• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah metode Ground Penetrating Radar (GPR)

N/A
N/A
Rizka Dewi Fatimah

Academic year: 2023

Membagikan "Apakah metode Ground Penetrating Radar (GPR)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB 1. PENDAHULUAN… ...1

1.1 Latar Belakang… ...1

1.2 Rumusan Masalah… ...2

1.3 Tujuan Riset… ...2

1.4 Urgensi Riset… ...2

1.5 Manfaat dan Kontribusi Riset terhadap Ilmu Pengetahuan… ...2

1.6 Luaran PKM Riset Eksakta… ...2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Groud Penetrating Radar (GPR) ...2

2.2 Rumah Adat Omo Hada ...3

2.3 Arsitektur Vernakular...4

BAB 3. METODE RISET… ...4

3.1 Waktu dan Tempat Riset ...4

3.2 Alat dan Bahan Riset… ...4

3.2.1 Alat Riset ...4

3.2.2 Bahan Penelitian atau Subjek Riset… ...5

3.3 Variabel Riset ...5

3.4 Tahapan dan Prosedur Riset ... 5

3.4.1 Skema Riset ... 5

3.4.2 Studi Literatur ...5

3.4.3 Akuisisi Data Groud Penetrating Radar (GPR) ...6

3.4.4 Processing Data Groud Penetrating Radar (GPR) ... 6

3.4.5 Interpretasi Groud Penetrating Radar (GPR) ...6

3.4.6 Observasi ...7

3.4.7 Wawancara ...7

3.5 Indikator Capaian ...7

3.6 Analisis Data...7

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ... 7

4.1 Anggaran Biaya ...7

4.2 Jadwal Kegiatan ...8

DAFTAR PUSTAKA ... 8

LAMPIRAN ... 11

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping ... 11

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ... 17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas ... 19

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ... 20

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan informasi dari BMKG di tahun 2018, pada akhir bulan Maret 2005 gempa hebat berkekuatan 8,6 skala Richter terjadi di Pulau Nias. Gempa tersebut telah mengakibatkan kurang lebih 10.000 jiwa meninggal dan ribuan unit bangunan serta fasilitas umum rusak bahkan runtuh. Jumlah total rumah dan fasilitas bisnis yang rusak berat, rusak ringan, dan rusak ialah sebanyak 9.177 unit. Infrastrukstur lain seperti puluhan gedung pemerintahan, tempat ibadah, sekolah, jembatan dan jalan juga rusak akibat gempa. Jika dilihat dari kejadian bencana gempa ini, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik, salah satunya adalah kearifan lokal (local wisdom) dari bangunan tradisional dalam ketahanan terhadap akibat gempa. Pada umumnya sebagian penduduk yang merupakan korban reruntuhan yaitu dari rumah tinggal mereka yang menggunakan konstruksi bangunan modern (menggunakan teknik konstruksi batu bata). Namun demikian, tidak semua rumah tradisional bertahan terhadap bencana gempa yang dahsyat ini. Beberapa rumah tradisional di desa-desa baik di Kabupaten Nias maupun di Nias Selatan seperti Sihareo Orahili, Bawomataluo, Hilisimaetano, Hilinawalo Mazingo, Onohondro, Botohili, juga mengalami kerusakan walaupun tingkat kerusakan yang terjadi tidak seberat pada bangunan modern di Gunung Sitoli dan Teluk Dalam (Fitri Isnen & Thalarosa Basaria, 2006).

Menurut Elfarabi pada tahun 2017, pengukuran Ground Penetration Radar (GPR) ialah metode yang sering digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan penelitian geologi bawah permukaan yaitu pemetaan bawah permukaan dangkal.

