TUGAS MANDIRI
INTRODUCTION TO TAXATION
Ringkasan Materi Reformasi Perpajakan dan Pengertian Pajak
Nama : Thamara Riani Indah NPM : 220810072
Dosen : Poniman, S.E., M.S.A., Ak., CA.
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2022/2023
BAB 11
Hambatan Pemungutan Pajak
Perlawanan terhadap pajak (resistensi pajak) yang dilakukan oleh Wajib Pajak merupakan hambatan- hambatan dalam pemungutan pajak baik yang disebabkan oleh kondisi Negara dan rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha Wajib Pajak yang disadari ataupun tidak yang mempersulit pemasukan pajak sebagai sumber penerimaan Negara.
Pada dasarnya ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh Warga Negara menurut Brotodihardjo (1993:13-14), yakni:
1. Perlawanan Aktif
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak, baik secara legal atau illegal maupun dengan cara penghematan pajak. Cara yang dilakukan ada 3 macam, yakni:
a. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
adalah upaya penghindaran pajak dilakukan secara legal dan aman bagi Wajib Pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku (not contrary to the law) di mana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.
b. Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
adalah upaya Wajib Pajak dengan penghindaran pajak terutang secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, namun cara ini tidak aman bagi Wajib Pajak, di mana metode dan teknik yang digunakan sebenarnya tidak dalam koridor Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu sendiri
c. Tax Saving (Penghematan Pajak)
adalah upaya Wajib Pajak mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau dengan sengaja
mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
2. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif meliputi hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu Negara, perkembangan intelektual dan moral penduduk serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri. Masyarakat bertindak passif karena ada keengganan untuk membayar pajak yang disebabkan antara lain:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem pengawasan (dari pemerintah/fiskus) tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
BAB 12 Tarif Pajak
Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Dalam Pajak Penghasilan persentase tarifnya dapat dibedakan menjadi beberapa tarif sebagai berikut:
a. Tarif Marginal (Marginal Tax Rate)
Tarif marginal adalah persentase tarif pajak yang berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak.
Untuk dapat menjelaskan tarif tersebut, berikut ini adalah struktur tarif PPh Pasal 17 yang berlaku bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang PPh No. 42 Tahun 2008, sebagai berikut:
No .
Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1. sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2. di atas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%
3. di atas Rp.250.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,00 25%
4. di atas Rp.500.000.000,00 30%
b. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah besarnya persentase tarif pajak yang berlaku atau yang harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. Dalam hal pajak penghasilan, dasar pengenaan pajak yang dipergunakan lazimnya adalah penghasilan netto. Penghasilan netto untuk Wajib Pajak badan menjadi penghasilan kena pajak, sedangkan untuk Wajib Pajak perorangan, penghasilan netto dikurangi terlebih dahulu dengan penghasilan tidak kena pajak, dan sisanya baru merupakan penghasilan kena pajak.
Contoh:
Penghasilan neto sebesar Rp 350.000.000,00, maka
Atas Rp. 50.000.00,00 diterapkan tarif marginal 5%
5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
Atas Rp. 200.000.000,00 sisanya dikenakan
15% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
Atas Rp. 100.000.000,00 sisanya dikenakan
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Jumlah pajak yang terutang = Rp. 57.500.000,00
Tarif efektif adalah 57.500 .000
350.000 .000x100 %=0,1643=16.43 %
c. Tarif Pajak Proporsional/Sebanding
Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak berupa persentase tetap terhadap jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Kenaikan pajak sebanding dengan kenaikan dasar pengenaan pajak.
Contoh:
Dikenakan PPN 10% atas penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak.
Dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) atas pembayaran penghasilan berupa bunga kepada Wajib
Pajak luar negeri dengan tarif 20%. Jika bunga yang dibayar Rp. 5 juta, maka pajaknya 20% x 5 juta =Rp 1 juta; bila bunganya Rp.10 juta, maka pajaknya 20% x 10 juta =Rp 2 juta.
d. Tarif Pajak Progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila dasar pengenaannya semakin besar.
Contoh: Tarif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi di Pasal 17 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku di Indonesia
sampai dengan Rp 50.000.000,- tarifnya 5%;
di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,- tarifnya 15%;
di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,- tarifnya 25%; dan
di atas Rp 500.000.000,00 tarifnya 30%
e. Tarif Pajak Regresif
Tarif pajak Regresif adalah persentase tarif pajak yang semakin rendah apabila dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar. Jadi tarif efektif yang sifatnya regresif selalu memakai penghasilan sebagai dasar untuk menentukan sifat dari pola persentase tarif tersebut.
f. Tarif Pajak Tetap
Dalam tarif pajak ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu, besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
Contoh: tarif bea materai.
g. Tarif Pajak Degresif
Semakin tinggi dasar pengenaan pajak, kenaikan progresifnya bisa semakin besar. Kenaikan persentase tarif progresif itu bisa juga semakin kecil, di samping kenaikan persentase tariff dari struktur tarif yang
progresif juga bisa tetap. Apabila kenaikan tarif progresif semakin kecil, maka struktur tarif progresif yang demikian disebut sebagai degresif.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang progresi tarif PPh, sebagai illustrasi berikut ini kita terapkan tarif PPh berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang PPh 1984 atas berbagai jumlah penghasilan kena pajak, yang akan memperlihatkan kenaikan tarif efektif yang progresif dan degresif, sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak (Rp)
Tarif Efektif (%) Kenaikan Tarif Efektif (%)
10.000.000 15%
20.000.000 20% 5%
30.000.000 21,67% 1,67%
40.000.000 22,50% 0,83% Degressif
50.000.000 23% 0,50% Progressif
60.000.000 25% 2,00% Progressif
70.000.000 26,43% 1,43% Degressive
80.000.000 27,50% 1,07% Degressive
90.000.000 28,33% 0,83% Degressive
100.000.000 29% 0,67% Degressive