• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH ADAT TRADISIONAL DI INDONESIA

N/A
N/A
kartini bangka

Academic year: 2024

Membagikan "RUMAH ADAT TRADISIONAL DI INDONESIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH ADAT TRADISIONAL DI INDONESIA

D I S U S U N OLEH :

IMAM SATRIO

KELAS : VII C

SMP NEGERI 4 SUNGAILIAT

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

(2)

1. Rumoh Aceh, Rumah Krong Pade atau Berandang - Nanggroe Aceh Darussalam

Rumah Krong Bade adalah rumah adat Aceh yang juga dikenal dengan nama Rumoh Aceh. Rumah ini bentuknya adalah rumah panggung dengan 3 ruangan utama dan 1 ruangan tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Ciri khas rumah Krong Bade Aceh adalah memiliki tangga didepan rumah yang berfungsi untuk masuk kedalam rumah dengan tinggi sekitar 2,5 - 3 m dari permukaan tanah dan umumnya memiliki jumlah tangga yang ganjil.

2. Rumah Bolon - Sumatra Utara

Rumah adat Bolon merupakan sebutan rumah rumah adat masyarakat suku Batak di Provinsi Sumatera Utara. Adanya beberapa sub suku Batak

menyebabkan arsitektur dari rumah adat ini juga terbagi ke dalam berbagai macam versi, seperti rumah bolon Toba, rumah bolon Simalungun, Rumah bolon Pakpak, rumah Bolon Karo, rumah bolon Mandailing, dan juga rumah Bolon Angkola.

Meskipun ada berbagai macam versi arsitektur, namun rumah bolon secara umum mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan diantara rumah adat Provinsi Sumatera Utara ini dengan rumah adat dari provinsi lainnya di Indonesia. Rumah Bolon sendiri merupakan rumah panggung yang hampir keseluruhan bagiannya terbuat dari bahan bangunan yang berasal dari alam.

(3)

3. Rumah Gadang - Sumatra Barat

Rumah Gadang atau rumah Godang adalah nama untuk rumah adat tradisional Minangkabau yang banyak dijumpai di provinsi Sumatera Barat. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama rumah Bagonjong atau Rumah Baanjuang.

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Contohnya saja seperti jumlah kamar yang bergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dari suku atau kelompok tertentu secara turun menurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan kelompok tersebut.

4. Rumah Selaso Jatuh Kembar - Riau

Rumah adat selaso jatuh kembar merupakan rumah adat resmi provinsi Riau yang diperkenalkan dan diresmikan oleh Gubernur Riau Imam Munandar sebagai rumah adat penduduk Riau. Selaso Jatuh Kembar merupakan rumah panggung dengan bangunan yang sangat besar dan berlantai lebih dari satu. Penamaan selaso jatuh kembar diberikan karena jumlah selasar (selaso) pada rumah ini yang lebih dari satu

(salaso). Sedangkan kata jatuh disematkan karena posisi selaso dibagian depan memiliki posisi yang lebih rendah (turun) daripada selaso dalam ruang utama sehingga selaso depan disebut selaso jatuh.

Rumah adat selaso jatuh kembar tidak digunakan sebagai tempat tinggal masyakarat kala itu, namun dimanfaatkan sebagai balai adat.

Oleh karena itu rumah adat salaso jatuh kembar disebut juga balai selaso jatuh.

(4)

5. Rumah Belah Bubung- Kepulauan Riau

Sama seperti kebanyakan rumah adat Melayu, rumah adat Belah Bubung juga merupakan rumah dengan struktur panggung dengan tinggi sekitar 2 meter dari permukaan tanah.

Dinamai belah bubung karena rangka atap dari rumah adat Kepulauan Riau ini dibuat menggunakan bubung (bambu) dan desainnya seperti terbelah dua. Selain itu, rumah ini juga memiliki nama-nama lain sesuai sebutan bagi bentuk atapnya. Nama tersebut antara lain rumah Lipat Kajang bila atapnya agak mendatar; rumah Lipat Pandan bila atapnya curam, rumah Atap Layar atau Ampar Labu bila bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung Panjang bila Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung Melintang bila Perabungnya tidak sejajar dengan jalan. Rumah Belah Bubung secara keseluruhan dibuat menggunakan material yang berasal dari alam. Untuk tiang, gelagar, tangga, bendul, dan rasuk digunakan kayu; dinding dan lantai menggunakan papan; sementara atapnya yang berbentuk seperti pelana kuda terbuat dari daun nipah atau daun rumbia. Di masa sekarang, bambu juga sering digunakan untuk menggantikan kayu yang semakin sulit didapat. Begitupun dengan seng yang digunakan sebagai atap pengganti daun rumbia dan nipah.

