dalam Perspektif Pendidikan Islam
(Kajian tentang Pemberian Hadiah dan Hukuman dalam Pendidikan Islam)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
NUR HUSNA NIM. 212810074
KONSENTRASI ILMU TARBIYAH STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2014 M / 1435 H
i
Tesis dengan judul “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang disusun oleh Nur Husna dengan Nomor Induk Mahasiswa 212810074 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk disajikan di sidang munaqasyah.
Dibawah bimbingan:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. DR. H. Aziz Fakhrurrazi, MA Prof. DR. M. DienMadjid, MA
Tanggal : ….………2014 Tanggal ………...2014
ii
Tesis dengan judul “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang disusun oleh Nur Husna dengan Nomor Induk Mahasiswa 212810074 telah diujikan pada hari Selasa, 03 Juni 2014 M dan dinyatakan LULUS dengan yudisium/predikat AMAT BAIK.
Tesis ini telah disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama (MA) pada program Pascasarjana Konsentrasi Ilmu Tarbiyah Studi Ilmu Agama Islam Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.
Direktur Program
Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA Panitia Ujian
Keterangan Tanda Tangan Tanggal
Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA _________ _________
Ketua Sidang
Drs. H. Edy Suhandi, MA __________ __________
Sekretaris
Prof. DR. H. Armai Arief, MA __________ __________
Penguji I
Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA __________ __________
Penguji II
Prof. DR. H. Aziz Fakhrurrazi, MA __________ __________
Pembimbing I
Prof. DR. M. Dien Madjid, MA __________ __________
Pembimbing II
iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur Husna
NIM : 212810074
Tempat/Tanggal Lahir: Banjarmasin, 26 Desember 1990
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 10 Mei 2014
Nur Husna
iv
“Jaya dan Bahagia dapat dicapai dengan Doa, Usaha, Tawakkal, dan Sabar Tanpa Henti-Hentinya”
Tesis ini kupersembahkan kepada:
orang tuaku yang membimbing dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, guru-guruku yang menyampaikan ilmu, dosen-dosenku yang telah membekali wawasan pengetahuan, adik-adikku yang selalu memberikansupport.
v
KATA PENGANTAR
Tiada agung di dunia ini selain keagungan Allah SWT, dan tiada patut kiranya penulis bersyukur kecuali hanya bersyukur kepada Allah SWT, Sang Maha Sempurna, Maha Kuasa, Maha Pemberi Segalanya, yang dengan cinta dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah di jenjang Strata 2 IIQ ini dengan rasa bahagia, syukur, dan bangga yang tiada terkira. Shalawat dan salam tak akan pernah sirna untuk terus dicurahkan kepada kekasih Allah Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau hingga yaumil hisab nanti.
Alhamdulillaah, ucapan yang tiada hentinya penulis katakan ketika penulis telah menyelesaikan tesis ini dengan judul “Reward and Punishmentdalam Perspektif Pendidikan Islam”. Dalam penyusunan tesis ini, penulis tak luput dari bantuan orang-orang yang telah mendukung baik secara moril maupun materil. Tesis ini juga tak lepas dari kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, sebab penulis
vi pengetahuan dan jauh dari kesempurnaan.
Atas bantuan, dukungan, dan curahan kasih sayang dari berbagai pihak, maka dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta atas kebijaksanaan beliau sebagai pemimpin.
2. Bapak DR. Phill. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Asisten Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan kepada mahasiswanya dalam menyelesaikan tesis.
3. Bapak Prof. DR. H. Aziz Fakhrurrazi, MA., dan Bapak Prof. DR.
M. Dien Madjid, MA., yang dengan tulus telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Ibunda dan Ayahanda tercinta (Dra. Shafiyah Abdul Aziz, SE dan Ahmad Baini Elman) yang tak pernah berhenti mendoakan dan tak
vii
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
5. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Konsentrasi Ilmu Tarbiyah Studi Ilmu Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah membimbing dan memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, baik secara teoritis maupun praktis selama penulis berada di bangku perkuliahan.
6. Seluruh Staff Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah membantu penulis dari proses awal hingga akhir penulisan tesis.
7. Adik-adikku tersayang: Ahmad Humaidi Hambali, Nur Isnaniyah Hayati, Kamila Humairoh (Almh.), yang telah memotivasi dan mendoakan penulis dalam penyelesaian tesis.
8. Adik angkatku Fahrunnisa, yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam penyusunan tesis.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana Konsentrasi Ilmu Tarbiyah Studi Ilmu Agama Islam, yang telah berjuang bersama- sama menempuh pendidikan Pascasarjana di Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.
viii
yang tak akan habis-habisnya jika disebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan semoga kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan rahmat dan barokah yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Akhirnya penulis berdoa, semoga hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, di masa sekarang maupun masa yang akan datang nanti.Jazâkumullah khairan katsîran.
Jakarta, 10 Mei 2014 M 10 Rajab 1435 H
Penulis
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING... i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS...ii
PERNYATAAN PENULIS...iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... ix
ABSTRAKSI... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI...xv
DAFTAR SINGKATAN... xix
BAB I PENDAHULUAN A..Latar Belakang Masalah...1
B..Permasalahan...20
1...Identifikasi Masalah... 20
2...Pembatasan Masalah... 22
3...Perumusan Masalah...23
C..Tujuan dan Manfaat Penelitian...23
D..Kerangka Teori...25
x
F.. Metodologi Penelitian... 43 G..Sistematika Penulisan... 50
BAB II REWARD AND PUNISHMENT
A..Pengertian dan Teori (Reward and Punishment)... 55 B..TujuanReward and Punishmentdalam
Pendidikan Umum ... 80 C..Syarat-syarat PemberianReward and Punishment
dalam Pendidikan Umum... 84 D..Bentuk-bentukReward and Punishmentdalam
Pendidikan Umum... 114 E.. Nilai Positif dan NegatifReward and Punishment
dalam Pendidikan... 132
BAB III SEKILAS TENTANGREWARD AND
PUNISHMENTDALAM PENDIDIKAN ISLAM A..Gambaran Umum tentang Pendidikan Islam... 147 B..Arti dan DasarReward and Punishmentdalam
pendidikan Islam... 193
xi
Punishmentdalam Pendidikan Islam... 205 D... Bentuk-bentukReward and Punishment
dalam Pendidikan Islam... 214 E. Pandangan Tokoh-tokoh Muslim tentang
Reward and Punishment... 228
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Tahapan PenerapanReward and Punishment Berdasarkan Pandangan Islam... 249 B... FungsiReward and Punishmentberdasarkan
pandangan Islam... 272 C. DampakReward and Punishmentdalam
Pendidikan Islam... 290 D. RelevansiReward and Punishmentdalam
pendidikan Islam... 297
xii
A... Kesimpulan... 305 B... Saran... 313 DAFTAR PUSTAKA... 317 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
Dalam dunia pendidikan, reward diberikan ketika seorang anak telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, achievement yang bagus, atau tercapainya sebuah target.
