• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Eksekutif Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong Tahun 2025-2045

N/A
N/A
Endah setyowatie

Academic year: 2025

Membagikan "Ringkasan Eksekutif Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong Tahun 2025-2045"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas Karunia Nya, telah menyelesaikan Ringkasan Eksekutif dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong Tahun 2025-2045.

Besar harapan kami agar Ringkasan Eksekutif ini dapat memberikan gambaran cakupan rencana kegiatan dalam Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong Tahun 2025-2045. Ringkasan Eksekutif memuat materi I.

Pendahuluan, II. Isu Pembangunan Berkelanjutan, III. Identifikasi Materi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Yang Berpotensi Menimbulkan Pengaruh Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup, IV. Analisis Pengaruh Hasil Identifikasi Dan Perumusan, V. Perumusan Alternatif Penyempurnaan RDTR Kecamatan Andong, VI. Perumusan Rekomendasi Perbaikan Untuk Pengambilan Keputusan Kebijakan, Rencana, Dan/Atau Program (KRP) Yang Mengintegrasikan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan, dan VII. Penutup.

Akhir kata, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Andong Tahun 2025-2045.

(3)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ... 2

A. Pengumpulan Isu Pembangunan Berkelanjutan ... 2

B. Pengelompokan dan Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan ... 2

C. Identifikasi Dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis ... 3

D. Identifikasi Dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis ... 3

III. IDENTIFIKASI MATERI MUATAN KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN PENGARUH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP ... 4

IV. ANALISIS PENGARUH HASIL IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN ... 7

A. Perbandingan antara Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan .. 8

B. Perbandingan antara Ketersediaan dan Kebutuhan Air ... 9

C. Perhitungan Daya Dukung Pangan (Beras) ... 12

D. Perhitungan Daya Dukung Lahan untuk Permukiman ... 12

E. Daya Tampung Wilayah ... 13

F. Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup ... 13

G. Ringkasan Kajian Muatan KLHS RDTR Kecamatan Andong . 13 V. PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RDTR KECAMATAN ANDONG ... 19

VI. PERUMUSAN REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM (KRP) YANG MENGINTEGRASIKAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ... 38

A. Penyusunan Rekomendasi Perbaikan RDTR Kecamatan Andong ... 38

B. Pengintegrasian KLHS ke dalam RDTR Kecamatan Andong ... 58

VII. PENUTUP ... 82

(4)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kebutuhan Air Kecamatan Andong Th 2023... 9

Tabel 2 Kebutuhan Air Kecamatan Andong Th 2044... 10

Tabel 3 Kebutuhan Dan Ketersediaan Pangan (Beras) ... 12

Tabel 4 Ringkasan Analisis Muatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis RDTR Kecamatan Andong ... 14

Tabel 5 Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program (KRP) RDTR Kecamatan Andong ... 20

Tabel 6 Rekomendasi Penyempurnaan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program (KRP) RDTR Kecamatan Andong ... 39

Tabel 7 Rekomendasi Integrasi Hasil KLHS Ke Dalam KRP RDTR Kecamatan Andong ... 58

Tabel 8 Rekomendasi Integrasi KLHS Ke Dalam Matrik ITBX ... 78

Tabel 9 Integrasi KLHS Pada Perbaikan Peta ... 80

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 KRP Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer ... 5

Gambar 2 Gambar KRP Zona Kawasan Peruntukan Industri... 5

Gambar 3 Gambar KRP Zona Perumahan ... 6

Gambar 4 Gambar KRP Zona Perdagangan dan Jasa ... 6

Gambar 5 Gambar KRP Zona Transportasi... 7

Gambar 6 Peta Status Daya Dukung Air Tahun 2023 ... 11

Gambar 7 Peta Status Daya Dukung Air Tahun 2045 ... 11

(5)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 1

I. PENDAHULUAN A. Definisi KLHS

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS berdasarkan UU No 32/2009 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang dalam Pasal 1 adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP).

Rencana Detail Tata Ruang, yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota (Permen ATR/BPN No.11 Tahun 2021).

B. Amanat Penyusunan KLHS

❑ UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang- Undang → Pasal 15 Ayat (1), Ayat (2)

❑ PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis → Pasal 2 Ayat (1), Ayat (2)

Ayat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Ayat (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi :

a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan

b. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

❑ Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

❑ Permen LHK RI Nomor 13 Tahun 2024 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pasal 4 (3) tentang Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat Kabupaten/Kota salah satunya terdiri atas Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.

❑ Permen ATR/Ka.BPN Nomor 5/2022 tentang Tata Cara Pengintegrasian Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang → Pasal 2 Ayat (1), Ayat (2) Pasal 2 Pembuatan dan pelaksanaan KLHS terintegrasi dalam proses penyusunan RTR.

C. Mekanisme Pelaksanaan KLHS

Mekanisme pelaksanaan KLHS mengacu pada PP No 46 Tahun 2016, Pasal 6 dan Pasal 7.

1. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Dilakukan dengan tahapan :

(6)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 2

▪ Pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan

▪ Pemusataan Isu Pembangunan Berkelanjutan

▪ Penelaahan hasil pemusatan isu pembangunan berkelanjutan

▪ Pembentukan perkiraan mengenai potensi dampak dan keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan

▪ Penentuan isu strategis dan isu paling strategis

2. Identifikasi Muatan KRP yang Berpotensi Mempengaruhi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan

Dilakukan melalui :

▪ Uji silang/ crosstab dengan kriteria dampak dan/atau resiko lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Penjelasan Pasal 15 UU No 32/2009 atau Pasal 3 (2) PP No 46/2016.

▪ Kriteria dampak dan/atau risiko lingkungan hidup (Penjelasan Pasal 15 UU No 32/2009).

3. Analisis Pengaruh Muatan KRP yang Berpotensi Mempengaruhi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan

Dilakukan melalui :

▪ Identifikasi keterkaitan antara materi muatan KRP dengan isu pembangunan berkelanjutan paling strategis

▪ Analisis Pengaruh

‐ Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

‐ Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

‐ Kinerja layanan/jasa ekosistem

‐ Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

‐ Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

‐ Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati 4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan,

Rencana, dan/atau Program

Mengembangkan berbagai alternatif muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dan menjamin pembangunan berkelanjutan.

II. ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Hasil identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan diuraikan sebagai berikut.

A. Pengumpulan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui cara menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan melalui konsultasi publik (Pasal 8 Ayat 2 PP No 46/2016).

Adapun teknik pendukung dalam kegiatan pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui berbagai cara yaitu metode curah pendapat, kuisioner, diskusi, dan literatur. Pelaksanaan curah pendapat, metaplan, kuisioner, dan diskusi diikuti oleh kelompok kerja (Pokja) dan pemangku kepentingan yang mencakup unsur pemerintah, organisasi nonpemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat.

Hasil dari tahapan pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan yaitu berupa rumusan daftar panjang isu pembangunan berkelanjutan.

Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan dalam Penyusunan KLHS RDTR Kecamatan Andong sejumlah 58 (lima puluh delapan) isu pembangunan berkelanjutan.

B. Pengelompokan dan Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Pemusatan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan mengelompokkan isu berdasarkan kesamaan substansi dan

(7)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 3

pertimbangan sebab akibat serta berdasarkan aspek pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk menghasilkan rumusan isu strategis.

Adapun aspek pembangunan berkelanjutan meliputi : lingkungan, sosial budaya dan ekonomi.

Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat diketahui bahwa pengelompokan isu pembangunan berkelanjutan menghasilkan 10 (sepuluh) rumusan isu yaitu :

a. Isu Lingkungan

• Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

• Adanya kerawanan bencana (tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung)

• Kerawanan pangan

• Permasalahan persampahan dan limbah

• Penurunan kualitas udara

• Penurunan kuantitas dan kualitas air

• Alih fungsi dan degradasi lahan b. Isu Ekonomi

• Kesenjangan kawasan c. Isu Sosial Budaya

• Kesehatan

• Kemiskinan

C. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis

Isu-isu paling strategis ini diperoleh dengan menapis kelompok isu pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang disebutkan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 1. Penapisan dilakukan dengan metode uji silang/crosscutting. Uji silang hasil identifikasi isu pembangunan berkelanjutan strategis dilakukan untuk mengetahui gambaran keterkaitan antara isu pembangunan berkelanjutan strategis dengan muatan Pasal 9 Ayat 1.

Penilaian penentuan isu pembangunan berkelanjutan yang strategis yaitu dengan melihat tingkat keterkaitan isu berdasarkan kriteria penentuan isu pembangunan berkelanjutan yaitu: karakteristik wilayah, potensi dampak, keterkaitan isu, keterkaitan dengan KRP, Keterkaitan dengan muatan RPPLH, keterkaitan dengan KLHS. Penilaian ini dilakukan menggunakan metode gutman dengan bobot penilaian : Ada keterkaitan = 1; Tidak ada keterkaitan= 0.

Berdasarkan hasil penilaian di atas dan kesepakatan peserta lokakarya, dapat disimpulkan terdapat 7 (tujuh) isu pembangunan berkelanjutan strategis yaitu :

1) Alih fungsi dan degradasi lahan

2) Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3) Adanya kerawanan bencana

4) Kerawanan pangan

5) Permasalahan persampahan dan limbah 6) Penurunan kualitas udara

7) Penurunan kuantitas dan kualitas air

D. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan paling strategis dilakukan untuk menentukan isu pembangunan berkelanjutan paling strategis. Isu pembangunan berkelanjutan paling strategis dihasilkan melalui penapisan isu pembangunan berkelanjutan strategis dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 2.

Identifikasi perumusan isu pembangunan berkelanjutan paling strategis dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.

Metode kualitatif dilakukan dengn membuat deskripsi, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan metode skoring yang

(8)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 4 menunjukkan derajad penting tidaknya pengaruh isu pembangunan

berkelanjutan strategis terhadap masing-masing muatan.

Berdasarkan hasil FGD dan kesepakatan pemangku kebijakan, untuk isu pembangunan KLHS RDTR Kecamatan Andong tidak menghilangkan hasil analisis 7 (tujuh) isu PB strategis, melainkan dilakukan pengurutan isu PB berdasarkan analisis skala prioritas yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan di atas, terdapat 7 (tujuh) isu yang dianggap sebagai isu paling strategis yaitu :

1. Alih fungsi dan degradasi lahan

2. Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3. Kerawanan pangan

4. Penurunan kualitas udara

5. Permasalahan persampahan dan limbah 6. Penurunan kualitas dan kuantitas air 7. Adanya kerawanan bencana

III. IDENTIFIKASI MATERI MUATAN KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN PENGARUH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP Identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup dilakukan melalui metode :

Metode Uji Silang/ Crosstab dengan kriteria dampak dan/atau resiko lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Penjelasan Pasal 15 UU No 32/2009)

Asumsi dari penilaian kriteria terhadap dampak dan/atau resiko lingkungan hidup muatan Penjelasan Pasal 15 UU No 32/2009 meliputi :

- Nilai “ – “ : memberikan dampak negatif

- Nilai “ + “ : memberikan dampak positif

- Nilai “ 0 “ : tidak berdampak

Metode Uji Silang/ Crosstab dengan kriteria dampak dan/atau resiko lingkungan hidup dan isu pembangunan berkelanjutan prioritas

Asumsi dari penilaian kriteria terhadap isu pembangunan berkelanjutan prioritas dengan pendekatan jenis dampak yang disusun memberikan jenis dampak positif (+) terhadap isu atau jenis dampak negatif (-) memperparah/memperburuk terjadinya isu atau yang tidak berkaitan langsung dengan isu (0). Matrik uji silang nantinya akan dilihat secara keseluruhan apakah Kebijakan, Rencana, dan/atau Program memberikan dampak positif atau negatif terhadap isu pembangunan berkelanjutan prioritas.

Kesepakatan POKJA KLHS

Berdasarkan hasil analisis dan kesepakatan dengan Tim POKJA KLHS, dapat diketahui bahwa Kebijakan, Rencana, Dan/Atau Program prioritas yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup yang memerlukan kajian muatan lebih lanjut dengan telaah muatan KLHS :

a. Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer 1) Peningkatan kualitas jalan kolektor primer b. Zona Kawasan Peruntukan Industri

1) Pengembangan dan pemeliharaan PSU Zona Kawasan Peruntukan Industri

c. Zona Perumahan

1) Pembangunan dan Pengembangan Sub-Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)

2) Pembangunan dan pengembangan Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3)

3) Pembangunan dan pengembangan Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)

(9)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 5

d. Zona Perdagangan dan Jasa

1) Pengembangan Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2)

2) Pengembangan Sub-Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP (K-3)

e. Zona Transportasi

1) Pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan zona transportasi untuk terminal penumpang Tipe C

Gambaran spasial KRP yang dinilai menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup dalam Penyusunan KLHS RDTR Kecamatan Andong dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 KRP Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer

Gambar 2 Gambar KRP Zona Kawasan Peruntukan Industri

(10)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 6 Gambar 3 Gambar KRP Zona Perumahan Gambar 4 Gambar KRP Zona Perdagangan dan Jasa

(11)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 7

Gambar 5 Gambar KRP Zona Transportasi

IV. ANALISIS PENGARUH HASIL IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN

Analisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan dilakukan dengan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup (KRP Prioritas) terhadap 6 (enam) muatan KLHS. Muatan KLHS tersebut terdapat dalam Pasal 13 PP No.46/2016 yang meliputi :

1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan.

2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko Lingkungan Hidup.

3) Kinerja layanan atau jasa ekosistem.

4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.

5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim.

