• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KONSTRUKSI BETON SLIPWAY - 150 LWT

N/A
N/A
Mewengkang Irene

Academic year: 2023

Membagikan "PERENCANAAN KONSTRUKSI BETON SLIPWAY - 150 LWT"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN KONSTRUKSI BETON SLIPWAY - 150 LWT

PENDAHULUAN

Didalam perencanaan galangan kapal, baik untuk galangan terbuka maupun daerah tertutup faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan dari lokasi yang memungkinkan untuk dibangun, keadaan ini meliputi :

• Luas areal daratan dan perairan

• Elevasi tanah daratan dan tanah dasar perairan

• Data dari pasang surut air masimum dan minimum

Hal ini sangat penting untuk mendukung kemajuan galangan kapal karena peningkatan sarana galangan tanpa diimbangi oleh kondisi lokal dapat menghalangi kemajuan berikutnya.

Salah satu fasilitas utama galangan kapal adalah slipway, yang terdiri dari landasan miring yang terbuat dari beton bertulang, dengan beberapa bagian terletak di bawah air dan yang lainnya terletak di atas air. Rel yang dipasang di landasan ini sangat kuat untuk menahan berat lori dan kapal yang akan dinaikkan untuk diperbaiki. Blok keel dan side untuk dudukan kapal diletakkan di atas lori.

Sudut kemiringan perairan dari darat ke dalamnya telah ditentukan sesuai dengan jenis dan besar kecilnya slipway yang direncanakan. Menurut jenisnya slipway terdiri dari 2 macam :

• Slipway sistem memanjang (End launching)

• Slipway sistem melintang (Side launching)

Jika kondisi slipway memungkinkan, keduanya dapat digunakan untuk kapal berukuran sedang.

Baik sistem melintang maupun sistem membujur menggunakan prinsip kerja landasan tarik yang sama. Peralatan yang digunakan juga sama. Namun, yang membedakan mereka hanyalah posisi kapalnya. Pada landasan tarik sistem melintang, posisi kapal mendatar sejajar dengan permukaan air, sehingga lori dibuat sesuai dengan posisi kapal mendatar. Pada landasan tarik membujur, posisi kapal yang duduk di landasan atau lori miring ke arah memanjang sejajar dengan kemiringan landasan.

Jenis slipway ini cocok untuk dibangun di sepanjang pantura pulau jawa, seperti di Cirebon, Tegal, Pekalongan, Batang, Kendal, Demak, Pati, Rembang, hingga pantai utara Jawa Timur. Ini karena di daerah tersebut banyak dermaga yang mengangkut kapal muatan kayu, penangkap ikan, dan kapal lainnya dengan berat rata-rata kurang dari 150 LWT. Penulis hanya akan membahas masalah penentuan ukuran kapal di kemudian hari.

PERENCANAAN GALANGAN KAPAL

Pada perencanaan galangan kapal, untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik serta dapat mendukung pengoperasiannya maka harus dibuat susunan daripada letak atau lay out galangan yang menggambarkan cara kerja dari fasilitas utama dan fasilitas penunjangnya secara komprehensip dan harus dipikirkan kemungkinannya terhadap pengembangan perusahaan.

Penentuan Ukuran Utama Kapal Kapasitas Angkat Slip Way 150 Ton

Dari Ukuran Utama kapal akan diketahui berapa berat yang akan dibuat atau dinaikkan slipway.

Untuk menentukan kapasitas angkat yang sesuai, maka diambil Ukuran Utama dari Kapal Pembanding LWT adalah berat baja kapal, mesin dan perlengkapannya pada kapal baru yang selesai dibangun = 149,49→150 TON.

Untuk menurunkannya dipergunakan lory peluncur yang merupakan satu kesatuan dengan lori transfer sehingga posisi kapal yang dibangun duduk di atas nya secara mendatar sejajar dengan permukaan perairan yang semuanya digerakkan dengan motor listrik untuk memutar winch.