6. Rumah Panggung Kanjang Leko - Jambi

Rumah Panggung Kajang Leko atau biasa disebut rumah Kajang Leko adalah sebuah desain hunian yang baru ditetapkan menjadi rumah adat Jambi setelah melalui proses pencarian yang panjang. Pada sekitar tahun 70 an, Pemerintah berencana membangun TMII dan mewajibkan setiap provinsi untuk mengirimkan desain ikon budayanya masing-masing.

Gubernur Jambi pada masa itu kemudian berusaha mencari satu di antara banyak desain rumah adat yang ada di Jambi untuk ditetapkan sebagai ikon rumah adat Jambi. Pencarian yang dilakukan dengan sayembara bernama “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” ini kemudian menemukan rumah adat Kajang Leko sebagai rumah dengan desain tertua di Jambi. Rumah adat Kajang Leko sendiri adalah rumah berstruktur panggung yang dikonsep dari arsitektur Marga Batin. Rumah yang jika dilihat dari atas berbentuk persegi panjang

(5)

dengan ukuran 12 x 9 meter ini, berdiri karena ditopang oleh 30 tiang berukuran besar yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban.

7. Rumah Limas - Sumatra Selatan

Rumah limas merupakan bangunan bertingkat dan setiap tingkatnya memiliki makna tersendiri. Tingkat-tingkat pada rumah ini disebut masyarakat sebagaibengkalis. Rumah limas sangat luas dan sering kali digunakan sebagai tempat pesta pernikahan dan acara adat. Luasnya mulai dari 400 hingga 1000 meter persegi. Rumah limas dibangun dari kayu tembesu, kayu unglen, dan kayu seru. Kayu tembesu digunakan untuk membuat dinding, lantai, dan pintu. Untuk membuat tiang rumah pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air.

Sedangkan kayu seru digunakan untuk membuat rangka rumah. Kayu ini cukup langka dan sengaja tidak digunakan untuk membuat bagian bawah rumah. Karena dalam kebudayaan masyarakat Palembang, kayu seru dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Pintu dan dinding rumah limas biasanya diukir dan dibuat ornamen yang menggambarkan nilai-nilai kebudayaan Palembang.

8. Rumah Rakyat Bubungan Lima- Bengkulu

Rumah rakyat adalah rumah adat yang digunakan sebagai tempat tinggal orang- orang Bengkulu. Rumah ini juga terbagi ke dalam beberapa ruangan yaitu,

(6)

berendo atau beranda, yang digunakan untuk menerima tamu, bilik gedang atau kamar utama, bilik gadis atau kamar anak gadis, dan lain sebagainya.

9. Nowou Sesat - Lampung

Rumah adat Lampung memiliki sebutan yang cukup unik, yaitu Nuwou Sesat.

Nuwou Sesat sendiri berasal dari bahasa Lampung, Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti tempat ibadah. Rumah Nowou Sesat memiliki ciri khas panggung, atap terbuat dari ilalang yang dianyam, dinding dari kayu, dan didirikan sejajar sepanjang jalan utama yang membelah kampung. Rumah adat di Indonesia yang satu ini sudah sangat jarang sekali ditemukan di Lampung. Proses integrasi dan akulturasi budaya yang berjalan begitu cepat di Lampung adalah penyebab utamanya.

10. Rumah Limas - Bangka Belitung

Rumah adat rakit limas adalah rumah adat di Indonesia khas Bangka Belitung yang secara arsitektur sebetulnya hampir mirip dengan rumah adat provinsi lain di Pulau Sumatera yang masih berkarakteristek Melayu. Berikut ini penampilan fisik dari rumah adat Bangka Belitung ini.