Metode ini bersifat non-destruktif dan memiliki resolusi tinggi terkait kontras dielektrik material bumi. Metode GPR juga dapat mendeteksi karakteristik bawah permukaan tanah tanpa perlu adanya pengeboran ataupun penggalian. Pada saat pengukuran dengan menggunakan metode GPR, hal yang harus diperhatikan adalah kondisi lapangan, karena kondisi lapangan akan mempengaruhi hasil yang dihasilkan oleh alat GPR. Jika pada kondisi lapangan terdapat noise hal ini tentu akan berpengaruh pada hasil data yang didapatkan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan pengolahan data untuk meminimalisir noise pada data GPR.

Penelitian ini mencoba menyoroti aspek arsitektur Omo Hada, termasuk unsur megalitik yang menyertainya juga sebagai subyek yang penting untuk didalami dan dikaji dengan sedikit pendekatan etnoarkeologi. Metode GPR diperlukan untuk membuktikan struktur bawah tanah Rumah Adat Omo Hada apakah benar rawan gempa dan kemudian dikaitkan dengan frekuensi ketahanan kontruksi bangunan Omo Hada. Hal ini akan memperkuat hipotesa jika dengan adanya data hasil metode GPR yang didapatkan membuktikan bahwa daerah dimana bangunan itu berdiri merupakan daerah rawan gempa sedangkan arsitektur tradisional Omo Hada tetap kuat menahan dari guncangan gempa sehingga tidak mudah roboh.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dari riset ini adalah :

1. Apakah metode Ground Penetrating Radar (GPR) dapat menguji karakteristik tanah sehingga diketahui bahwa tanah tersebut mengalami amplifikasi gelombang atau getaran gempa?

2. Bagaimana arsitektur vernakular Rumah Adat Omo Hada?

3. Bagaimana interelasi karakteristik tanah menggunakan metode Ground Penetrating Radar (GPR) dengan ketahanan arsitektur vernakular Rumah Adat Omo Hada terhadap gempa?

1.3 Tujuan Riset

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan dari riset ini adalah :

1. Menguji metode Ground Penetrating Radar (GPR) untuk menganalisis karakteristik tanah sehingga dapat diketahui bahwa tanah tersebut mengalami amplifikasi gelombang atau getaran gempa.

2. Menganalisis arsitektur vernakular Rumah Adat Omo Hada.

3. Mengkaji interelasi karakteristik tanah dengan metode Ground Penetrating Radar (GPR) dengan ketahanan arsitektur vernakular Rumah Adat Omo Hada terhadap gempa.

1.4 Urgensi Riset

Nias merupakan daerah di Pulau Sumatera yang rawan gempa. Oleh karena itu, adanya penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi penyebab gempa yang sering memakan banyak korban. Mengetahui struktur sebuah bangunan Rumah Adat Omo Hada yang tahan terhadap gempa juga dapat memengaruhi masyarakat untuk lebih baik menggunakan arsitektur vernakular daripada menggunakan bangunan modern yang mudah roboh dan mengakibatkan banyak korban akan terkena runtuhan bangunan ketika gempa terjadi.

1.5 Manfaat dan Kontribusi Riset terhadap Ilmu Pengetahuan

Pengambilan data menggunakan metode Ground Penetrating Radar bermanfaat untuk mendapatkan karakteristik bawah tanah bangunan Rumah Adat Omo Hada. Penelitian ini juga menganalisis arsitektur vernakular dari Rumah Adat Omo Hada untuk menemukan sebab mengapa bangunan tersebut lebih tahan terhadap guncangan gempa.

1.6 Luaran PKM Riset Eksakta

Luaran dari PKM riset yang akan dilakukan meliputi laporan kemajuan, laporan akhir, artikel ilmiah, dan akun media sosial.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ground Penetrating Radar (GPR)

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk survey soil, bangunan, dan atau struktur kondisi bawah

(4)

permukaan tanah untuk eksplorasi dangkal (nearsurface geophysics) yaitu dalam interval beberapa centimeter hingga kedalaman 60 meter (Quan & Haris, 1997).

