• Tidak ada hasil yang ditemukan

sainstek 2019

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "sainstek 2019"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Kadar Hormon Estrogen Serum  dan Perubahan Struktur

Histologi Uterus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina

Wistar Prepubertas yang Diberi Ekstrak Daun Kaliandra Merah (Calliandra Calothyrsus Meissn.)

Iriani Setyawati  Ni Nyoman Wirasiti 

L.P. Eswaryanti Kusuma Yuni Prodi Biologi FMIPA Unud

SAINSTEK 2019

(6)

Pendahuluan

Kekurangan hormon estrogen dapat menurunkan fertilitas wanita karena  menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi, uterus tidak 

berkembang, miometrium menjadi atrofi dan inaktif. 

Pada hewan betina, estrogen berperan meningkatkan kinerja reproduksi dengan merangsang proliferasi dan differensiasi epitel vagina, 

perkembangan duktus kelenjar mammae, alat kelamin sekunder, 

pertumbuhan uterus (massa endometrium, miometrium, kontraktil uterus  (Gultom, 2001). 

Penelitian eksplorasi tanaman sebagai sumber estrogen eksogen 

(fitoestrogen) sangat penting. Fitoestrogen : senyawa bersifat estrogenik  dari tumbuhan. 

Kaliandra merah (Calliandra calothyrsus Meissn.) sebagai obat tradisional untuk mengobati rematik, sesak napas, dan untuk kontrasepsi (masyarakat  Amazon).

Kaliandra merah mengandung senyawa steroid yg bersifat estrogenik, 

dapat mempersingkat panjang siklus estrus dan fase folikular, ditandai

peningkatan jumlah korpus luteum dalam ovarium tikus (Mardika dkk, 

2018).

(7)

Tujuan

Mengkaji potensi fitoestrogen ekstrak daun C. calothyrsus pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina pada usia prapubertas melalui peubah kadar hormon estrogen dari sampel darah, serta pengaruhnya terhadap 

perubahan bobot dan struktur histologi uterus tikus betina. 

Keutamaan 

Tikus betina (prapubertas) diberikan ekstrak daun kaliandra merah yang  mengandung flavonoid yang bersifat estrogenik. Kadar estrogen 

diharapkan bertambah di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat 

mengoptimalkan perkembangan uterus sebagai organ terpenting tempat 

kelak melekatnya embrio yang berimplantasi dan berkembang selama 

periode kehamilan.

(8)

METODE PENELITIAN

(9)

Daun dicuci bersih (air mengalir), dikeringkan‐anginkan, diblender. 

500 g serbuk daun C. calothyrsusdimaserasi dengan 2500 mL n‐heksana (suhu  kamar, 1 hari) lalu disaring. 

Ampas dimaserasi kembali menggunakan 2500 mL n‐heksana (2x  pengulangan). 

Ampas didigesti dengan pelarut etanol 80% 2500 mL (2 jam), maserat disaring. 

Ampas didigesti kembali (2x pengulangan @ 2 jam). 

Maserat ditampung, lalu diuapkan dengan vaccum rotary evaporator(50⁰C)  dan dioven (40°C). Ekstrak kental ditimbang.

Pembuatan  Ekstrak

50 mg CMC Na ditaburkan di atas air hangat dalam mortir, digerus hingga  homogen. 

Campuran dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL + aquades hingga 100 mL. 

Suspensi CMC Na 0,5% digunakan sebagai pelarut Pembuatan 

pelarut CMC  Na 0,5%

Tikus (Rattus norvegicus) betina umur 54 hari (prapubertas) 24 ekor. 

Sehat, aktif, tidak ada cacat fisik dan tumor. Tikus diadaptasi 2 minggu.

Pakan komplit butiran standar babi CP 551 (PT Charoen Pokphand, Indonesia),  air minum aqua isi ulang ad libitum

Kandang bak plastik 30x20x12 cm, kawat penutup, dasar bak dialasi sekam.

Tikus dipelihara pada suhu ruang (± 27ºC), kelembaban relatif 50–60%, siklus  pencahayaan 12 : 12 jam terang : gelap. 

Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan (P0=Kontrol plasebo; P1=17,5 mg/kg  BB; P2=35 mg/kg BB; P3=70 mg/kg BB) @ 6 ulangan. 

Hewan Coba 

& Rancob

(10)

Sampel darah diambil dari plexus retroorbitalis

Pengujian kadar hormon menggunakan kit hormon estrogen (estradiol).

Pengukuran hasil kadar hormon reproduksi dengan menggunakan ELISA  (Enzim Linked Immunosorbent Assay). 

