• Tidak ada hasil yang ditemukan

revisi terbaru

N/A
N/A
Aqila Putri maharani

Academic year: 2025

Membagikan "revisi terbaru"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN PROGRAM BESTEE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAKU USAHA MIKRO DI KOTA TANGERANG

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Nonformal

Oleh

Aqila Putri Maharani Nim. 21102244041

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

2025

(2)

PERAN PROGRAM Bestee DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NASABAH UMKM BANK BTPN SYARIAH

Aqila Putri Maharani Nim. 21102244041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1) peran pendampingan Bestee dalam pemberdayaan pelaku usaha mikro di Kota Tangerang 2) faktor pendukung dan faktor penghambat pendampingan dari sisi pendamping dan pelaku usaha mikro.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus peran pendamping Bestee dalam pemberdayaan pelaku usaha community mikro di Kota Tangerang dengan subjek penelitian adalah para pelaku usaha mikro.

Hasil penelitian menunjukkan 1) peran pendampingan Bestee dalam meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro 2) mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat pendampingan. Faktor pendukung keberlangsungan program yaitu sarana prasarana yang memadai, SDM yang berkompeten, dan kolaborasi atau kemitraan dengan lembaga-lembaga terkait. Faktor penghambat keberlangsungan program yaitu keterbatasan waktu, akses lokasi yang sulit dijangkau, dan keterbatasan penggunaan teknologi pada nasabah UMKM.

Kata kunci : Fasilitator, Program Bestee, UMKM

(3)

THE ROLE OF THE Bestee PROGRAM IN EMPOWERING THE COMMUNITY OF UMKM CUSTOMERS OF BTPN SYARIAH BANK

By :

Aqila Putri Maharani Nim. 21102244041

ABSTRACT

This research to describe: 1) the role of the Bestee mentoring program in community empowerment, especially for UMKM customers of BTPN Syariah Bank, 2) the factors influencing the sustainability of the program. This study uses a qualitative case study approach with research subjects including the BTPN Syariah community officer, the mentor facilitator, the accompanying facilitator, and finally the UMKM customers.

The results show: 1) the role of the Bestee program in increasing business capacity and economic independence of UMKM customers, 2) describing the factors influencing the sustainability of the Bestee mentoring program in community empowerment for UMKM customers. Supporting factors for program sustainability include adequate facilities and infrastructure, competent human resources, and collaboration or partnerships with related institutions. Inhibiting factors for program sustainability include limited time, difficult-to-reach location access, and limited use of technology among UMKM customers.

Keywords: Facilitator, Bestee Program, UMKM.

(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

(6)

HALAMAN PENGESAHAN

(7)

MOTTO

Hidup cuma sekali jangan dijadikan sebagai ajang kompetisi semua sudah ada porsinya masing-masing

-Aqilaptrm-

“DUIT”

(Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal)

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa Syukur kepada Allah SWT, karya ini dipersembahkan untuk : 1. Kedua orang tua yaitu bapak Paimin dan Ibu wiyatni, serta adik-adik saya

atas doa , dukungan, dan kasih sayang yang sudah diberikan kepada peneliti selama menjalani studi.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan khususnya Departmen Pendidikan Non Formal

3. Agama, Nusa dan Bangsa.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Peran Program Bestee dalam Pemberdayaan Masyarakat Nasabah UMKM BANK BTPN Syariah” ini dengan sebaik-baiknya.

Penyelesaian tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

2. Ibu Prof. Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd, selaku ketua departemen Pendidikan Nonformal yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi dengan baik.

3. Ibu Dr. Adin Ariyanti Dewi, M.Pd. selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaga serta dukungan dan bimbingannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan lancar dan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Non Formal yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. PT BANK BTPN Syariah yang sudah memberi izin untuk penelitian terkait program Bestee.

(10)

6. Busines Manager dan Community Officer MMS Cipondoh yang sudah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian pada nasabah.

7. Ka sekar selaku mentor fasilitator pendamping yang sudah bersedia membantu memberikan informasi terkait program Bestee.

8. Teman-teman fasilitator yang sudah membantu memberi saran dan masukan terkait program Bestee.

9. Ibu lilis, bu puspita dan bu rindi selaku nasabah UMKM yang sudah berkenan menjadi narasumber penelitian.

10. Keluarga besar peneliti yang sudah memberikan doa, semangat dan kasih sayang, terima kasih sudah menjadi alasan peneliti untuk terus bertahan.

11. Seseorang dibalik layar skripsi, terima kasih sudah selalu ada dan memberi dukungan penuh, serta cinta dan kasih sayang.

12. Anita wahyutami yang selalu bersedia membantu peneliti dalam perjalanan menyelesaikan skripsi.

13. Diri sendiri, aqila putri yang sudah mampu bertahan sejauh ini sudah selalu berjuang dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan dan proses pengerjaan skripsi sampai tuntas, you did it well and you deserve better

Akhir kata, semoga segala bantuan, dukungan serta doa yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan balasan serta keberhahan

(11)

dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga tugas akhir skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta 17 Juni 2025 Penulis

Aqila Putri Maharani Nim. 21102244041

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

HALAMAN PENGESAHAN...vi

MOTTO... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah...8

C. Batasan Masalah...9

D. Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian...9

1. Manfaat teoritis...10

2. Manfaat Praktis...10

BAB II...12

KAJIAN PUSTAKA...12

A. Kajian teori... 12

1. Konsep Pendidikan Nonformal...12

2. Konsep Pemberdayaan...22

(13)

3. Konsep pemberdayaan masyarakat...33

4. Profil Bank BTPN Syariah...45

5. Program Pendampingan Bestee...46

6. Konsep Fasilitator pendamping...48

7. Konsep Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)...57

B. Kajian Penelitian Relevan...62

C. Kerangka Berpikir...66

D. Pertanyaan Penelitian...69

BAB III...70

METODE PENELITIAN...70

A. Jenis Penelitian...70

B. Tempat dan Waktu Penelitian...71

C. Subjek Penelitian...71

D. Teknik Pengumpulan Data...72

E. Instrumen Penelitian...74

F. Teknik Analisis Data...76

G. Keabsahan Data...78

BAB IV... 80

HASIL DAN PEMBAHASAN...80

A. Hasil penelitian...80

B. PEMBAHASAN...101

C. Keterbatasan penelitian...116

BAB V...117

KESIMPULAN DAN SARAN...117

A. Kesimpulan...117

DAFTAR PUSTAKA...119

Lampiran...124

(14)

DAFTAR TABEL

Table 1. kisi-kisi wawancara...75

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. nasabah yang di dampingi...7

Gambar 2. Kerangka Berpikir...68

Gambar 3. Logo BTPN Syariah...81

Gambar 4. logo Bestee...85

Gambar 5. Observasi tempat usaha nasabah...92

Gambar 6. asessment nasabah...93

Gambar 7. Pemberian materi nasabah...95

Gambar 8. Review Materi...96

Gambar 9. evaluasi program...97

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Lapangan...124

Lampiran 2. Pedoman observasi...126

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi...127

Lampiran 4. Pedoman wawancara...128

Lampiran 5. Transkrip wawancara...133

Lampiran 6. Triangulasi sumber...157

Lampiran 7. Analisis data...188

Lampiran 8. Dokumentasi...196

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) termasuk salah satu sektor penting dalam perekonomian negara yang dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha. UMKM sendiri mampu menyerap tenaga kerja dan menyediakan lapangan kerja yang besar sehingga mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (Sari & Fitriana, 2024). Kota Tangerang sebagai salah satu pertumbuhan ekonomi baru di provinsi banten yang didorong oleh pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan startup yang inovatif (Pemerintah Kota Tangerang, 2025). Menurut Katrina Iswandari (2019) mengatakan, “berdasarkan data UMKM pada 2016 berjumlah 10.553. Kemudian bertambah di 2017 menjadi 10.675, di tahun berikutnya meningkat kembali menjadi 11.746 dan terakhir 2019 sampai bulan April mencapai 12.508 pelaku UMKM selama 2016 sampai 2019 tumbuh sebanyak 2.595 UMKM”.