Untuk menaik turunkan dipergunakan lory peluncur yang merupakan satu kesatuan dengan lori transfer yang semuanya digerakkan dengan motor listrik untuk memutar winch.

(2)

Galangan kapal tipe slipway ini sangat cocok bila dibangun disepanjang pantura pulau jawa misalnya Cirebon, Tegal, Pekalongan, Batang, Kendal,Demak, Juwana, Rembang dan lain lain, karena daerah tersebut tempat bermukimnya nelayan- nelayan kapal penangkap ikan dan kapal-kapal lainnya yang mempunyai berat rata-rata kurang dari 150 LWT.

Perencanaan Slip Way Melintang

Tipe slipway dan perlengkapannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tipe dan ukuran utama kapal, sifat konstruksi dari kapal yang akan dibangun atau direparasi yang

menyesuaikan kondisi setempat. Kondisi setempat meliputi panjang daerah yang dapat

digunakan untuk peluncuran, tipe dari peluncuran, pasang surut air laut dan kondisi suhu udara setempat dan lain-lain.

Landasan pembangunan slipway penggunaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi- kondisi setempat yaitu situasi dan luas areal dimana landasan slipway itu dibangun.

Landasan tarik slipway melintang didalam pelaksanaan peluncuran kapal diluncurkan melintang dengan posisi kapal dalam keadaan datar ,keuntungannya adalah selain untuk membangun kapal baru dapat juga dipakai untuk perbaikan kapal atau reparasi dan pelaksanaan pekerjaan

pembangunan dan perbaikan dapat lebih cepat karena kapal dalam keadaan mendatar.

Didalam pembuatan landasan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

• Landasan slipway harus mampu menahan berat lori dan kapalnya

• Landasan slipway harus cukup luas

• Landasan slipway harus dilengkapi dengan pemberian tenaga listrik untuk suplai arus listrik, dan dilengkapi saluran air untuk mengatasi bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan lain-lain.

Untuk dapat merencanakan slipway, harus diketahui beberapa data yang menjadi dasar dalam perhitungan slipway yaitu sebagai berikut :

• Luas areal yang direncanakan harus diperhatikan untuk pengembangan galangan di masa depan.

• Kondisi pasang surut yang terdapat pada perairan rencana galangan,perbedaan pasang surut tiap bulaan = 210 cm, hal ini dimaksudkan agar pada kondisi kedalaman waktu surut masih dapat untuk menaik turunkan kapal.

• Berat kapal yang akan naik turun slipway dan ukuran utama kapal = 150 TON LWT

• Sarat kapal pada kondisi kosong Tk = 1,18 meter Tinggi lori transfer beserta ganjel = 0,80 meter Tinggi lori peluncur = 1,20 meter

Tinggi total kapal beserta lori lorinya = 3,18 meter

Dengan demikian kegiatan menaik turunkan kapal tidak tergantung dari pasang surut perairan sehingga dapat berlangsung sepanjang waktu.

(3)

PERENCANAAN AWAL SLIPWAY SEBAGAI PENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PERINTIS DI INDONESIA

ABSTRAK

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa angkutan laut untuk kegiatan barang dan penumpang khususnya untuk menghubungkan daerah terisolir, terpencil dan berkembang di Indonesia dilakukan dengan pelayaran perintis sebagai moda operasional angkutan laut. Operasional kapal perintis pada satu jaringan trayek dalam satu round voyage umumnya berkisar antara 14 hari dan akan ditingkatkan menjadi maksimal 7 hari. Meningkatnya jumlah trayek dan round voyage operasional kapal perintis akan berbanding lurus dengan kebutuhan kapal perintis tersebut.

Permasalahan dalam operasional tersebut adalah dengan meningkatnya kebutuhan jumlah kapal sehingga membutuhkan fasilitas galangan untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis dalam operasionalnya.

