Ananda Khalaisya Arifin (22020100033)
Rifqi Aisyah Balqis (22020100117)
Husna Budiyanti (22020100150)
Chika Siti Puspita Hana
(22020100160)
Riba dalam pandangan Islam berada dalam kelebihan baik dalam bentuk uang ataupun barang. Riba berarti kelebihan atau
pertambahan dan jika dalam suatu kontak penukaran satu barang yang sama, hingga itu disebut dengan riba. Riba disebut juga
pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku dimana modal yang berada dalam pinjaman tersebut digunakan.
Sistem pinjam meminjam pada sistem riba ini banyak menguntungkan kaum pemilik modal karena banyak mendapat keuntungan yang lebih dari yang dipinjamkan. Dari adanya riba tersebut sehingga Islam
melarang atau mengharamkan adanya riba karena menumbuhkan
tradisi shadaqah agar tidak ada yang teraniaya karena adanya riba
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-'uluw) dan meningkat (al-irtifa'). Menurut terminologi ilmu fiqh, riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu.
Dikalangan masyarakat sering kita dengar dengan istilah rente, rente juga disamakan dengan “bunga” uang. Karena rente dan bunga sama-sama mempunyai pengertian dan sama-sama haram hukumnya di agama Islam.
Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para ulama' sependapat bahwa
tambahan atas sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu tertentu 'iwadh (imbalan) adalah riba. Yang dimaksud dengan tambahan adalah tambahan kuantitas dalam penjualan asset yang tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu penjualan barang-barang riba fadhal: emas, perak, gandum, serta segala macam komoditi yang disetarakan dengan komoditi tersebut.
Riba erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, di mana dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda dengan perbankan berbasis syariah yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah suapaya kamu mendapat
keberuntungan (Q.S. Al-Imranayat 130).
1
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al-Baqarah Ayat 275)
2
“Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda. Tinggalkanlah tujuh dosa yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya, Apakah itu, ya
Rasulullah? Jawab Nabi (1) Syirik ( Mempersekutukan Allah): ( 2)
Berbuat Sihir; Membunuh jiwa yang di haramkan Allah, kecuali yang hak;
( 3) Makan harta riba ( 4) Makan harta anak yatim (5) Melarikan diri dari perang jihad pada saat berjuang dan (6) Menuduh wanita
mukminat yang sopam ( berkeluarga) dengan tuduhan zina.
1
Di Riwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang
memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama aja.
2
Ayat yang diturunkan pertama dilakukan secara temporer yang pada
akhirnya ditetapkan secara permanen dan tuntas melalui empat tahapan yaitu sebagai berikut:
Tahap Pertama
Dalam surat Ar-Rum ayat 39 Allah menyatakan secara nasehat bahwa Allah tidak menyenangi orang yang melakukan riba.
Tahap Kedua
Pada tahap kedua, Allah menurunkan surat An-Nisa' ayat 160-161. riba digambarkan sebagai sesuatu pekerjaan yang dhalim dan batil.
Tahap Ketiga
Dalam surat Ali Imran ayat 130, Allah tidak mengharamkan riba secara tuntas, tetapi melarang dalam bentuk lipat ganda.
Tahap Kedua
Turun surat al-Baqarah ayat 275-279 yang isinya tentang pelarangan riba secara tegas, jelas, pasti, tuntas, dan mutlak mengharamannya dalam
berbagai bentuknya, dan tidak dibedakan besar kecilnya.
1.Riba Akibat Hutang Piutang (Riba Qard)
Riba Qard, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtarid), contohnya Jika seorang meminjam uang sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu) di haruskan mengganti Rp. 15.000,- (lima belas ribu).
Riba Jahiliyah, yaitu hutang yang dibayar dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan, Contohnya yaitu jika seorang meminjam uang Rp. 10.000,- (sepuluh ribu) maka dia harus menggantikian dua kali lipat yaitu Rp. 20.000,- (dua puluh ribu)
2. Riba Akibat Jual Beli (Riba Fadl)
Riba Fadl, yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis barang
ribawi, contohnya yaitu tukar menukar emas dengan perak, beras dengan beras.
Riba Nasi'ah, yaitu penangguhan atas penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi yang diperlukan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi'ah muncul dan terjadi karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian, contohnya yaitu Jika seorang meminjam cincin 10 gram tetapi tahun depan diganti dengan
cincin seberat 12 gram.
Bunga Bank termasuk masalah ijtihadiyah karena tidak ada nas atau dalil baik dalam Alquran maupun hadist. Menurut Yusuf Al Qardawi
mengatakan bahwa bunga bank itu ternasuk ribanasiah yang dilarang oleh Islam. Yusuf Al Qardawi tidak mengenal istilah darurat atau
terpaksa. Menurut Musyawarah Nasional Alim Ulama NU pada tahun 1992 di Lampung, para ulama NU tidak memutus hukum bunga bank haram mutlak, Memang ada beberapa ulama yang mengharamkan ,
tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan darurat dan alasan-
alasan lain
Melindungi Harta dari sesuatu yang Batil 1.
Mengarahkan Kaum Muslimin Agar Bisa Mengembangkan
Hartanya Dengan Cara Yang Terhormat, Bersih Dan Tanpa Tipuan 2.
Menutup Jalan Dari Permusuhan Dan Kebencian 3.
Menjauhkan Manusia Dari Kezaliman 4.
Membuka Pintu Kebaikan Dan Bisa Menjadi Bekal Di Akhirat 5.
Dari uraian diatas ialah riba merupakan hal yang diharamkan atau dilarang keras dalam agama Islam karena riba sendiri sangat merugikan bagi orang yang berhutang, sedangkan yang menghutangi akan semakin kaya dan menginjak-injak orang yang miskin. Islam mengharamkan riba selain telah tercantum secara tegas dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 278 yang merupakan ayat terakhir tentang pengharaman riba, juga
mengandung unsur eksploitasi. Dalam surat al-Baqarah disebutkan tidak boleh menganiaya dan tidak (pula) dianiaya, maksudnya adalah tidak boleh melipat gandakan uang yang telah dihutangkan, juga karena dalam kegiatannya cenderung merugikan orang lain. Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang
disepakati sejak awal ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam qardh (pinjam /utang piutang) ataupun selain qardh, seperti jual- beli kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena muncul akibat tempo ( penundaan). Riba dalam jual- beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan kedalam riba nasi’ah.