Tabel 1.1 Data UMKM di Kota Tangerang

2016 2017 2018 2019

9500 10000 10500 11000 11500 12000 12500 13000

10553 10675

11746

12508

Data UMKM

Sumber: liputan6.com

(18)

Menurut Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) menyebutkan bahwa UMKM menyerap sekitar 96,9%

tenaga kerja nasional dan menyediakan 99,9% lapangan pekerjaan di Indonesia.

Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga kerja kita bekerja di sektor informal atau usaha kecil dengan modal terbatas (Anjani, 2024) sesuai dengan pendapat mentri keuangan Sri mulyani yang mengatakan bahwa mayoritas pekerja di sektor UMKM adalah informal, sehingga memengaruhi potensi penerimaan negara dari perpajakan karena pelaku UMKM mendapatan kemudahan dalam sisi perpajakan. Wajib pajak untuk UMKM hanya dikenakan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar 0,5% jika masih dibawah Rp 4,8M pertahun (Darisman, 2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pekerja formal sebagai tenaga kerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar serta buruh/karyawan/pegawai, sementara pekerja di luar kategori tersebut dikategorikan ke dalam pekerja informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar) (Alfathi, 2025)

(19)

Gambar 1. Potret ketenagakerjaan Kota Tangerang 2024

(Sumber : Kompasiana.com)

Dari infografis diatas dapat dilihat dari jenis pekerjaannya bahwa ternyata 66% mayoritas pekerja di Tangerang masih berada di sektor informal sementara yang bekerja di sektor formal hanya 34%. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat di Tangerang masih mengandalkan usaha kecil, perdagangan, dan jasa informal untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tingginya proporsi pekerja informal di bidang UMKM mengindikasi adanya tantangan yang harus dihadapi seperti keterbatasan akses modal, rendahnya literasi keuangan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan manajemen pemasaran. Oleh karena itu pemberdayaan UMKM menjadi suatu kebutuhan strategis untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro dan meningkatkan daya saing(Malik, 2025).

(20)

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai proses merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu yang mengalami masalah kemiskinan, sedangkan pemberdayaan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh subuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis sebagai bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri (Abiyoga, 2019).

Salah satu pendekatan yang efektif untuk pemberdayaan UMKM yaitu dengan mengadakan pendampingan edukatif dan kolaboratif. Pada pendampingan edukatif berarti bahwa pelaku usaha dibekali dengan keterampilan, pemahaman dan wawasan yang dapat meningkatkan kapasitas diri dan usahanya, sementara itu pendekatan kolaboratif menekanan pada keterlibatan aktif antara pelaku usaha, pendamping, lembaga keuangan dan komunitas dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan (Kemenkop

(21)

UKM RI, 2020). Pada konteks ini Bank BTPN Syariah sebagai bank syariah yang aktif dalam mendorong pemberdayaan usaha mikro (UMKM) mengadakan program kolaborasi dengan Universitas dan Kemendikbud yang bernama Bestee (Berdaya Bersama Sahabat Tepat Indonesia). Program ini dirancang tidak hanya sebagai penyedia pembiayaan, tetapi juga sebagai mitra pengembangan usaha melalui pendampingan, pelatihan, akses jaringan bisnis dan juga sebagai pemberdayaan UMKM. Tujuan utama dari program Bestee yaitu meningkatkan keterampilan kapasitas pelaku usaha mikro, meningkatkan kesejahteraan dan juga meningkatkan daya saing (BTPN, 2024).

Pernyataan diatas didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzi & Rahman (2022), yang menunjukkan bahwa meskipun pembiayaan syariah berkontribusi pada pertumbuhan UMKM. Efektivitasnya sangat bergantung pada pendampingan yang berkelanjutan dan juga adaptasi program yang harus disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah rendahnya tingkat pemahaman teknologi digital di kalangan UMKM tradisional, yang dapat menghambat optimalisasi program keuangan inklusif (Sari et al., 2021).

Peran Pendampingan Bestee (Berdaya Bersama Sahabat Tepat Indonesia) ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana akses keuangan, tetapi juga sebagai bentuk intervensi sosial yang menekankan pada pembinaan karakter, literasi keuangan, pelatihan usaha, dan penguatan komunitas. Pendampingan Bestee secara berkala memberikan motivasi, edukasi dan supervise kepada pelaku

(22)

UMKM yang prasejahtera untuk meningkatkan kompetensi serta kepercayaan diri dalam mengembangkan usaha mereka (Mayaputra & Handayani, 2024).

Gambar 2. data pelaku umkm yang didampingi 1

40%

40%

21%

usia 40-59

>50 tahun nasabah >5 tahun

Berdasarkan gambar 1.2 diatas menunjukkan bahwa pelaku usaha mikro dengan rentang usia 40-50 tahun sebanyak 9 orang (38%), pelaku usaha dengan rentang usia 50 tahun keatas sebanyak 10 orang (40%), dan pelaku usaha yang telah menjadi nasabah BTPN Syariah selama lebih dari 5 tahun sebanyak 5 orang (2%). Sumber data tersebut ditemukan dari hasil observasi program pendampingan Bestee pada bulan Januari sampai Juni 2024 di Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Menurut Fachmy Achmad (2024) mengatakan bahwa lebih dari 49 ribu ibu-ibu nasabah yang mendapatkan pendampingan dari 1.821 mahasiswa dalam memajukan usahanya. Sudah lebih dari 827 kecamatan di Indonesia yang mendapatkan pendampingan.

Peran pendampingan Bestee ini menekankan edukasi dan penguatan kapasitas pelaku usaha mikro dengan pendekatan human centered dan community yang dilakukan secara berkelanjutan, Adapun peran pendampingan Bestee yang dapat meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro yaitu peran educator, motivator, dan fasilitator (Pratiwi, 2024)

(23)

Keberhasilan pendampingan pelaku usaha dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal contoh faktor internal yaitu seperti cara mereka mengelola keuangan, sedangkan faktor eksternal yaitu dengan adanya akses pembiayaan yang mudah. Adapun berikut contoh cerita keberhasilan pelaku usaha mikro yang mendapatkan pendampingan Bestee yaitu cerita dari ibu sri Agustina yang memiliki usaha batik, awal membangun usaha batik ini, beliau hanya bisa mengirim hasil batikannya ke gerai-gerai miliki pengusaha lain dengan harga yang rendah dan pembayarannya tidak langsung di bayar cash melainkan dicicil 3x. Pada tahun 2014 ibu sri memperoleh bantuan dari program daya berupa permodalan dan pelatihan tentang pewarna alam, keselamatan kerja, pengelolaan keuangan dan pemasaran dari program daya yang berupa pendampingan dan pelatihan tersebut ibu sri dapat mengelola keuangan dan pemasaran dengan baik, sehingga ibu sri mampu menjualkan batiknya secara online (Bestee.id, 2024)

Pada pendampingan Bestee ini nasabah bukan semata sebagai penerima layanan keuangan, tetapi sebagai subjek yang aktif dalam proses perubahan. Hal ini sejalan dengan pendakatan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Julian Raappaport dan Jim Ife (2002) yang dimana pemberdayaan ditekankan pada aspek kontrol, partisipasi, dan Pembangunankapasitas individu dalam komunitasnya melalui pendampingan Bestee ini Bank BTPN Syariah berupaya menciptakan ekosistem usaha yang tidak hanya mendukung keberlanjutan usaha, tetapi juga membentuk masyarakat yang berdaya, Tangguh dan mandiri (Andayani et al., 2021)

(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat diidentifikasi permasalahan berikut :

1. Kurangnya pemahaman nasabah terhadap literasi keuangan

2. Banyak pelaku UMKM yang kurang memahami pengelolaan UMKM dengan manajemen dan pemasaran yang baik

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka batasan masalah dari penelitian iniadalah peran pendampingan Bestee dalam pemberdayaan pelaku usaha mikro.