6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Metode yang digunakan untuk analisis masing-masing 6 (enam) muatan KLHS sebagai berikut :

1) Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk Pembangunan

Acuan :

▪ Permen LH No. 17/2009 ttg Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah

▪ Pendapat pakar Fuad, et al, yang termuat dalam makalah Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI:

255-266. Terkait acuan perhitungan : ketersediaan dan kebutuhan pangan (beras)

▪ Buku “KLHS untuk RTRW dengan pendekatan Daya Dukung Lingkungan Tahun 2016” penulis Dr. Ing Ir. Widodo Brontowiyono, M.Sc, dijadikan acuan dalam perhitungan daya dukung lahan untuk permukiman.

(12)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 8 2) Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup;

Acuan :

▪ Pasal 22 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tingkat potensi dampak dapat berdasarkan sebagai berikut :

Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak KRP;

Luas wilayah penyebaran dampak; Intensitas dan lamanya dampak berlangsung; Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; Sifat kumulatif dampak;

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

▪ Acuan : Modul Penggunaan Data Spasial Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem Provinsi dan Kabupaten di Ekoregion Jawa Tengah (Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa - KLHK 2016.

▪ Teknik : Overlay Peta

4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

Pemanfaatan SDA lokal untuk mendukung pembangunan KRP sebagai upaya efisiensi pemanfaatan SDA

5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

▪ Acuan: Dokumen Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) (Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021)

▪ Analisis: overlay KRP terhadap Jasa Lingkungan Pengaturan Iklim (R 1)

6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

▪ Acuan : Modul Penggunaan Data Spasial Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Lingkungan Provinsi Dan Kabupaten Di

Ekoregion Jawa Tengah (Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa - KLHK 2016.

▪ Analisis: tingkat kerentanan dan Potensi keanekaragaman hayati menggunakan pendekatan analisis overlay pemetaan terhadap D 4 (Jasa Pendukung Biodiversitas) dan P 5 (Penyedia Sumber Daya Genetik)

Hasil perhiutngan kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kecamatan Andong sebagai berikut :

A. Perbandingan antara Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan Perhitungan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Perhitungan ketersediaan (Supply) Lahan

a. SL (Ketersediaan Lahan Tahun 2023)

∑ (Pi x Hi) = Rp. 817.344.779.682 Hb = Rp 12.500/Kg Ptvb = 3.405,75 Kg/Ha

SL = (817.344.779.682/12.500) x (1/ 3.405,75) = 19.199,18 Ha

b. SL (Ketersediaan Lahan Tahun 2045 Setelah Konversi Rencana Pola Ruang)

∑ (Pi x Hi) = Rp. 1.510.415.502.977 Hb = Rp 23.964 /Kg

Ptvb = 3.384 Kg/Ha

SL = (1.510.415.502.977/ 23.964) x (1/ 3.384)

= 18.626 Ha

2. Perhitungan kebutuhan (Demand) Lahan a. DL (Kebutuhan Lahan Tahun 2023)

Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk di Kecamatan Andong tahun 2023

(13)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 9

KHLL = 1 ton /3,40575 ton/ha = 0,2936 ha

DL = 64.320 x 0,2936 ha = 18.885,71 Ha

b. DL (Kebutuhan Lahan Tahun 2045)

Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk di Kecamatan Andong tahun 2045 adalah :

KHLL = 1 ton /3,384 ton/ha

= 0,30

DL = 77.739 x 0,30 ha

= 22.973 ha

3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan

Status daya dukung lahan diperoleh dari perbandingan antara ketersediaan lahan (St) dan kebutuhan lahan (DL).

▪ Bila SL > DL, daya dukung lahan dinyatakan surplus.

▪ Bila SL< DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa : a. Status Daya Dukung Lahan Tahun 2023

SL (19.199,18 Ha) > DL, (18.885,71 Ha), hal ini berarti bahwa daya dukung lahan pada tahun 2023 dinyatakan surplus/belum terlampaui.

b. Status Daya Dukung Lahan Tahun 2045

SL (18.626 Ha) < DL, (22.973 Ha), hal ini berarti bahwa daya dukung lahan pada tahun 2045 dinyatakan defisit/

terlampaui.

Kondisi daya dukung lahan tahun 2045 tersebut mengindikasikan bahwa daya dukung lahan Kecamatan Andong tidak mampu memenuhi kebutuhan standart hidup layak penduduk yang berarti bahwa kemampuan lahan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dari sektor pertanian kurang. Secara eksisting,

sektor lainnya yang berkembang dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidup dari sektor jasa dan sektor industri kecil dan UMKM.

B. Perbandingan antara Ketersediaan dan Kebutuhan Air Perhitungan antara ketersediaan dan kebutuhan air dalam Penyusunan KLHS RDTR Kecamatan Andong yaitu:

1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Air

Ketersediaan air di Kecamatan Andong didasarkan pada potensi mata air dan limpasan air pada tahun 2023 sebesar 50.436.931,00 m3/tahun dan pada tahun 2045 sebesar 44.133.441,99 m3/tahun.

Adanya penurunan ketersediaan air disebabkan karena perhitungan ketersediaan air dengan limpasan menggunakan pendekatan luasan penggunaan lahan pada tahun 2023 dan rencana pola ruang pada tahun 2045.

Upaya untuk meningkatkan dan menjaga ketersediaan air ini dilakukan melalui pembuatan sumur resapan, biopori dan juga penghijauan disekitar sumber air.

2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Air a. Kebutuhan air Tahun 2023

Kebutuhan total air Kecamatan Andong untuk keperluan penduduk, kebutuhan SPU non domestik, tegalan, industri dan peternakan sebesar 48.960.801,35 m3/th dengan perhitungan berikut.

TABEL 1 KEBUTUHAN AIR KECAMATAN ANDONG TH 2023 Uraian Jumlah

Penduduk Satuan Kebutuhan Air Kebutuhan Air (M3/tahun)

Jumlah Penduduk 64.320 M3/kapita/th 43,2 5.557.248

Uraian Luas

Lahan Satuan Kebutuhan Air Kebutuhan Air (M3/tahun)

Sawah 2.240,34 m3/th/ha 10368 23.227.798,54

Tegalan, kebun 184,07 m3/th/ha 7776 1.431.302,07

Tanaman Campuran 2.120,52 m3/th/ha 7776 16.489.127,82

Perdagangan dan jasa 1,88 m3/hari/ha 5 3.424,39

SPU 30% dari kebutuhan domestik 1.667.174,40

(14)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 10 Uraian Jumlah

Ternak Satuan Kebutuhan Air (ltr/hari/ternak)

Kebutuhan Air (M3/tahun)

Sapi 12.601 ekor 40 183.974,60

Kambing 10.232 ekor 40 149.387,20

Domba 10.519 ekor 5 19.197,18

Ayam 912.016 ekor 0,6 199.731,50

Kelinci 414 ekor 0,6 90,67

Itik 6.147 ekor 0,6 1.346,19

Burung Puyuh 141.547 ekor 0,6 30.998,79

Total 48.960.801,35

Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2024

b. Kebutuhan air Tahun 2045

Kebutuhan total air Kecamatan Andong tahun 2045 sebesar 43.093.294,00 m3/tahun. Perhitungan kebutuhan air sebagai berikut.

