Penerapan sumur resapan dan/atau biopori di Kabupaten Sidoarjo yang mengurangi frekuensi dan luasnya banjir dalam setahun terakhir 33. Penyelenggaraan pelatihan, simulasi dan pengujian sistem dan prosedur peringatan dini kekeringan secara berkala oleh berbagai pemangku kepentingan di Kabupaten Sidoarjo.
PENGARUSTAMAAN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
Penyelenggara penanggulangan bencana di Kabupaten Sidoarjo dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu
Untuk menyatukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Sidoarjo antar kelompok pelaksana dibutuhkan strategi pengarusutamaan RPB
Koordinasi pengarusutamaan RPB membutuhkan sebuah gugus tugas yang terdiri dari berbagai kelompok di bawah koordinasi BPBD
Gugus Tugas Pengarusutamaan perlu diperkuat dengan surat keputusan kepala daerah
Komposisi anggota, tugas dan fungsi serta struktur Gugus Tugas Pengarusutamaa n RPB secara rinci akan ditetapkan pada lampiran surat keputusan tersebut
Gambaran kerangka pengarusutamaan antar kelompok pemangku kepentingan terkait implementasi RPB dapat dilihat pada Gambar 1
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (MEP) RPB dikoordinir dan diakomodasi oleh Gugus Tugas Pengarusutamaan RPB
Untuk menjalankan fungsi pengarusutamaan dan MEP RPB, Gugus Tugas Pengarusutamaan RPB dapat membentuk sebuah sekretariat RPB
Secara diagramatik, mekanisme pelaksanaan MEP PB disajikan dalam Gambar 2
PEMBARUAN
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (MEP) RPB dikoordinir dan diakomodasi oleh Gugus Tugas Pengarusutamaan RPB
Peninjauan ulang RPB dapat dilakukan setiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana atau bila dibutuhkan
Pembaruan RPB secara periodik dilaksanakan pada akhir masa perencanaan berdasarkan hasil MEP
Untuk menjamin objektivitas hasil pembaruan, BPBD sebagai koordinator penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Periode 2021-2026 diharapkan
Untuk menjamin kesinambungan pencapaian dan dampak dari RPB, maka disarankan kepada Tim Penyusun Rencana Penanggulangan Bencana periode 2021-2026 untuk
RISALAH UMUM
KEBIJAKAN : MENGURANGI RISIKO BENCANA DAN MENINGKATKAN KETANGGUHAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA
POLA KONEKTIVITAS PUSAT DAN DAERAH;
POLA IMPLEMENTASI DAERAH
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI, DIKLAT DAN LOGISTIK;
PENANGANAN TEMATIK KAWASAN RAWAN BENCANA;
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA;
PENGUATAN KESIAPSIAGAAN DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA;
PENGEMBANGAN SISTEM PEMULIHAN BENCANA
AKSI : 59 AKSI, 107 INDIKATOR AKSI
KERANGKA STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI PUSAT
Pemangku kepentinga n (pemerintah dan non
Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk
Pemerintah Pusat mengawas i dan mengevaluasi penuruna n
Mengacu kepada program penanggulangan bencana
Menjadikan aturan-aturan teknis yang disusun oleh
KONEKTIVITAS PUSAT DAN
DAERAH
Pemangku kepentinga n (pemerintah dan non
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
IMPLEMENTASI DAERAH
- Pemerintah Daerah memberikan laporan capaian
- Membentuk gugus tugas yang menjadi sekretariat
- Kerangka
- Pengarusutamaan ditujukan untuk
- LATAR BELAKANG
- TUJUAN
- KONSEPSI UMUM
- KEDUDUKAN DOKUMEN
- LANDASAN HUKUM
- RUANG LINGKUP
Menjadi panduan terpadu bagi pemangku kepentingan Kabupaten Sidoarjo untuk mengurangi risiko bencana di wilayah Jawa Timur sebagai bagian dari upaya penanggulangan bencana daerah. Meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan langkah-langkah terkait penanggulangan bencana di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
1.Posisi RPB dengan Dokumen Perencanaan Lain
2.Penyusun
3.Mekanisme Penyusunan
4.Masa Berlaku
5.Struktur Penulisan
KARAKTERISTIK KEBENCANAAN DAERAH
Berdasarkan RPJMN IV 2020-2024 diketahui terdapat beberapa program penanggulangan bencana yang diakomodir dalam program prioritas. Dari kondisi wilayah diperoleh potensi luas wilayah dan jumlah penduduk terdampak bencana serta potensi terjadinya bencana di Kabupaten Sidoarjo.