Sebaliknya, punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target-target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut. Dalam Islam ada istilah basyîr (berita gembira) dan nadzîr (berita ancaman) yang dianalogikan dengan penghargaan dan hukuman. Hasil temuan yang penulis analisis adalah bahwa Reward and Punishment dalam pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dari konsep tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yaitu meciptakan manusia insan kamil yang bertakwa seperti Rasulullah. Penerapannya pun tidak lepas dari peneladanan kepada sikap-sikap Nabi, dan cara-cara beliau dalam mendidik umat Islam baik yang terdapat di Al-Qur’an ataupun Sunnah. Dan pemberian reward dan punishment juga harus diperhatikan agar tidak salah kaprah, mengena, dan memiliki dampak positif terhadap respon anak.
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Abdurraẖman Mas’ud dalam jurnal beliau yang berjudul Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam. Dalam penelitiannya, Abdurraẖman Mas’ud lebih memprioritaskan reward daripada punishment. Menurut beliau, punishment (khususnya hukuman fisik) tidak membawa dampak positif (sebaliknya membawa kenangan horor bagi siswa). Sedangkan penulis dalam tesis ini berpandangan bahwa sebenarnya bukan hanyareward yang dapat berpengaruh positif terhadap diri anak didik, tetapi punishment pun dapat menjadi acuan positif dalam mendidik anak. Dengan catatan yaitu pendidik harus mengetahui syarat-syarat dan metode pemberian reward and punishment yang baik. Oleh sebab itu, terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari keduanya, maka
xiv
pendidikan, terutama pendidikan Islam, jika diberikan secara seimbang dan sesuai porsinya.
Penelitian ini termasuk penelitian dasar/fundamental dan konseptual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif induktif, psikologis, dan ilmu pendidikan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kepustakaan (library research) dimana seluruh data penelitian merujuk pada literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Sedangkan langkah penelitian yang dilakukan penulis adalah menentukan tema penelitian, merumuskan masalah, melakukan studi pustaka, mengidentifikasi dan mengklarifikasi data, melakukan analisis data, menyimpulkan hasil penelitian, dan kemudian menulis laporan hasil penelitian.
Harapan penulis semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi dunia pendidikan, dan juga dapat memberikan sumbangsih pemikiran sehingga dapat memotivasi para pakar pendidikan untuk mengadakan pembahasan lebih lanjut, atau bahkan menemukan teori baru untuk kemajuan pendidikan Islam.
xv
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
A. Konsonan
ARAB LATIN
ا
Tidak dilambangkanب : b
ت : t
ث : ts
ج : j
ح : ẖ
خ : kh
د : d
ذ : dz
ر : r
ز : z
س : s
ش : sy
ص : sh
ض : dh
ط : th
ظ : zh
ع : '
غ : g
ف : f
ق : q
xvi
ل : l
م : m
ن : n
و : w
ه : h
ء : ’
ي : y
B. Vokal
1. Vokal Tunggal Fatẖah : a
Contoh :
بَبَبَ
dituliskatabaKasrah : i
Contoh :
بَبِبَ
ditulislabisaDhammah : u
Contoh :
بَسُبَ
ditulisẖasuna 2. Vokal PanjangFatẖah dan alîf : â Contoh :
بَابَ
ditulisqâlaxvii Contoh :
بَيْبَ
ditulisqîlaDhammah dan wâwu : û Contoh :
سَوسُبَ
ditulisyaqûlu3. Vokal Rangkap Fatẖah dan ya’ : ai
Contoh :
بَيْبَ
dituliskaifaFatẖah dan wâwu : au Contoh :
بَ يوبَ
ditulisẖaula C. Kata Sandang1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-hurufAl-Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf L (el).
Contoh:
سُ بَبُبِيَا
ditulisal-baqarahسُبَيَبِبَيَا
ditulis al-madînahxviii
ditansliterasikan dengan menggantialdengan huruf-huruf As-Syamsiyahyang mengikutinya.
Contoh:
سَسُ رََا
ditulidar-rajulسَيَرََا
ditulisasy-syamsu3. Syaddah (tasydîd) dalam aksara Arab dilambangkan ( ّ ), untuk mengalihkan tanda dengan menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Baik ditengah, akhir kata, atau yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf As-Syamsiyah. Contoh:
بَيَبَِّا
ditulisal-ladzîna.4. Ta Marbûthah (
ُ
), yang berdiri sendiri,waqaf atau diikuti kata sifat (na'at) maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi "h". contoh:بُرْبَيْبليعرََا بُرْبلبَبعيَا
ditulis al-‘amaliyyah at-ta’lîmiyyah. Sedangkan yang di wasal dengan (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:سُابَ بَ
بَابَيَا
dituliszakât al-mâl.xix
H. : Hijriah
Hal. : Halaman
M. : Masehi
QS. : Al-Qur’an Surat HR. : Hadis Riwayat Saw. :
ملسو هْلع ا ىلص
Swt. :
ىَاعتو هناحِس
t.tp. : Tanpa tempat penerbit t.p. : Tanpa penerbit
t.t. : Tanpa tahun
w. : Wafat
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, anak harus dipandang sebagai hamba Tuhan yang paling mulia dengan kemampuan dan bakat yang bisa berkembang secara intensif atau dialektis (saling mempengaruhi) antara kemampuan dasarnya dan pengaruh pendidikan.1 Sehingga merupakan suatu yang lumrah jika menjumpai anak dengan karakter yang beragam dikarenakan kecerdasan atau pengaruh pendidikannya tersebut. Namun ada anak yang mudah dibina dan ada yang sulit dibina, sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar, sebagian mereka belajar untuk maju
1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplener), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 4
dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman.
Ngalim Purwanto mengatakan bahwa sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan para pendidik.