TABEL 2 KEBUTUHAN AIR KECAMATAN ANDONG TH 2045

Uraian Jumlah

Penduduk Satuan Kebutuhan Air Kebutuhan Air (M3/tahun)

Jumlah Penduduk 77.739 M3/kapita/th 43,2 6.716.650

Uraian Besaran

Luas Lahan

Satuan Kebutuhan Air Kebutuhan Air (M3/tahun)

Pertanian Tan Pangan 2.041,59 m3/th/ha 10368 21.167.205,12

Pertanian Hortikultuta 1.388,20 m3/th/ha 7776 10.794.643,20

KPI 1,15 lt/dt/ha 0,8 29.013,12

Perdagangan dan jasa 176,09 m3/hari/ha 5 321.364,25

SPU 30% dari kebutuhan domestik 2.014.994,88

Uraian Jumlah

Ternak Satuan Kebutuhan Air (ltr/hari/ternak)

Kebutuhan Air (M3/tahun)

sapi 12.601 ekor 40 183.974,60

kambing 10.232 ekor 40 149.387,20

Domba 10.519 ekor 5 19.197,18

Ayam 912.016 ekor 5 1.664.429,20

Kelinci 414 ekor 0,6 90,67

Itik 6.147 ekor 0,6 1.346,19

puyuh 141.547 ekor 0,6 30.998,79

Total 43.093.294,00

Sumber : Analisis Penyusun, 2024

Kebutuhan total air Kecamatan Andong tahun 2045 sebesar 43.093.294,00 m3/tahun. Jika dibandingkan dengan kebutuhan air di tahun 2023 sebesar 48.960.801,35 m3/tahun, maka kebutuhan di tahun 2045 ini mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi dari

adanya penurunan luasan lahan pertanian, sehingga menyebabkan penurunan kebutuhan air untuk keperluan pertanian dari 41.148.228 m3/tahun menjadi 31.961.848,32 m3/tahun.

3. Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air (SA) dan kebutuhan air (DA).

▪ Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.

▪ Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa : a. Status Daya Dukung Air Tahun 2023

SA (50.436.931,00 m3/tahun) > DA, (48.960.801,35 m3/tahun), hal ini berarti bahwa daya dukung air tahun 2023 dinyatakan suplus/ belum terlampaui.

b. Status Daya Dukung Air Tahun 2045

SA (44.133.441,99 m3/tahun) > DA, (43.093.294,00 m3/tahun), hal ini berarti bahwa daya dukung air tahun 2045 dinyatakan suplus/ belum terlampaui.

Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air pada tahun 2023 dan tahun 2045 menggambarkan bahwa daya dukung air Kecamatan Andong surplus yang berarti bahwa masih mampu memenuhi kebutuhan air.

4. Status Daya Dukung Air Berdasarkan Grid

Status daya dukung air di Kecamatan Andong pada tahun 2023 memiliki kondisi belum terlampaui seluas 2.765,17 Ha (45%) dan status air terlampaui seluas 3.375,23 Ha (55%). Sedangkan tahun 2045, memiliki kondisi terlampaui sebesar 4.166,64 ha (68%) dan belum terlampaui sebesar 1.973,75 ha (32%).

Status daya daya dukung air, secara spasial dapat dilihat pada gambar berikut.

(15)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 11

Gambar 6 Peta Status Daya Dukung Air Tahun 2023 Gambar 7 Peta Status Daya Dukung Air Tahun 2045

(16)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 12 C. Perhitungan Daya Dukung Pangan (Beras)

Daya dukung pangan (beras) dapat digambarkan dari perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan (beras). Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan pangan beras di Kecamatan Andong meningkat, sedangkan untuk ketersediaannya mengalami penurunan.

Hal ini dikarenakan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Hasil perhitungan kebutuhan dan ketersediaan beras dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 3 KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN PANGAN (BERAS)

Uraian Satuan 2023 2045

Kebutuhan ton 8.032,92 9.708,82

Ketersediaan ton 16.513,81 13.817,23

Sumber : Analisis Penyusun, 2023

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ketersediaan beras masih dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat di Kecamatan Andong.

D. Perhitungan Daya Dukung Lahan untuk Permukiman

Perhitungan daya dukung lahan untuk permukiman dalam Penyusunan KLHS RDTR Kecamatan Andong dilakukan dengan pendekatan permukiman (bangunan) berdasarkan Dr.Ing Ir. Widodo Brontowiyono, M.Sc (KLHS untuk RTRW dengan pendekatan Daya Dukung Lingkungan Tahun 2016) sebagai berikut :

DDLB = (α x Lw) / LTb LTb = LB + LTp Keterangan :

DDLB = Daya dukung lahan untuk bangunan

α = koefisien luas lahan terbangun maksimal (untuk perkotaan, menggunakan 70% sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 untuk wajib RTH 30%)

Lw = Luas Wilayah (Ha) = 5.626,45 Ha : Materi Teknis RDTR Kecamatan Andong)

LTb = Luas lahan terbangun (ha). Tahun 2023 seluas 406,57 Ha (tutupan lahan terbangun) , tahun 2045 seluas 1.728,43 ha (pola ruang)

LB = Luas lahan bangunan (Ha)

LTp = Luas lahan untuk infrastruktur seperti jalan, sungai, drainase dan lainnya. Hasil perhitungan analisis dikategorikan sebagai berikut :

DDLB <1: daya dukung lahan permukiman terlampaui atau buruk DDLB 1–3: daya dukung lahan permukiman bersyarat atau sedang DDLB >3 : daya dukung lahan permukiman baik

Perhitungan daya dukung permukiman di Kecamatan Andong dapat dilihat sebagai berikut :

Perhitungan DDLB :

DDLB 2023 = (70% x 5.626,45) / (406,57 + 166,25) = 6,87

DDLB 20445 = (70% x 5.626,45) / (1.613,35 + 115,08)

= 2,28

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai daya dukung lahan untuk bangunan (DDLB) Kecamatan Andong tahun 2023 sebesar 6,87. Hal ini berarti bahwa daya dukung lahan permukiman di Kecamatan Andong termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pada tahun 2045, nilai DDLB 2,28 pada kategori daya dukung lahan permukiman bersyarat atau sedang. Hal ini berarti bahwa daya dukung lahan permukiman di Kecamatan Anodng termasuk dalam kategori sedang atau memerlukan persyaratan dalam pengembangan ke depan. Hal ini berarti bahwa Kecamatan Andong masih mampu menampung rencana pengembangan lahan apabila penerapan rencana pola ruang telah dilakukan sepenuhnya dengan memberikan ketentuan bersyarat dalam pengembangannya, sehingga daya dukung lahan tetap terjaga untuk menampung aktivitas Masyarakat.

