadap perempuan.Pemiskinan ekonomi banyak dialami oleh perempuan desa yang berprofesi sebagai petani, hal ini
berawal dari asumsi bahwa petani identik dengan profesi laki-laki. Di luar pekerjaan petani, pekerjaan perempuan dianggap lebih rendah, sehingga berimbas pada perbedaan gaji yang diterima perempuan dan laki-laki
3. Subordinasi pada salah satu jenis kelamin yaitu perlakuan menomorduakan perempuan. Pemimpin masyarakat hanya pantas dipegang oleh lelaki,
perempuan hanya dapat menjadi pemimpin hanya sebatas pada kaumnya (sesama perempuan).
4. Tindak kekerasan (violence) terhadap perempuan.Perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah secara fisik sehingga seringkali mengalami
kekerasan dalam bentuk: pemukulan, pemerkosaan dan pelecehan seksual.