Maka merupakan kesalahan besar apabila orang tua dan para pendidik menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak.2
Dalam konteks pendidikan dikenal konsep reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Khalil A. Khavari yang dikutip oleh Agung Prihantoro mengatakan bahwa:
Hadiah dan hukuman mulai membentuk kita sejak kita lahir. Bayi yang lapar menangis, dan kemudian sang ibu biasanya menyusuinya. Bayi yang merasa bosan juga menangis, lalu orang tuanya menggendong dan bermain-main dengannya. Bayi pun belajar dan tahu bahwa tangisannya menerbitkan konsekuensi- konsekuensi yang menggembirakan, sehingga dia akan
2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995), hal. 184
menggunakan tangisan sebagai senjata selama itu masih efektif. Setelah mengetahui bahasa verbal untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya, anak akan memakai kata-kata, bukan tangisan lagi.3
Lebih lanjut Khalil A. Khavari mengatakan bahwa setelah manusia bertambah dewasa, kebutuhan dan keinginannya pun bertambah dengan cepat, dan cara-cara terdahulu untuk memenuhi mereka, yakni dengan menangis atau meminta orang tua melalui kata-kata, menjadi tak sesuai atau tak efektif lagi. Lantas, dia pun mulai menggunakan cara-cara lain yang lebih tepat untuk meraih hasil-hasil yang membahagiakannya.4
Reward merupakan suatu bentuk teori reward positive yang bersumber dari aliran Behavioristik yang dikemukakan oleh Thorndike, Watson, Ivan Pavlov, Skinner dan kawan-kawan dengan teori S-R (Stimulus- Respon). Reward adalah suatu bentuk perlakuan positif
3Khalil A. Khavari,The Art of Happiness (penerjemah: Agung Prihantoro), (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), hal.109
4Khalil A. Khavari,The Art of Happiness (penerjemah: Agung Prihantoro), hal.109
subjek.5 Reward atau penghargaan merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang mendapat peningkatan yang kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut. Sebagai contoh, seorang anak akan mendapatkan reward bila mengerjakan tugas, maka dia akan rajin mengerjakan tugas. Sebaliknya, jika seorang anak akan mendapatkan hukuman karena tidak mengerjakan tugas, maka dia akan berusaha mengerjakan tugas agar tidak mendapatkan hukuman.6
Sedangkan teori tentang hukuman (punishment) diantaranya yaitu teori hukum alam yang dikemukakan oleh penganjur pendidikan alam, J.J Rousseau. Rousseau tidak menghendaki hukuman yang dibuat-buat. Biarkan alam sendiri yang menghukumnya. Yang dimaksud di sini ialah bahwa hukuman itu hendaknya merupakan akibat
5 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 77
6 Winfred F. Hill, Theories of Learning (penterjemah M.
Khozim), hal. 49
yang sewajarnya dari suatu perbuatan. Hukuman harus merupakan sesuatu yang natur menurut hukum-hukum alam, sesuatu akibat logis yang tidak dibuat-buat.7
Dapat disimpulkan bahwa reward and punishment merupakan suatu bentuk teori yang berasal dari aliran psikologi, kemudian dikembangkan dalam pendidikan sebagai alat pendidikan untuk memotivasi peserta didik dalam proses belajar mengajar. John W. Santrock mengkategorikannya sebagai motivasi ekstrinsik yaitu terdapat dalam bukunya CHILDREN yang berbunyi
“extrinsic motivation is external incentives such as reward and punishment (motivasi ekstrinsik adalah insentif eksternal seperti hadiah dan pujian).”8
Dasar ideal pendidikan adalah kitab Allah, Al- Qur’an. Apabila manusia sudah mengatur seluruh aspek
7Amin Danien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 1973), hal. 148
8John W. Santrock,CHILDREN (Eight Edition), (University of Texas: McGraw-Hill Companies, 2005), page. 442
kehidupannya, termasuk pendidikan, dengan Kitab Allah, maka akan berbahagialah hidupnya dengan sebenar- benarnya bahagia, baik di dunia ini, maupun di akhirat nanti. Sebaliknya, apabila manusia tidak mengatur seluruh aspek kehidupannya, termasuk aspek pendidikan dengan Kitab Allah, maka kehidupan manusia akan menjadi sempit (sengsara) dan dikuasai oleh syetan.9 Pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan, menanamkan, dan mentransformasikan nilai- nilai Islam tersebut kepada pribadi generasi seterusnya sehingga nilai-nilai kultural religius yang di cita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.10
9Syahminan Zaini,Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), hal. 17-18
10 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung: Angkasa, 2004), hal. 3
Banyak kontribusi para tokoh muslim dalam bidang pendidikan Islam, seperti konsep pendidikan Ibn Maskawih yang tidak dapat dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlak. Durrotul Mufidah mengatakan bahwa:
Ibn Maskawih dalam membangun konsep pendidikan lebih bertumpu atau lebih cenderung pada pendidikan akhlak. Hal ini terlihat jelas bahwa dasar pemikiran Ibn Maskawaih tersebut memang benar- benar didasarkan pada konsep dia tentang pendidikan akhlak. Maka dari itu pendidikan yang dibangun adalah pendidikan akhlak, yang meliputi: tujuan pendidikan akhlak, materi pendidikan akhlak, pendidikan dan anak didik, lingkungan pendidikan, dan metodologi pendidikan.11
Namun Abuddin Nata berpendapat bahwa kelemahan konsep pendidikan Ibn Maskawih terlihat dalam merincikan konsep pendidikan secara kurang detail karena beliau hanya memaparkan konsep pendidikan yang
11 Durrotul Mufidah, dkk, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke- 2, hal. 80
wajib bagi manusia dan bukan mengkaji dan menguraikan persoalan dan hal-hal yang lainnya.12
Pemikiran tokoh muslim lainnya juga berkontribusi bagi pendidikan Islam, terutama mengenai penerapan hadiah dan hukuman sebagai alat untuk mendidik anak.