Metode GPR dapat mendeteksi benda sasaran di bawah permukaan tanah termasuk benda non-metalik seperti pipa plastik, mayat, lubang atau ruang kosong yang memiliki sifat listrik berbeda dengan benda-benda disekitarnya (host material).

Cara untuk mendeteksi benda tersebut, GPR memancarkan sinyal gelombang elektromagnetik dengan frekuensi antara 40-1000 MHz dan dipancarkan ke dalam bumi yang selanjutnya direkam oleh antena saat gelombang telah mencapai ke permukaan (Anang Febrian, Madang Idris, dan Budiono Kris, 2016). Pada tahun 2016, Jatmiko menyatakan bahwa GPR terdiri atas dua komponen utama yaitu transmitter berupa peralatan pemancar gelombang radar dan transceiver yang berupa peralatan penerima pantulan atau refleksi gelombang radar.

Hubungan antara radiasi gelombang elektromagnetik dengan media dapat diperoleh dari persamaan Maxwell. Karakteristik radiasi gelombang elektromagnetik pada struktur bumi ditentukan oleh parameter fisika yaitu permeabilitas (µ), permitivitas listrik (ε), dan konduktivitas (σ) (M. Syaifudin, 2016). Tahun 2013, Ristika Wulandari mengatakan jika data yang akan dihasilkan dari akuisisi data metode GPR dilokasi lintasan berupa profil dua dimensi bawah permukaan yang ditampilkan sebagai hasil citra dalam bentuk amplitudo gelombang. Kemudian data tersebut harus diproses dengan melibatkan sekuen filtering hingga interpretasi data. Sehingga terdeteksi beberapa zona yang memiliki objek dengan tingkat permeabilitas, permitivitas, maupun konduktivitas berbeda.

2.2 Rumah Adat Omo Hada

Rumah Adat Omo Hada merupakan rumah tradisional Nias Selatan. Menurut Nasurddin dan Intan (2018), Omo hada memiliki bentuk rumah panggung dan atap menjulang tinggi berbentuk kerucut. Tiang, lantai, dan dinding rumah terbuat dari kayu, sedangkan atap terbuat dari daun rumbia. Denah bangunan omo hada berbentuk persegi panjang dimana diantara sebuah balok kayu dihubungkan dengan balok lain dengan sistem hook tidak digunakan paku. Tiang-tiang kolong terbuat dari tiang kayu skala besar, dipasang dalam jarak yang rapat dalam kombinasi dua posisi, yaitu vertikal dan diagonal. Tujuannya agar rumah menjadi lebih kokoh dan tahan terhadap gempa. Ketinggian tiang kolong pada Omo Hada adalah dua meter.

Tembok depan rumah menjorok keluar dengan lubang ventilasi udara yang lebar. Ventilasi ini sebagai jendela observasi situasi di rumah. Kisi-kisi jendela dipasang dengan bilah kayu horizontal dan atapnya berbentuk kerucut dengan kemiringan atap yang curam. Bagian bawah batas atap di atas dinding memberi pelindung dinding saat hujan. Sedangkan jendela dan ventilasi disamping rumah tidak ada karena jarak yang terlalu rapat antara satu rumah dengan yang lain (Fitri Isnen & Talarosha Basaria, 2006).

Beberapa rumah adat di Indonesia seperti Rumah Gadang dan Rumah Bali juga menerapkan arsitektur vernakular yang menunjukkan keselarasan adaptasi terhadap

(5)

lingkungannya. Atap yang lancip ialah adaptasi terhadap kondisi alam tropis.

Meskipun hanya terbuat dari daun rumbai yang berlapis-lapis namun atap tersebut tidak bocor saat terkena hujan karena atapnya yang lancip menyebabkan air tidak mengendap. Selain itu, bentuk rumah yang berkolong juga sebagai perlindungan dari binatang buas dan sebagai bentuk penyikapan pada kondisi alam tropis yang panas. Pembangunan rumah yang memanjang pun menghindari penghuninya dari panas matahari dan hembusan angin secara langsung (Gatot Suharjanto, 2011).

