183
Kejadian Preeklamsia pada Ibu Bersalin di RSUD Chik di Tiro Sigli
Riska Nurrahmah1, Arifah Devi Fitriani2, Iman Muhammad3
1STIKes Medika Nurul Islam Sigli
2,3Magister Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Jln. Kapt. Sumarsono No.
107, Medan 20124
Email/ No. Hp : [email protected]/082167702057
ABSTRACT
The main complications accounted for 80% of maternal deaths are severe bleeding (mostly postpartum haemorrhage), infections (usually after delivery), high blood pressure during pregnancy (pre-eclampsia and eclampsia) and unsafe abortions. One of the areas in Indonesia that contributes to maternal mortality is the province of Aceh. The purpose of this study was to analyze Risk Factors Occurrence of preeclampsia in maternal mothers in RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli. The type of research in this research is by design case control matching to assess the difference to the event to be studied and to assess the strength of the relationship of a comparison to the dependent variable. The number of mother population as much as 79 respondents, with samples researched as much as 79 respondents. Data were collected using a research questionnaire. Data were analyzed by univariate, bivariate with chi square and multivariate test with multiple logistic regression test. The results showed that multiple logistic regression analysis resulted in several variables that had the most dominant influence on the incidence of preeclampsia in RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Pidie district is a variable of knowledge. If the value of OR results of multiple logistic regression test results known knowledge variable has the highest OR value of 0.407 (95% CI = 0.143-1.158). The conclusion of this study that the knowledge variable is the most dominant variable affect the incidence of preeclampsia.
Keywords : reproduction, healthy, preeclampsia
ABSTRAK
Komplikasi utama penyumbang 80% kematian ibu adalah perdarahan parah (sebagian besar perdarahan postpartum), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia) dan aborsi tidak aman. Salah satu daerah di Indonesia yang memberikan sumbangan angka kematian ibu adalah Provinsi Aceh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor Risiko Kejadian preeklamsia pada ibu bersalin di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli. Jenis penelitian yang digunakan adalah design case control dengan pendekatan retrusspektif. Jumlah populasi ibu sebanyak 79 responden, dan sampel yang diteliti sebanyak 79 responden. Data diambil dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis uji regresi logistic berganda menghasilkan beberapa variable yang mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kejadian preeklampsia yaitu variable pengetahuan. Jika dilihat nilai OR hasil uji regresi logistic berganda diketahui variable pengetahuan memiliki nilai OR tertinggi yaitu sebesar 0.407 (95% CI = 0.143-
184
1.158). Kesimpulan penelitian ini bahwa variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian preeklampsia.
.
Kata kunci : reproduksi, kesehatan, preeklamsia
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu yang dibentuk PBB (UN) pada tahun 2000. Ini termasuk Strategi Sekretaris Jenderal PBB Global untuk Kesehatan Perempuan dan Anak. Sekarang, membangun momentum yang dihasilkan oleh MDG 5, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) membentuk agenda baru transformative untuk kesehatan ibu untuk mengakhiri kematian ibu dapat dicegah; dari SDG 3 adalah untuk mengurangi MMR global untuk kurang dari 70 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Menurut WHO pada tahun 2015 angka kematian ibu di dunia adalah sebanyak 303.000 ibu yaitu 216/100.000. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan. Komplikasi utama penyumbang 80%
kematian ibu adalah perdarahan parah (sebagian besar perdarahan postpartum), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia) dan aborsi tidak aman. Sisanya disebabkan oleh penyakit malaria dan AIDS selama kehamilan (Anonimous, 2016a)
Berdasarkan penelitian WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group, and United Nations Population Division Maternal Mortality Estimation Inter-Agency Group jumlah AKI indonesia pada tahun 2005 terdapat 212/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 terdapat 165/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 terdapat 126/100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka tersebut sudah hampir mencapai target MDGs ke 5 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, akan tetapi masih jauh dari target SDG 3 adalah untuk mengurangi MMR global untuk kurang dari 70 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Anonimous, 2016b).
Salah satu daerah di Indonesia yang memberikan sumbangan angka kematian ibu adalah Provinsi Aceh, adapun angka kematian ibu yang di laporkan pada tahun 2015 sebesar 116 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan bulan Januari- Oktober 2016 AKI bertambah 122 per 100.000 kelahiran hidup (Anonimous, 2016c).
Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan Kabupaten Pidie jumlah kematian ibu maternal yang di laporkan pada tahun 2015 di Kabupaten Pidie sebesar 155 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2016 (Januari- Oktober) sebesar 76 per 100.000 kelahiran hidup (Anonimous, 2016d).
Salah satu pusat pelayanan kesehatan di Kota Sigli Kabupaten Pidie Provinsi Aceh adalah Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik di Tiro. Berdasarkan jenis pelayanan Rumah Sakit ini adalah rumah sakit umum yan dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Pidie, RSUD Tgk. Chik di Tiro ini merupakan rumah sakit kelas B dengan kapasitas 303 tempat tidur. Salah satu pelayanan di RSUD Tgk. Chik di Tiro ini adalah tersedianya PONEK (KIA-KB) (Anonimous, 2015).
185 Persoalan yang di temukan di RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli terdapat jumlah kematian maternal pada tahun 2014 sebanyak 3 orang, satu orang diantaranya penderita preeklamsia. Pada tahun 2015 terdapat 1 orang dan pada tahun 2016 terdapat 2 orang, satu orang diantaranya penderita preeklamsia. Adapun data ibu hamil dan ibu bersalin yang di rawat pada tahun 2016 terdapat 2.746 orang, dari jumlah ibu hamil tersebut terdapat 89 ibu yang menderita preeklampsia (3,2%), 96 ibu dengan abortus (3,4%), 44 ibu dengan retensio plasenta (1,6%), 12 ibu dengan plasenta previa (0,4%), 22 ibu dengan atonia uteri (0,8%), 4 ibu dengan molahidatidosa (0,001%), 10 ibu dengan missed abortions (0,3%), 11 ibu dengan infeksi (0,4%), 74 ibu dengan KPD (3%), 32 ibu dengan hyperemisis gravidarum (1,1%), 1230 ibu dengan pascasalin (45%), 879 ibu dengan post SC (32%) dan 243 ibu dengan postcuretase (9%) (Anonimous, 2015).
Hasil penelitian ini memberikan implikasi untuk kemampuan ibu dalam mengetahui lebih dini gejala awal Preeklampsia diharapkan dapat mencegah untuk terkena Preeklampsia pada kehamilannya. Hal ini juga menjadi acuan bagi perawat maternitas yang ada di masyarakat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan maternitas dengan pencegahan Preeklampsia, terutama dalam hal meningkatkan pengetahuan ibu melalui pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara teratur terkait bahaya Preeklampsia.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor resiko yang mempengaruhi kejadian preeklamsia pada ibu bersalin di RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Tahun 2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah dengan design case control dengan pendekatan Retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di RS Tgk. Chik Di Tiro Jalan Prof.
A. Majid Ibrahim, Gampong Tijue, Kota Sigli, Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie provinsi Aceh. Penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Maret 2017.
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang didiagnosis dengan preeklamsia yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Pidie yang pernah dirawat di Rumah Sakit Tgk Chik di Tiro Sigli pada tahun 2016 yaitu sebanyak 79 orang.
Penarikan sampel dilakukan secara total sampling. Pengambilan secara total di dasarkan populasi yaitu seluruh ibu bersalin dengan preeklamsia sebanyak 79 orang sebagai kasus.
Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas (independen variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi, dan variabel terikat (dependen variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi. Pada penelitian ini, variabel bebas (independen variabel) yaitu faktor risiko (umur, paritas, jarak kehamilan, IMT, kehamilan ganda, keturunan, riwayat akseptor KB, ANC, riwayat preeklamsia, riwayat hipertensi, riwayat DM dan pengetahuan) dan variabel terikat (dependen variabel) yaitu kejadian preeklamsia.
Data diambil dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
186
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil penelitian kejadian preeklamsia berdasarkan umur, paritas, jarak kehamilan, IMT, kehamilan ganda, keturunan, riwayat akseptor KB, ANC, riwayat preeklamsia, riwayat hipertensi, riwayat DM dan pengetahuan) dapat diringkas dalam Tabel 1.