(17)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 13

E. Daya Tampung Wilayah

Konsep daya tampung pendekatan ini merupakan kebalikan dari kepadatan penduduk, namun dengan menggunakan perbandingan atau standar yang ada tentang kebutuhan lahan. Menurut Yeates (1980) dalam Muta’ali (2012) daya dukung lahan dapat diidentifikasi dari daya tampung dan dihitung berdasarkan luasan fungsi lahan dibagi dengan jumlah penduduk eksisting dihitung dari kebutuhan lahan per kapita sebagai berikut :

A = L / P

A = Daya dukung lahan L = Luas lahan (ha)

P = Populasi penduduk (jiwa)

Nilai A dibandingkan dengan tabel konsumsi lahan.

L = 5.626,45 Ha P 2023 = 64.340 (jiwa) P 2045 = 77.739 (jiwa) Sehingga dihasilkan :

Daya dukung lahan tahun 2023 A tahun 2023 = L / P

= 5.626,45 / 64.340 = 0,09 jiwa/ha Daya dukung lahan tahun 2045 A tahun 2045 = L / P

= 5.626,45 / 77.739

= 0,072 jiwa/ha

Berdasarkan hasil perhitungan dihasilkan daya dukung lahan di Kecamatan Andong Tahun 2023 sebesar 0,09 jiwa/ha dan tahun 2045 sebesar 0,072 jiwa/ha. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan standart kriteria Yeates masih berada di atas standart yang berarti bahwa Kecamatan Andong mempunyai daya tampung wilayah mampu menampung jumlah penduduk.

F. Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup

Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dibentuk dari nilai Indeks Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Air (IKA) dan Indeks Kualitas Lahan (IKL), dimana pada tahun 2018 dan tahun 2019 berdasarkan Dokumen IKPLHD Kabupaten Boyolali Tahun 2018 dan 2019, nilai IKLH tahun 2018 sebesar 60,45 termasuk dalam kategori Cukup dan tahun 2019 sebesar 60,42 termasuk dalam kategori cukup baik, tahun 2020 memiliki nilai 60,17 dan tahun 2021 memiliki nilai 63,93, tahun 2022 sebesar 60,77 dan tahun 2023 sebesar 61,39.

G. Ringkasan Kajian Muatan KLHS RDTR Kecamatan Andong Ringkasan muatan KLHS RDTR Kecamatan Andong yaitu hasil analisis pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau Program terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari keterkaitan isu pembangunan berkelanjutan, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dampak dan resiko lingkungan hidup, kinerja jasa lingkungan, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. Lebih jelasnya rangkuman kajian muatan KLHS RDTR Kecamatan Andong dapat dilihat pada tabel berikut.

(18)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 14

TABEL 4 RINGKASAN ANALISIS MUATAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RDTR KECAMATAN ANDONG

No

Kebijakan, Rencana dan/atau Program

(KRP) Prioritas

Keterkaitan Isu PB Paling Strategis

Hasil Analisis Muatan KLHS

D3TLH Dampak dan Resiko LH Kinerja Jasa Lingkungan

Efisiensi Pemanfataan

SDA

Perubahan Iklim Keanekaragaman Hayati

A. Rencana Struktur Ruang 1 Rencana Jaringan Jalan:

Peningkatan Kualitas Jalan Kolektor Primer

Lokasi : desa Andong, Beji, Kacangan, Mojo, Senggrong.

Luas : 4,76 Ha

Penurunan kualitas udara

Adanya kerawanan bencana (tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung)

Daya dukung lingkungan hidup:

o Dominasi kemampuan lahan yang dilewati pada kelas II sebesar 4,62 Ha (96,9%) dengan karakteristik penggunaan lahan berupa pertanian dan non pertanian.

o Dampak yang ditimbulkan

berkurangnya potensi lahan sebagai penghasil produksi biomassa (aspek pangan) dakan mendukung supply pangan berkurangnya area terbuka sehingga mengurangi area resapan air dan berdampak pada daya dukung ketersediaan air.

Daya tampung lingkungan hidup:

o Berpengaruh

terhadap penurunan nilai indeks kualitas udara

o Berpengaruh

terhadap penurunan kualitas air terutama parameter TSS karena disebabkan alih fungsi lahan

Laju run off aliran air mengalami peningkatan setelah pembangunan KRP dari 0,0009 m3/dt meningkat menjadi 0,01 m3/dt.

Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak KRP yaitu di Desa Andong, Desa Beji, Desa Kacangan, Desa Mojo, dan Desa Senggrong

Luas wilayah penyebaran dampak disekitar ruas rencana pembangunan jalan di Desa Andong, Desa Beji, Desa Kacangan, Desa Mojo, dan Desa Senggrong seluas 4,76 Ha

Berlangsungnya dampak pembangunan jalan lebih dari 1 tahapan kegiatan, yaitu:

tahap pra kontruksi, kontruksi, dan pasca kontruksi.

Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak:

o Komponen biotik dan abiotik

o Dampak selama tahap konstruksi terhadap komponen lingkungan berupa geofisik kimia, biologi, sosial ekonomi, dan kesehatan masyarakat.

o Sifat kumulatif dampak:

berlangsung secara terus menerus

Dampak bersifat berbalik, dapat pulih kembali dengan intervensi manusia meskipun dalam waktu yang lama

Klasifikasi Jasa lingkungan tertinggi yang terganggu akibat rencana pembangunan jalan berpengaruh terhadap:

Jasa penyedia pangan (P1) berada pada kelas rendah dengan luas 4,35 Ha (91,3%)

Jasa penyedia air bersih/mata air (P2) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 4,38 Ha (92,1%)

Jasa pengatur iklim (R1) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 4,35 Ha (91,3%)

Jasa Pemelihara Kualitas Udara (R6) berada pada kelas rendah dengan luas 4,32 Ha (90,7%)

Adanya alih fungsi lahan pertanian

(0,12 ha)

mengakibatkan terjadi penurunan produktivitas sebesar 0,01%

Kebutuhan

sumber daya mineral tanah urug untuk pengembangan jalan 9.719,97 m3 urug untuk penyiapan lahan dipenuhi dari wilayah

Kabupaten

Hampir seluruh lahan rencana merupakan penyedia jasa pengendalian

perubahan iklim dengan dominasi pada kelas sangat rendah (4,35 Ha (91,3%)) yang memberikan pengaruh terhadap kinerja penyedia jasa pengendalian

perubahan iklim yang semakin berkurang.

Rencana

pengembangan jalan menyebabkan terjadi perubahan

penyerapan emisi tahun 2023 sebesar 200,20 ton CO2e, tahun 2045 menjadi sebesar 69,91 ton CO2e sehingga memberikan kontribusi serapan karbon yang lebih rendah dan berpengaruh terhadap peningkatan GRK.