Wilayah Timur Indonesia diusulkan berlokasi di Sorong, Propinsi Papua Barat dan Bitung, Propinsi Sulawesi Utara dengan tipe dok berupa slipway. Pada kajian ini dihasilkan dimensi dari slipway yang digunakan namun diperlukan studi lebih lanjut mengenai kondisi geografis dan klimatologi pada lokasi terpilih.

Pendahuluan

Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pelayaran guna meningkatan kemudahan aksesabilitas, kegiatan perekonomian dan menunjang sistem distribusi logistik nasional khususnya di Kawasan Timur Indonesia .

Peningkatan jumlah trayek dan layanan waktu voyage kapal perintis menjadi rata-rata 7 hari memberikan dampak peningkatan jumlah armada kapal perintis.

Pelayaran Perintis Tahun 2009, sampai dengan tahun 2019 diperlukan kapal perintis sebanyak 165 unit kapal. Operasional kapal perintis yang beroperasi sebanyak 70% di Wilayah Indonesia Timur sedangkan sisanya sebesar 30% beroperasi di Wilayah Indonesia Barat.

Peningkatan jumlah armada kapal perintis memerlukan peningkatan pelayanan perbaikan dan perawatan kapal perintis untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis. Pada saat ini jumlah galangan yang beroperasi di Indonesia adalah 70% beroperasi di Wilayah Barat Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 30% beroperasi di Wilayah Indonesia Timur. Permasalahan yang terjadi adalah apabila kapal perintis yang memerlukan perawatan dan perbaikan harus melakukan mobilisasi dan demobilisasi di Wilayah Barat Indonesia yang menyebabkan biaya, waktu dan kekosongan kapal pada trayek tersebut.

Pemilihan lokasi galangan yang terpilih untuk Wilayah Timur Indonesia adalah Wilayah Sorong dan Wilayah Bitung yang menjadi tempat yang paling baik untuk pembangunan galangan bagi kapal perintis, sedangkan untuk wilayah Barat Indonesia Tanjung Pinang dan Tanjung Perak. Pemilihan untuk fasilitas galangan yang berfungsi untuk menaikan atau menurunkan kapal dengan berat mencapai 500 ton dari galangan adalah tipe slipway . Pada studi ini dilakukan kajian mengenai dimensi dari slipway yang akan digunakan termasuk fasilitas galangan yang diperlukan dalam mendukung operasional kapal perintis khususnya untuk Wilayah Timur Indonesia. Studi mengenai bathimetri, hidrografi dan klimatologi pada wilayah terpilih diperlukan untuk mendapatkan perhitungan yang lebih baik.

Kapal Perintis

Kapal perintis yang beroperasi di Indonesia, baik di wilayah barat maupun timur Indonesia

mempunyai komposisi berkisar antara 30% di wilayah barat sedangkan di wilayah timur sebesar 70%.

Kapal perintis yang dioperasikan adalah kapal tipe penumpang dan barang.

Sesuai hasil Studi Master Plan pelayaran Perintis tahun 2009 kebutuhan armada perintis sampai dengan tahun 2020, dibutuhkan sebanyak 96 trayek dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan ditargetkan sampai tahun 2019 layanan rata-rata per-voyage 7 hari, sehingga dibutuhkan kapal per trayek sebanyak 150 unit kapal dan kapal cadangan sebanyak 15 unit kapal, sehingga total kebutuhan kapal adalah sebanyak 165unit kapal baik yang dilakukan dengan pengadaan atau dikelompokan kedalam kapal negara maupun sewa kapal milik swasta.

(4)

Penggunaan kapal perintis dalam opersionalnya mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda, dimana ukuran yang terbesar adalah dengan ukuran panjang keseluruhan = 68.50 meter, Lebar kapal = 14.50 meter, Tinggi Kapal = 6.20 meter dan kapasitas sebesar 2002 GT.

