• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPD KEL 1

N/A
N/A
Ahwa99

Academic year: 2025

Membagikan "RPD KEL 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DESIGN AND ANALYSIS OF DEEP FOUNDATIONS FOR MULTI- STORY BUILDING STRUCTURES

REKAYASA PONDASI II

Tugas ini dibuat Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Rekayasa Pondasi

Dosen Pengampu:

Dyah Ayu Rahmawati Cupasindy, S.ST., M.T.

NIP :199607152022032021

Disusun Oleh:

1. Akmal Rahmatullah 2241320084 2. Nanda Dwi Ariya R. G. 2241320113

3. Rian Hidayat 2241320008

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2025

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi merupakan salah satu elemen struktural yang memiliki peran penting dalam mendukung stabilitas bangunan, khususnya pada konstruksi gedung bertingkat tinggi.

Fungsi utama pondasi adalah mentransfer beban dari struktur atas ke tanah dengan aman dan stabil, sehingga bangunan dapat berdiri kokoh tanpa mengalami penurunan yang berlebihan atau kegagalan struktural. Dalam perencanaan pondasi, berbagai faktor harus diperhitungkan, terutama kondisi tanah dan kapasitas daya dukungnya.

Pada konstruksi gedung bertingkat, sering kali digunakan jenis pondasi dalam, seperti tiang pancang dan bored pile. Penggunaan pondasi dalam diperlukan apabila tanah di lapisan permukaan tidak memiliki kapasitas daya dukung yang cukup untuk menopang beban bangunan. Oleh karena itu, analisis karakteristik tanah menjadi tahap yang sangat penting dalam menentukan jenis dan dimensi pondasi yang tepat agar struktur bangunan tetap stabil dan aman.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan bangunan bertingkat, metode perhitungan kapasitas daya dukung pondasi dalam juga terus berkembang. Beberapa metode yang umum digunakan dalam perhitungan daya dukung pondasi dalam antara lain metode Terzaghi, Meyerhof, serta pendekatan berbasis numerik seperti metode elemen hingga (Finite Element Method). Pemilihan metode analisis yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keamanan serta efisiensi perancangan pondasi dalam suatu proyek konstruksi.

Selain aspek teknis, pertimbangan terhadap efisiensi biaya dan waktu juga menjadi faktor penting dalam pemilihan pondasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang pondasi dalam guna memastikan bahwa struktur yang dibangun memiliki tingkat keamanan yang tinggi serta memenuhi standar efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi. Melalui kajian ini, diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang dapat menjadi referensi dalam perencanaan pondasi pada proyek konstruksi di masa mendatang.

(3)

Rumusan Masalah

Dalam perancangan pondasi dalam untuk bangunan didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik tanah di lokasi proyek memengaruhi desain pondasi dalam?

2. Metode apa yang paling efektif dalam menentukan kapasitas daya dukung pondasi Tunggal dan pondasi kelompok ?

3. Bagaimana pengaruh beban struktural terhadap penurunan pondasi dalam?

4. Sejauh mana faktor keamanan dan stabilitas diperhitungkan dalam desain pondasi dalam?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang pondasi dalam yang optimal untuk bangunan bertingkat tinggi. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan karakteristik tanahberdasarkan kondisi tanah dilokasi.

2. Menganalisis kapasitas daya dukung pondasi dalam menggunakan metode numerik.

3. Mengevaluasi kinerja pondasi dalam terhadap beban struktural dan kondisi lingkungan.

4. Menentukan sejauh mana faktor keamanan dan stabilitas diperhitungkan dalam proses perancangan pondasi dalam untuk memastikan keandalan dan keamanan struktur.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Mahasisswa : Memberikan wawasan bagi insinyur sipil dalam merancang pondasi dalam yang aman dan ekonomis.

2. Bagi Instansi : Membantu dalam pengambilan keputusan terkait metode analisis daya dukung pondasi yang lebih efisien dan sesuai dengan kondisi lapangan

1.5 Batasan Masalah

Untuk memastikan penelitian ini tetap fokus dan terarah, ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Studi ini hanya mencakup analisis dan desain pondasi dalam, seperti tiang pancang dan bored pile.

2. Data yang digunakan berdasarkan hasil uji tanah, termasuk uji Cone Penetration Test (CPT), uji Standar Penetrasi (SPT), dan data laboratorium tanah.