Rencana

pengembangan jalan alternatif memiliki penyedia

keanekaragaman hayati (aspek keanekaraman hayati) berupa potensi D 4 dengan kelas sangat rendah sebesar 91,3%, sedang 3,6%, dan tinggi 5,1%

Adanya rencana jalan berpengaruh terhadap penurunan

keanekaragaman hayati karena alih fungsi Pekarangan, tegalan dan bangunan menjadi jalan

(19)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 15

No

Kebijakan, Rencana dan/atau Program

(KRP) Prioritas

Keterkaitan Isu PB Paling Strategis

Hasil Analisis Muatan KLHS

D3TLH Dampak dan Resiko LH Kinerja Jasa Lingkungan

Efisiensi Pemanfataan

SDA

Perubahan Iklim Keanekaragaman Hayati

B. Rencana Pola Ruang

2 Zona Kawasan

Peruntukan Industri

Lokasi Desa Beji dan Desa Sempu

Luas : 1,15 ha

Alih fungsi dan degradasi lahan

Permasalahan

persampahan dan limbah

Penurunan kualitas dan kuantitas air

Penurunan kualitas udara

Daya dukung lingkungan hidup :

o Berada pada dominasi kemampuan lahan kelas I (0,74 Ha/64,4%)

mempunyai

kemampuan lahan yang sesuai untuk dikembangkan

kegiatan budidaya pertanian, sehingga berdampak pada berkurangnya lahan yang mendukung produksi biomassa, penurunan daya dukung lahan pertanian dan penyediaan pangan, berkurangnya daerah resapan air dan daya dukung ketersediaan air.

Daya tampung lingkungan hidup :

o Berpengaruh

terhadap penurunan indeks kualitas udara, indeks kualitas air o Berpengaruh

terhadap penurunan kualitas air sungai.

Laju run off aliran air mengalami peningkatan setelah pembangunan KRP dari 0,0004 m3/dt meningkat menjadi 0,0014 m3/dt.

Penduduk yang terkena dampak langsung yaitu yang tinggal disekitar zona KPI

Luas wilayah penyebaran dampak yaitu seluruh desa yang terdapat arahan pengembangan zona industri (Desa Beji dan Desa Sempu) serta desa di sekitarnya.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung pada saat proses pembangunan berlangsung hingga pada saat dioperasional-kan

Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak :

o Komponen biotik dan abiotik.

o Dampak sekunder antara lain penurunan kualitas tanah, air, udara dan iklim o Dampak sosial ekonomi

berupa menyerap lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat

Sifat kumulatif dampak:

berlangsung secara terus menerus

Dampak bersifat berbalik, dapat pulih kembali dengan intervensi manusia meskipun dalam waktu yang lama

Klasifikasi jasa lingkungan tertinggi yang terganggu akibat rencana zona kawasan peruntukan industri berpengaruh

terhadap:

Jasa Penyedia Pangan (P1) pada dominasi kelas tinggi seluas 0,78 Ha (68,4

%)

Jasa penyedia air bersih (P2) pada dominasi kelas sedang seluas 0,78 Ha (68,4%)

Jasa Pengatur Iklim (R1) pada dominasi kelas sangat rendah seluas 0,78 Ha (68,4%)

Jasa Pengaturan Pengolahan dan Pengurai Limbah (R5) pada dominasi kelas sangat rendah seluas 0,78 Ha (68,4%)

Jasa pemelihara kualitas udara (R6) pada dominasi kelas sangat rendah seluas 0,78 ha (68,4%)

Adanya alih fungsi lahan pertanian (tegalan dan sawah) seluas 0,36 Ha dan berpengaruh terhadap penurunan

produktivitas dan efisiensi SDA pertanian sebesar 0,01%

Kebutuhan air untuk industri sebesar 29.013,12 m3/tahun

Efisiensi

pemanfaatan SDA mineral

membutuhan 7.800,69 m3 tanah urug untuk penyiapan lahan Pembangunan KRP zona KPI yang dipenuhi dari wilayah Kabupaten

Boyolali

Jasa pengendalian perubahan iklim (R1) di dominasi pada kelas sangat rendah 0,78 Ha (68,4%)

Berdampak terhadap kinerja penyedia jasa pengendalian

perubahan iklim yang semakin berkurang.

Menyebabkan terjadi perubahan

penyerapan emisi tahun 2023 sebesar 92,49 ton CO2e, tahun 2045 menjadi sebesar 16,81 ton CO2e sehingga memberikan kontribusi serapan karbon yang lebih

rendah dan

berpengaruh terhadap peningkatan GRK.

Rencana zona industri merupakan penyedia keanekaragaman hayati (aspek keanekaraman hayati) berupa potensi D4 dominasi pada lahan dengan kelas sangat rendah 0,78 Ha (68,4%).

Adanya rencana zona industri berpengaruh terhadap :

o Penurunan keanekaragaman hayati karena alih fungsi lahan pekarangan, tanah

kosong, dan

tegalan/ladang

menjadi zona industri.

o Penurunan

biodiversitas dan kualitas lingkungan karena limbah kegiatan industri.

3 Zona Perumahan

Subzona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)

Alih fungsi lahan dan degradasi lahan

Kerawanan pangan

Kurangnya RTH

Daya dukung lingkungan hidup:

o Berada pada dominasi kekampuan lahan II

Laju run off aliran air mengalami peningkatan setelah pembangunan KRP dari 0,25 m3/dt meningkat

Klasifikasi Jasa lingkungan tertinggi yang terganggu akibat

Adanya peningkatan kebutuhan air di tahun 2045

Jasa lingkungan pada pengendalian

perubahan iklim didominasi pada kelas

Rencana zona perumahan merupakan penyedia

keanekaragaman hayati

(20)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 16

No

Kebijakan, Rencana dan/atau Program

(KRP) Prioritas

Keterkaitan Isu PB Paling Strategis

Hasil Analisis Muatan KLHS

D3TLH Dampak dan Resiko LH Kinerja Jasa Lingkungan

Efisiensi Pemanfataan

SDA

Perubahan Iklim Keanekaragaman Hayati

Sub-Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R- 3)

Sub-Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R- 4)

Lokasi : Seluruh Kecamatan Andong

Luas : 1.383,57 Ha

Menurunnya kualitas dan kuantitas air

Permasalahan

persampahan dan limbah

Adanya kerawanan bencana (tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung)

Penurunan kualitas udara

(803,63) Ha dengan karakteristik kegiatan pertanian dan non pertanian.

Daya tampung lingkungan hidup

o Berpengaruh

terhadap penurunan nilai indeks kualitas udara akibat meningkatnya

penggunaan

transportasi untuk menunjang

pergerakan dalam aktivitas perumahan o Berpengaruh

penurunan nilai indeks kualitas air

sungai pada

parameter TSS, COD, Fecal Coliform dan total coliform.

menjadi 1,99 m3/dt.

Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak seluruh penduduk di Kecamatan Andong

Luas wilayah penyebaran dampak seluruh wilayah desa yang ada di Kecamatan Andong.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung lebih dari 1 tahapan kegiatan, yaitu : Tahapan pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi

Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak :

o Komponen biotik dan abiotik.

o Dampak selama tahap konstruksi terhadap komponen lingkungan berupa Geofisik Kimia, Biologi, Sosial Ekonomi

Sifat kumulatif dampak : berlangsung terus menerus (menurunnya kualitas lingkungan akibat kegiatan yang terdapat pada zona perumahan)

Dampak bersifat berbalik, dapat pulih kembali dengan intervensi manusia.

rencana pembangunan perumahan

berpengaruh terhadap:

Jasa penyedia pangan (P1) berada pada kelas rendah dengan luas 729,73 Ha (52,7%)

Jasa penyedia air bersih (P2) didominasi kelas sangat rendah seluas 729,95 Ha (52,8%)

Jasa pengatur iklim (R1) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 729,73 Ha (52,7%)

Jasa pengaturan tata air dan banjir (R2) pada kelas sangat rendah dengan luas 729,73 Ha (52,7%)

Jasa Pengaturan Pengolahan dan Pengurai Limbah (R5) berada pada kelas rendah dengan luas 729,73 Ha (52,7%)

Jasa Pemelihara Kualitas Udara (R6) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 727,69 Ha (52,6%)

Jasa Fungsi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup (C1) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 729,73 Ha (52,7%)

sebesar 6.716.650 m3/tahun.

Adanya alih fungsi lahan pertanian berupa tegalan

652,97 Ha

berpengaruh terhadap penurunan

produktivitas dan efisiensi SDA pertanian sebesar 27%

Kebutuhan SDA mineral (tanah urug) untuk mendukung pengembangan zona sebesar 14.810.271 m3) tanah urug untuk penyiapan lahan Pembangunan

KRP zona

perumahan yang dipenuhi dari wilayah

Kabupaten Boyolali

sangat rendah 729,73 Ha (52,7%)

Menyebabkan terjadi perubahan

penyerapan emisi tahun 2023 sebesar

119.093,35 ton CO2e, menjadi sebesar

20.310,85 ton CO2e pada tahun 2045 sehingga memberikan kontribusi serapan karbon yang lebih

rendah dan

berpengaruh terhadap peningkatan GRK.

(aspek keanekaraman hayati) berupa potensi D4 pada kelas rendah 729,73 Ha (57,7%),

Adanya rencana zona perumahan

berpengaruh terhadap : o Penurunan

keanekaragaman hayati karena alih fungsi lahan pekarangan, tanah kosong,

tegalan/ladang o Penurunan

biodiversitas dan kualitas lingkungan karena limbah dan lindi kegiatan domestik.

4 Zona perdagangan dan Alih fungsi lahan dan degradasi lahan

Daya dukung lingkungan hidup :

Laju run off aliran air

mengalami peningkatan Klasifikasi Jasa Peningkatan kebutuhan air

Lahan rencana zona perdagangan dan jasa

Rencana zona perdagangan dan jasa

(21)

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 17

No

Kebijakan, Rencana dan/atau Program

(KRP) Prioritas

Keterkaitan Isu PB Paling Strategis

Hasil Analisis Muatan KLHS

D3TLH Dampak dan Resiko LH Kinerja Jasa Lingkungan

Efisiensi Pemanfataan

SDA

Perubahan Iklim Keanekaragaman Hayati jasa

Pengembangan Sub- Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2)

Pengembangan Sub- Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP (K-3)

Lokasi : Desa Andong, Beji, Gondangrawe, Kacangan, Kadipaten, Kedungdowo, Kunti, Mojo, Munggur, Pakel, Pelemrejo, Pranggong, Semawung, Sempu, Senggrong

Luas : 176,09 ha

Kerawanan pangan

Kurangnya RTH

Menurunnya kualitas dan kuantitas air

Permasalahan

persampahan dan limbah

Penurunan kualitas udara

o Rencana penataan zona perdagangan dan jasa yang melalui dominasi kemampuan lahan pada kelas kemampuan lahan II (108,44 Ha) 61,6%

mempunyai karakteristik

penggunaan sebagai fungsi pertanian dan non pertanian.

o Adanya KRP berpengaruh terhadap alih fungsi lahan yang berdampak pada berkurangnya lahan yang mendukung produksi biomassa (aspek pangan)/

penyediaan pangan dan berdampak pada

daya dukung

ketersediaan air.

Daya tampung lingkungan hidup:

o Berpengaruh

terhadap penurunan nilai indeks kualitas udara.

Berpengaruh penurunan nilai indeks kualitas air untuk parameter TSS, COD, Fecal Coliform dan total coliform akibat produksi limbah

setelah pembangunan KRP dari 0,03 m3/dt meningkat menjadi 0,29 m3/dt.

Besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak KRP : penduduk yang ada di sekitar rencana zona perdagangan dan jasa yaitu di seluruh wilayah kecamatan

Luas wilayah penyebaran

dampak kawasan

pembangunan perdagangan dan jasa di Kecamatan Andong

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung tidak hanya sesaat tetapi akan lebih besar pada saat kegiatan perdagangan dan jasa berlangsung.

Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak :

o Komponen biotik dan abiotik.

o Dampak sekunder antara lain penurunan kualitas tanah, air, udara dan iklim o Dampak sosial ekonomi

berupa menyerap lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat

Sifat kumulatif dampak : berlangsung terus menerus (menurunnya kualitas lingkungan)

Dampak bersifat berbalik, dapat pulih kembali dengan intervensi manusia

lingkungan tertinggi yang terganggu akibat rencana perdagangan dan jasa berpengaruh terhadap:

Jasa penyedia pangan (P1) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 105,69 Ha (60%)

Jasa penyedia air bersih (P2) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 106,10 Ha (60,31%)

Jasa Pengatur Iklim (R1) didominasi oleh kelas sangat rendah seluas 105,69 Ha (60%)

Jasa Pemelihara Kualitas Udara (R6) berada pada kelas rendah dengan luas 105,01 Ha (59,5%)

untuk mendukung zona

perdagangan dan jasa di tahun 2045 sebesar 321.364,25

m3/tahun

Adanya alih fungsi lahan pertanian seluas 69,81 Ha dan berpengaruh terhadap

penurunan

produktivitas dan efisiensi SDA pertanian sebesar 2,9%.

Kebutuhan SDA mineral (tanah urug) untuk mendukung pengembangan zona sebesar 1.586.205,70 m3) tanah urug untuk penyiapan lahan Pembangunan

KRP zona

perdagangan dan

jasa yang

dipenuhi dari wilayah

Kabupaten Boyolali

didominasi oleh penyedia jasa pengendalian

perubahan iklim kelas sangat rendah 105,69 Ha (60%).