2.3 Arsitektur Vernakular

Berdasarkan pendapat Paul Oliver di tahun 1998, arsitektur vernakular merupakan arsitektur yang digunakan karena adanya kebutuhan lokal, termasuk kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi, dan cara hidup budaya yang berkembang. Sedangkan pendapat Wuisman di tahun 2019 mengenai arsitektur vernakular ialah membahas beberapa hal yang terkonsistensi pada aturan, bentuk, penggunaan bahan, dimensi, dan ornamen. Konsistensi tersebut pada awalnya membutuhkan persetujuan atau kesepakatan dari masyarakat pendukungnya. Sehingga arsitektur jenis ini mencerminkan tradisi, budaya, dan sejarah daerah setempat dan dapat berevolusi seiring waktu dan perubahan zaman serta menyesuaikan kondisi disekitarnya. Dalam arsitektur, istilah vernakular digunakan untuk menyebutkan bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan, dan iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural yaitu tata letak denah, struktur, bagian secara detail, ornamen, dan lain sebagainya (Octavia Linda & Prijotomo Josef, 2018).

Arsitektur vernakular juga mengatur tindak-tanduk para penghuninya seperti kesopanan, tata pergaulan, dan cara interaksi dengan sesama. Arsitektur vernakular asli mencerminkan bangunan yang sangat bersahaja, merakyat, sangat beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki bahan material setempat yang menonjol seperti batu bata merah, ijuk, kayu, batu alam, dan sebagainya (Gatot Suharjanto, 2011).

Seperti Rumah Adat Omo Hada yang bahan pondasinya adalah kayu sehingga mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama serta sudah dipercaya turun temurun. Hal tersebut karena bahan dasar kayu yang tahan terhadap goncangan karena tidak disusun menjulang seperti susunan batu bata. Selain itu, tembok bangunan yang menggunakan sistem anyaman menjadikan bangunan tersebut lebih kokoh karena anyaman dapat lebih mengikat satu sama lain.

BAB 3. METODE RISET 3.1 Waktu dan Tempat

Riset dilakukan selama 5 bulan, dimulai sejak tanggal dikeluarkannya surat resmi pengumuman pendanaan. Tempat pelaksanaan riset ini terletak di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Nias Selatan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Riset

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ground Penetrating

(6)

Radar (GPR) yang tediri atas tiga bagian utama yaitu transmitter, receiver, dan unit control.

3.2.2 Bahan Penelitian atau Subjek Riset

Bahan penelitian ini adalah Omo Hada yang terletak di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Nias Selatan sebagai objek penelitian berupa rumah tradisional asli Sumatra Utara.

3.3 Variabel Riset

Tabel 1. Tabel Variabel Riset

Jenis Variabel Metode GPR Rumah Adat Omo Hada Variabel Terikat Karakteristik tanah Arsitektur vernakular

Variabel Bebas Permeabilitas listrik dari receiver

Ketahanan kontruksi

Variabel Kendali Frekuensi gelombang radar yang dikeluarkan oleh alat

Kekuatan terhadap gempa Pada tabel 1 di atas, terdapat penjelasan terkait variabel terikat, variabel bebas, dan variabel kendali yang ada pada metode GPR serta Rumah Adat Omo Hada.

3.4 Tahapan dan Prosedur Riset 3.4.1 Skema Riset

Skema untuk tahapan-tahapan dan prosedur riset yang akan dilakukan terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Skema Riset 3.4.2 Studi Literatur

Pengambilan referensi dilakukan secara luring dan daring. Pelaksanaan secara luring bertempat di Perpustakaan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada dengan judul Ground Penetrating Radar : Theory and application. Studi literatur yang digunakan pada saat daring yaitu dengan mencari jurnal-jurnal

(7)

serta artikel ilmiah secara resmi. Hal ini dilakukan untuk referensi kepada peneliti mengenai penelitian yang akan dilakukan.