(7)

11. Rumah Kebaya - DKI Jakarta

Julukan Kebaya pada rumah Kebaya disematkan karena memiliki atap rumah seperti pelana yang dilipat dan bila diperhatikan dari sisi samping maka akan terlihat seperti lipatan kebaya. Rumah kebaya identik dengan teras yang luas yang diisi oleh meja dan kursi kayu serta dikelilingi oleh pagar yang rendah atau langkan. Biasanya teras yang luas ini dimanfaatkan untuk menerima tamu yang datang kapan saja serta menjadi tempat bersantai keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa suku betawi dalam membuat hunian selalu berpegang pada konsep kekeluargaan, keterbukaan, keramahan serta hubungan sesama warga yang harmonis. Rumah adat ini biasanya dibangun di atas tanah berbentuk kubus dengan posisi lantai rumah yang ditinggikan dari dasar tanah dan sebagai penghubung dengan tanah dibuat anaktangga maksimal 3 buah.

12. Rumah Kasepuhan Cirebon - Jawa Barat

Sama seperti rumah adat pada umumnya, rumah adat sunda miliki masyarakat Jawa Barat umumnya juga berwujud panggung dengan tinggi antara 0,5 - 1 meter.

Kolong rumah panggung ini umumnya digunakan sebagai tempat mengandangkan hewan piaraan atau meletakan alat-alat pertanian. Rumah ini juga dilengkapi dengan tangga (golodog), sedang atapnya memiliki variasi yang cukup banyak seperti Jolopong, Badak Heuay, Tagong Anjing, Jubleg Nangkub, Perahu Kemureb, Buka Pongpok, dan Capit Gunting.

(8)

13. Rumah Badui - Banten

Rumah adat di Indonesia yang menjadi hunian orang-orang suku Banten tempo dulu diberi nama rumah badui. Rumah ini adalah rumah panggung beratapkan daun ilalang dengan lantai terbuat dari pelupuh atau bambu yang dibelah. Dinding rumah adat badui terbuat dari anyaman bambu sedangkan penyangga rumah terbuat dari batu berbentuk balok yang ujung atasnya kian mengecil. Di beberapa wilayah Ujung Kulon, rumah yang bentuknya ditampilkan pada gambar di bawah ini masih digunakan oleh sebagian besar penduduknya.

14. Rumah Joglo - Jawa Tengah

Orang Jawa pada umumnya memiliki rumah khas yang berupa hunian benama Joglo. Rumah adat di Indonesia yang satu ini memiliki beragam keunikan. Ia

(9)

terbagi ke dalam beberapa ruangan yang antara lain pendapa, pringgitan, dalem, sentong, gandok tengen, dan gandok kiwo.

15. Bangsal Kencono dan Rumah Joglo - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Bangsal Kencono adalah rumah yang berbentuk padepokan. Rumah ini memiliki halaman yang luasnya 14000m2. Di halaman tersebut banyak terdapat sangkar burung dan tanaman yang menghiasi. Saat ana memasuki bangsal Kencono, anda akan menemukan dua buat patung yang terkenal dengan sebutan bupolo.

Patung tersebut menggenggam sebuah pemukul atau biasa disebut gada.

Menurut Sumber Sejarah, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756M. Dibangunnya padepokan ini dulu ditujukan untuk acara keagamaan atau kesultanan. Tempat ini juga digunakan dalam

"Jumenengan" yaitu acara naik tahta seorang sultan.

16. Rumah Joglo Situbondo - Jawa Timur

Rumah adat joglo jawa timuran merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Jawa Timur. Rumah adat ini mempunyai kemiripan dengan rumah adat joglo Jawa Tengah.

(10)

Ciri khas rumah adat ini adalah bentuknya lebih minimalis tetapi artistik. Selain itu rumah adat ini mempunyai filosofi dan sanepan yang terkandung didalam rumah adat ini. Sehingga rumah adat ini kental akan kebudayaan leluhur terdahulu.

17. Rumah Gapura Candi Bentar - Bali

Rumah adat satu ini adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai Hindu.

Beragam keunikan dari sisi arsitekturnya maupun dari makna filosofis yang terkandung di dalamnya menjadikan rumah adat Bali ini begitu menarik untuk diketahui lebih detail. Nah, di artikel kali ini kami akan mengulas keunikan-keunikan dari rumah adat bernama Rumah Gapura Candi Bentar ini khusus untuk Anda.

Nama Gapura Candi Bentar yang dimiliki rumah ini sebetulnya berasal dari desain gapura atau pintu masuknya yang diukir sedemikian rupa sehingga tampak seperti candi. Gapura ini berukuran cukup besar dan dibangun tanpa atap penghubung. Hanya ada 2 bangunan candi yang kembar saling berhadapan dan saling terpisah. Keduanya hanya dihubungkan oleh beberapa anak tangga dan pagar pintu yang biasanya dibuat dari besi.