Ibnu Jama’ah berpendapat bahwa pemberian hadiah lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak daripada pemberian hukuman. Ibnu Jama’ah lebih memprioritaskan penguatan dengan penerimaan, anggapan baik, pujian, dan sanjungan. Guru perlu menjelaskan kepada siswanya bahwa pujian itu disebabkan oleh upaya dan keunggulan, sehingga siswa pun memahaminya. Hal ini bersinggungan dengan sisi penting tabiat manusia, yaitu apabila manusia memperoleh dorongan, maka itu akan memacunya untuk maju dan meningkatkan diri. Jika
12 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta:Raja Grafindo, 2001), hal. 94
menemukan celaan dan cercaan, dia akan mundur dan semangatnya berkurang.13
Hukuman fisik dalam pendidikan Islam diperbolehkan dalam keadaan darurat, namun bukan merupakan cara yang secara rutin harus diterapkan dalam peroses kependidikan, oleh karena mendidik dalam pandangan Islam bukan di dasarkan paksaan atau kekerasan, melainkan berdasarkan kehalusan budi dan rasa kasih sayang. Seperti sabda Rasulullah SAW :
لُيعِمَسْعِ امَمَدّمح دّ عرلكسشميسلْ يعَسِمَ مٍامشعِ لُسْ لُدّمؤلّ امَمَدّمح مَ لُْمَ لُسْ لُْدّمْ مّلِمُ َلُْمَ ّلْمَ مَامَ مَمَسَمح يعْمَ مُْدّمْ سُمَ
سُمَ مٍسيمِلُ عُسْ ُ عرسَمَ سُمَ ييعفمرسيدصلْ ييعنمَلَسلْ مَمَسَمح ّلْمَ
مَدّمْ مُ عِسيمّمَ ل دل ىدّمص ع دل لَّلْمُ مَامَ مَامَ عِعّّمَ سُمَ عِيعْمَ
مُيعَعْ عِسْمْ لُامَسْمَ سَلِمُ عَ مَدصلاعْ سَلُمَ مَ سُمَ ُْلرلّ
يعف سَلُمَسيمْ ّْلَ عّرمفمُ مرسشمَ لُامَسْمَ سَلِمُ امُسيمّمَ سَلِّلْ عرسْْمُ
عِ عَامَمَسلْ
14)ََُْ َّْْ ُُِْ(
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Mu`ammal bin Hisyam Al-Yasykuri telah
13 Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak,(Jakarta : Gema Insani, 2002), hal. 27
14Sunan Abu Dawud,Nailul Authar juz 1, (Kairo: Darul Hadis, 1998), no. 495, hal. 348
menceritakan kepada kami Isma'il dari Sawwar Abu Hamzah berkata Abu Dawud; Dia adalah Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-Muzani Ash-Shairafi dari Amru bin Syu'aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.”(HR. Abu Dawud)
Hadis di atas memberikan pengertian bahwa anak harus diperintahkan mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan diberi hukuman pukul apabila anak menolak mengerjakan shalat jika sudah berusia 10 tahun, tujuan diberikannya hukuman pukul ini supaya anak menyadari kesalahannya.
Secara rasional, ibadah (seperti shalat, shaum dan ibadah lainnya) berperan mendidik pribadi manusia yang kesadaran dan pikirannya terus - menerus berfungsi dalam
pekerjaannya.15 Oleh karena itu, hukuman pukul dalam hadis di atas diperbolehkan untuk mendidik anak (terutama dalam hal beribadah) selama mengikuti aturan atau berdasarkan tahap pemberian hukuman. Maksudnya, hukuman pukul diberikan ketika anak memang sudah benar-benar keluar dari batas wajar. Orang tua tidak diperbolehkan memberi hukuman sewenang-wenang, namun sesuai dengan kesalahan anak. Seperti hadis di atas yang menyuruh orang tua memukul anak jika anak tidak mau mengerjakan shalat dalam usia 10 tahun, sebab usia 10 tahun anak sudah besar dan harus mengerti kewajiban mengerjakan shalat.
Ibnu Sina memberikan saran agar penerapan hukuman atas anak dilakukan setelah diberi peringatan keras:
15 Muhammad Ali Quthb, Auladuna Fi Dlau at-Tarbiyah al- Islamiyah : Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Kairo : Maktabah Qur’an, 1993), hal. 89
Sejauh mungkin agar para pendidik menghindarkan diri dari pemberian hukuman sehingga keadaan yang terpaksa, karena tak ada jalan lain. Dan jika perlu menghukum dengan pukulan, boleh memukul anak dengan pukulan ringan yang menimbulkan perasaan sakit, itu pun setelah diberi peringatan keras terhadapnya. Dengan pukulan pertama, anak akan merasakan sakit dan hal ini akan menimbulkan rasa takut. Jika pukulan ringan yang telah diberikan tidak menyakitkan maka timbul sangkaan anak bahwa pukulan-pukulan berikutnya nanti juga tidak menyakitkan. Oleh karena itu, hukuman pukulan ringan yang menyakitkan itu efektif.16
Sedangkan Abu Hasan Al-Qabisyi berpendapat bahwa seorang guru jangan menerapkan hukuman pukulan sehingga anak didik memperoleh adab (pendidikan) yang bermanfaat baginya. Kemarahan seorang guru tidak akan dapat menyembuhkan kemarahannya dengan memukul dan tidak pula menyenangkan hatinya dengan kekerasaanya.17
16Sa’ad Musa Ahmad,Tathawwur al-Fikr al-Tarbawi, (Kairo:
Matabi’ Sabjal al-Arabi, 1975), hal. 271
17 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplener), hal. 159
Begitu pula Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Rab. M.
Malik mengatakan bahwa:severe punishment in the course of instruction does harm to students, especially to little children. Students who are brought up with injustice and tyrannical force are overcome by it. It makes them feel oppressed and causes them to lose their energy. It makes them lazy and induces them to lie and be insincere.18
Pendapat di atas secara garis besar menggambarkan ketidaksetujuan Ibnu Khaldun terhadap pemberian hukuman fisik. Menurut beliau, kekerasan terhadap anak akan mengakibatkan sempit hati, sikap yang melemahkan semangat bekerja dan menjadikan pemalas dan pada gilirannya menumbuhkan sikap berdusta serta menimbulkan kecenderungan untuk berbuat buruk karena takut dijangkau oleh tangan-tangan kejam. Akibat lainnya adalah anak cenderung untuk menipu atau berbohong,
18 Rab. M. Malik, The Development of Muslim Educational Thought (700-1900), Ph. D. Dissertation at the University of Kansas, 1968, page. 77
maka hancurlah makna kemanusiaan yang berada di dalam dirinya.
Selaras dengan pendapat Ibnu Khaldun di atas, Moh.
‘Athiyyah al-Abrasy mengatakan bahwa hukuman fisik akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan anak.