Faktor pendukung dan penghambat yang dapat mempengaruhi pendampingan.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendampingan Bestee dalam meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro ?

2. Faktor pendukung dan penghambat pendampingan dari sisi pendamping dan pelaku usaha mikro ?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peran pendampingan Bestee pada pelaku usaha mikro 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendampingan F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yakni

(25)

1. Manfaat teoritis

Penelitian terkait program pendampingan Bestee ini dapat menambah kajian pengetahuan Pendidikan Nonformal dalam memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan nasabah, selain itu juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung keterampilan, pemberdayaan dan inovasi serta meningkatkan kehidupan berkelanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Fasilitator pendamping

Penelitian ini dapat meningkatkan skill keterampilan dan pengetahuan dalam berkomunikasi, memperluas pengetahuan dan teknologi dalam mengorganisir suatu program dan memfasilitasi kelompok secara langsung serta memberikan pengalaman yang berkesan untuk individu maupun kelompok.

b. Nasabah UMKM

Penelitian terkait peran program pendampingan nasabah UMKM ini dapat membantu nasabah dalam meningkatkan keterampilan di bidang kewirausahaan serta mengikuti perkembangan digitalisasi.

c. Bank BTPN Syariah

Penelitian ini dapat membantu pihak dari Bank BTPN Syariah dalam memberdayakan pelaku usaha mikro melalui program pendampingan Bestee agar lebih maju dan berkembang.

(26)

d. Masyarakat

Penelitian ini membantu masyarakat dalam meningkatkan akses pengetahuan dan informasi teknologi di bidang kewirausahaan mikro yang dapat menunjang kehidupan perekonomian sosial.

e. Peneliti

Penelitian ini dapat mengembangkan teori baru atau memperkaya teori yang ada mengenai Pendidikan Nonformal, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Konsep Pendidikan Nonformal

Undang-Undang RI NO 20 Tahun 2003 tentang SIDIKNAS Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Pendidikan Nonformal adalah jenis pendidikan yang terorganisir dan penyelenggaraan diluar sistem pendidikan formal dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang mampu mencakup berbagai kegiatan yang dapat dilakukan secara teratur dan sadar, meskipun tidak selalu mengikuti aturan yang jelas (Aonilah, 2023; Syaadah et al., 2023). Konsep Pendidikan Nonformal secara singkat adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur.

Konsep Pendidikan Nonformal ini berasal dari pengamatan serta pengalaman secara langsung maupun tidak langsung yang disempurnakan.

Hasil pengamatan ini dapat menunjukan persamaan dan perbedaan antara pendidikan formal dengan Pendidikan Nonformal dapat dilihat dari pengertian, sistem, prinsip, dan paradigma keduanya. Menurut Phillips H. Combs (1968) Pendidikan Nonformal juga dikenal sebagai pendidikan luar sekolah yang dimaksud bahwa setiap kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar sistem

(28)

formal, baik mandiri maupun dibawah tanggung jawab organisasi atau lembaga untuk membantu siswa tertentu mencapai suatu tujuan.

Menurut Saleh et al.,(2020) Pendidikan Nonformal adalah jenis pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa melalui pengalaman yang dilakukan di luar jalur pendidikan formal.

Pendidikan Nonformal adalah suatu bentuk pengembangan implementasi pendidikan yang tidak hanya dilakukan di dalam sekolah tetapi bisa juga di luar lingkungan sekolah dan masyarakat tentunya karena hakikatnya pendidikan juga berasal dari kehidupan nyata. Pendidikan Nonformal seperti pendidikan lanjutan yang mampu melengkapi pendidikan tingkat dasar pendidikan nilai- nilai hidup seperti pendidikan kesenian, pengajian, sekolah minggu dan lainnya. Pendidikan Nonformal juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat awal seperti misalnya pendidikan aksara, pendidikan keluarga, pendidikan usia dini, kecakapan hidup dan lainnya.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan pendapat para ahli bahwa Pendidikan Nonformal merupakan pelengkap dari pendidikan formal dan memiliki jenjang yang setara. Pendidikan Nonformal ini termasuk ke dalam pendidikan sepanjang hayat karena peserta didik pada Pendidikan Nonformal terdiri dari balita sampai lanjut usia guna adanya Pendidikan Nonformal ini untuk membantu memenuhi kebutuhan warga belajar yang belum dipenuhi pada pendidikan formal.

(29)

a. Tujuan Pendidikan Nonformal

Tujuan Pendidikan Nonformal dalam proses mewujudkan pendidikan sepanjang hayat Pendidikan Nonformal mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pendidikan Nonformal mampu menciptakan orang-orang yang dapat mengikuti dan berpartisipasi dalam proses perkembangan, karena proses perkembangan juga termasuk dalam Pembangunan.

Tujuan pendidikan menurut UNESCO sebagai ‘Humanisme Ilmiah’ bahwa pendidikan bertujuan untuk mendorong individu untuk lebih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran manusia memerlukan alasan ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan. Jadi maksud dari ‘Humanisme Ilmiah’ ialah menolak gagasan tentang manusia sebagai sesuatu yang abstrak dan subjektif.

Manusia harus dilihat sebagai makhluk nyata yang hidup dalam ruang dan waktu serta memiliki martabat yang tidak dapat diubah.

Pendidikan harus mendorong kreativitas yang dimaksud ialah siswa harus menjadi kreatif karena setiap orang memiliki potensi tersebut melalui pendidikan mampu membantu mewujudkan potensi kreatif tersebut (Rachman et al., 2024) Pendidikan harus berfokus pada keterlibatan sosial karena hakikatnya manusia sosial tidak bisa hidup sendiri dan masih membutuhkan

(30)

orang lain oleh karena itu manusia perlu belajar berpartisipasi secara aktif dan menjadi bagian dari lingkungannya.

UNESCO juga menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah manusia sempurna. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi setiap individu semaksimal mungkin. Tujuannya adalah untuk menghasilkan individu yang cerdas, terampil, jujur, dan mampu menyadari kemampuan mereka dan batas mereka agar mereka bisa lebih menghargai diri mereka sendiri. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pasal 26 ayat (1-7) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nonformal adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2) Pendidikan Nonformal dirancang untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada peluang dan kebutuhan individu.

3) Pendidikan Nonformal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa seperti pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan dan pelatihan, pendidikan kesetaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan anak usia dini.

4) Satuan Pendidikan Nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

(31)

5) Kursus dan pelatihan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan hidup.