18. Dalam Loka Samawa - Nusa Tenggara Barat

Rumah Dalam Loka merupakan desain asli rumah kediaman raja-raja Sumbawa di silam.

Kuatnya pengaruh budaya Islam yang masuk di wilayah ini pada masa itu telah membuat hampir seluruh aspek adat dan kesukuan masyarakat Sumbawa larut dalam nilai-nilai syariah Islam. Hal yang sama juta berlaku pada rumah adat yang satu ini.

(11)

Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa, yakni “Dalam” yang berarti “Istana” dan “Loka” yang berarti “Dunia. Penamaan tersebut sesuai dan fungsi rumah adat ini yang memang digunakan untuk pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja Sumbawa pada masa silam.

19. Mbaru Niang - Nusa Tenggara Timur

Rumah Adat Mbaru Niang Ruamah adat Flores merupakan rumah tradisional salah satu suku Manggarai yang mempunyai bentuk seperti topi kerucut yang hanya dapat kita temui di desa Wea Rebu, pulau Flores Nusa Tenggara Timur.

Rumah adat Flores ini hanya tinggal 9 unit, desa Wea Rebuo sendiri terletak di atas lembah yang dikelilingi pegunungan dengan hutan yang sangat lebat dan letaknya sanagat terpencil serta berada jauh dari desa-desa lainnya. Desa tersebut terletak pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut, dengan hawa yang cukup dingin.

20. Rumah Panjang - Kalimantan Barat

Dalam bahasa Dayak Kanayatn, Rumah Adat Kalimantan Barat disebut dengan rumah Radakng atau rumah Panjang. Sesuai namanya, rumah adat ini merupakan rumah panggung setinggi 5-8 meter dari permukaan tanah dan berbentuk persegi panjang dengan panjang hingga 180 meter dan lebar hingga 30

(12)

meter.

Dibangunnya rumah adat Panjang dimaksudkan untuk melindungi keluarga dari serangan suku-suku lain, menghindari serangan binatang buas, dan sebagai tindakan antisipasi ketika terjadi banjir akibat meluapnya sungai.

21. Rumah Betang - Kalimantan Tengah

Rumah Betang bukan rumah biasa. Rumah ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat yang komunal. Rasa kekeluargaan yang tinggi antar sesama membuat di masa silam mereka hidup secara bersama-sama dalam rumah adat yang berukuran sangat besar ini. Untuk diketahui, rumah betang umumnya memiliki ukuran mencapai panjang 150 meter, lebar 30 meter, dan tinggi tiang sekitar 3 meter. Dengan ukurannya yang sedemikian besar, rumah betang mampu menampung 10 sd 15 keluarga dengan jumlah populasi antara 100 sd 150 orang. Adanya tiang rumah menandakan bahwa rumah adat Kalimantan Tengah ini memiliki struktur panggung. Oleh karenanya, untuk memasuki rumah ini seseorang harus menaiki tangga yang berjumlah ganjil. Rumah adat Betang dibuat dari bahan alam, material utamanya adalah kayu ulin, kayu yang terkenal sangat kuat dan tak mudah lapuk.

Sementara atapnya terbuat dari ijuk atau rumbia.

22. Rumah Bubungan Tinggi - Kalimantan Selatan

Jika dilihat sekilas, arsitektur rumah Bubungan Tinggi sangat mirip dengan rumah Bapang khas masyarakat Betawi. Kendati begitu, rumah adat Kalimantan Selatan ini memiliki struktur panggung. Tegaknya rumah ditopang oleh tiang-tiang besar berbentuk silindris yang terbuat dari kayu-kayu keras. Karena bersturktur panggung, Rumah Bubungan Tinggi umumnya akan memiliki satu buah tangga tepat dibagian depan rumah. Secara umum, konstruksi rumah adat Banjar ini dibagi menjadi beberapa bagian. Seperti dapat kita lihat pada gambar di atas, bagian-bagian rumah adat Kalimantan Selatan ini terdiri dari Tubuh rumah yang memanjang lurus dari belakang ke depan, merupakan bangunan induk.Tubuh rumah ini dibagi atas ruangan-ruangan yang lantainya berjenjang. Bangunan yang

(13)

menempel di bagian kiri dan kanan rumah disebut Anjung. Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi. Desain atap inilah yang menjadi nama dan nilai keunikan tersendiri bagi rumah adat ini. Bubungan atap yang memanjang dari bubungan tinggi ke depan disebut atap Sindang Langit. Bubungan atap yang memanjang dari bubungan tinggi ke belakang disebut atap Hambin Awan.