3. Beban struktur yang diperhitungkan mencakup beban mati, beban hidup, serta pengaruh gempa dan angin.

4. Analisis dilakukan berdasarkan standar yang berlaku, seperti SNI, AASHTO, dan referensi akademik lainnya.

(4)

BAB 2 Tinjuan Pustaka

2.1 Definisi dan Jenis Fondasi Dalam

Bagian ini membahas definisi fondasi dalam, yaitu struktur yang digunakan untuk mendukung bangunan atau struktur lainnya di atas tanah yang lembek atau tidak stabil.

Jenis fondasi dalam yang dibahas meliputi:

1. Fondasi Tiang (Pile Foundation)

Fondasi tiang adalah jenis fondasi dalam yang digunakan untuk

menyalurkan beban struktur ke tanah yang lebih keras dan stabil di lapisan bawah.

Fondasi ini cocok untuk tanah lunak atau ketika beban struktur sangat besar.

2. Fondasi Sumuran (Caisson Foundation)

Fondasi sumuran adalah fondasi dalam berbentuk silinder atau kotak yang dibangun dengan menggali tanah hingga kedalaman tertentu. Fondasi ini sering digunakan pada struktur seperti jembatan atau bangunan tinggi yang memerlukan stabilitas tinggi.

3. Fondasi Tiang Pancang (Driven Pile Foundation)

Fondasi tiang pancang adalah fondasi yang dibentuk dengan memancangkan tiang (baja, beton, atau kayu) ke dalam tanah menggunakan alat berat. Fondasi ini cocok untuk tanah yang padat dan keras.

4. Fondasi Tiang Bor (Bored Pile Foundation)

Fondasi tiang bor dibuat dengan mengebor tanah hingga kedalaman tertentu, kemudian diisi dengan beton dan tulangan baja. Fondasi ini sering digunakan di area perkotaan karena minim getaran dan kebisingan selama proses pembuatannya.

(5)

2.2 Parameter Tanah yang Mempengaruhi Kinerja Fondasi

Bagian ini membahas parameter tanah yang mempengaruhi kinerja fondasi, seperti:

1. Kuat Geser Tanah (Shear Strength):

Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan gaya geser sebelum mengalami keruntuhan. Parameter ini penting dalam analisis stabilitas tanah, seperti pada lereng, pondasi, atau struktur tanah lainnya. Kuat geser dipengaruhi oleh kohesi dan sudut geser internal tanah.

2. Modulus Elastisitas Tanah (Elastic Modulus):

Modulus elastisitas tanah adalah ukuran kekakuan tanah, yaitu kemampuan tanah untuk berdeformasi secara elastis (kembali ke bentuk semula) ketika diberi beban. Nilai ini penting dalam perhitungan deformasi tanah akibat beban eksternal.

3. Kepadatan Tanah (Density)

Kepadatan tanah adalah massa per unit volume tanah, yang mencerminkan seberapa padat atau renggang tanah tersebut. Kepadatan tanah memengaruhi kekuatan, permeabilitas, dan daya dukung tanah.

4. Kandungan Air Tanah (Moisture Content):

Kandungan air tanah adalah persentase air yang terkandung dalam tanah terhadap berat kering tanah. Parameter ini memengaruhi sifat fisik dan mekanik tanah, seperti kuat geser, kompresibilitas, dan konsistensi tanah.

5. Jenis Tanah (Soil Type):

Jenis tanah mengacu pada klasifikasi tanah berdasarkan ukuran partikel, komposisi, dan sifatnya. Contohnya adalah tanah berpasir, lempung, lanau, atau tanah organik. Setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda terhadap beban dan air.

(6)

2.3 Metode Perhitungan Kapasitas Dukung Fondasi

Bagian ini membahas metode perhitungan kapasitas dukung fondasi, seperti:

1. Metode Terzaghi (Terzaghi's Method)

Metode Terzaghi adalah salah satu metode paling awal dan fundamental dalam analisis daya dukung tanah. Dikembangkan oleh Karl Terzaghi, metode ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti kohesi tanah, sudut geser dalam, dan berat volume tanah. Metode ini cocok untuk fondasi dangkal dan tanah homogen.