6) Hasil Pendidikan Nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program Pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditujukan oleh pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Nonformal adalah sebagai pelengkap, pengganti, dan penambah pendidikan formal. Tujuan Pendidikan Nonformal dalam segi sosial yaitu untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat secara partisipasi aktif melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat.

a. Fungsi Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal berfungsi sebagai pelengkap, penambah, dan pengganti Pendidikan Nonformal. Selain itu Pendidikan Nonformal dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan. Pendidikan Nonformal dapat menjadi tambahan bagi siswa untuk memperluas pengalaman belajar mereka yang dibutuhkan. Pendidikan Nonformal juga dapat menjadi pengganti pelatihan yang tidak diberikan di sekolah formal. Pendidikan Nonformal termasuk pendidikan kemasyarakatan yang bertujuan untuk menumbuhkan minat dan bakat serta kemampuan untuk memberi anggota masyarakat kesempatan yang lebih besar untuk bekerja dan berusaha.

Pendidikan Nonformal memiliki peran yang berbeda dari pendidikan formal

(32)

lainnya. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tentang sistem Pendidikan nasional tahun 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1 dan 2, yaitu :

1) Pendidikan Nonformal sebagai pelengkap bagi pendidikan formal, berarti Pendidikan Nonformal melengkapi kemampuan peserta didik yang belum terpenuhi di pendidikan formal seperti penyelenggaran ekstrakurikuler yang dapat disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan siswa.

2) Pendidikan Nonformal sebagai penambah pendidikan yaitu untuk menambah dan memberikan pengalaman belajar siswa yang berbeda dari pendidikan formal. Hal tersebut juga mampu membantu siswa dalam memperdalam pengetahuan yang dimiliki serta wawasan yag lebih luas seperti adanya program bimbingan belajar.

3) Pendidikan Nonformal sebagai pengganti pendidikan formal yang berarti pendidikan Nonformal ini menyediakan tempat untuk siswa yang belum mendapatkan layanan pendidikan formal untuk terus belajar dan mengembangkan potensi dirinya seperti potensi pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari Pendidikan Nonformal adalah untuk melengkapi kemampuan peserta didik yang belum terpenuhi pada pendidikan formal. Pendidikan Nonformal mampu memberikan pengalaman belajar baru yang berbeda dengan pendidikan formal.

Pendidikan Nonformal juga memberikan layanan pendidikan untuk peserta didik untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya.

(33)

b. Peran Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal dapat membantu dalam pendidikan karakter dengan melakukan pembelajaran dalam masyarakat dan keluarga dengan menerapkan pendekatan khusus yang didasarkan pada prinsip Kebijakan dengan harapan dapat memberikan kontribusi kepada bangsa ini untuk meningkatkan karakter dan budi luhurnya. Pendidikan Nonformal memiliki peran penting dalam pemberdayaan masyarakat karena memberikan kesempatan bagi individu dan kelompok yang mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan formal untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan nilai yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Berikut adalah beberapa peran Pendidikan Nonformal dalam pemberdayaan Masyarakat :

1) Meningkatkan akses Pendidikan: Pendidikan Nonformal menyediakan alternatif bagi mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal karena ada alasan atau masalah tertentu seperti keterbatasan ekonomi, jarak atau yang lainnya.

2) Pengembangan keterampilan praktis : Pendidikan Nonformal sering kali lebih berfokus pada keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti keterampilan kerja, kewirausahaan, dan keterampilan. Hal ini memungkinkan individu untuk meningkatkan peluang kerja dan meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha mikro.

3) Meningkatkan kesadaran sosial: Pendidikan Nonformal dapat membantu masyarakat memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, dan memahami konsep-konsep seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan

(34)

partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat. Ini dapat memperkuat hubungan sosial dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

4) Pemberdayaan Perempuan dan kelompok marginal : Pendidikan Nonformal sering kali menjadi sarana untuk memberdayakan perempuan, anak-anak, dan kelompok marginal lainnya yang mungkin tertinggal dalam sistem pendidikan formal. Hal ini memberikan mereka alat untuk mengatasi hambatan sosial dan ekonomi, serta meningkatkan partisipasi mereka.

5) Penyuluhan dan peningkatan kualitas hidup : program Pendidikan Nonformal juga sering mencakup penyuluhan terkait kesehatan, lingkungan, dan hak-hak sosial. Ini dapat membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih baik dalam hal kesehatan, keluarga, dan keberlanjutan lingkungan yang berkontribusi pada pemberdayaan.

6) Pengembangan kemandirian ekonomi dengan menyediakan yang berfokus pada keterampilan dan pengembangan usaha. Pendidikan Nonformal dapat membantu individu untuk menjadi lebih mandiri secara ekonomi. Hal ini juga dapat mengurangi angka kemiskinan dan dapat mensejahterakan masyarakat.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran Pendidikan Nonformal yaitu untuk meningkatkan akses pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan Nonformal ini dapat memberdayakan masyarakat dengan mengadakan penyuluhan dan peningkatan kualitas hidup untuk

(35)

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan pada masyarakat agar menjadi warga mandiri ekonomi.

c. Karakteristik Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal memiliki karakteristik yang berbeda dari Pendidikan formal, namun keduanya memiliki fungsi yang sama dan saling mendukung satu sama lain (Rohmah, 2015). Menurut sejarahnya dan berbagai aktivitas yang dilakukan Pendidikan Nonformal memiliki karakteristik berikut :

1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang dapat dikembangkan.

Pendidikan Nonformal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2) Berpusat pada peserta didik dalam Pendidikan Nonformal dan belajar mandiri, peserta didik mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan.

3) Penyelenggaraannya tidak berkesinambungan dan relatif singkat.

4) Menggunakan kurikulum fleksibel dan terbuka dengan berdiskusi untuk menentukan materi belajar dan cara belajar peserta didik.

5) Menggunakan pendekatan pembelajaran yang partisipatif dengan penekanan pada belajar mandiri.

6) Hubungan antara guru dan murid bersifat mendatar dengan pendidik sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik dan hubungan diantara mereka bersifat informal dan akrab, dan siswa melihat fasilitator sebagai narasumber bukan sebagai guru.

(36)

7) Penggunaan sumber-sumber lokal karena sumber-sumber untuk Pendidikan sangat jarang dan diusahakan untuk memanfaatkan sumber- sumber lokal sebaik mungkin.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa karakteristik Pendidikan Nonformal yaitu berpusat pada peserta dengan menggunakan pendekatan partisipasi aktif sebagai metode pembelajaran, sumber yang digunakan berasal dari sumber lokal yang ada di lingkungan sekitar.

2. Konsep Pendampingan

Istilah “Pendampingan” berasal dari kata kerja “mendampingi” suatu kegiatan membantu individu atau kelompok yang perlu didampingi karena alasan tertentu (Rahayu, 2024) Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pemerintah dan lembaga non profit biasanya menggunakan pendekatan pendampingan untuk mengidentifikasi diri mereka yang juga bagian dari masalah. Pendampingan ini juga dapat membantu mencari solusi untuk menyelesaikan masalah. Keberdayaan diri ini sangat mempengaruhi kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu kegiatan pemberdayaan sangat penting dalam setiap kegiatan pendampingan (Hidayah, 2015).