23. Rumah Lamin - Kalimantan Timur

Rumah adat Kalimantan Timur adalah rumah lamin. Rumah ini yang sebetulnya merupakan rumah identitas suku Dayak Kenyah ini ditetapkan menjadi rumah tradisional Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 1967. Keunikan yang dimiliki oleh rumah adat ini terletak pada struktur dan ukuran bangunannya. Perlu diketahui bahwa rumah Lamin dapat menampung sedikitnya hingga 100 orang.

Daya tampung tersebut ditunjang dengan ukuran rumah Lamin yang terbilang sangat besar yaitu panjang 300 m, lebar 15 m, dan tinggi 3 m.

Rumah lamin adalah rumah panggung dengan daya tampung yang sangat besar.

Besarnya daya tampung rumah ini merupakan tanda bahwa masyarakat Dayak di daerah Kalimantan Timurmemiliki sifat kekeluargaan yang tinggi. Mereka hidup berkelompok dalam satu rumah. Antara 12 sampai 30 keluarga hidup bersama- sama dalam rumah ini.

24. Rumah Baloy - Kalimantan Utara

Sebab suku Tidung merupakan salah satu sub suku Dayak, desain dari rumah baloy yang menjadi rumah adat dari suku Tidung juga mirip dengan rumah adat dari dari Provinsi Kalimantan Timur, yaitu rumah Lamin. Menurut beberapa ahli, rumah Baloy ini merupakan rumah adat dengan hasil pengembangan arsitektur dari rumah adat Lamin. Rumah Baloy sendiri merupakan rumah adat yang berstrukturkan rumah panggung dengan bahan keseluruhan terbuat dari bahan dasar kayu ulin. Kayu ulin

(14)

merupakan kayu khas Pulau Kalimantan yang terkenal akan kekuatan struktur seratnya.

Tidak seperti halnya kayu jenis lain yang akan melapuk bila terkena air, kayu ulin ini justru akan semakin kuat dan juga semakin keras jika terpapar oleh air dalam kurun waktu yang lama.

25. Rumah Pewaris - Sulawesi Utara

Rumah Pewaris merupakan rumah adat yang memiliki tampilan fisik yang apik dengan bentuk rumah panggung. Tiang penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua di antara tiang penyanggah rumah ini, konon kabarnya, tak boleh disambung dengan apapun. Bagian kolong rumah pewaris ini lazim dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan hasil panen atau godong. Keunikan rumah pewaris atau Walewangko ini terletak pada arsitektur depan rumah, yaitu pada susunan tangga yang berjumlah dua dan terletak di bagian kiri dan kanan rumah.

Dua buah tangga ini berkaitan erat dengan kepercayaan suku Minahasa dalam mengusir roh jahat. Apabila roh tersebut naik melalui tangga yang satu maka serta merta ia akan turun lagi melalui tangga lainnya.

26. Rumah Dulohupa - Gorontalo

Rumah adat Dulohupa ini letaknya di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Rumah Dulohupa juga disebut Yiladia Dulohupa Lo Ulipu

Hulondhalo oleh penduduk Gorontalo. Rumah adat ini berbentuk rumah panggung yang badannya terbuat dari papan dan struktur atap bernuansa daerah Gorontalo.

Selain itu rumah adat Dulohupa juga dilengkapi pilar-pilar kayu sebagai hiasan serta lambang dari rumah adat Gorontalo dan memiliki dua tangga yang berada di bagian kiri dan kanan rumah adat yang menjadi symbol tangga adat atau disebut tolitihu. Rumah adat Dulohupa dibangun berupa rumah panggung. Hal ini

dilakukan sebagai penggambaran dari badan manusia yaitu atap menggambarkan

(15)

kepala, badan rumah menggambarkan badan, dan pilar penyangga rumah menggambarkan kaki. Selain itu bentuk rumah panggung juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.

27. Rumah Tambi - Sulawesi Tengah

Struktur rumah tambi berupa rumah panggung dengan tiang penyangga pendek yang tingginya tidak lebih dari 1 meter. Tiang-tiang tersebut berjumlah 9 dan saling dilekatkan satu sama lain dengan balok kayu yang dipasak. Tiang-tiang menyangga lantai dan kerangka rumah dengan menopang pondasi berupa batu persegi berukuran besar di bagian bawahnya. Tiang-tiang yang menyangga tegaknya rumah adat Sulawesi Tengah ini umumnya dibuat dari bahan kayu bonati, sejenis kayu hutan yang memiliki tekstur kuat dan tahan lapuk. Tiang-tiang tersebut menyangga rangka lantai yang terbuat dari papan. Lantai rumah ini sendiri dibuat dari papan yang disusun saling berdekatan. Luas lantainya berukuran rata-rata 5 meter x 7 meter. Yang paling unik dari desain rumah Tambi terletak pada konstruksi atapnya. Atap rumah Tambi berbentuk prisma dengan sudut kecil di bagian atasnya sehingga terlihat tinggi dan mampu menaungi semua bagian rumah. Atapnya yang terbuat dari ijuk atau daun rumbia ini memanjang ke bawah dan berfungsi sekaligus sebagai dinding luar.

28. Rumah Tongkonan - Sulawesi Selatan

Rumah tongkonan memiliki struktur panggung dengan tiang-tiang penyangga bulat yang berjajar menyokong tegaknya bangunan. Tiang-tiang yang menopang lantai, dinding, dan rangka atap tersebut tidak di tanam di dalam tanah, melainkan langsung ditumpangkan pada batu berukuran besar yang dipahat hingga berbentuk persegi. Dinding dan lantai rumah adat tongkonan dibuat dari papan-papan yang disusun sedemikian rupa. Papan-papan tersebut direkatkan tanpa paku, melainkan hanya diikat atau ditumpangkan menggunakan sistem kunci. Kendati tanpa dipaku, papan pada dinding dan lantai tetap kokoh kuat hingga puluhan tahun.

(16)

29. Rumah Adat Suku Mandar - Sulawesi Barat

Rumah Boyang juga merupakan rumah berstruktur panggung yang disusun dari material kayu-kayuan. Rumah adat Sulawesi Barat ini ditopang oleh tiang-tiang dari kayu balok berukuran besar setinggi 2 meter. Tiang-tiang tersebut menopang lantai sekaligus atap rumah. Tiang tidak ditancapkan ke tanah, melainkan ditumpangkan pada sebuah batu datar untuk mencegah kayu cepat melapuk. Mengingat strukturnya yang berupa rumah panggung, rumah adat suku Mandar ini juga dilengkapi dengan 2 buah tangga, satu di bagian depan dan satu lagi di belakang rumah. Tangga-tangga tersebut memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil, biasanya antara 7 sd 13 buah dan dilengkapi dengan pegangan di sisi kanan dan kirinya.

30. Istana Sultan Buton - Sulawesi Tenggara

Rumah adat suku Tolaki disebut dengan Laika (Konawe) yang memiliki pengertian yaitu rumah. Rumah adat ini berukuran besar berbentuk segiempat dengan material kayu sebagai bahan dasarnya. Bangunan ini terdiri dari atap dan lantai yang ditopang oleh banyak tiang- tiang berukuran besar dengan tinggi sekitar 20 kaki dari dasar tanah. Rumah adat dari suku Tolika dan suku Wolio sebenarnya memiliki persamaan dalam membangun tempat tinggal ataupun tempat untuk berkumpul, yaitu dengan menggunakan system nilai budaya yang disebut dengan pembagian secara kosmologi alam dan pembagian diibaratkan sebagai tubuh manusia. Bila kita perhatikan, bagian depan rumah adat Laika diibaratkan sebagai tangan kanan dan kiri dan tengahnya sebagai dagu. Sedangkan bagian tengah rumah

(17)

diibaratkan sebagai dua lutut dan tengahnya sebagai tali pusar. Pada bagian belakang rumah diibaratkan sebagai dua kaki kiri dan kanan dengan bagian tengah sebagai alat vitalnya.

31. Rumah Baileo - Maluku

Nama “Baileo” berasal dari bahasa Maluku yang berarti Balai. Sesuai namanya, rumah adat ini memang bukan difungsikan sebagai tempat tinggal masyarakat Maluku. Rumah Baileo secara turun temurun lebih dikenal sebagai balai adat tempat dilangsungkannya beragam upacara adat, pertemuan adat, dan kegiatan keagamaan. Sesuai fungsi tersebut, desain rumah ini kemudian dibuat sedemikian rupa agar dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Rumah Baileo memiliki struktur panggung. Tegaknya bangunan rumah ini ditopang tiang-tiang kayu pendek yang berjajar ditanam ke dalam tanah. Tiang yang umumnya dibuat dari kayu kelapa ini hanya menopang lantai rumah. Sementara atap ditopang oleh tiang sambungan yang ukurannya lebih kecil.