Hasil dibaca pada panjang gelombang 450 nm dengan alat Elisa  Spectrophotometer.

Analisis Kadar  Hormon Estrogen

Organ uterus dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% lalu ditimbang dan  difiksasi dengan larutan fiksatif Neutral Buffer Formalin.

Pembuatan preparat sayatan histologi dilakukan dengan metode parafin,  pewarnaan Hematoxylin – Eosin

Pemeriksaan histologi uterus mengunakan mikroskop listrik dengan  perbesaran 400 kali

Dokumentasi dengan aplikasi Optilab Viewer, pemeriksaan histologi  dengan aplikasi Image Raster dari Optilab (Micronos)

Preparasi Sediaan Histologi

Analisis data dilakukan dengan program SPSS IBM ver. 22

Uji statistik deskriptif untuk karakteristik kelompok perlakuan dan  distribusi frekuensi variabel.

Uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov untuk menguji normalitas data

Ujii homogenitas varians antar kelompok dengan Leven’s Test,

Uji One Way Anova dengan uji lanjut Duncan.

Analisis Data

(11)

Tabel 1. Kadar hormon estrogen tikus yang diberi ekstrak daun kaliandra Perlakuan Kadar estrogen/ estradiol (pg/mL) 

Kontrol plasebo 35,90 ± 1,295 

a

Dosis 17,5 mg/kg bb 49,85 ± 1,710 

c

Dosis 35 mg/kg bb 45,33 ± 4,933 

b

Dosis 70 mg/kg bb 44,40 ± 1,267 

b

Tabel 2. Bobot uterus tikus yang diberi ekstrak daun kaliandra

Perlakuan Bobot Uterus (g) 

Kontrol 0,272 ± 0,071 

b

Dosis 17,5 mg/kg bb 0,101 ± 0,033 

a

Dosis 35 mg/kg bb 0,143 ± 0,038 

a

Dosis 70 mg/kg bb 0,290 ± 0,035 

b

Perlakuan Diameter Uterus (µm) 

Kontrol 553,75 ± 114,359 

c

Dosis 17,5 mg/kg bb 397,65 ± 45,961 

a

Dosis 35 mg/kg bb 423,01 ± 64,241 

ab

Dosis 70 mg/kg bb 512,61 ± 55,610 

bc

Tabel 3. Diameter uterus tikus yang diberi ekstrak daun kaliandra

(12)

Tabel 4. Tebal lapisan dinding uterus tikus yang diberi ekstrak daun kaliandra Perlakuan Tebal endometrium

(µm)

Tebal myometrium (µm)

Tebal perimetrium (µm)

Kontrol 300,85 ± 75,724

b

112,53 ± 28,397

b

140,37 ± 20,832

b

P1 (17,5 mg/kg bb) 191,35 ± 46,504

a

87,51 ± 13,268

a

118,79 ± 10,571

a

P2 (35 mg/kg bb) 204,01 ± 67,363

a

97,96 ± 9,614

ab

121,04 ± 15,756

ab

P3 (70 mg/kg bb) 280,46 ± 40,562

b

99,80 ± 14,967

ab

131,78 ± 16,809

ab

Gambar 1. Histogram ketebalan dinding uterus tikus

0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0

Diameter uterus Tebal endometrium Tebal perimetrium Tebal myometrium

Ketebalan (µm)

Kontrol (CMC Na) P1 (17,5 mg/kg bb) P2 (35 mg/kg bb) P3 (70 mg/kg bb)

(13)

Gambar 4. Histologi uterus tikus yang diberi perlakuan ekstrak daun kaliandra C.calothyrsus.

A. K (kontrol plasebo), diberi Na-CMC 0,5%; perlakuan ekstrak daun kaliandra C. calothyrsus dosis B. 17,5 mg/kg bb (P1), C. 35 mg/kg bb (P2), D. 70 mg/kg bb (P3)

p = perimetrium, m = myometrium, e = endometrium, L = lumen (scale bar 200 µm, perbesaran 50×)

(14)

Kesimpulan

Pemberian perlakuan ekstrak etanol daun C. calothyrsus dalam penelitian ini dapat meningkatkan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas secara signifikan. 

Dosis efektif ekstrak daun kaliandra terhadap struktur uterus  adalah 70 mg/kg bb karena tidak menurunkan bobot uterus,  sementara diameter dan ketebalan lapisan endometrium, 

miometrium dan perimetrium tetap normal seperti tikus kontrol.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 24 ekor tikus putih Rattus norvegicus betina galur Wistar berusia 54 hari dibagi menjadi empat kelompok yaitu kontrol negatif