2. Metode Meyerhof (Meyerhof's Method)

Metode Meyerhof adalah pengembangan dari metode Terzaghi yang memperhitungkan bentuk fondasi, kedalaman fondasi, dan kemiringan beban.

Meyerhof memperkenalkan faktor koreksi untuk meningkatkan akurasi

perhitungan daya dukung tanah, terutama pada fondasi dalam atau tanah berlapis.

3. Metode Hansen (Hansen's Method)

Metode Hansen adalah metode yang lebih umum dan komprehensif untuk menghitung daya dukung tanah. Metode ini memperhitungkan faktor-faktor seperti eksentrisitas beban, kemiringan fondasi, dan bentuk fondasi. Hansen memperluas teori Terzaghi dengan menambahkan faktor-faktor koreksi untuk kondisi tanah yang lebih kompleks.

4. Metode Lainnya (Other Methods)

Beberapa metode lain yang sering digunakan dalam analisis daya dukung tanah antara lain:

- Metode Vesic: Mengembangkan teori Terzaghi dengan memperhitungkan deformasi tanah dan kondisi tegangan.

- Metode Skempton: Khusus untuk tanah kohesif, terutama pada fondasi berbentuk lingkaran atau persegi.

- Metode Balla: Digunakan untuk fondasi dalam seperti tiang pancang.

- Metode Eurocode 7: Standar Eropa yang menggabungkan faktor keamanan dan analisis probabilistik.

(7)

2.3.1 Penurunan Fondasi

Jenis penurunan (types of settlement) Penurunan Segera (Immediate Settlement):

Penurunan Segera adalah penurunan yang terjadi segera setelah beban diterapkan pada tanah, terutama pada tanah berbutir kasar seperti pasir atau kerikil.

Penurunan ini bersifat elastis, artinya tanah akan kembali ke bentuk semula jika bebannya dihilangkan. Penurunan segera terjadi karena deformasi elastis tanah tanpa adanya perubahan volume atau drainase air dari pori-pori tanah.

Rumus Penurunan Segera:

Si=q . B .(1−v2) E . Ip Keterangan:

Sі: Penurunan segera (m)

q: Beban yang diterapkan (kN/m²)

B: Lebar fondasi (m)

ν: Poisson's ratio tanah (tak berdimensi)

E: Modulus elastisitas tanah (kN/m²)

Ip: Faktor pengaruh yang tergantung pada bentuk dan kekakuan fondasi (tak berdimensi)

2.3.1.1 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement):

  Penurunan konsolidasi terjadi pada tanah berbutir halus seperti lempung, di mana air secara perlahan dikeluarkan dari pori-pori tanah, menyebabkan penurunan bertahap.

Metode Terzaghi menggunakan teori konsolidasi satu dimensi untuk menghitung penurunan konsolidasi.

Rumus Penurunan Konsolidasi:

Sc=H . Cc

1+e0.log

(

σ'σ0+'0Δ

)

Keterangan:

Sc: Penurunan konsolidasi (m)

H: Ketebalan lapisan tanah yang mengalami konsolidasi (m)

Cc: Indeks kompresi tanah (tak berdimensi)

e0: Void ratio awal tanah (tak berdimensi)

σ0′: Tegangan efektif awal di tengah lapisan tanah (kN/m²)

Δσ: Tambahan tegangan akibat beban fondasi (kN/m²)

(8)

2.3.1.2 Penurunan Kreat (Creep Settlement):

Penurunan kreat adalah penurunan jangka panjang yang terjadi akibat deformasi plastis tanah di bawah beban konstan. Penurunan ini terutama terjadi pada tanah berbutir halus seperti lempung dan dipengaruhi oleh faktor seperti jenis tanah, beban yang diterapkan, kandungan air, dan waktu. Perhitungan penurunan kreat menggunakan rumus empiris dengan koefisien kompresi sekunder (Cα) dan ketebalan lapisan tanah (HH).

Penurunan kreat perlu diperhitungkan dalam desain fondasi untuk memastikan keamanan dan stabilitas struktur dalam jangka panjang.

Rumus Penurunan Kreat:

=Cα . H .log

(

tt0

)

Keterangan:

: Penurunan kreat (m)

: Koefisien kompresi sekunder (tak berdimensi)

H: Ketebalan lapisan tanah yang mengalami penurunan (m)

t: Waktu setelah pembebanan (tahun)

t0: Waktu referensi (biasanya 1 tahun)

1. Faktor yang mempengaruhi penurunan (factors affecting settlement) - Jenis Tanah: Tanah berbutir halus seperti lempung lebih rentan terhadap

penurunan dibandingkan tanah berbutir kasar seperti pasir.

- Beban yang Diterapkan: Semakin besar beban yang diterapkan, semakin besar potensi penurunan.

- Kandungan Air: Tanah dengan kandungan air tinggi cenderung mengalami penurunan yang lebih signifikan.

- Sejarah Tegangan: Tanah yang sebelumnya telah mengalami beban mungkin menunjukkan penurunan yang lebih kecil.

- Ketebalan Lapisan Tanah: Lapisan tanah yang lebih tebal cenderung mengalami penurunan yang lebih besar.

2. Metode perhitungan penurunan (methods of calculating settlement)

(9)

- Metode Elastis : Menggunakan teori elastisitas untuk menghitung penurunan segera pada tanah berbutir kasar.

- Metode Konsolidasi Satu Dimensi (Terzaghi): Digunakan untuk menghitung penurunan konsolidasi pada tanah lempung dengan mempertimbangkan perubahan volume akibat keluarnya air dari pori-pori tanah.

- Metode Numerik (Finite Element Method): Menggunakan simulasi komputer untuk memodelkan penurunan dengan mempertimbangkan berbagai faktor kompleks seperti heterogenitas tanah dan beban dinamis.

- Metode Empiris: Berdasarkan data lapangan dan pengalaman sebelumnya untuk memperkirakan penurunan pada kondisi tertentu.

2.4 Faktor Keamanan dan Kriteria Perancangan

2.4.1 Faktor Keamanan dan Kriteria Perancangan Fondasi Dalam.

1. Faktor Keamanan terhadap Keruntuhan (Safety Factor against Failure) Faktor keamanan (safety factor) adalah rasio antara kapasitas maksimum suatu struktur atau material terhadap beban yang diharapkan. Ini digunakan untuk memastikan bahwa struktur aman dari keruntuhan dengan memberikan margin keamanan yang cukup. Semakin tinggi faktor keamanan, semakin kecil risiko kegagalan.

2. Kriteria Perancangan terhadap Penurunan (Design Criteria for Settlement) Kriteria ini mengatur batasan penurunan (settlement) yang diizinkan pada struktur atau tanah di bawah beban. Penurunan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur, sehingga perancangan harus memastikan bahwa penurunan tetap dalam batas yang aman dan dapat diterima sesuai dengan jenis struktur dan kondisi tanah.

3. Kriteria Perancangan terhadap Kapasitas Dukung (Design Criteria for Bearing Capacity)

Kapasitas dukung adalah kemampuan tanah untuk menahan beban dari struktur di atasnya tanpa mengalami kegagalan geser. Kriteria perancangan ini memastikan bahwa tekanan yang diberikan oleh struktur tidak melebihi kapasitas dukung tanah, sehingga struktur tetap stabil dan aman dari keruntuhan.

2.4.2 Jenis Parameter dan Jenis Desain Pondasi Dalam yang Aman.

Pondasi dalam adalah jenis pondasi yang digunakan ketika lapisan tanah yang memiliki daya dukung yang memadai berada pada kedalaman yang signifikan di bawah permukaan tanah. Pondasi ini mentransfer beban struktur ke lapisan tanah

(10)

yang lebih dalam dan lebih stabil. Untuk merancang pondasi dalam yang aman, beberapa parameter dan jenis desain perlu dipertimbangkan.

2.4.2.1 Jenis Parameter yang Perlu Dipertimbangkan:

1. Parameter Tanah:

- Kuat Geser Tanah (Shear Strength):

Parameter ini menentukan kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami keruntuhan geser.

- Kohesi (Cohesion):

Kohesi adalah kekuatan tarik-menarik antara partikel tanah yang memengaruhi stabilitas tanah.

- Sudut Geser Dalam (Angle of Internal Friction):

Parameter ini menunjukkan resistensi tanah terhadap deformasi.

- Kepadatan Tanah (Soil Density):

Kepadatan tanah memengaruhi daya dukung dan stabilitas pondasi.