Antara lain menyebabkan kelemahan dan tak sanggup membela kehormatan diri dan keluarganya, karena anak tak mempunyai kemauan dan semangat yang berfungsi sangat penting dalam memperoleh fadilah dan akhlak baik.
Dengan kekerasan jiwa anak akan menyimpang dari tujuan dan ruang lingkup hakikat kemanusiannya.19
Relevansi dari hadiah dan hukuman, dengan fitrah manusia akan menjadi jelas kedudukannya bila dihubungkan dengan rasa tanggung jawab manusia.
Seperti firman Allah dalam surah Al-Aẖzab ayat 72-73 :
19 Moh. ‘Athiyyah al-Abrasy, At-Tarbiyyah Al-Islamiyah (penerjemah: Bustani A. Ghani), (t.tp.: Bulan Bintang, 1974), hal. 149
Artinya: “(72) Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat20 kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh. (73) Sehingga Allah mengazab orang- orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang- orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Aẖzab [33] : 72-73)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah menghukum manusia karena ada relevansinya dengan
20 Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan
tanggung jawabnya selaku khalifah di muka bumi, yaitu berupa amanat Allah yang harus ditunaikan. Oleh karena itu, mereka yang berkhianat terhadap amanat itu diazab oleh Allah.21Dan jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka hadiah dan hukuman adalah sebagai metode yang bertujuan pokok untuk membangkitkan perasaan tanggung jawab manusia didik.
Pendapat Al-Ghazali yang di kutip oleh Aẖmad Ali Budaiwi dalam karyanya Imbalan dan Hukuman (Pengaruhnya Bagi Pendidikan Anak)menegaskan bahwa jangan terlampau banyak mencela anak setiap saat karena perkataan tak akan lagi berpengaruh dalam hatinya.
Hendaknya ayah menjaga kewibawaan nasihat. Dia hanya menasihati anaknya sewaktu-waktu saja sehingga ibu
21 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplener), hal. 158
dapat menakut-nakuti dan mengekang anak dari keburukan dengan kewibawaan ayah.22
M. Arifin juga mengatakan bahwa :
Pemberian hadiah dan hukuman yang dilakukan dengan mudah, akan kehilangan efektivitasnya (dalam pengertian mendidik) karena anak didik akan menjadi jenuh dan steril (tidak mempan) dengan hadiah dan hukuman itu. Oleh karena itu, ada kaitannya antara hadiah dan hukuman yang bersifat mendidik dengan sumbernya, yaitu pendidik yang memberikannya.
Sebagai sumber hadiah dan hukuman, seorang guru (pendidik) harus memiliki kedudukan yang dihormati oleh manusia didik, sehingga wibawanya terhadap manusia didik (anak didik) benar-benar diakui oleh mereka. Semakin tinggi kedudukan dan wibawa seorang pemberi hukuman atau hadiah, semakin besar pula pengaruhnya terhadap semangat mereka yang diberi hadiah atau hukuman.23
Disisi lain ada pendapat yang mengatakan bahwa pemberian hukuman dan hadiah akan mengaburkan keyakinan diri anak terhadap kemampuannya, terutama keyakinan hidupnya sebagai makhluk Tuhan karena anak
22 Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak,(Jakarta : Gema Insani, 2002), hal. 26
23 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplener), hal. 158
akan beranggapan, atas dasar hadiah dan hukuman dari orang tua atau gurunyalah ia berbuat, bukan karena mengharapkan pahala dari Penciptanya. Hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas hidup anak di masa yang akan datang karena kurangnya konsep spiritual akan mempengaruhi kecerdasan emosionalnya.24
Menurut Purwanto maksud dari hukuman (punishment) ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sejajarnya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.25 Dapat dikatakan bahwa hukuman (punishment) adalah tindakan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didik yang telah melakukan kesalahan, dengan tujuan agar anak didik tidak akan
24 Munawir Yusuf dan Kasori Mujahid,Jangan Biarkan Anak Kita Berbohong dan Mencuri, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), cet. ke-1, hal. 29
25Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, hal.
186
mengulanginya lagi dan akan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.
Selanjutnya yang dimaksud pendidik memberikan reward adalah agar anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi dari yang telah dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja dan atau berbuat yang lebih baik lagi.26
Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu
26Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, hal.
231
untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.27
Berdasarkan paparan diatas, penulis kemudian terdorong untuk meneliti lebih jauh tentang reward and punishmentdan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berupa tesis dengan judul “Reward and Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam.”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti atau dicari alternatif pemecahannya.
27Muhammad Nurul Huda,Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Nahdlatul Ulama (MI NU) Miftahul Huda Jabung Malang, April 2009, hal. 35
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka terungkap beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Reward and Punishment dalam ruang lingkup psikologi
b. Reward and Punishment dalam perspektif pendidikan konvensional
c. Pelaksanaan Reward and Punishment di sekolah- sekolah umum dewasa ini
d. Reward and Punishment dalam perspektif Pendidikan Islam
e. Metode pelaksanaan Reward and Punishment yang baik dalam Islam
f. Dampak baik dan buruk dari pelaksanaan Reward and Punishment
g. Peran orang tua dan guru dalam upaya pelaksanaan Reward and Punishment
h. Efektivitas Reward and Punishment dalam pelaksanaan pendidikan Islam
i. KontribusiReward and Punishmentsebagai satu dari banyak metode untuk memajukan pendidikan Islam j. Kontekstualisasi Reward and Punishment dalam
pembelajaran di kelas 2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah pada poin empat yaitu tentang Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam. Adapun permasalahan ini akan dibatasi sebagai berikut:
a. Konsep Reward and Punishment dalam pendidikan Islam
b. Penerapan Reward and Punishment dalam pendidikan Islam
c. Dampak Reward and Punishment dalam pendidikan Islam
3. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam?
b. Bagaimana penerapan Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam?
c. Bagaimana dampak Reward and Punishment dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui konsep reward and punishment dalam pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui penerapan reward and punishment dalam pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui dampak reward and punishment dalam pendidikan Islam
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, setidaknya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pihak lain, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu menambah wawasan serta lebih mengerti dan memahami teori-teori yang berhubungan dengan reward and punishment. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat memotivasi para pemikir pendidikan untuk mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang pendidikan dalam rangka meninjau ulang atau menginterpretasikan kembali, bahkan menemukan teori baru di bidang pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna bagi pembaca. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai dokumen dalam pengembangan mutu pendidikan melalui konsepreward and punishmentyang berdasarkan Islam.