1.Geografis
Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global yang tetap dipertahankan sebagai pusat kegiatan nasional penunjang pelayanan pembangunan wilayah Indonesia bagian timur.
2.Demografis
Pada kurun waktu 2014-2018, beban tunjangan mempunyai kecenderungan mengalami penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2014 beban tunjangan penduduk sebesar 42,86 persen dan pada tahun 2015 turun sebesar 40,98 persen. Penurunan beban tanggungan dipengaruhi oleh peningkatan proporsi penduduk usia produktif dan penurunan proporsi penduduk belum dan tidak produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas).
3.Topografi
Pada periode tersebut, akan ada peluang lebih besar untuk melakukan investasi sumber daya manusia guna meningkatkan produksi. Mereka dikatakan berusia produktif, namun energinya belum bisa dimanfaatkan karena tidak terserap di pasar tenaga kerja.
5.Sejarah Kejadian Bencana
RISIKO BENCANA DAERAH 1. Pengkajian Risiko Bencana
- Penilaian Ancaman Bencana
- Penilaian Kerentanan
- Penilaian Kapasitas
- Penilaian Risiko Bencana
Kajian kerentanan seluruh kemungkinan bencana di wilayah Sidoarjo dapat dilihat pada tabel berikut. Peta risiko bencana di wilayah Sidoarjo ditunjukkan pada Gambar 2.5 sampai 2.12.
PRIORITAS BENCANA YANG DITANGANI
ANALISA AKAR MASALAH
RUMUSAN ISU STRATEGIS
- Penguatan Kebijakan dan Kelembagaan
- Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu
- Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik
- Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
- Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
- Penguatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana
- Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana
Perda RTRW Kabupaten Sidoarjo telah memperhatikan prinsip ancaman bencana dan PRB dan dilaksanakan bekerja sama dengan Bappeda. Kabupaten Sidoarjo telah memiliki peta rawan bencana, peta kerentanan dan peta kapasitas yang menjadi dasar kajian risiko bencana. Kajian risiko bencana yang ada juga menjadi dasar Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Sidoarjo yang dibuat.
Telah terjadi komunikasi aktif antar SKPD di Kabupaten Sidoarjo mengenai pembagian peran kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana. Hal ini juga harus dipantau dan dievaluasi secara berkala bagaimana kebijakan ini diterapkan di Kabupaten Sidoarjo.
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL
Implementasi kebijakan ini dipimpin oleh RPJMN IV, lakstranas PB, RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJMD Kabupaten Sidoarjo. Kebijakan Penanggulangan Bencana dibangun berdasarkan prinsip-prinsip dasar Penanggulangan Bencana Kabupaten Sidoarjo yang juga sejalan dengan prinsip-prinsip dasar Penanggulangan Bencana di tingkat nasional, dengan tujuan untuk melihat capaian program nasional dan memudahkan bagi Kabupaten Sidoarjo untuk mengakses bantuan dalam melaksanakan program-program yang telah menjadi kebijakan nasional. Penyelarasan program perencanaan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam penanggulangan bencana dicapai melalui 7 (tujuh) kegiatan penanggulangan bencana, yaitu (1) Penguatan kebijakan dan kelembagaan; (2) Penilaian Risiko dan Perencanaan Terintegrasi; (3) Pengembangan Sistem Informasi, Pelatihan dan Logistik; (a) Penanganan tematik pada daerah rawan bencana; (5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana; (6) Penguatan kesiapsiagaan bencana dan manajemen darurat; dan (7) Pengembangan sistem pemulihan bencana.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana alam pada tahun 2020 diketahui menyebabkan 376 orang meninggal dunia, mengungsi/menderita dan 33.847 unit rumah rusak, dengan data rusak berat 13.240 unit, rusak sedang 9.694 unit, dan 42.809 unit rumah. bahwa itu sedikit rusak. Pemikiran penanggulangan bencana perlu dipahami dan dilaksanakan oleh semua pihak dalam merespons bencana yang frekuensinya semakin meningkat setiap tahunnya.