Purwadarminta (2010) menyatakan, pendampingan adalah suatu proses dalam menyertai dan menemani secara dekat, bersahabat dan bersaudara, serta hidup bersama-sama dalam suka dan duka, bahu-membahu dalam menghadapi kehidupan dalam mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

Karena kata pendampingan menunjukkan kesejajaran (tidak ada yang satu lebih dari yang lain), yang aktif justru yang didampingi sekaligus sebagai

(37)

subyek utama, pendampingan lebih bersifat membantu saja. Pendampingan merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial seperti pengajaran, pengarahan atau pembinaan dalam kelompok dan bisa menguasai, mengendalikan serta mengontrol orang-orang yang mereka dampingi. Karena dalam pendampingan lebih pada pendekatan kebersamaan, kesejajaran, atau kesederajatan kedudukan (BPKB. Pendampingan masyarakat. Jawa Timur. 2001; 5)

Berdasarkan dari pengertian pola pendampingan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa pola pendampingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model atau cara (suatu set peraturan) dalam suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dan mengembangkan diberbagai potensi yang dimiliki oleh pelaku usaha mikro dengan menempatkan tenaga pendamping sebagai fasilitator, komunikator dan mediator sehingga pelaku usaha mikro mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.

a. Tujuan pendampingan

pemberdayaan atau penguatan adalah tujuan pendampingan. Pemberdayaan berarti meningkatkan kekuatan, kemampuan, potensi dan sumber daya manusia untuk membela dirinya. Tujuan pendampingan lainnya yaitu untuk memastikan bahwa lingkungan tersebut benar-benar mengalami perubahan yang nyata dengan menggabungkan kepercayaan dan kemampuan individu dalam menangani masalah. Sebuah kelompok yang tidak dapat mengatasi masalah secara mandiri perlu dukungan seperti pendampingan. Pendampingan ini

(38)

dikatakan medampingi karena yang memecahkan masalah itu bukan pendamping, melainkan individu itu sendiri karena pendamping hanya berperan untuk mengarahkan cara memecahkan masalah secara bersama, dimulai dari mengidentifikasi masalah, menemukan Solusi alternatif sampai pada implmentasi (Rahayu, 2024).

b. Fungsi Pendampingan

Menurut Purwasasmita (2010) dan Wiryasaputra (2006), seorang pendamping memiliki fungsi dala menjalankan tugasnya, yaitu :

1. Fungsi penyembuhan (healing), fungsi ini digunakan oleh pendamping ketika melihat keadaan yang perlu mengembalikan keadaan semula atau mendekati keadaan semula. Fungsi ini membantu orang yang didampingi menghilangkan gejala atau tingkah laku yang tidak fungsional sehingga mereka tidak lagi mengalami gejala yang mengganggu dan dapat berfungis sebagai alat pemersatu.

2. Fungsi membimbing (guiding), fungsi ini dilakukan saat orang harus membuat keputusan tentang masa depan mereka. Klien dalm hal ini membantu dalam pengambilan Keputusan dan pemecahan masalah.

3. Fungsi menopang (sustaining), fungsi ini digunakan jika klien tidak dapat Kembali ke keadaan semula. Fungsi menopang ini digunakan Ketika klien berada di tempatnya dan kemudian berdiri sendiri dalam keadaan baru, tumbuh secara penuh dan utuh.

(39)

4. Fungsi memperbaiki hubungan (reconcealing), fungsi ini digunakan untuk membantu klien Ketika merea mengalami konflik internal dengan orang lain yang dapat menyebabkan putus dan rusanya hubungan.

5. Fungsi membebaskan (liberating, empowering and capacity building), fungsi ini dikenal sebagai membebaskan (liberating) atau memampukan (empowering) atau memperkuat kapasitas (capacity building) seperti mengurangi hambatan atau tekanan yang terjadi saat belajar mandiri.

c. Peran Pendampingan

Pendampingan sangat menentukan keberhasilan suatu program untuk menanggulangi masalah kemiskinan seperti meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro. Peran utama pendamping ada dua yaitu :

1) Fasilitator adalah peran yang mampu mendorong seseorang, memberikan kesempatan dan dukungan. Tugas fasilitator antara lain menjadi mentor, melakukan mediasi dan negosiasi, memberikan dukungan, mengorganisasian dan memanfaatkan sumber serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan seseorang yang didampingi.

2) Pendidik, pendamping berperan sebagai sumber yang aktif dan memberikan masukan positif, selain itu peran pendidik pada pendampinga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, menyebarkan informasi dan mengadakan pelatihan bagi masyarakat (Rahayu, 2024)

(40)

3. Penguatan Kapasitas

Peningkatan kapasitas adalah kemampuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai hubungan, perilaku, motivasi, sumber daya, dan kondisi yang memungkinkan seseorang, organisasi, jaringan kerja, sektor, dan sistem yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bertahap (Morgan, 2008). Menurut Yap (2000) pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kapasitas Pembangunan adalah suatu proses untuk meningkatkan individu, kelompok, organisasi, komunitas dan masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, kapasitas Pembangunan biasanya dipahami sebagai upaya membantu pemerintah, masyarakat, atau individu dalam pengembangan keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Soeprapto (2006:11) menyebutkan bahwa pengembangan kapasitas bukanlah produk, melainkan proses. Pengembangan kapasitas adalah proses multi-tingkatan yang mencakup individu, kelompok, organisasi dan sistem. Pengembangan kapasitas juga menghubungkan antara ide dengan sikap. Pengembangan kapasitas juga dapat disebut sebagai actionable learning , dimana pengembangan kapasitas meliputi sejumlah proses pembelajaran yang saling berkaitan agar individu dan organisasi secara terus menerus beradaptasi dengan perubahan. Beliau juga mengemukakan bahwa pengembangan kapasitas harus dilakukan secara efektif dan berkesinambungan pada 3 tingkatan, yaitu tingkatan individu yang meliputi keterampilan, pengetahuan,

(41)

tingkah laku, pengelompokan pekerjaan dan motivasi untuk pekerjaan individu dalam organisasi. Tingkatan organisasi yang mencakup struktur organisasi, pengambilan keputusan, prosedur dan mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana prasarana dan jaringan organisasi. Tingkatan sistem seperti pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan tertentu.

Menurut Haryono (2012), pembangunan kapasitas didefinisikan sebagai upaya kreatif untuk membangun kapasitas yang belum ada. Pembangunan kapasitas, di sisi lain didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas yang menunjukkan upaya untuk mengembangkan kemampuan yang sudah ada.

Menurut Keban (2000:7) pengembangan kapasitas adalah Kumpulan metode yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja secara efektif, efesien, dan responsif.

Menurut Morison (2001:242) menganggap pengembangan kapasitas sebagai proses melakukan gerakan pada berbagai Tingkat, termasuk perubahan pada individu, kelompok, organisasi dan sistem. Tujuan dari pengembangan kapasitas adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dan organisasi untuk menyesuaikan diri sehingga mereka dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Pengembangan kapasitas dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, organisasi, atau sistem untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sesuai dengan definisi Brown (Rainer Rohdewohld, 2005:11).

(42)

a. Tujuan peningkatan kapasitas

1) Tujuan peningkatan kapasitas secara umum dikaitkan dengan keinginan sistem.

2) Secara khusus ditujukan untuk mencapai kinerja yang lebih baik yang dapat dilihat dari beberapa aspek

a) Efisiensi dalam hal waktu dan tenaga (sumber daya) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

b) Efektivitas yang merupakan kepantasan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

c) Responsitas yang berarti mensinkronkan kebutuhan dan kemampuan untuk tujuan tertentu.

d) Pembelajaran yang mempengaruhi kinerja individu dalam kelompok, organisasi dan sistem (Akbar, 2024)

b. Tahapan atau fase peningkatan kapasitas

Adapun tahapan atau fase pengembangan kapasitas menurut Gandara (2008:18) yaitu :

1. Fase persiapan, pada fase ini terdapat identifikasi kebutuhan, menentukan tujuan, memberikan tanggung jawab, merancang rencana atau proses pengembangan kapasitas.

2. Fase analisis, pada fase ini terdapat identifikasi permasalahan utama, analisis proses kegiatanya, memetakan celah kapasitas.