D. Kerangka Teori
Dalam dunia pendidikan, reward diberikan ketika seorang anak telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, achievement yang bagus, atau tercapainya sebuah target. Sebaliknya, punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target-target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut.
Pada umumnya jiwa anak melihat bahwa pujian guru itu sebagai sumber mendapatkan kepuasan, maka tindakan guru itu akan menjadi pendorong untuk terjadinya tingkah laku.28 Pujian dapat dilakukan dengan memperteguh respon yang baru dengan mengasosiasikan pada stimulus tertentu secara berkali-kali. Skinner menyebutkan hal ini dengan reinforcement (peneguhan), misalnya bila setiap anak menyebut kata yang sopan kita segera memujinya, kelak anak itu akan mencintai kata-kata yang sopan dalam komuikasinya, atau pada waktu mahasiswa membuat prestasi yang baik kita menghargainya dengan sebuah buku yang bagus, maka mahasiswa akan meningkatkan prestasinya.29
Selanjutnya menurut Amien Danien Indrakusuma, satu-satunya hukuman yang dapat diterima oleh dunia
28Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, 1982), hal. 36
29Jalaluddin Rahmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 1994), hal. 24
pendidikan ialah hukuman yang bersifat memperbaiki, hukuman yang bisa menyadarkan anak kepada keinsafan atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Dan dengan adanya keinsafan ini, anak akan berjanji di dalam hatinya sendiri tidak akan mengulangi kesalahannya kembali.
Hukuman yang demikian inilah yang dikehendaki oleh dunia pendidikan. Hukuman yang bersifat memperbaiki ini disebut juga hukuman yang bernilai didik atau hukuman pedagogis.30Adapun yang perlu diperbaiki ialah hubungan antara pemegang kekuaaan dan pelanggar dan sikap serta perbuatan pelanggar. Hubungan antara penguasa dengan umum yang tadinya telah menjadi rusak dengan terjadinya pelanggaran oleh orang yang bersikap dan berbuat salah itu perlu dibetulkan lagi. Rusaknya hubungan itu mengakibatkan hilangnya kepercayaan penguasa terhadap
30 Amin Danien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Malang: IKIP Malang, 1973), hal. 151
pelanggar. Fungsi hukuman dengan teori membetulkan ini korektif dan edukatif.
Dalam Islam ada istilah basyîr (berita gembira) dan nadzîr (berita ancaman) yang dianalogikan dengan penghargaan dan hukuman. Rasulullah SAW sendiri adalah seorang pemberi berita gembira dan pemberi berita ancaman (basyîra wa nadzîra). Kedua hal ini tidak boleh dipisahkan. Jika yang dilakukan hanya memberi reward saja, maka seseorang akan semangat untuk melakukan sesuatu karena tujuan-tujuan jangka pendek. Jika yang dilakukan hanya aspek peringatan (hukuman) saja, maka seseorang cenderung menjadi takut dan tidak akan berkembang. Oleh karena itu, kedua-duanya, yaitureward dan punishmentharus dilakukan dengan seimbang.
Penulis dalam menganalisis penelitian menggunakan teori SWOT.31 SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Opportunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. Dalam teori SWOT, analisa lingkungan dibagi menjadi 2:
1. Lingkungan Internal
a. STRENGTH (Kekuatan). Strength dalam hal ini diartikan sebagai kekuatan yang menonjol dari Reward and Punishment.
Beberapa kelebihan dari hadiah (reward):32
31 Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal- hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
http://www.kompasiana.com/home, diakses 12 April 2014
32 Maurice J. Elias, et. al., Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja: Mengasuh dengan Cinta, Canda, dan Disiplin, terj. Ari Nilandari, (Bandung: Khaifa’, 2003), hal. 58
1) Sebagai suatu dukungan bagi apa yang telah diperbuat anak.
2) Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.
3) Menjadi pendorong bagi anak didik lainnya untuk mengikuti yang telah memperoleh pujian.
4) Reward sebagai ekspresi kasih sayang menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Beberapa kelebihan dari hukuman (punishment):33 1) Menghalangi pengulangan tindakan yang tidak
diinginkan oleh masyarakat.
2) Mendidik anak untuk dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman.
33 Elizabeth Bergner Hurlock,Perkembangan anak, terj. Med.
Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 90
3) Mengajar anak membedakan besar kecilnya kesalahan yang diperbuat mereka.
4) Hukuman memberikan motivasi untuk menghindari tingkah laku yang tidak diterima masyarakat.
5) Menghukum akan mengajarkan nilai-nilai dan kecakapan yang diperlukan anak agar berhasil dalam menjalani hidup.
b. WEAKNESS (Kelemahan). Kebalikan dari Strength, Weakness merupakan kekurangan atau hal-hal yang tidak / belum dimilikiReward and Punishment.
Beberapa kekurangan dari hadiah (reward):34
1) Umumnya ganjaran membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya dan lain-lain.
34 Monty P. Satia Darma, Persepsi orang Tua Membentuk Perilaku Anak: Dampak Pygmalion di dalam Keluarga, (Jakarta:
Purtaka Populer Obor, 2001), hal. 140
2) Jika kemampuan seseorang bertindak hanya demi hadiah, maka tidak akan ada kepedulian untuk berbuat dengan sungguh-sungguh.
Beberapa kekurangan dari hukuman (punishment):35 1) Hubungan antara guru dan siswa menjadi
terganggu, misalnya siswa mendendam pada guru.
2) Siswa menarik diri dari kegiatan belajar mengajar, misalnya tidak mau mendengarkan pelajaran.
3) Si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, karena si pelanggar merasa telah membayar hukumannya dengan hukuman yang telah diterimanya.
4) Mengurangi keberanian anak untuk bertindak.
5) Murid akan selalu meras sempit hati, bersifat pemalas, serta akan menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum).
35 J. J. Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaja Karya, 1988), hal. 59
6) Menghukum tanpa ada alasan yang masuk akal dan wajar akan menyebabkan si anak merasa tidak berharga.
2. Lingkungan Eksternal
a. OPPORTUNITY (Kesempatan). Dampak positif yang muncul dariReward and Punishment.
Beberapa dampak positif dari hadiah (reward):36 1) Menumbuhkan kepercayaan diri pada anak bahwa
ia akan mampu melakukan (bertindak).