3.4.3 Akuisisi Data Ground Penetrating Radar (GPR)

Prinsip kerja alat georadar yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio Detection and Ranging) ke dalam medium target, pada gambar 2 ditunjukkan pada ilustrasi “Tx”. Selanjutnya gelombang tersebut dipantulkan kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver), dari hasil refleksi itulah barbagai macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram, seperti ilustrasi “Rx” pada gambar 2.

Gambar 2. Prinsip Kerja Alat Georadar (Sumber dari : Suprapto, 2021) 3.4.4 Processing Data Ground Penetrating Radar (GPR)

Data yang telah ditangkap berdasarkan hasil refleksi yang terekam pada radargram dapat diolah mengunakan software MatGPR dan Reflex. Fungsi Reflex untuk merubah format data yang dihasilkan agar menjadi format data MatGPR. Data mentah yang diperoleh akan diolah menggunakan software Reflex sesuai fungsi nya, langkah selanjutnya MatGPR digunakan untuk mengolah data Reflex agar didapatkan tampilan penampang bawah permukaan.

3.4.5 Interpretasi Ground Penetrating Radar (GPR)

Sinyal yang diperoleh memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu tingkat warna yang berbeda. Sinyal yang kuat memiliki warna yang tajam dengan amplitudo yang besar, sedangkan sinyal yang ditangkap lemah memiliki warna yang kurang tajam. Sinyal yang terekam lemah menandakan adanya lempung atau litologi lain yang mempunyai elektrokonduktivitas relatif tinggi, sedangkan sinyal dengan amplitudo tinggi biasanya berupa litologi pasir atau litologi yang memiliki elektrokonduktivitas kecil. Hasil data yang terekam pada radargram menggambarkan kondisi geologis daerah yang diteliti.

Hasil data menunjukan kondisi geologis wilayah tersebut, maka data yang dihasilkan dapat menunjukan kedalaman lapisan batuan dan lapisan tanah. Kemampuan lapisan tanah tersebut dapat meredam gelombang atau getaran gempa, sehingga dalam penelitian ini dapat menghasilkan analisa amplifikasi getaran gempa.

(8)

3.4.6 Observasi

Tahapan observasi dilakukan dengan mengkaji arsitektur Rumah Adat Omo Hada. Arsitektur yang dikaji adalah struktur bangunan venakular sebagai rumah adat tahan gempa. Tahapan observasi ini sangat penting dalam penelitian, hasil dari tahapan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai struktur venakular yang kuat. Sehingga didapatkan hubungan antara kemampuan dari karakteristik lapisan tanah didukung dengan adanya arsitektur venakular Rumah Adat Omo Hada.

3.4.7 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai pendukung data penelitian. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada masyarakat yang bertempat tinggal pada Rumah Adat Omo Hada. Wawancara tersebut mengenai ketahanan Rumah Adat Omo Hada dalam wilayah yang sering terjadi gempa, karena wilayah penelitian terletak di sekitar zona subduksi antara lempeng.

3.5 Indikator Capaian

Metode GPR dapat menghasilkan data berupa grafik. Hasil dari pemrosesan tersebut berupa data bawah tanah yaitu lapisan batuan dan lapisan tanah, sebagai indikator utama untuk mengidentifikasi bawah permukaan tanah Rumah Adat Omo Hada sehingga didapatkan hubungan bahwa struktur vernakular pada Omo Hada dan data GPR berupa hasil karakteristik tanahnya.

3.6 Analisis Data

Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif karakteristik tanah yang dianalisis melalui metode GPR dan data kualitatif dari arsitektur vernakular Rumah Adat Omo Hada. Metode GPR menghasilkan informasi mengenai ketahanan lapisan tanah dan lapisan batuan, semakin keras dan padat lapisan tanah tersebut maka semakin kuat tanah menahan getaran gempa. Selain itu, arsitektur venakular pada Rumah Adat Omo Hada meminimalisir kerusakan bangunan akibat gempa bumi.