Rencana zona perdagangan dan jasa menyebabkan terjadi perubahan

penyerapan emisi sebelum penerapan KRP tahun 2023 sebesar 13.568,34 ton CO2e, menjadi sebesar 2.584,97 ton CO2e pada tahun 2045 sehingga memberikan kontribusi serapan karbon yang lebih

rendah dan

peningkatan GRK.

merupakan penyedia keanekaragaman hayati (aspek keanekaraman hayati) berupa potensi D4 (rendah) sebesar 105,69 Ha (60%).

Adanya rencana zona perdagangan dan jasa berpengaruh terhadap :

o Penurunan keanekaragaman hayati karena alih fungsi pekarangan, tanah kosong, tegalan/ladang

menjadi zona perdagangan dan jasa

Penurunan biodiversitas dan kualitas lingkungan karena limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perdagangan dan jasa

5 Zona Transportasi

Pengembangan,

Peningkatan dan Pemeliharaan Zona Transportasi untuk

Permasalahan

persampahan dan limbah

Penurunan kualitas dan kuantitas air

Penurunan kualitas

Daya dukung lingkungan hidup:

o Rencana penataan zona transportasi yang melalui dominasi kemampuan lahan

Laju run off aliran air mengalami peningkatan setelah pembangunan KRP dari 0,0003 m3/dt meningkat menjadi 0,0006 m3/dt.

Besarnya jumlah penduduk

Klasifikasi jasa lingkungan tertinggi yang terganggu akibat

rencana zona

Adanya peningkatan

kebutuhan air di tahun 2045 sebesar

Jasa pengendalian perubahan iklim pada rencana jaringan transportasi dengan dominasi pada kelas sangat rendah 0,50 ha

Rencana zona transportasi memiliki penyedia

keanekaragaman hayati berupa potensi

dominasi D4

(22)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kecamatan Andong 18

No

Kebijakan, Rencana dan/atau Program

(KRP) Prioritas

Keterkaitan Isu PB Paling Strategis

Hasil Analisis Muatan KLHS

D3TLH Dampak dan Resiko LH Kinerja Jasa Lingkungan

Efisiensi Pemanfataan

SDA

Perubahan Iklim Keanekaragaman Hayati terminal tipe C

Lokasi : Desa Mojo

Luas : 0,50 Ha.

udara pada kelas

kemampuan lahan II seluas 0,80 Ha (100%), mempunyai karakteristik

penggunaan sebagai fungsi pertanian.

o Adanya KRP berpengaruh terhadap alih fungsi lahan yang berdampak pada berkurangnya lahan yang mendukung produksi biomassa (aspek pangan)/

penyediaan pangan dan berdampak pada

daya dukung

ketersediaan air.

Daya tampung lingkungan hidup:

o Berpengaruh

terhadap penurunan nilai indeks kualitas udara

o Berpengaruh

terhadap penurunan kualitas air terutama parameter TSS, COD, BOD, Fecal Coliform dan total coliform

yang terkena dampak KRP yaitu di Desa Mojo

Luas wilayah penyebaran dampak disekitar ruas rencana pembangunan terminal tipe C dengan luas sebesar 0,50 Ha.

Berlangsungnya dampak pembangunan terminal barang lebih dari 1 tahapan kegiatan, yaitu: tahap pra kontruksi, kontruksi, dan pasca kontruksi

Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak:

o Komponen biotik dan abiotik

o Dampak selama tahap konstruksi terhadap komponen lingkungan berupa geofisik kimia, biologi, sosial ekonomi, dan kesehatan masyarakat.

Sifat kumulatif dampak:

berlangsung secara terus menerus

Dampak bersifat berbalik, dapat pulih kembali dengan intervensi manusia meskipun dalam waktu yang lama

transportasi berpengaruh terhadap:

Jasa Penyediaan Air Bersih (P2) pada kelas sangat rendah seluas 0,50 Ha

Jasa pengatur iklim (R1) berada pada kelas sangat rendah dengan luas 0,50 Ha

Jasa pemelihara kualitas udara (R6) pada kelas sangat rendah seluas 0,50 Ha

2.014.994,88 m3/tahun

(kebutuhan air untuk pemenuhan SPU non domestik)

(100%) yang

memberikan pengaruh terhadap kinerja penyedia jasa pengendalian

perubahan iklim yang semakin berkurang.

Rencana jaringan transportasi

menyebabkan terjadi perubahan

penyerapan emisi sebelum penerapan KRP sebesar 40,89 ton CO2e, dan setelah penerapan KRP tahun 2045 menurun menjadi sebesar 7,30 ton CO2e sehingga memberikan kontribusi serapan karbon yang lebih rendah dan berpengaruh terhadap peningkatan GRK.

kemampuan

penyediaan habitat untuk pembiakan kelas sangat rendah sebesar 0,50

Rencana zona transportasi merupakan sumber daya genetik berupa potensi P5 dominasi pada lahan dengan kelas sangat rendah 0,50 Ha.

o Adanya zona transportasi kurang berpengaruh terhadap penurunan

keanekaragaman hayati karena secara eksisting sudah terbangun dan merupakan fungsi lahan pekarangan

Sumber: Analisis Penyusun, 2024

(23)

Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Andong 19 V. PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RDTR

KECAMATAN ANDONG

Alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) adalah bagian dari upaya mitigasi terhadap permasalahan atau kendala yang dihasilkan dari analisis dampak Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) terhadap kondisi lingkungan hidup. Alternatif penyempurnaan akan menjadi dasar untuk penyusunan rekomendasi yang menjadi bahan pengambilan keputusan. Muatan substansi alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) dibedakan menjadi beberapa tipologi berupa:

a. Perubahan tujuan atau target;

b. Perubahan strategi pencapaian target;

c. Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi yang lebih memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan;

d. Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi terhadap perkembangan ilmu

e. Pengetahuan dan teknologi yang lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;

f. Penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas pelaksanaan;

g. Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi ekosistem; dan/atau

h. Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan risiko Lingkungan Hidup.

Rumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) Kecamatan Andong, disusun dengan memperhatikan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) berdampak, keterkaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas dan hasil analisis muatan KLHS yang telah dilakukan pada tahap selanjutnya. Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) dapat ditujukan ke perubahan tujuan dan strategi, perubahan dan penundaan target, perubahan spasial, dan arahan kebijakan). Pertimbangan

pemilihan/penilaian rumusan alternatif penyempurnaan KRP didasarkan pada beberapa hal yaitu : manfaat yang lebih besar, resiko yang lebih kecil, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, mitigasi dampak dan resiko yang lebih efektif. Rumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) RDTR Kecamatan Andong dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar

Gambar 1 KRP Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer
Gambar 2 Gambar KRP Zona Kawasan Peruntukan Industri
Gambar 5 Gambar KRP Zona Transportasi
TABEL 1 KEBUTUHAN AIR KECAMATAN ANDONG TH 2023  Uraian  Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait