Resensi: Matahari Terbit Bintang Sembilan
...Sedangkan Muhammadiyah dan NU berpihak pada formalisme Islam sebagai dasar negara. Bahkan Muhammadiyah dalam Muktamar ke-32 tahun 1953 menyusun konsepsi negara Islam.
Meski NU dalam Muktamar ke-15 tahun 1940 menyetujui Ir. Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia, bukan berarti NU menyetujui gagasan Soekarno tentang pemisahan agama dan negara sebagaimana rintisan Kemal Attaturk di Turki.
Berkaitan dengan bentuk pemerintahan, bagi NU tidak terlalu penting. Dengan pertimbangan prinsip- prinsip syuro/demokrasi dapat dipatuhi dan dilaksanakan, NU memilih bentuk pemerintahan Republik.
Jepang bersiap memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 28 Mei 1945. Unsur nasionalis- sekuler dan nasionalis-Islam (Muhammadiyah, NU, PSII, PUI) menjadi panitia tersebut. Seteru terjadi antara kubu sekuler dengan Islam saat membahas filosofi dan dasar negara.
Ki Bagus Hadikusumo mengajukan 3 (tiga) alasan utama saat memperjuangkan Islam sebagai dasar negara: alasan faktual, faktor historis, dan faktor ideologis.
Meski pasal krusial (Piagam Jakarta, pasal 4 ayat 2 tentang Presiden harus beragama Islam, dan pasal 29 tentang agama negara adalah Islam) dapat diredam dengan redaksi yang sekarang kita temui. Menurut Mohammad Hatta, Soekarno menilai undang-undang tersebut dipandang sementara karena dibuat secara cepat kilat; revolutiegrondwet. Artinya, ada peluang untuk diperbaiki.
Reaksi kubu nasionalis-Islam tersebut membuat Deliar Noer prihatin, karena ada pihak yang membuat framing, bahwa seolah-olah hal-hal yang berbau Islam bertentangan dengan aspirasi nasional.
Pada tahap konstituante (1956-1959), ada seteru lebih runcing antara kubu Islam yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, kubu nasionalis tegas dengan Pancasila, dan kubu sosialis menolak Pancasila karena ambiguitas wakil-wakil Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan negara boneka Belanda; RIS. Akhirnya, Presiden Soekarno menerbitkan dekrit untuk Indonesia membubarkan konstituante dan kembali kepada UUD 1945.
Beralih ke masa Demokrasi Terpimpin, NU menyikapi biasa-biasa saja sebagai bentuk alih-kendali.
Tetapi Muhammadiyah menjadi oposan bagi Demokrasi Terpimpin, meski pada waktu berikutnya mulai berhitung setelah Partai Masyumi dibubarkan pemerintahan Soekarno.
Kelahiran Orde Baru tak lepas dari peran kunci NU dan Muhammadiyah. GP Ansor terlibat aktif dengan ABRI dalam penangkap dan membasmi PKI. Muhammadiyah bersama ABRI membentuk Kokam (Komando Keamanan Muhammadiyah). Bahkan seruan Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
KH. Ahmad Badawi; bahwa menyirnakan Gestapu/PKI merupakan ibadah.
Organisasi-organisasi anti-Gestapu membentuk KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gestapu) dan mendesak pemerintah membubarkan PKI. Salah satunya tertuang dalam Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Presiden Soekarno makin kehilangan kepercayaan rakyat ketika mengabaikan tuntutan rakyat tersebut. Hingga lahirlah Supersemar (Surat Perintah Sebelah Maret) yang merupakan penyerahan mandat dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto untuk membubarkan PKI. »»» lebih lengkap https://warung-arsip.blogspot.com/2023/07/resensi-matahari- terbit-bintang-sembilan.html