- Kandungan Air (Water Content):** Kandungan air dalam tanah dapat memengaruhi daya dukung dan stabilitasinya, terutama pada tanah lempung.

2. Parameter Beban:

- Beban Mati (Dead Load):

Beban tetap dari struktur, seperti berat sendiri struktur.

- Beban Hidup (Live Load):

Beban yang berubah-ubah, seperti beban penghuni, perabot, atau kendaraan.

- Beban Gempa (Seismic Load):

Beban yang diakibatkan oleh gempa bumi.

- Beban Angin (Wind Load):

Beban yang diakibatkan oleh tekanan angin pada struktur.

3. Parameter Geometri:

- Kedalaman Pondasi (Foundation Depth):

Kedalaman di mana pondasi akan ditempatkan untuk mencapai lapisan tanah yang stabil.

- Diameter atau Lebar Pondasi (Diameter or Width of Foundation):

Ukuran pondasi yang akan memengaruhi daya dukungnya.

- Panjang Pondasi (Length of Foundation):Khusus untuk pondasi tiang, panjang tiang akan memengaruhi kemampuan menahan beban.

4. Parameter Material:

- Kuat Tekan Beton (Concrete Compressive Strength):

Kekuatan beton yang digunakan untuk pondasi.

(11)

- Kuat Leleh Baja (Steel Yield Strength):

Kekuatan baja tulangan yang digunakan dalam pondasi.

2.4.2.2 Jenis Desain Pondasi Dalam yang Aman 1. Pondasi Tiang (Pile Foundation):

- Tiang Pancang (Driven Piles):

Tiang yang dipancangkan ke dalam tanah menggunakan alat pemancang. Cocok untuk tanah yang relatif lunak di permukaan tetapi memiliki lapisan keras di bawahnya.

- Tiang Bor (Bored Piles):

Tiang yang dibuat dengan cara mengebor tanah dan kemudian diisi dengan beton. Cocok untuk tanah yang memiliki lapisan lunak di permukaan dan memerlukan kedalaman yang signifikan.

- Tiang Mikro (Micro Piles):** Tiang dengan diameter kecil yang digunakan untuk kondisi tanah yang sulit atau untuk perkuatan pondasi yang sudah ada.

2. Pondasi Sumuran (Caisson Foundation):

- Caisson Terbuka (Open Caisson):** Struktur pondasi yang dibangun dengan cara menggali tanah di dalamnya dan kemudian diisi dengan beton.

- Caisson Tertutup (Box Caisson):

Struktur pondasi yang dibangun di atas permukaan tanah dan kemudian ditenggelamkan ke dalam tanah.

- Caisson Pneumatik (Pneumatic Caisson):

Caisson yang menggunakan tekanan udara untuk mengeringkan area kerja selama konstruksi.

3. Pondasi Pier (Pier Foundation):

- Pier Beton (Concrete Pier):

Struktur pondasi yang terdiri dari kolom beton yang didirikan di atas lapisan tanah yang stabil.

- Pier Kayu (Timber Pier):

Pier yang terbuat dari kayu, biasanya digunakan untuk struktur ringan atau sementara.

4. Pondasi Sumur (Well Foundation):

- Sumur Tunggal (Single Well):

Pondasi yang terdiri dari satu sumur besar yang digunakan untuk menahan beban struktur.

(12)

- Sumur Ganda (Multiple Wells):

Pondasi yang terdiri dari beberapa sumur yang bekerja bersama untuk menahan beban struktur.

5. Faktor Keamanan (Safety Factor):

- Faktor Keamanan terhadap Keruntuhan (Factor of Safety against Failure):

Faktor keamanan yang digunakan untuk memastikan bahwa pondasi dapat menahan beban maksimum yang diantisipasi tanpa mengalami keruntuhan.

- Faktor Keamanan terhadap Penurunan (Factor of Safety against Settlement):

Faktor keamanan yang digunakan untuk memastikan bahwa penurunan pondasi tidak melebihi batas yang diizinkan.

6. Analisis dan Perhitungan:

- Analisis Daya Dukung (Bearing Capacity Analysis):

Menghitung daya dukung tanah untuk memastikan bahwa pondasi dapat menahan beban yang diberikan.