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
38 bencana alam tersebut meliputi bencana karena faktor geologi (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi), serta bencana karena faktor hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung). Sedangkan bencana tidak alami yang mungkin terjadi antara lain bencana yang disebabkan oleh faktor biologis (epidemi dan wabah penyakit) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, pencemaran bahan kimia, dan lain-lain). Memperhatikan arah Kebijakan Nasional Penanggulangan Bencana, Kedudukan BPSH dan Isu Strategis Daerah, maka kebijakan penanggulangan bencana daerah diarahkan.
KERANGKA KERJA PENANGGULANGAN BENCANA
1.Kerangka Pengarusutamaan
Keanggotaan gugus tugas ini terdiri dari sejumlah anggota yang berasal dari unsur pemerintah dan non-pemerintah. Tugas, fungsi, dan susunan tim tugas RPB Pengarusutamaan akan dijelaskan secara rinci dalam lampiran surat keputusan.
1.Kerangka Komunikasi
- PENDANAAN
- Sumber Pendanaan
- Penggunaan Dana Penanggulangan Bencana
- TUJUAN DAN SASARAN
- STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 1. Strategi
- Arah Kebijakan
- PROGRAM KEBENCANAAN
Sumber pendanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2008 berasal dari (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) , dan/atau (3) Komunitas. Anggaran penanggulangan bencana yang disediakan baik melalui APBN tingkat nasional maupun APBD daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2008, disediakan untuk tahap prabencana, bencana, dan pascabencana. Penggunaan dana penanggulangan bencana dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, BPNB, dan/atau BPBD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan seluruh instansi terkait. Namun diakui bahwa kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan merupakan salah satu kunci keberhasilan manajemen risiko bencana dan penanggulangan bencana. Berdasarkan isu-isu strategis tersebut, dapat ditentukan bahwa daerah tersebut mempunyai kinerja dan prinsip dasar sistem penanggulangan bencana.
1.Kegiatan
POLA UMUM AKSI PENANGGULANGAN BENCANA
Berdasarkan Strategi Penanggulangan Bencana, pemangku kepentingan di tingkat daerah, baik pemerintah maupun non-pemerintah, mempunyai peran sebagai berikut: . A. melaksanakan tindakan penanggulangan bencana yang menjadi tanggung jawabnya untuk menurunkan indeks risiko bencana di wilayahnya masing-masing; . B. bersama-sama dengan pemangku kepentingan di pusat untuk mempersiapkan pendanaan bagi pencapaian Kerangka Aksi di bagiannya masing-masing. Khusus pemerintah daerah, peranannya dalam pelaksanaan Strategi Penanggulangan Bencana adalah: . A. memberikan laporan capaian penurunan indeks risiko bencana dan pelaksanaan indikator kapasitas daerah bagi Pemerintah Pusat; Dan . B. bersama-sama dengan Pemerintah Pusat untuk mengelola kegiatan fasilitasi yang telah disiapkan oleh para pemangku kepentingan di tingkat pusat. Kegiatan jenis ini merupakan kegiatan yang dilakukan pada fase sebelum terjadinya bencana dan berlaku pada semua bencana.
Jenis kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara bertahap setelah terjadinya bencana sampai dengan selesainya masa pemulihan yang berlaku pada semua bencana. Khusus untuk penguatan kegiatan kesiapsiagaan dan manajemen darurat bencana, berlaku pada program pengurangan risiko bencana serta program manajemen darurat bencana.
KETERLIBATAN INSTITUSI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; bertugas merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan darurat di daerah terdampak bencana dan rehabilitasi fasilitas pendidikan, serta mengkoordinasikan pendidikan sadar bencana. Dinas Pekerjaan Umum; mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum yang meliputi jalan raya, pemukiman, dan sumber daya air. Departemen Pertanian; perkebunan dan kehutanan meliputi sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, sektor Perkebunan, dan sektor Kehutanan yang bertugas merencanakan dan mengendalikan upaya pencegahan kekeringan tanah serta memelihara dan memulihkan irigasi pertanian pada saat terjadi bencana.