Hasil data metode GPR berkaitan dengan arsitektur venakular Rumah Adat Omo Hada sehingga didapatkan bangunan yang kuat tahan gempa.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya

Tabel 2. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)

1 Bahan habis pakai Belmawa 4.930.000

Perguruan Tinggi 900.000

Instansi Lain (jika ada) -

2 Sewa dan jasa Belmawa 1.500.000

Perguruan Tinggi 300.000

Instansi Lain (jika ada) -

(9)

3 Transportasi lokal Belmawa 3.000.000

Perguruan Tinggi 600.000

Instansi Lain (jika ada) -

4 Lain-lain Belmawa 570.000

Perguruan Tinggi 200.000

Instansi Lain (jika ada) -

Jumlah 12.000.000

Rekap Sumber Dana Belmawa 10.000.000

Perguruan Tinggi 2.000.000

Instansi Lain (jika ada) -

Jumlah 12.000.000

4.2 Jadwal Kegiatan Tabel 3. Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan Person

Penanggung- jawab

1 2 3 4 5

1 Studi literatur Diana Aprilia, Lalita

Sutra Deta 2 Persiapan alat

dan bahan

Lalita Sutra Deta, Rizka Dewi Fatimah

3 Akuisisi Data GPR Rizka Dewi Fatimah,

Diana Aprilia

4 Wawancara Lalita Sutra Deta,

Diana Aprilia

5 Processing Data GPR Diana Aprilia, Rizka

Dewi Fatimah 6 Observasi Rumah Adat

Omo Hada

Diana Aprilia, Lalita Sutra Deta

7 Interpretasi GPR Rizka Dewi Fatimah,

Diana Aprilia

8 Analisis Data Lalita Sutra Deta,

Rizka Dewi Fatimah 9 Penyusunan

Laporan Akhir

Rizka Dewi Fatimah, Lalita Sutra Deta 10 Akun media sosial

dan unggah jurnal

Diana Aprilia, Lalita Sutra Deta

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Bhakti & Prof.Dr.Julaihi Bin Wahid.(2012). Tipologi Arsitektur Rumah Adat Nias Selatan & Rumah Adat Nias Utara. Graha Ilmu.

Annan, A.P. (2003). Ground Penentrating Radar Principles, Procedures &

Aplications. Canada: Sensors & Software Inc.

(10)

Budiono, K., Handoko, & Hermawan, U. (2010). “Penafsiran Struktur Geologi Bawah Permukaan di Kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo, Berdasarkan Penampang Ground Penetrating Radar (GPR)”. Jurnal Geologi Indonesia, vol. 5, pp. 187-195.

Daniels, D.J.(Ed.). (2004). Ground Penetrating Radar (2nd Edition). London:

Institution of Electrical Engineering.

Elfarabi, dkk. (2017). Pengolahan data Ground Penetrating Radar (GPR) dengan menggunakan software MATGPR R-3.5. Surabaya : Jurnal Teknik Its Vol. 6, No. 1.

Feldman, Jerome Allen, (1977). The Architecture of Nias, Indonesia with special reference to bawomataluo Village, Unpublished Dissertation, Colombia University.

Fitri Isnen & Thalarosa Basaria, (2006). Rumah Tradisional Nias Pasca Gempa Bumi 2005 Studi Kasus : Desa Bawomataluo, Nias Selatan. Medan : University of Sumatera Utara,

Frick, H. & Tri H. Mulyani, (2006), Pedoman Bangunan Tahan Gempa, Edisi ke- 4. Yogyakarta.

Jatmiko, dkk. (2016). Interpretasi Sedimen Bawah Permukaan Tanah Dengan Menggunakan Metode Gpr ( Ground Penetrating Radar ) Didaerah Pantai Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Samarinda : Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul.