3. Fase perencanaan, pada fase ini terdapat perencanaan tahunan, membuat rencana jangka menengah, dan menyusun skala prioritas.

(43)

4. Fase implemnetasi, pada ini adanya pemrograman, perencanaan proyek pengembangan kapasitas, penyeleksian penyedia jasa layanan pengembangan kapasitas, dan implementasi proyek.

5. Fase evaluasi, pada fase initerdapat evaluasi dampa dari kegiatan da tindak lanjut pengembangan kapasitas.

c. Faktor yang mempengaruhi

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan dan keberhasilan program pengembangan kapasitas. Namun Soeprapto (2006) menemukan beberapa faktor penting yang mempengaruhi pengembangan kapasitas sebagai berikut:

1. Komitmen bersama (Collective commitments), sejauh mana kapasitas pengembangan dilaksanakan berdasarkan komitmen bersama dari semua aktor yang terlibat dalam sebuah organisasi. Karena komitmen bersama akan menjadi dasar dari semua rencana operasi yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi, komitmen ini harus terus dikembangkan dan dipelihara dengan baik.

2. Kepemimpinan (conducive leadership), faktor kepemimpinan yang kondusif merupakan hal penting karena program pengembangan kapasitas pribadi di sebuah organisasi bergantung pada kepemimpinan yang mendukung. Mekanisme kepemimpinan yang dinamis, seperti yang ada di sektor swasta yaitu harus terus didorong dalam lingkungan organisasi public. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan sumber daya sektor public dan tantang masa depan yang semakin besar,

(44)

sehingga dengan kepemimpinan yang kondusif mampu memberikan kesempatan besar kepada setiap bagian organisasi untuk mengembangkan kapasitas yang merupakan cara utama untuk mengetahui seberapa efektif kapasitas kelembagaan dalam mencapai tujuan organisasi.

3. Reformasi peraturan, salah satu hambatan terbesar untuk keberhasilan program pengembangan kapasitas adalah keadaan polutik pemerintah daerah Indonesia serta budaya pegawai pemerintah daerah yang selalu bergantung pada peraturan yang ada dan faktor-faktor prosedur hukum- formal lainnya. Oleh karena itu, untuk menyukseskan program kapasitas ini, reformasi atau penyelenggaraan peraturan yang baik merupakan salah satu cara yang dilakukan dan juga bagian dari pelaksanaan program yang sangat dipengaruhi oleh faktor kepemiminan.

4. Reformasi kelembagaan berfokus pada penciptaan lingkungan dan budaya yang sesuai untuk memungkinkan program kapasitas kelembagaan dan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Reformasi kelembagaan fokus pada dua aspek penting yaitu structural dan kultural untuk memulai pengembangan kapasitas, kedua komponen ini harus dikelolan dengan baik. Hal ini perlu dilakukan karena pengembangan kapasitas yang tersedia atau kapasitas ynag sudah ada.

Ini penting karena kejujuran tentang kemampuan yang dimiliki merupakan setengah dari prinsip.

(45)

3. Konsep Pemberdayaan

Pembangunan menurut Mardikanto & Soebianto (2013) merupakan segala upaya yang terus-menerus ditujukan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan bangsa yang belum baik atau untuk memperbaiki kehidupan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Pembangunan seringkali didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan untuk mewujudkan suatu tujuan yaitu peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. Pembangunanadalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang bergerak secara terus menerus untuk mewujudkan perubahan dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai perbaikan mutu hidup, dalam situasi lingkungan kehidupan yang terus menerus mengalami perubahan. Proses pembangunanyang terjadi, bukan sesuatu yang bersifat alami, melainkan proses proses yang dilakukan secara sadar dan terencana. Setiap pembangunan, tentunya ada proses perubahan yang direncanakan dan ingin dicapai.

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia adalah bagian dari proses dan tujuan dalam Pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pikiran-pikiran pembangunanyang berkembang di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat akan tidak terhindarnya keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global yang sedang berlangsung itu.

Diharapkan proses ini membawa keuntungan dan mendorong proses pembangunannasional (Aryo, 2020). Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai IPTEK

(46)

yang berwawasan lingkungan; serta Pengembangan pranata sosial yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program strategis guna menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap memasuki pasar kerja. Terakhir adalah pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi muda. Sebagai penopang utama dalam roda pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat menciptakan generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi. Karakteristik generasi muda yang kreatif dan inovatif yang diharapkan mampu berkontribusi dan memenangkan persaingan global.

Perlunya mempertimbangkan peran strategis SDM bagi akselerasi pembangunannegara, kebijakan dan langkah strategis program kerja yang komprehensif mesti terwujud agar dapat mencetak banyak SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global. Sinergi kebijakan antar pemangku kepentingan pada sektor terkait dan lintas sektor juga mutlak diperlukan guna menyatukan sumber daya dan potensi yang ada bagi percepatan pembangunanSDM Indonesia (Aryo, 2020).

Pembangunanhakikatnya adalah suatu “eco development” dan

dehumanisasi” oleh karena itu pembangunanyang dimaksud adalah pembangunanbukan semata hanya untuk ekonomi saja, tetapi pembangunanjuga menghasilkan individu yang memiliki kepekaan terhadap fenomena atau masalah sosial yang sedang dan akan terjadi. Untuk mewujudkan suatu pembangunanyang baik dari segi ekonomi maupun sosial perlu adanya

(47)

partisipasi masyarakat. Konsep pemberdayaan mencakup konsep pembangunanmasyarakat (community development). Istilah pemberdayaan masyarakat muncul setelah istilah Pembangunanyang diarahkan oleh masyarakat yang berarti pembangunanyang diarahkan oleh masyarakat atau pembangunanberbasis masyarakat.(Totok & Poerwoko, 2017).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemberdayaan berasal dari kata

“daya” yang berarti kemauan untuk bertindak atau “berdaya” adalah kata yang berasal dari kata “ber-daya” yang berarti berkekuatan atau kemampuan, sedangkan “pem-berdaya-an” adalah kata yang berarti suatu proses, cara, atau perbuatan memberdayakan. Pemberdayaan masyarakat juga bisa diartikan sebagai proses memandirikan, mengembangkan, serta memberdayakan masyarakat terhadap masalah atau penekanan sosial di segala bidang dan sektor yang dapat merubah kehidupan agar lebih maju, sejahtera dan berkembang dari perspektif ini pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses untuk memperoleh kekuatan atau kemampuan kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Afidah, 2021). Menurut (Mardikanto &

Soebianto, 2013) Pemberdayaan masyarakat adalah proses partisipatif yang memberi kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengkaji tantangan utama Pembangunanmereka dan mengajukan kegiatan yang dirancang untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power) istilah tersebut yaitu kemampuan seseorang untuk mengontrol orang lain biasanya dikaitkan dengan kekuasaan. Kemampuan

(48)

tersebut dapat mengatur dirinya sendiri atau orang lain sebagai individu, kelompok atau organisasi. Terlepas dari kebutuhan, potensi atau keinginan orang lain. Kekuasaan menjadikan orang lain sebagai objek dari pengaruh atau keinginan dirinya (Haryono, 2021). Pemberdayaan sebagai perubahan sosial menurut (Totok & Poerwoko, 2017) menyatakan bahwa pemberdayaan tidak sekedar perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi proses perubahan sosial yang mencakup banyak aspek termasuk politik dan ekonomi dalam jangka Panjang secara bertahap dan mampu diandalkan menciptakan pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.