Departemen Maritim; merencanakan dan memantau upaya mitigasi bencana tsunami dan erosi pantai berdasarkan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2018. melakukan upaya pencegahan bencana dan upaya pencarian dan penyelamatan (SAR) pada masa pertolongan dan rekonstruksi pascabencana.
KERANGKA AKSI
Kerangka Aksi Penanggulangan Bencana Daerah disusun dengan memadukan isu-isu strategis dalam setiap kegiatan Penanggulangan Bencana.
RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RISIKO BENCANA (RAD PRB)
Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi mengenai sistem peringatan dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya banjir secara rutin dan berkesinambungan. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi mengenai sistem peringatan dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya tanah longsor secara berkala dan berkesinambungan. Mendorong inisiatif membangun sistem peringatan dini kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sidoarjo.
Penyelenggaraan kegiatan sosialisasi sistem peringatan dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran hutan dan lahan secara berkala dan berkelanjutan. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi sistem peringatan dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kekeringan secara berkala dan berkelanjutan.
RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN KEDARURATAN BENCANA (RAD PKB)
RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA (RAD PKB). penanggulangan darurat bencana selanjutnya berdasarkan mekanisme penetapan status tanggap darurat. Dukungan: SKPD lain Instansi lain yang terkait dengan PB 86. Penempatan tim dan pelaksanaan kajian cepat pada saat krisis. Pendukung: SKPD lain Instansi lain yang terkait dengan PB 87. Personel terlatih melakukan kajian cepat sesuai prosedur yang berlaku.
Terdapat rancangan untuk membangun mekanisme dan/atau rencana pemulihan layanan dasar pemerintah pasca bencana terhadap beberapa ancaman bencana di wilayah tersebut. Rencana pemulihan penghidupan masyarakat pascabencana mempertimbangkan prinsip risiko bencana jangka panjang (slow onset) untuk mencegah risiko baru terhadap penghidupan masyarakat.
PEMADUAN PARA PIHAK
68 Integrasi, pengendalian dan evaluasi bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan dan program agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tujuan dari APD sendiri adalah untuk dapat mengendalikan proses pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan agar selaras dengan rencana yang telah disusun. Evaluasi pelaksanaan rencana sendiri merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan yang mencakup 4 (empat) hal, yaitu: (1) penyusunan rencana, (2) penetapan rencana pengendalian (monitoring), (3) pelaksanaan rencana, dan (4 ) ) evaluasi pelaksanaan rencana.
Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan untuk menilai efektivitas, efisiensi dan manfaat program dan kegiatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang timbul. dan menetapkan kebijakan terkait (berkala, bertahap, publik). Sementara itu, penyusunan laporan pelaksanaan PB sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan oleh unsur pimpinan dan pelaksana BPBD dan digunakan untuk verifikasi BPBD. perencanaan program.
PEMADUAN PERENCANAAN LAINNYA
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
- Pelaksanaan PPE
- Mekanisme PPE
80. Terdapat peraturan tertulis (baik berupa peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan/atau peraturan lain yang dipersamakan) mengenai penetapan status tanggap darurat di Kabupaten Sidoarjo. 83. Terdapat peraturan tertulis (baik berupa peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan/atau peraturan tingkat lainnya) mengenai sistem komando tanggap bencana di Kabupaten Sidoarjo. 1 Tidak ada kegiatan sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di setiap kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.
3 Belum ada kebijakan yang mendukung mitigasi struktural (revitalisasi tanggul, waduk, waduk dan taman kota) di Kabupaten Sidoarjo. 1 Belum adanya mekanisme prosedural yang mengatur struktur komando tanggap darurat bencana di Kabupaten Sidoarjo. 1 Belum adanya inisiatif untuk mengembangkan mekanisme dan/atau rencana pemulihan layanan dasar pemerintah pascabencana terhadap beberapa ancaman di Kabupaten Sidoarjo.
Belum ada mekanisme dan/atau rencana pemulihan layanan dasar pemerintahan yang disepakati secara formal oleh seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Sidoarjo.