2) Memupuk rasa suka pada perbuatan atau norma yang baik dan memperbesar semangat berbuat luhur.
3) Mempunyai nilai didik, bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik,reward mengisyaratkan pada mereka bahwa perilaku itu baik.
36 Ag. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV. Ilmu, 1980), hal. 162
4) Sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, di masa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan lebih banyak memberikannya penghargaan.
5) Dari hal yang menyebabkan anak didik memperoleh penghargaan, anak didik mengetahui norma-norma kehidupan yang baik.
Beberapa dampak positif dari dari hukuman (punishment):37
1) Menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan murid.
2) Murid tidak lagi melakukan kelahan yang sama.
3) Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.
37 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 133
4) Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan.38
5) Hukuman yang pemakaiannya dilakukan dengan tepat maka akan dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.
b. THREAT (Ancaman). Dampak negatif dari Reward and Punishmentyang memberikan hambatan.
Beberapa dampak negatif dari hadiah (reward):39 1) Dapat mengakibatkan murid menjadi merasa
bahwa dirinya lebih tinggi dari teman-temannya.
2) Reward yang berlebihan dapat menyebabkan suatu anggapan bahwa kita menyangsikan kemampuan anak sekaligus sifat-sifat baik yang dimilikinya.
38Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, hal.
176 39 Monty P. Satia Darma, Persepsi orang Tua Membentuk Perilaku Anak: Dampak Pygmalion di dalam Keluarga, hal. 140
3) Menimbulkan ketergantungan dalam bertindak, seseorang hanya akan bertindak dengan benar jika adarewarddi baliknya.40
4) Akan memupuk rasa manja dan ketidakpercayaan akan kemampuannya, sehingga anak menjadi lebih depensif menunggu apa yang akan didapatkannya.
Beberapa dampak negatif dari hukuman (punishment):41
1) Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum.
2) Anak menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaran.
3) Siswa melakukan tidakan-tindakan agresif, misalnya merusak fasilitas sekolah
40 Maurice J. Elias, et. al., Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja: Mengasuh dengan Cinta, Canda, dan Disiplin, terj. Ari Nilandari, hal. 70
41Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, hal.
177
4) Membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.
5) Suka membangkang sebagai bentuk perlawanan terhadap pendidikannya.
6) Mewariskan pada diri anak kebodohan dan kedunguan.
7) Mengacaukan dan menghambat jalannya pelajaran bagi murid secara keseluruhan.
8) Hilangnya rasa saling memuliakan dan menghormati antar murid dan guru.
E. Tinjauan Pustaka
Tulisan yang membicarakan Reward and Punishmentdalam pendidikan Islam yang menjadi rujukan penulis, di antaranya yaitu:
1. Abdurrahman Mas’ud dalam jurnalnya yang berjudul
“Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam”
mengupas bahwa Reward dan Punishment pada
pendidikan Islam itu berhubungan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Punishment (khususnya hukuman fisik) pada umumnya tidak membawa dampak positif (sebaliknya membawa kenangan horor bagi siswa), penumbuhan sense of guility dengan cara edukatif dan Islami, merupakan self-discipline yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan. Disiplin diri merupakan tujuan sekaligus proses pendidikan kemandirian. Sedangkan prinsip kasih sayang yang merupakan ekspresi dari bashir dan reward memang sudah seharusnya diterapkan dalam aktivitas sehari-hari proses belajar mengajar, terlebih-lebih dewasa ini aspek materialisme sering mengalahkan prinsip-prinsip keagamaan. Ternyata Walisongo yang pengaruh pendidikan mereka terlembagakan dewasa ini dalam bentuk pesantren, juga menekankan pendidikan kasih sayang yang menjadi tujuan pendidikan Islam yaitu
terbentuknya insan kamil yang kembali pada pribadi Rasulullah yang penyayang, penuh kasih sayang dan berakhlak mulia.42
2. Ahmad Ali Budaiwi dalam bukunya yang berjudul
“Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak”. Buku ini menguraikan tentang konsep hadiah dan hukuman menurut pendidikan Islam. Prinsip hadiah dan hukuman merupakan salah satu prinsip pendidikan yang fundamental, yang diletakkan agama Islam dalam posisi yang penting. Jika tidak ada prinsip ini, tentu tidak ada bedanya antara orang yang berbuat kebaikan dan orang yang berbuat kejahatan (buruk).43 Sajian buku ini juga diikuti dengan penjelasan para ulama Islam terdahulu yang mendiskusikan masalah hadiah
42 Abdurrahman Mas’ud, Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Jurnal Media (Edisi 28, Th.VI, Nopember,1997), hal. 31
43 Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan dan Hukuman dan Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 1
dan hukuman serta aplikasinya oleh para orang tua terhadap anak dalam kegiatan pendidikan. Kemudian dijelaskan pula tentang konsep hadiah dan hukuman menurut berbagai teori psikologi.
3. Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis” menyebutkan beberapa perbedaan dan persamaan yang jelas antara pengertian “hukuman” dan “ganjaran” mengenai proses pendidikan.44 Kedua-duanya merupakan reaksi dari si pendidik atas perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik. Hukuman dijatuhkan atas perbuatan-perbuatan yang jahat atau buruk yang telah dilakukannya.
Ganjaran diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal- hal yang baik yang telah dilaksanakannya. Kedua- duanya merupakan alat pendidikan. Hukuman dan
44Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, hal.
186
ganjaran ditimbulkan atas usaha si pendidik untuk memperbaiki kelakuan dan budi pekerti anak didiknya.
4. Muhsinnin, dalam penelitiannya tahun 2006 yang berjudul “Penerapan Hadiah Dan Hukuman Di Pendidikan Pesantren “Al-Itqon” Gugen Tlogosari, Semarang”. Penelitian ini secara lebih spesifik hanya menfokuskan pada penerapan hukuman dan hadiah di pondok pesantren “Al-Itqon” Gugen Tlogosari Semarang. Karena dilembaga pendidikan pesantren, hingga saat ini, budaya pemberian hadiah dan hukuman masih diterapkan, dan setiap pesantren memiliki variasi dalam menerapkannya.45 Dalam penerapannya hadiah berorientasi pada peningkatan motivasi, sedangkan hukuman berorientasi pada tuntunan dan perbaikan.