Menurut Edi Suharto (Wahyuni, 2023) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan atau keberdayaan kelompok yang lemah, seperti masyarakat yang mengalami kemiskinan. sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan adalah proses membantu orang yang tidak diuntungkan bersaing dengan baik dan memenuhi kebutuhan mereka. Ini juga membantu mereka belajar bagaimana bernegosiasi menggunakan sistem kerja dan media dengan benar, terlibat dalam tindakan hukum dan lainnya.

Menurut peneliti sendiri, Pendidikan Nonformal ini memiliki keterkaitan yang erat dengan pemberdayaan masyarakat, karena memiliki beberapa aspek yang saling mendukung. Secara umum Pendidikan Nonformal memiliki tujuan

(49)

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap masyarakat, sedangkan pemberdayaan masyarakat adalah proses dimana masyarakat diberikan kekuatan untuk mengelola dan mengembangkan potensi diri serta sumber daya yang ada di lingkungan mereka.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya menurut ahli dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu perubahan yang tidak hanya terjadi pada diri seseorang tetapi pada perubahan sosial juga. untuk mewujudkan perubahan sosial perlu adanya partisipasi masyarakat. Proses pemberdayaan memiliki tujuan yaitu membuat seseorang yang belum berdaya dan berada di kelompok bawah menjadi seseorang yang lebih berdaya untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan.

a. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Jim Ife (2002) Tujuan dari pemberdayaan secara umum adalah untuk meningkatkan kapasitas, kemandirian individu atau kelompok agar mereka mampu mengendalikan dan memperbaiki kualitas hidupnya secara mandiri dan berkelanjutan. Pemberdayaan bertujuan untuk memberi kebebasan masyarakat dan individu. Kebebasan ini termasuk kebebasan mereka untuk berpikir dan bertindak dalam konteks tersebut dapat dijelaskan bahwa meningkatkan kemandirian masyarakat agar mereka tidak bergantung pada bantuan luar seperti pemerintah yang memenuhi kebutuhan mereka.

Mengembangkan potensi dan kapasitas individu atau kelompok yang memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan sosial, rasa percaya diri dan harga diri sebagai masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan pemberdayaan tentunya perlu

(50)

partisipasi aktif untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program pembangunan, pengambilan keputusan yang menyangkut dengan aktivitas sosial, politik dan ekonomi, selain itu juga dapat mendorong kesadaran kritis masyarakat akan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi mereka serta hak dan tanggung jawab mereka (Habib, 2021).

Tujuan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan, peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak, peningkatan akses pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dan mampu membangun ketahanan sosial dan komunitas. Menurut (Mardikanto & Soebianto, 2013)tujuan pemberdayaan yaitu meliputi berbagai upaya perbaikan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Perbaikan pendidikan (better education) yaitu tingkat pendidikan yang lebih tinggi sangat penting untuk proses pencapaian pemberdayaan.

2) Perbaikan aksesbilitas (better accessbility) yaitu pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas ke banyak sumber informasi, termasuk sumber keuangan, pemasok produk, penyedia peralatan, dan organisasi pemasaran.

3) Perbaikan tindakan (better action) yaitu pemberdayaan yang diharapkan dapat melahirkan aksi yang lebih baik melalui berbagai macam fasilitas sumber daya.

4) Perbaikan kelembagaan (better institution) yaitu pemberdayaan, yang hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kelembagaan masyarakat yang lebih kokoh.

(51)

5) Perbaikan usaha (better business) yaitu pemberdayaan yang diharapkan untuk memperbaiki usaha atau bisnis yang dijalankan.

6) Perbaikan pendapatan (better income) yaitu pemberdayaan yang diharapkan untuk memperbaiki pendapatan yang diperoleh.

7) Perbaikan lingkungan (better living) yaitu pemberdayaan yang diharapkan untuk memperbaiki situasi kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

8) Perbaikan masyarakat (better community) yaitu Kehidupan masyarakat diharapkan meningkat sebagai akibat langsung dari pemberdayaan, yang didukung oleh lingkungan fisik dan sosial.

Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pemberdayaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan secara garis besar adalah untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan melalui partisipasi aktif individu atau kelompok yang juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta mampu mengangkat derajat individu atau kelompok yang lemah tak berdaya menjadi individu yang lebih berdaya dalam segi sosial, ekonomi dan politik.

b. Model-model pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas individu maupun kelompok agar mampu mengontrol dan menentukan arah hidupnya secara mandiri, baik dalam aspek sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Dalam praktiknya, pemberdayaan terbagi menjadi beberapa model yang umum dikembangkan dalam studi Pembangunandan intervensi sosial yaitu :

(52)

1) Model Pembangunan berbasis masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pemberian kekuatan kepada individu dan kelompok dalam suatu komunitas untuk mengambil kontrol atas hidup mereka sendiri. Model-model pemberdayaan masyarakat berfokus pada berbagai strategi dan pendekatan untuk meningkatkan kemandirian, partisipasi, dan kapasitas masyarakat. Model Pembangunanberbasis masyarakat merupakan pendekatan dalam pembangunanyang menempatkan masyarakat sebagai subjek utama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Pembangunan. Partisipasi masyarakat disini sangat penting karena untuk menentukan kebijakan, program dan proyek Pembangunanyang dapat mempengaruhi kehidupan.

2) Model Pendidikan partisipatif

Model pemberdayaan pendidikan partisipatif ini menggunakan pendekatan pendidikan yang melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan pengambilan Keputusan. Masyarakat diajak untuk bekerja sama dalam desain kurikulum, pelatihan, dan evaluasi hasil Pendidikan. Pendekatan Pendidikan partisipatif menekankan partisipasi warga belajar dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengubah peran guru sebagai pemegang pengetahuan utama dan mengakui bahwa warga belajar memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keahlian unik yang dapat membantu mereka belajar. Tujuan model pendidikan partisipatif adalah untuk membangun lingkungan belajar yang mendorong warga belajar untuk berpikir kritis, bekerja sama dan mandiri.

(53)

Hal ini bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam masyarakat dan kehidupan yang berkembang.

3) Model Pemberdayaan Ekonomi

Model pemberdayaan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi individu, kelompok, atau komunitas melalui pelatihan, keterampilan, pengembangan usaha mikro, kecil, akses terhadap sumber daya ekonomi dan pembentukan koperasi dan jaringan usaha.

Model ini bertujuan untuk mengembangkan potensi ekonomi yang ada di tingkat individu atau kelompok.

4) Model Pemberdayaan Politik

Tujuan dari model ini adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam politik dan keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan, pemantauan kebijakan publik, pelatihan advokasi, dan pembentukan kelompok advokasi. kerangka kerja atau pendekatan yang dikenal sebagai model pemberdayaan politik digunakan untuk memahami dan menganalisis bagaimana individu dan kelompok terlibat dalam proses politik serta bagaimana mereka memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif dalam sistem politik. Model pemberdayaan politik menekankan betapa pentingnya pemberdayaan individu dan kelompok yang sebelumnya marginal untuk berpartisipasi dalam proses politik.

(54)

5) Model Pemberdayaan Sosial

Untuk meningkatkan hubungan dan dukungan jaringan diantara anggota masyarakat, pemberdayaan sosial dapat mencakup pembentukan kelompok komunitas, program pelatihan dan advokasi hak sosial. Model pemberdayaan sosial adalah pendekatan atau strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian, keberdayaan, dan partisipasi dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah mereka sendiri.

6) Model Pemberdayaan Teknologi

Model ini menekankan penggunaan TIK untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi, layanan public, peluang Pendidikan dan pasar kerja. Pemberdayaan teknologi dalam Pembangunanmasyarakat, pemberdayaan teknologi dalam Pendidikan. Model ini memiliki prinsip dasar yaitu menggunakan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian seseorang atau organisasi.

7) Model Pemberdayaan Lingkungan

Model ini fokus pada pemahaman dan perlindungan lingkungan hidup termasuk pendidikan tentang keberlanjutan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam dan partisipasi dalam kegiatan konservasi. Model pemberdayaan lingkungan ini fokus pada mendorong masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan Keputusan dan pelaksanaan Tindakan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan limbah atau pengurangan dampak dan iklim. Tujuannya adalah agar hubungan antara manusia dan

(55)

lingkungan seimbang, dimana masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan mempertahankan kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati (Pakpahan et al., 2023).

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa model-model pemberdayaan yaitu model Pembangunanberbasis masyarakat, model pemberdayaan ekonomi, model Pendidikan partisipatif, model pemberdayaan politik, model pemberdayaan sosial, model pemberdayaan teknologi, model pemberdayaan lingkungan.

4. Profil Bank BTPN Syariah

Bank BTPN Syariah Tbk merupakan salah satu mitra yang bekerja sama dengan pemerintah dalam program pendampingan ini untuk memberikan pengetahuan, bimbingan, dan dukungan kepada nasabah yang produktif dan kurang mampu untuk membantu mereka menjadi wirausaha yang lebih baik.

BTPN Syariah adalah anak perusahaan BTPN dengan kepemilikan saham 70%

dan merupakan Bank syariah ke 12 di Indonesia. Bank Syariah berdasarkan prinsip inklusif keuangan dengan menyediakan produk dan jasa keuangan kepada masyarakat terpencil yang belum terjangkau serta segmen masyarakat prasejahtera. Selain menyediakan akses layanan keuangan kepada masyarakat tersebut, BTPN Syariah juga menyediakan pelatihan keuangan sederhana untuk membantu mata pencaharian nasabahnya agar dapat terus berlanjut serta membina masyarakat yang lebih sehat melalui program dayanya (BTPN, 2023) .

(56)

Visi, misi dan nilainya yang mencerminkan arah usahanya agar tujuannya mengembangkan jutaan rakyat Indonesia terpenuhi. Visinya adalah untuk menjadi Bank Syariah yang terbaik dan sekaligus mengembangkan keuangan inklusi sehingga dapat mengubah kehidupaan jutaan masyarakat. Sejalan dengan ini misinya adalah untuk bekerja sama menciptakan peluang pertumbuhan usaha dan mencapai kehidupan yang lebih berarti. Bank berusaha untuk mencapai visi dan misinya dengan membina empat nilai utama yaitu profesionalisme, integritas, saling menghargai dan kerja sama (BTPN, 2024)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT Bank BTPN Syariah merupakan Bank Negara yang berbasis pada inklusi syariah.

Bank BTPN Syariah memiliki program-program sosial untuk memberdayakan pelaku usaha mikro.

a. Program Pendampingan Bestee

Menurut Wiryasaputra menjelaskan pendampingan sebagai proses pertemuan, pertolongan antara pendamping dengan orang yang didampingi.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk membantu orang yang didampingi mengetahui keberadaannya dan mengalami pengalamannya secara utuh sehingga mereka dapat menggunakan sumber-sumber yang mereka miliki untuk berubah, berkembang, dan berfungsi sepenuhnya secara fisik, mental, spiritual dan sosial (Wiryasaputra, 2006).

PT Bank BTPN Syariah mengadakan program pendampingan untuk pelaku usaha mikro yang berasal dari pelaku usaha mikro yang masih kurang dalam memahami bagaimana cara meningkatkan penjualan, menyeimbangkan

(57)

persaingan pasar, dan juga untuk mengikuti perkembangan digitalisasi. Untuk mewujudkan rencana dan tujuan tersebut, tentunya para pelaku usaha mikro ini perlu pendampingan khusus untuk mengembangkan usaha yang dimilikinya yaitu melalui program pendampingan Bestee ini yang dirancang dengan mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan pendampingan kewirausahaan bagi pelaku usaha mikro (Bestee, 2024). Program Bestee ini merupakan program kemitraan antara Universitas, BTPN Syariah dan MBKM Kemendikbud yang dimana mahasiswa yang menjadi volunteer terjun langsung ke lapangan untuk mendampingi pelaku usaha mikro atau pelaku Umkm untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan secara terukur dan berkelanjutan. Program Bestee juga bertujuan untuk membuat akses pasar lebih mudah untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Program Bestee dapat membantu nasabah dalam memperkuat usaha mikro mereka. Program Bestee juga termasuk program pendampingan yang terintegrasi dengan platform, mahasiswa melakukan aktivitas pendampingan dengan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah (Bestee, 2024).

Berdasarkan penjelasan temuan sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa program Bestee dari Bank BTPN Syariah diadakan untuk membantu serta mendukung pelaku usaha mikro dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

b. Platform Bestee

Bestee platform merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh BTPN Syariah melalui program daya yang ditujukan untuk memberikan akses

(58)

pengetahuan kepada para nasabah untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas pengetahuan terkait kewirausahaan melalui aplikasi yang dikembangkan secara bertahap. Beberapa materi kewirausahaan yang tersedia di dalam Bestee platform sudah disesuaikan dengan jenis usaha sehingga materi yang tersedia diharapkan dapat memberikan manfaat yang tepat sesuai kebutuhan nasabah.

Pembekalan materi untuk pelaku usaha mikro dan fasilitator pendamping sudah disediakan dan disesuaikan kebutuhan nasabah di dalam satu aplikasi yang bernama aplikasi “KitaBestee” untuk fasilitator mengakses materi sedangkan aplikasi untuk nasabah yaitu “Besteeku” dengan aplikasi tersebut pelaku usaha mikro dapat mengakses pengetahuan dan keterampilan digital untuk usaha mikro.

Berdasarkan penjelasan dan temuan sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa Bestee platform ini merupakan aplikasi terobosan baru dari Bank BTPN Syariah untuk membantu memudahkan nasabah dalam mengikuti era digitalisasi.

7. Konsep Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki kemampuan untuk meningkatkan lapangan kerja dan memainkan peran penting dalam mewujudkan stabilitas ekonomi nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri yang dapat dilakukan oleh individual atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah lebih besar dibandingkan dengan skala usaha besar, meskipun mengalami

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kalo misalnya belajar bahasa Inggris ya pakenya bahasa Inggris terus cuma kadang ada anak yang kemampuan berbahasa Inggrisnya masih dibawah gitu, jadi ya bisa dibantu pake

Bagi Guru, penelitian ini dapat memberikan informasi sejauhmana siswa memanfaatkan jam belajar di luar sekolah, dan pendampingan belajar orang tua, sehingga para guru dapat

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tentu tidak lepas dari media dan sumber belajar, karena media dan sumber.. belajar

Jadi, berdasarkan keseluruhan pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan rasa cinta siswa berprestasi di rumah dan di sekolah dapat dibangun proposisi pendampingan belajar, jalinan

Jawaban : Kalau jujur yang saya lakukan dalam memasarkan itu ya pertama produknya, terus jujur dalam porsi marginya jadi di jelaskan kepada nasabah bahwa margin yang kita miliki

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, maubelajar, dan tertarik untuk terus menerus

“belajar demokrasi”. Ia mencatat bahwa orang tidaklah belajar membaca atau menulis dengan kata-kata semata, tetapi dengan melakukannya. Jadi, hanya dengan terus berpraktek

Siswa yang belum mampu menyelesaikan soal cerita terkait hitung campur yang melibatkan pecahan dan desimal akan mengikuti penguatan materi dengan pendampingan guru.. Siswa