TABEL 1. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Berganda di RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2017
Variabel B SE Exp (B) Sig
Umur(1) -.809 .572 .445 .157
Kehamilan ganda -.930 .850 .395 .274
IMT -2.587 .585 .075 .000
ANC -1.002 .610 .367 .100
Keturunan -2.171 1.332 .114 .103 Riwayat hipertensi -1.005 .582 .366 .084 Riwayat pre
eklampsia -4.694 1.166 .009 .000 Riwayat DM -1.209 .696 .299 .083 Pengetahuan -.896 .572 .408 .117 Constant 11.197 2.222 72910.311 .000
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil analisis uji regresi logistic berganda sebagai berikut :
a. Dari hasil tabel variabel umur diperoleh nilai sig 0,157 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel umur dengan kejadian preeklampsia.
b. Dari hasil tabel variabel Kehamilan ganda diperoleh nilai sig 0,274 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel kehamilan gandar dengan kejadian preeklampsia.
c. Dari hasil tabel variabel IMT diperoleh nilai sig 0,000 < dari p (0,05), berarti terdapat pengaruh significant variabel IMT dengan kejadian preeclampsia.
d. Dari hasil tabel variabel ANC diperoleh nilai sig 0,100 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel ANC dengan kejadian preeclampsia.
e. Dari hasil tabel variabel keturunan diperoleh nilai sig 0,103 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel keturunan dengan kejadian preeclampsia.
f. Dari hasil tabel variabel riwayat hipertensi diperoleh nilai sig 0,084 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel riwayat hipertensi dengan kejadian preeclampsia.
g. Dari hasil tabel variabel riwayat preeklampsia diperoleh nilai sig 0,000 < dari p (0,05), berarti terdapat pengaruh significant variabel umur dengan kejadian preeclampsia.
h. Dari hasil tabel variabel Riwayat DM diperoleh nilai sig 0,083 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel riwayat DM dengan kejadian preeclampsia i. Dari hasil tabel variabel pengetahuan diperoleh nilai sig 0,117 > dari p (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh significant variabel pengetahuan dengan kejadian preeclampsia
j. Hasil analisis regresi ini menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap kejadian preeclampsia yaitu IMT dan riwayat preeklamsia.
187 Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
Probabilitas = Exp (11,197-2,587X3-4,694X7)+ 1+(11,197-2,587X3-4,694X7)= 4,9 Keterangan :
Y = kejadian preeclampsia X3 = IMT
X7 = Riwayat Preeklampsia
Pembahasan
Hasil Analisis Penelitian
Pengaruh Umur Terhadap Kejadian Preeklampsia
Ibu yang memiliki umur berisiko lebih banyak mengalami preeklamsia yaitu 52 orang (65,8%) dari pada yang tidak mengalami preeklamsia yaitu 35 (44%). Ibu yang memiliki umur tidak berisiko lebih banyak tidak mengalami preeklamsia yaitu 44 orang (56%) dari pada yang mengalami preeklamsia yaitu 27 orang (34,2%). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat nilai p= 0,010< 0,05, artinya ada pengaruh umur dengan kejadian preeklamsia.Nilai Odd Ratio (OR) didapat 2.421 (95% CI 1.273-4.605), artinya ibu memiliki umur berisiko 2,4 kali kemungkinan mengalami preeklamsia dibandingkan umur yang tidak berisiko.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ria Maryanti, tentang Hubungan Usia Dan Pendidikan Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Bersalin Di PT Graha Pusri Medika Rumah Sakit Pusri Palembang.Hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia dan pendidikan dengan Preeklampsia Berat (Ria Maryanti, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur berisiko (< 20 th &> 35 th) lebih besar mengalami Preeklampsia dikarenakan pada ibu hamil yang berumur < 20 tahun yaitu disebabkan karena belum matangnya alat resporoduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Sedangkan pada ibu hamil yang berumur > 35 tahun disebabkan karena menurunnya fungsi organ tubuh, salah satunya ginjal yaitu terjadinya filtrasi glomerulus berkurang sehingga menyebabkan protein dalam urine. Pada usia antara 20–35 alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karena kehamilan pada usia ini memiliki risiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun ke atas, selain fisik melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan kesehatan seperti darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lainnya.
Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian Preeklampsia
Paritas merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia. Namun pada penelitian ini paritas tidak memiliki pengaruh yang signifikan
188
terhadap kejadian Preeklampsia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi p= 0,750 >
0,05artinya tidak ada pengaruh paritas dengan kejadian preeklamsia.Nilai Odd Ratio (OR) didapat 1.165 (95% CI 0.623-2.176), artinya ibu memiliki paritas berisiko 1,1 kali kemungkinan mengalami preeklamsia dibandingkan paritas yang tidak berisiko. Akan tetapi, ibu yang memiliki paritas berisiko lebih banyak mengalami preeklamsia yaitu 43 orang (54,4%) dari pada yang tidak mengalami preeklamsia yaitu 40 (50,6%). Ibu yang memiliki paritas tidak berisiko lebih banyak tidak mengalami preeklamsia yaitu 39 orang (49,4%) dari pada yang mengalami preeklamsia yaitu 36 orang (45,6%).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu multigravida lebih berisiko terkena preeclampsia daripada ibu primigravida. Oleh karena itu, seorang ibu primigravida maupun multigravida sebaiknya menggunakan dan mengikuti konseling KB ke pelayanan kesehatan dengan petugas kesehatan yang profesional, sehingga dapat mengetahui dan menggunakan alat kontrasepsi yang aman, dengan itu dapat mengontrol jumlah kelahiran, sehingga dapat mencegah dan terhindar dari risiko terjadinya preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa paritas tidak memiliki pengaruh namun merupakan salah satu factor sangat menentukan untuk terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil.Preeklamsia/eklamsia lebih sering terjadi pada usia muda dan primipara diduga karena adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik dan pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya. Preeklamsia juga terjadi pada usia ≥ 35 tahun, diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan. Oleh karena itu insiden hipertensi meningkat di atas usia 35 tahun. Pendidikan kesehatan atau informasi tentang kehamilan dan tanda bahaya sangat diutamakan dalam memberikan pelayanan antenatal terutama pada ibu primigravida, pada ibu primigravida muda pengawasan kehamilan sangat diperlukan Karena selain secara fisik dan psikis belum siap untuk hamil ibu primigravida muda mempunyai beberapa masalah yang umum pada remaja. Primigravida tua juga harus diperhatikan karena kondisi kesehatannya sudah mulai menurun sehingga akan terjadi gangguan pembuluh darah. Pembatasan paritas juga sangat diperlukan untuk mengurangi kejadian pre eklampsi. Ibu dengan paritas tinggi biasanya kondisi kesehatannya menurun apalagi disertai dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat dan usia ibu >35 tahun dan kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi pembuluh darah yang akan mempengaruhi aliran darah ke uterus pada masa kehamilan.
Pengaruh Jarak Kehamilan Terhadap Kejadian Preeklampsia
Jarak kehamilan merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Preeklampsia. Namun pada penelitian ini jarak kehamilan tidak mempunyai pengaruh dengan kejadian Preeklampsia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi nilai p= 0,870> 0,05, artinya tidak ada pengaruh jarak kehamilan dengan kejadian preeklamsia. Nilai Odd Ratio (OR) didapat 1.114 (95% CI 0.585-2.118), artinya ibu memiliki jarak kehamilan berisiko 1.1 kali kemungkinan mengalami preeklamsia dibandingkan jarak kehamilan yang tidak berisiko. Akan tetapi, ibu yang memiliki jarak kehamilan berisiko lebih banyak mengalami preeklamsia yaitu 31 orang (39,2%) dari pada yang tidak mengalami preeklamsia yaitu 29 (36,7%). Ibu yang memiliki jarak kehamilan
189 tidak berisiko lebih banyak tidak mengalami preeklamsia yaitu 50 orang (63,3%) dari pada yang mengalami preeklamsia yaitu 48 orang (60,8%).
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak kehamilan tidak memiliki hubungan namun merupakan salah satu faktor risiko preeklampsia dan merupakan salah satu faktor risiko untuk kehamilan berisiko tinggi. Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 tahun dan jarak kehamilan yang aman ialah diatas 2 tahun (Manuaba, 2010). Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, maka rahim atau organ-organ reproduksi ibu belum kembali kekondisi semula dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, maka risiko terjadinya preeklampsia dan eklampsia juga sangat besar. Hal tersebut dikarenakan terjadinya proses degeneratif atau melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan lagi.
Pengaruh Kehamilan Ganda Terhadap Kejadian Preeklampsia
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti sebelumnya Sutrimah, Mifbakhuddin, Dwi Wahyuni, dengan Judul penelitiannya adalah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.Variabel penelitiannya adalah Umur, paritas, riwayat preeklamsi dan kehamilan kembar. Hasil penelitiannya tidak ada hubungan yang signifikan faktor resiko umur dengan kejadian preeklampsia (p=0,768 ) (OR=1,190), tidak ada hubungan yang signifikan faktor resiko paritas dengan kejadian preeklampsia (p=0,313) (OR= 0,600), ada hubungan yang signifikan antara faktor riwayat preeklampsia sebelumnya dengan kejadian preeklampsia (p=0,01), tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor resiko kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia (p=1,00) (Sutrimah, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehamilan ganda merupakan salah satu faktor resiko terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil, dimana wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormone yang berlebihan.