32. Rumah Sasadu - Maluku Utara

Karena berfungsi sebagai tempat pertemuan banyak orang, rumah Sasadu didesain cukup luas. Rumah adat Maluku Utara ini tidak berdinding dan hanya terdiri satu bagian saja tanpa sekat. Oleh karenanya rumah ini bersifat terbuka dan hanya terlihat memiliki tiang- tiang penopang saja. Tiang penopang tidang memikul berat lantai seperti kebanyakan rumah adat lain di Indonesia. Pasalnya rumah Sasadu bukanlah rumah tipe panggung. Tiang hanya digunakan untuk menopang kerangka atap rumah, sementara lantainya terhampar di permukaan tanah. Tiang penopang sendiri dibuat dari bahan batang kayu sagu yang

terdapat cukup banyak di Halmahera. Tiang-tiang penopang dihubungkan satu sama lain dengan balok penguat. Balok-balok tersebut tidak dipaku pada tiang, mengingat dalam

(18)

desainnya rumah adat ini memang tidak dibangun tanpa paku meski satu buah pun. Balok penguat tersebut direkatkan pada tiang dengan hanya menggunakan pasak kayu. Pada beberapa bagian, balok penguat juga difungsikan sebagai tempat duduk. Antar balok diberi susunan bambu atau kayu yang membentuk dipan.

33. Rumah Honai - Papua

Rumah adat Papua tersebut bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai). Ketiga jenis rumah Honai ini dari strukturnya terlihat sama persis, hanya saja untuk rumah yang dikhususkan bagi pria ukurannya biasanya lebih tinggi.

34. Rumah Mod Aki Aksa - Papua Barat

Mod Aki Aksa disebut mudah dibuat karena dalam proses pembangunannya hanya diperlukan bahan material yang berasal dari alam. Tiang, dinding, lantai, dan atap dari rumah ini memang tak sedikit pun menggunakan besi atau semen yang harus dibeli di toko.

Semua material murni bisa diambil dari alam sekitar tempat tinggal penduduknya. Salah satu yang menjadi keunikan tersendiri dari rumah adat ini terletak pada desain tiangnya.

Rumah Mod Aki Aksa dibangun di atas jajaran tiang-tiang kayu berukuran kecil yang

(19)

sangat banyak karena rata-rata dibuat dari kayu berdiameter 10 cm dengan jarak antar tiang hanya 30 cm. Saking banyaknya tiang, rumah inipun kerap disebut Rumah Berkaki Seribu atau Rumah Seribu Tiang. Nama Mod Aki Aksa sebetulnya juga berasal dari sebutan ini.

Referensi

Dokumen terkait

RUMAH ADAT DAN PAKAIAN ADAT SUKU DI INDONESIA1. PROVINSI

Desain marker untuk aplikasi AR ini menggunakan desain marker warna dimana desain marker yang dibuat dengan konsep menyerupai katalog rumah adat sehingga desain

Rumah Adat Riau (Melayu Selaso Jatuh Kembar).4. Rumah Adat Jambi

Mandailing adalah salah satu suku batak di Sumatera Utara yang tergolong kuat memegang adat istisadat budaya Mandailing yang terdapat pada bagian-bagian rumah tempat

Adat dan kepercayaan di daerah Bugis Bone terhadap rumah tradisionalnya Beberapa wasiat yang menjadi perhatian terhadap rumah tradisional, baik dalam proses pembuatan rumah yang

Rumah Banjar Adalah Salah satu Rumah Tradisional Suku Banjar, Rumah Banjar Atau yang disebut juga (Rumah Bubungan Tinggi) di Kalimantan Selatan, bisa dibilang

Desain marker untuk aplikasi AR ini menggunakan desain marker warna dimana desain marker yang dibuat dengan konsep menyerupai katalog rumah adat sehingga desain

Masyarakat Dayak Balai Adat Cabai Patikalain yang merupakan bagian dari Suku Dayak Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan juga mempunyai pengetahuan tradisonal tentang pemanfaatan