Jeffrey J. Daniels. (2000). Ground Penetrating Radar Fundamentals. Departement of Geological Sciences, The Ohio University.

Jol, Harry M. (2009). Ground Penetrating Radar: Theory and Applications.

Elesevier Science: Amsterdam, Belanda.

Lihat Alain Viaro & Arlette Zeigler.(2006). Tradisional Architecture of Nias Island.

Guning Sitoli. Yayasan Pusaka Nias.

M.J. Reynolds, J., (1997). The solid earth: An introduction to global . geophysics Prosp., 37, 531–551.

Moore, G.F. (1979). “Sendimentology and Paleobathymetry of Neogene Trench- Slope Deposit, Nias Island,Indonesia.”Journal of Geology 88: 161–80.

Nasruddin dan Fadhlan S. Intan (2018) Omo Hada: Arsitektur Tradisional Nias Selatan Di Ambang Kepunahan. Kalpataru: Majalah Arkeologi Vo.27 No.2:

105-116

Octavia Linda & Prijotomo Josef,. (2018). Arsitektur Nusantara bukan Arsitektur Tradisional maupun Arsitektur Vernakular. Bandung : Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 7 (4), 249-253.

(11)

Pasasa, L. (1999). Modeling Of Ground Penetrating Radar Data, PIT HAGI ke-24, Surabaya, 3-4 Oktober 1999.

Pevsner, N. (1943). An Outline of European Architecture.England, USA, Australia:

Penguin Books.

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.

[Online] Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi UI. (Accessed: 27 Desember 2022).

Pujowalujo, Hilman. (1987). “Tektonik Kuarter Sumatera Utara, Gempabumi Sarulla Tarutung, Dan Rumah Adat Tapanuli –Nias: Sumbangan Pemikiran Geologi Terhadap Rancangan Arsitektur Bangunan Rumah.” In .

Ridwan. (2004). Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta.

Bandung: Alfabeta. Hal, 137

Rudofsky, B. (1964). Architecture without Architects. Garden City, New York:

Doubleday & Company, Inc.

Sandmierer. K.J., (2012). Reflexw Untuk Ground Penetrating Radar. Karlsrohe, Jerman.

Suharjanto, (2012), Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa, Kepel Press, Yogyakarta.

Sumalyo, Yulianto. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. [online] Available at :

<https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/arsitektur/arsitektur-kolonial- belanda-di-indonesia > (Accessed: 12 Januari 2023).

Sumintardja, D. (1966). Kompendium Sejarah Arsitektur Jilid 1. Bandung:

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Waterson, Roxana (1990). The Living House: An Anthropology of Architecture in South-East Asia. Oxford, England, UK: Oxford University Press.

Suparlan, Parsudi. (1986). “Kebudayaan dan Tata Ruang: Struktur Kehidupan Manusia, Tradisi, dan Perubahan.” In. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suprapto, T. (2021, Agustus 5). Geo Radar / Ground Penetrating Radar (GPR) untuk menditeksi diameter dan kedalaman tiang pancang. [online video]

Available at: https://youtu.be/l3NEiYHJ3tc (Accessed: 8 Januari 2022).

Wuisman, Jan J.J.M. (2009). Masa Lalu dalam Masa Kini Arsitektur Indonesia:

Posisi dan Peran Tradisi-Tradisi Vernakular Indonesia dan Langgam Bangunan Masa Lalu dan Masa Kini. Jakarta: KITLV Press.

Yudhi, A.R. (2006). Analisis Sedimen Bawah Permukaan Di Pantai Teluk Ciletuh, Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Survey GPR. Skripsi.