Adapun penulis mengangkat judul “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam” adalah
45Muhsinnin,Penerapan Hadiah Dan Hukuman Di Pendidikan Pesantren “Al-Itqon” Gugen Tlogosari, Semarang, 2006, hal. 11
dengan pemikiran bahwa belum ada karya ilmiah dalam bentuk tesis yang mengangkat reward and punishment dengan pendidikan Islam secara konseptual dan kepustakaan, sebab penelitian lebih banyak ditemukan dengan pendekatan kuantitatif.46 Selain itu, penelitian tentang reward and punishment masih kebanyakan berupa artikel, jurnal dan sub bab buku yang masih umum, sehingga penulis akan lebih rinci memaparkan konsep filosofisnya yang akan dikaitkan dengan pendidikan Islam, meliputi kerangka teori reward and punishment (pengertian, syarat, bentuk), urgensi dan dampak reward
46 Pendekatan Kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang menitik beratkan pada generalisasi data dalam bentuk jumlah dengan analisis kuantitatif secara formal dan kaku. Pendekatan ini terbagi pada inferensial, experimen dan simulasi. Inferensial bertujuan untuk membentuk data-base sehingga dapat menyimpulkan hubungan antar populasi yang ada (contohnya survey). Eksperimen bertujuan untuk mengontrol variabel yang dijadikan alat manipulasi data sehingga dapat menguji pengaruhnya pada variabel lainnya. Simulasi bertujuan membangun model-model untuk memahami kondisi-kondisi mendatang. Pendekatan ini sering dinamakan sebagai metode tradisional, positivistik (berdasarkan pada filsafat positivisme), scientific, dan metode discovery. Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 7
and punishment, serta relevansinya dalam pendidikan Islam.
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian dasar/fundamental dan konseptual47. Penelitian dasar/fundamental adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.48 Disebut pencarian pengetahuan untuk pengetahuan karena ia masih menjadi tambahan pada ilmu yang telah ada
47 Penelitian yang terkait dengan ide-ide abstrak atau teori, terutama oleh para filsuf dan pemikir untuk mengembangkan atau menafsirkan sesuatu.
48Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &
D, hal. 4
2. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang sangat vital dalam sebuah karya. Sumber data sendiri bertujuan pada dua hal:49
a. Menjelaskan target faktor lapangan yang refresentatif untuk diamati
b. Untuk melihat sejauh mana kualitas input maupun proses pengolahan data yang akan dibuat dalam putusan penelitian
Adapun sumber data didapat melalui kepustakaan (Library Research) dimana seluruh data penelitian merujuk pada literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.50 Melalui penelitian kepustakaan, penulis mencoba menelaah buku-buku untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
49 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. ke- 1, hal. 45
50 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:
Rajawali Press, 1989), hal. 16
terutama untuk mendeskripsikan kajian teoritis yang telah ditetapkan.
Berdasarkan isinya, bahan pustaka atau sumber data dibagi menjadi dua: data primer dan data sekunder.
Data primer adalah gudang atau tempat penyimpan yang orisinil. Dengan kata lain, data primer adalah segala sumber yang direkam individu yang hadir pada waktu kejadian berlangsung.51Sedangkan data sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinilnya.52
Maka dalam data primer, penulis mengkaji data kepustakaan tentang reward and punishment dalam pendidikan Islam, berupa buku-buku yang terkait dengan topik pembahasan.
51Suharsimi Arikunto,Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. ke-5, hal. 337
52 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal. 50
Adapun data sekunder adalah data-data pendukung yang bersumber dari komentar atau karya tulis orang lain, yang berbentuk artikel, jurnal, tesis, maupun disertasi yang berkaitan dengan topik dalam kajian ini.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan mengupas tentang konsep dan filosofis Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif induktif, psikologis, dan ilmu pendidikan.
Pendekatan deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara dua gejala atau lebih.53 Dalam kata lain, deskriptif adalah menggambarkan suatu hal
53 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-5, hal. 35
dengan apa adanya.54 Sedangkan pendekatan analitis berarti uraian.55 Yakni pembahasan yang memaparkan data yang telah tersusun dengan melakukan kajian dan analisa terhadap data-data tersebut. Sedangkan Ibnu Hajar secara lebih rinci menjelaskan bahwa deskriptif- analitis adalah suatu metode penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat. Hal ini bisa mengenai kondisi, pendapat, proses, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan baik berkenaan dengan masa kini atau juga memperhitungkan peristiwa masa lampau dan pengaruhnya terhadap kondisi masa kini. Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa atau
54 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), cet. ke-1, hal. 105
55 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, hal. 29
bagaimana keadaan sesuatu (fenomena, kejadian tersebut) dan melaporkan sebagaimana adanya. Karena sifatnya alamiah, deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji teori hingga tidak ada manipulasi perlakuan terhadap subjek maupun variabel.56
Pendekatan kualitatif induktif adalah pendekatan penelitian yang bersifat penelaahan subjektif terhadap suatu permasalahan, yang dimulai dari masalah yang khusus hingga sampai pada kesimpulan umum.
Pendekatan psikologis dapat digunakan untuk melihat kondisi kejiwaan baik pendidik maupun peserta didik.
Sedangkan pendekatan ilmu pendidikan digunakan untuk menganalisa konsep reward and punishment, kecenderungan dan relevansi pemikiran pendidikan para tokoh dengan pendidikan Islam dewasa ini.
56 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), cet. ke-2, hal. 274. Lihat juga John W. Best, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 119
Dengan tujuan agar penelitian ini juga dapat memberikan informasi terhadap khazanah keilmuan.57 4. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam pembuatan tesis ini antara lain:
a. Menentukan tema penelitian b. Merumuskan masalah penelitian
c. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat
d. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi data yang sesuai dengan sistematika yang dijadikan acuan e. Melakukan analisis data dengan metode penelitian
induktif
f. Menulis laporan hasil penelitian
57 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: UI Press, 2006), hal. 30-31
G. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal tesis ini berpedoman pada buku
“Pedoman Akademik Program Pascasarjana Konsentrasi Ulumul Qur’an dan Hadis, Ilmu Syari’ah, dan Ilmu Tarbiyah Tahun 2011-2015” yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Adapun untuk memudahkan pembahasan, penulis membagi tesis ini menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah yang berisi tentang alasan penulis mengambil tema reward and punishment.
Penulis juga menyertakan pendapat para ahli secara umum tentang reward and punishment. Kemudian identifikasi masalah yang merupakan proses penyederhanaan masalah dari penulis,