Pengaruh IMT Terhadap Kejadian Preeklampsia
Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Obesitas disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetik, gangguan metabolik, dan konsumsi makanan yang berlebihan, makin gemuk seseorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeclampsia. Diharapkan supaya ibu hamil memakan makanan yang sehat serta menjaga pola makan yang teratur, serta melakukan diet seimbang, sehingga tidak terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan saat kehamilan.
Petugas kesehatan sebaiknya memberikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, guna menghindari kenaikan berat badan yang berlebihan.
190
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa overweight bukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMT yang berlebihan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil, pada umumnya orang dengan obesitas memiliki pola makan dengan rendah serat serta tinggi kalori dan lemak. Rendahnya serat mengakibatkan sedikitnya konsumsi buah dan sayur dan penurunan antioksidan yang merupakan salah satu penyebab meningkatnya resiko preeclampsia.
Pengaruh ANC Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kunjungan ANC merupakan salah satu faktor resiko terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil. Semakin sering responden melakukan kunjungan dan pemeriksaan ANC, maka responden dapat mengenali sejak dini tanda-tanda preeclampsia dan cara mencegahnya, sehingga dengan kunjungan ANC angka kejadian preeclampsia semakin berkurang. Kunjungan ANC pada ibu hamil masih kurang, ini dapat dibuktikan bahwa mereka tidak tahu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.
Sementara tanda-tanda bahaya kehamilan perlu diketahui untuk mendeteksi dini penyulit- penyulit yang akan terjadi dan salah satu komplikasi penyulit kehamilan adalah preeclampsia. Hal ini dapat diakibatkan kurangnya informasi tentang bahaya kejadian preeclampsia pada ibu hamil.
Pengaruh Riwayat KB Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie, akseptor KB tidak memiliki pengaruh namun merupakan salah satu factor sangat menentukan untuk terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil. Pemakaian kontrasepsi pada sebelum kehamilan berpengaruh signifikan terhadap kejadian preeklampsia terutama rata-rata ibu hamil di RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal. Dan budaya masyarakat disana bahwa masih banyak yang beranggapan dilarang membatasi anak. Sehingga pada penelitian ini riwayat KB tidak memiliki pengeruh pada preeclampsia yang signifikan.
.
Pengaruh Riwayat Keturunan Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian ini keturunan merupakan salah satu faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung insiden preeclampsia. Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklampsia. Hasil yang ditemukan di RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie bahwa ibu hamil yang mempunyai riwayat keturunan mempunyai kecenderungan untuk mengalami preeclampsia. Dan pada teori dan data yang diperoleh pada penelitian ini terdapat ibu hamil yang memiliki keturunan preeklampsia dan kemungkinan besar akan terjadi preeklampsia.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Apri Rahmadani tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2012. Dari hasil uji analisis Chi-Square menunjukkan hubungan antara primigravida dan riwayat hipertensi dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia (p=0,000). Riwayat
191 hipertensi merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi preeklampsia- eklampsia (OR=17,697). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan antara riwayat keluarga (keturunan) (p=1) dan kehamilan ganda (gemelli) (p=0,612) dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia. Kesimpulan yang didapat adalah adanya hubungan antara primigravida dan riwayat hipertensi dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2012.
Pengaruh Riwayat Hipertensi Terhadap Kejadian Preeklampsia
Menurut Fajriansi (2013) pada kehamilan normal pembuluh darah tidak peka (refrakter) terhadap bahan-bahan vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sistesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Gangguan vaskularisasi akibat kepekaan resistensi vaskuler menyebabkan lumen arteri bertambah kecil, selanjutnya akan terjadi insufisiensi uteroplasenter yang mengakibatkan hipoksia dan iskemi plasenta. Jadi semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula untuk terjadi komplikasi selama persalinan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie riwayat hipertensi mayoritas ibu yang mengalami preeclampsia adalah ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Salah satu faktor predisposisi terjadinya pre- eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Dan pada data yang diperoleh terdapat bukti bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi baik pada saat sebelum dan selama hamil dapat terjadi preeclampsia karena hipertensi merupakan salah satu gejala awal terjadinya preeclampsia.
Pengaruh Riwayat preeklampsia Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie, bahwa ibu hamil mayoritas memiliki riwayat preeclampsia pada kehamilan sebelumnya. Riwayat preeklamsia merupakan salah satu faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Pre eklampsi ialah penyakit dengan tanda - tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui.
Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya dapat dijadikan salah satu penyebab terjadinya preeklamsia pada kehamilan. Pada kondisi berat preeklamsi dapat menjadi eklampsi dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Pengaruh Riwayat DM Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat Diabetes militus merupakan salah satu faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Kondisi penderita penyakit Diabetes militus gestasional dapat memberikan penyulit pada ibu berupa preeklampsia, polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan seksio sesarea dan trauma persalinan akibat bayi besar. Hal ini bisa menjadi berpengaruh karena gaya hidup yang memiliki kebiasaan suka makan yang manis-manis dan jarang berolahraga.
192
Hal ini sejalan dengan penelitian Rozikhan denganJudul peneliannya Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal.Variabelnya adalah umur, paritas, jarak kehamilan, kehamilan ganda, riwayat preeklampsia, riwayat hipertensi, keturunan, diabetus militus, status gizi, antenatal care, riwayat akseptor kb, status pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi, pekerjaan, jarak tempat yankes dan keberdayaan wanita. Hasil penelitiannya adalah Variabel yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia berat adalah riwayat preeklampsia mempunyai risiko 15,506 kali , keturunan mempunyai risiko 7,110 kali, dan paritas mempunyai risiko 4,751 kali untuk terjadi preeklampsia berat (Rozikhan, 2007).
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kejadian Preeklampsia
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan bahwa ibu yang mengalami kejadian preeclampsia, mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang. Karena banyak ibu hamil yang belum mengetahui tentang pengertian, dampak, gejala, dan cara mengatasi preeclampsia. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan tentang bahaya preeclampsia. Pengetahuan yang kurang tentang preeklamsia merupakan salah satu faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Semakin banyak pengetahuan yang didapat seseorang, maka kedewasaannya semakin matang, mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami suatu informasi yang positif.
Kaitannya dengan masalah kesehatan, dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi cenderung lebih menperhatikan kesehatan dirinya.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini ialah rekam medis tidak seluruhnya mencantumkan adanya riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya dan anamnesis yang kurang lengkap mengenai riwayat keluarga. Selain itu penelitian ini tidak mengontrol faktor perancu yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan hal tersebut jika melakukan penelitian dalam konteks yang sama.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah di paparkan pada bab sebelumnya dapat di ambil beberapa kesimpulan untuk penelitian ini yaitu:
1. Variabel yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap kejadian Preeklampsia di RSUD Tgk. Chik di Tiro Sigli Kabupaten Pidie yaitu variable riwayat preeklamsia dan IMT.
2. Pada penelitian ini umur, kehamilan ganda, IMT, ANC, keturunan, riwayat hipertensi, riwayat pre eklampsia, DM, dan pengetahuan secara statistik memiliki pengaruh dengan kejadian Preeklampsia serta masih merupakan faktor risiko.
3. Pada penelitian ini paritas, jarak kehamilan, dan riwayat KB secara statistik tidak memiliki pengaruh dengan kejadian Preeklampsia namun masih merupakan faktor risiko secara tidak langsung mempengaruhi kejadian Preeklampsia
193 DAFTAR PUSTAKA
Anonimous (2016a). World Bank Group and the United Nations Population Division;
Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2015 Estimates. WHO, UNICEF, UNFPA [di unduh 30 Juli 2016). Tersedia di: http//:www.who.int
Anonimous (2016b). World Bank Group, and United Nations Population Division Maternal Mortality Estimation Inter-Agency Group. Maternal mortality Indonesia in 1990-2015. WHO, UNICEF, UNFPA. [di unduh 30 Juli 2016). Tersedia di:
http//:www.who.int
Anonimous (2016c). Buku profil kesehatan Aceh tahun 2015 dan arsip bulan januari- oktober 2016. DINKES Provinsi Aceh.
Anonimous (2016d). Buku profil kesehatan Kab. Pidie tahun 2015 dan arsip bulan januari- oktober 2016. DINKES Kabupaten Pidie.
Anonimous (2015). Buku Register 2015/2016, arsip 2015/2016 dan buku profil RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli 2015. RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli.
Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG, (2010). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
Ria Maryanti (2012). Hubungan Usia Dan Pendidikan Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Bersalin Di PT Graha Pusri Medika Rumah Sakit Pusri Palembang.
Rozikhan, (2007). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal.
Sutrimah, Mifbakhuddin, Dwi Wahyuni, (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.