Kebutuhan galangan dengan fasilitas slipway untuk menaikkan dan menurunkan kapal dari galangan harus dapat mengakomodir ukuran kapal perintis terbesar, Tabel 1 dan Gambar 1 memperlihatkan data mengenai ukuran kapal perintis yang beroperasi di Indonesia.

Lokasi dan Pemilihan Tipe Galangan

Pemilihan lokasi galangan kapal baik di wilayah barat dan timur Indonesia telah dilaukan pada studi sebelumnya , dimana dalam pemilihan lokasi galangan tersebut memperhatikan kriteria seperti:

berlokasi dekat pelabuhan, SDM, suplai material, kebijakan pemerintah pusat terhadap industry perkapalan, rencana infrastruktur, lokasi industri galangan kapal, rute kapal perintis, jumlah kapal perintis yang di layani galangan.

Sarana dan prasana suatu galangan kapal sangatlah penting untuk menunjang kinerja pada suatu galang, pemilihan peralatan, fasilitas dan bahkan dari peralatan docking di galangan juga sangat berpengaruh besar, pada peralatan docking yang mempunya kapasitas besar seperti dok gali dan dok apung serta jenis lain yang di nilai kapasitasnya sedang/tidak terlalu besar seperti dok tarik dan air bag, dari tipe-tipe peralatan docking itu sendiri pun mempunyai kekuatan dan kelemahan masing- masing. Dari semua kebutuhan yang di perlukan di atas tipe fasilitas galangan berupa tipe Slipway yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tersebut .

Perencanaan Awal Slipway

Galangan kapal adalah suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan yang berlokasi di pantai atau tepi sungai yang berfungsi untuk melakukan pembangunan maupun perbaikan dan perawatan kapal. Pembangunan kebutuhan galangan untuk kapal perintis dengan memperhitungkan ketersediaan galangan di wilayah operasi kapal perintis, jumlah dan jenis kapal yang beroperasi, wilayah operasi kapal perintis dan hal lainnya yang terkait dengan kebutuhan pembangunan galangan. Perencanaan galangan dan fasilitas slipway dan perlengkapan lainnya yang diperlukan didalamnya untuk

menunjang kegiatan operasional kapal perintis dapat dilihat. Galangan tersebut dapat menampung 2 unit kapal perintis sekaligus, dimana kapal tersebut dapat digeser dengan menggunakan kereta (cradle). Galangan tersebut juga dilengkapi dengan penutup atau atap yang berfungsi agar pekerjaan perbaikan dan perawatan kapal tetap dapat berjalan walaupun kondisi cuaca yang tidak

memungkinkan, seperti cuaca hujan atau panas yang tinggi.

Sistem bekerjanya slipway tipe membujur ini adalah kapal akan didudukan atau diletakkan pada landasan pada kereta (cradle) mulai dari perairan untuk selanjutnya ditarik oleh mesin penarik (winch). Tingkat kemiringan berkisar antara 4% sampai dengan 17% dan minimum kedalaman perairan dimuka cradle adalah 4.0 meter.

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang menjadi kajian dalam perencanaan ini adalah bagaimana merencanakan dimensi portal yang aman secara struktur, serta menghitung kebutuhan material yang

Penelitian ini dapat dikembangkan, sehingga diperlukan adanya kajian lebih lanjut mengenai hal-hal yang mendukung suatu formulasi mikroba dalam bentuk kering,

Untuk menunjang proses belajar di sekolah diperlukan wadah, fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar termasuk akses. Akses atau

Upaya peningkatan efektifitas Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam mendukung kebutuhan berbasis mutu termasuk hal yang penting untuk diupayakan sehingga kepala

Untuk meminimalkan risiko yang akan muncul maka diperlukan adanya kajian mengenai identifikasi, analisis, mitigasi dan pengalokasian terhadap kemungkinan risiko yang

Penelitian ini dapat dikembangkan, sehingga diperlukan adanya kajian lebih lanjut mengenai hal-hal yang mendukung suatu formulasi mikroba dalam bentuk kering,