- Analisis Penurunan (Settlement Analysis):

Menghitung penurunan yang mungkin terjadi pada pondasi dan memastikan bahwa penurunan tersebut dalam batas yang aman.

- Analisis Stabilitas (Stability Analysis):

Memastikan bahwa pondasi dan struktur di atasnya stabil terhadap berbagai kondisi beban dan lingkungan.

Dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut dan memilih jenis desain pondasi yang sesuai, dapat dihasilkan pondasi dalam yang aman dan efektif untuk mendukung struktur di atasnya.

(13)

BAB 3

DATA AND SITE CONDITION

3.1 Profil dan Karakteristik Tanah

Penilaian profil dan karakteristik tanah dilakukan melalui uji Cone Penetration Test (CPT), Standard Penetration Test (N-SPT), dan pengujian laboratorium tanah. Hasil dari pengujian ini memberikan informasi penting mengenai sifat tanah, kekuatan, dan stratifikasi.

1. Cone Penetration Test (CPT):

Hasil CPT menunjukkan ketahanan tanah terhadap penetrasi, yang membantu dalam identifikasi lapisan tanah dan kepadatannya. Data yang diperoleh mencakup tahanan ujung (qc), gesekan selubung (fs), dan tekanan air pori (u), yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah serta memperkirakan daya dukungnya.

2. Standard Penetration Test (N-SPT):

Nilai N-SPT memberikan indikasi kepadatan dan kekuatan tanah dengan mengukur jumlah pukulan yang diperlukan untuk memasukkan sampler standar ke dalam tanah. Hasil ini menunjukkan variasi kepadatan tanah dan membantu dalam penentuan parameter desain pondasi.

3. Data Laboratorium Tanah:

Pengujian laboratorium, termasuk analisis ukuran butir, batas Atterberg, uji kekuatan geser, dan uji konsolidasi, dilakukan pada sampel tanah. Pengujian ini memberikan wawasan rinci tentang sifat tanah seperti kohesi, sudut geser dalam, daya mampat, dan permeabilitas.

(14)

DATA CPT

(15)

Data Grafik Pengujian CPT

(16)

DATA N-SPT

(17)

Data Grafik N-SPT

(18)

DATA LAB

3.2 Beban Struktural

Desain struktural proyek mempertimbangkan berbagai kondisi beban, termasuk beban mati, beban hidup, beban gempa, dan beban angin.

Beban Mati: Beban ini mencakup berat sendiri komponen struktural seperti balok, kolom, pelat, dan dinding. Beban ini juga memperhitungkan perlengkapan dan penyelesaian permanen.

Beban Hidup: Beban variabel akibat okupansi, perabot, peralatan, dan pergerakan kendaraan dipertimbangkan. Beban ini dihitung berdasarkan klasifikasi penggunaan dan standar yang berlaku.

Beban Gempa: Desain seismik didasarkan pada data kegempaan regional dan peraturan bangunan yang berlaku. Analisis dinamis dilakukan untuk menilai respons struktur terhadap gerakan tanah guna memastikan keamanan terhadap gaya gempa.

(19)

3.3 Kondisi Lingkungan

Faktor lingkungan seperti muka air tanah dan kondisi lokasi memiliki peran penting dalam desain dan konstruksi.

Muka Air Tanah: Tingkat muka air tanah ditentukan melalui investigasi bor dan pembacaan piezometer. Temuan menunjukkan keberadaan air tanah pada kedalaman yang bervariasi, yang mempengaruhi desain pondasi serta metode penggalian.

Kondisi Lokasi: Topografi lokasi, pola drainase, dan infrastruktur yang ada telah disurvei untuk menilai kelayakan konstruksi. Potensi erosi tanah, stabilitas lereng, dan aksesibilitas dipertimbangkan dalam perencanaan lokasi serta strategi mitigasi.

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang mempunyai

Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang

lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.. Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi 2

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang

Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur berlapisan tanah keras yang

Pada beban struktur tertentu, penurunan kelompok tiang yang sama dengan penurunan tiang tunggal hanya terjadi jika dasar kelompok tiang terletak pada lapisan

Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang

Konstruksi pondasi tersebut bisa terbuat dari kayu, baja, atau beton yang berfungsi untuk meneruskan beban- beban daristruktur bangunan atas ke lapisan tanah pendukung bearing layers