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan Tabel 3. Justifikasi Anggaran Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Volume Harga

Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Belanja Bahan

Buku 3 buah 7.000/buah 21.000

Stopmap tebal 3 buah 22.000/buah 66.000

Amplop 1 pack 25.500/pack 25.500

Bahan Bakar 35 liter 12.800/liter 448.000

Print 150 lembar 500/lembar 75.000

ATK 1 paket 178.500 178.500

Meteran gulung 100 meter 1 buah 325.000 325.000

Pisau sabit 1 buah 158.000 158.000

Papan kayu triplek 2 buah 155.000/

lembar 310.000

Payung 1 buah 80.000 80.500

Tenda 1 buah 750.000 750.000

Palu geologi 1 buah 980.000 980.000

Kaca pembesar (lup) 2 buah 40.000 80.000

Lampu LED 3 buah 106.000/buah 318.000

Kabel NYMHY 150 meter 127.000/50

meter 381.000

Tangga 1 buah 390.000 390.000

Masker 1 pack 31.500 31.500

Sarung Tangan 3 buah 57.000/buah 171. 000

Sepatu boots 3 buah 162.000/buah 486.000

Helm proyek 3 buah 185.000/buah 555.000

SUB TOTAL 5.830.000

2 Belanja Sewa

Sewa Alat GPR di Laboratorium

Geofisika UGM 1 minggu 1.000.000 1.000.000

Pengiriman Alat GPR ke tempat penelitian

2 paket (5kg/1 paket)

80.000/kg 800.000

SUB TOTAL 1.800.000

(19)

3 Perjalanan lokal

Transportasi perjalanan 3 orang 1.200.000/

orang 3.600.000

SUB TOTAL 3.600.000

4 Lain-lain

Rapid test antigen 1 kali x

3 orang 90.000/test 270.000 Adsense media sosial 5 bulan 100.000/

bulan 500.000

SUB TOTAL 770.000

GRAND TOTAL 12.000.000

GRAND TOTAL (Terbilang Dua Belas Juta Rupiah)

(20)

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas Tabel 4. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Studi

Bidang Ilmu

Alokasi Waktu (jam/minggu)

Uraian Tugas

1

Rizka Dewi Fatimah 21/473385/

PA/20383

S1

Geofisika FMIPA 11

Penanggung jawab penelitian, persiapan alat dan

bahan, akuisisi data GPR, processing data GPR, interpretasi data GPR, analisis

data, penyusunan laporan akhir.

2

Lalita Sutra Deta 21/473047/

PA/20365

S1

Geofisika FMIPA 11

Studi literatur, Persiapan alat dan

bahan, wawancara, observasi, analisis

data, penyususnan laporan akhir, akun media sosial.

3

Diana Aprilia 22/502538/

PA/21562

S1

Geofisika FMIPA 11

Studi literatur, akuisisi data GPR,

processing data GPR, observasi

arsitektur venakular Omo Hada, interpetasi GPR, akun media

social.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meyakinkan hasil analisis dan interpretasi data di sepanjang lintasan pengukuran daerah penelitian, dilakukan korelasi antar profil GPR dengan membuat

Pada penampang radargram bagian 9 terlihat terdapat sinyal yang turun dan naik kembali hal ini diduga karena pada daerah pengukuran memiliki lapisan yang kurang

Jika suatu gelombang elektromagnet dipancarkan ke bawah permukaan tanah dan mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, gelombang

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi benda–benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu, dengan

2 digunakan pada tugas akhir ini yaitu pengolahan citra B-Scan, data hasil survey perangkat GPR akan diolah untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai keadaan objek bawah

Pada lintasan 2 diperoleh dua bentuk refleksi yang diduga sebagai titik keberadaan pipa metal, titik pertama berada pada jarak 22,05 meter dari titik pertama

Hasil analisis menunjukan telah terjadi deformasi dari bentuk asli perkerasan jalan pada semua lintasan dan dalam beberapa titik sampel lintasan diperkirakan

Dari studi kasus yang telah dilakukan menunjukan bahwa data GPR dapat digunakan dalam penentuan geologi bawah permukaan dangkal dan menemukan muka air tanah1. Kata kunci: