• Tidak ada hasil yang ditemukan

The sample in this study was 90 auditors who worked at the Public Accountant Firm in DKI Jakarta

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "The sample in this study was 90 auditors who worked at the Public Accountant Firm in DKI Jakarta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH INDEPENDENSI, MOTIVASI, PENGALAMAN KERJA, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

Rachel Dorkas Rindu

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

Email: racheldorkas.r@gmail.com Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Made Sudarma, SE., MM., Ak.

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the influence of independence, motivation, work experience and auditor ethics. The sample in this study was 90 auditors who worked at the Public Accountant Firm in DKI Jakarta. The research method used is a quantitative method. The sampling technique using purposive sampling method. Data collection techniques used are using the questionnaire method. Data analysis was performed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that independence, motivation, work experience, and auditor ethics influence audit quality. Auditor ethics becomes a variable that has a dominant influence on audit quality.

Keywords: independence, motivation, work experience, auditor ethics, and audit quality.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh independensi, motivasi, pengalaman kerja dan etika auditor. Sampel dalam penelitian ini adalah 90 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kuesioner.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, motivasi, pengalaman kerja, dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Etika auditor menjadi variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas audit.

Kata kunci: independensi, motivasi, pengalaman kerja, etika auditor, dan kualitas audit.

(2)

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan penjelasan dari Fraser dan Ormiston (2008), laporan keuangan mengandung banyak informasi bermanfaat mengenai posisi keuangan perusahaan, keberhasilan operasinya, kebijakan dan strategi manajemen, dan wawasan tentang kinerja masa depannya. Oleh sebab itu laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dan berpengaruh bagi para pengambil keputusan. Akan tetapi masih ada masyarakat yang belum percaya terkait dengan hasil laporan keuangan yang dihasikan oleh perusahaan. Maka dari sini profesi sebagai auditor sangat penting dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2016 karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan yang berguna terdiri dari karakteristik kualitatif fundamental, yaitu relevansi (relevance) dan representasi tepat (faithful representation). Karakteristik kualitatif peningkat, yaitu keterbandingan (comparability), keterverifikasian (verifiability), ketepatwaktuan (timelines), dan keterpahaman (understandability). Berkualitas atau tidaknya suatu laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik tersebut, terutama pada karakteristik kualitas fundamental. Kedua karakteristik fundamental tersebut sangat sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan direpresentasikan secara tepat.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan audit yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, kualitas audit merupakan hal yang harus dipertahankan dalam proses pengauditan.

Kualitas audit penting karena dengan kualitas audit yang baik maka laporan audit yang dihasilkan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Namun, banyaknya kasus pelanggaran profesi akuntan publik yang terjadi, menghasilkan ketidakpuasan atas hasil jasa yang diberikan dan menciptakan stigma yang baru serta ketidakpercayaan pemakai laporan keuangan terhadap kualitas hasil audit.

Bawono dan Singgih (2010) menyebutkan bahwa makin banyaknya skandal keuangan yang terjadi di luar maupun di dalam negeri yang sangat mempengaruhi kepercayaan pengguna laporan keuangan audit pada profesi akuntan publik. Kasus yang terjadi pada akuntan publik ini menyebabkan kinerja dari seorang auditor mulai diragukan. Perkembangan era globalisasi membuat persaingan yang ketat antar kompetitor ataupun rekan profesi, sehingga auditor ditempatkan pada kondisi yang dilematis. Di satu sisi, pihak klien menginginkan opini yang mereka dapatkan opini wajar tanpa pengecualian agar citra bagus yang mereka dapatkan dari stakeholder dan di sisi lain stakeholder ingin diperlihatkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan agar mereka dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

Sebagai contoh, pada kasus PT Garuda Indonesia di tahun 2019, masyarakat dikejutkan dengan manipulasi penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia yang menyebabkan pemberian sanksi kepada KAP Tanubrata, Sutantu, Fahmi, Bambang & Rekan karena kelalaian dalam menilai substansi tranksaksi dalam mencatat piutang menjadi pendapatan dalam laporan keuangan. Auditor tidak mengungkapkan keadaan laporan keuangan konsolidasi PT Garuda Indonesia yang sebenarnya sehingga dapat menyesatkan stakeholder. Pada 28 Juni 2019, akhirnya Garuda Indonesia kena sanksi dari OJK, Kemenkeu, dan BEI. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan. Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan.

Terdapat juga permasalahan lain, yang membuktikan kualitas audit yang rendah terjadi di Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte Indonesia. Mentri Keuangan jatuhkan sanksi kepada KAP Satrio Bing Eny & Rekan, Auditor Publik (AP) Marlina Auditor Publik (AP) Merliyana Syamsul terhadap laporan keuangan PT.Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) pada tahun 2012-2016. Hal ini disebabkan karena AP Marlina dan AP Merliyana Syamsul belum sepenuhnya

(3)

3 menerapkan pengendalian sistem informasi

terkait data nasabah, akurasi jurnal piutang pembiayaan serta gagal mendapatkan bukti yang cukup dan tepat. Kementrian Keuangan menemukan dua temuan. Pertama adalah mengenai skeptisme yang perlu dimiliki oleh auditor serta pemahaman terhadap sistem pencatatan yang digunakan oleh perusahaan.

Kedua adalah pengujian yang dilakukan oleh KAP menurut Kementrian Keuangan tidak sampai pada dokumen dasar. Pada laporan keuangan SNP Finance terjadi penggelembungan akun jaminan piutang sebesar Rp 14 Triliun, sedangkan berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan kredit yang disalurkan perbankan kepada SNP Finance hanya sebesar Rp 2,2 Triliun. (Tempo; 28 September 2018).

Kementerian Keuangan memastikan ada sanksi bagi kantor akuntan publik (KAP) Deloitte Indonesia dalam kasus gagal bayar bunga medium term note (MTN) SNP Finance.

Kedua kasus yang telah diuraikan merupakan suatu bukti bahwa bagaimana praktik akuntansi yang sesungguhnya di lapangan dan terlihat faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas audit. Para auditor eksternal yang terlibat dalam kasus korporasi terbukti telah melanggar Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Etika Profesi Akuntan Publik.

Penelitian ini sebagai replikasi atas variabel- variabel yang memiliki hasil temuan penelitian sebelumnya, variabel-variabel dipilih berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian terkait dengan kualitas audit. Beberapa inkonsistensi hasil penelitian terkait dengan kualitas audit memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menguji kembali faktor-faktor inkonsisten yang berpengaruh terhadap kualitas audit meliputi independensi, motivasi, pengalaman kerja, dan etika auditor..

Peneliti memilih objek penelitian di DKI Jakarta karena banyaknya kasus pelanggaran terjadi di KAP DKI Jakarta hal ini dapat dilihat dari kedua kasus yang telah dibahas oleh peneliti adalah KAP yang bertempat di DKI Jakarta.

Selain itu, data diperoleh dari web Pusat Pembinaan Profesi keuangan (P2PK) memperlihatkan bahwa DKI Jakarta memiliki jumlah KAP terbanyak, sehingga peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kualitas audit.

II.TELAAH PUSTAKA

Teori Agensi

Anthony dan Govindarajan (2005) menyampaikan bahwa teori agensi merupakan teori yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen dengan asusmsi bahwa setiap individu termotivasi oleh kepentingannya masing- masing, sehingga dapat menimbulkan konflik antar prinsipal dan agen. Prinsipal diartikan sebagai pihak yang memiliki saham sedangkan agen diartikan sebagai pihak yang diberi wewenang oleh principal untuk mengelola aset perusahaan. Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal. Tetapi untuk informasi yang diterima prinsipal tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Adanya gap informasi antara prinsipal dan agen dibutuhkannya seorang auditor sebagai pihak ketiga untuk mengurangi gap tersebut.

Teori Atribusi

Menurut Fritz Heider sebagai pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang disebabkan baik dari faktor eksternal maupun internal orang tersebut.

Teori ini juga menjelaskan bahwa perilaku seseorang dalam situasi tertentu dapat dipredeksi berdasarkan perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi karena peneliti akan melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor itu sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.

Kualitas Audit

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit adalah kemampuan auditor untuk mendeteksi salah saji material (kemampuan teknis) dan melaporkan kesalahan (independensi auditor). DeAngelo (1981) juga

(4)

menyatakan bahwa kualitas audit adalah auditor tidak akan memberikan opini wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material di dalamnya.

Kualitas audit berkaitan dengan kinerja auditor. Wardina (2015) menyampaikan bahwa kinerja auditor adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan auditor dalam rentang waktu tertentu.

Mulyadi (2008:8-9) menyatakan bahwa kinerja auditor juga bisa berarti auditor yang melaksanakan tugasnya secara objektif terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan tesebut telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam hal semua yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan.

Utami (2018) menyatakan bahwa kualitas kerja seorang auditor dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang dilakukan.

Untuk dapat menjalankan kewajibannya, auditor harus memiliki tiga komponen penting, yaitu kompetensi (keahlian), independensi, dan akuntabilitas. Selain tiga komponen penting yang telah dijelaskan, dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa laporan keuangan, auditor harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia agar laporan yang diaudit berkualitas dan dapat dipercaya. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2016 tentang panduan indikator kualitas audit pada kantor akuntan publik bahwa berkualitasnya audit yang dilakukan jika sudah sesuai dengan standar auditing dan mutu.

Independensi

Arens, et.al.(2000) mendefinisikan independensi dalam pengauditan sebagai

"Penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit". Purwanto (2016) menyatakan bahwa independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena auditor tersebut melakukan pekerjaannya untuk

kepentingan umum.

Dalam Dewan Standard Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui SPAP (2001:220.1) menyatakan bahwa: “auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.”

Desi (2017) menyatakan bahwa pengaruh independensi terhadap kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Yang berarti semakin kuatnya independensi seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan juga berkualitas. Efendy (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Rakidewi (2012) juga memberikan hasil adanya pengaruh positif independensi auditor terhadap kualitas audit.

H1: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Motivasi

Motivasi adalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu yang prosesnya mencakup pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum dipuaskan, penentuan tujuan yang akan memuaskan kebutuhan, dan penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan (Efendy, 2010). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan kerja.

Motivasi kerja auditor dalam suatu organisasi dianggap sederhana namun bisa menyebabkan masalah apabila tidak dapat dikendalikan secara baik oleh perusahaan karena sesungguhnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Bila auditor termotivasi, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginannya (Husin dan Bayu, 2015).

Penelitian yang dilakukan Hanjani (2014) menjelaskan dalam kesimpulan penelitiannya

(5)

5 bahwa motivasi kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja seorang auditor.

Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Husin dan Bayu (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit.

H2: Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Pengalaman Kerja

Elaine Johnson (2007) menyatakan bahwa

“Pengalaman memunculkan potensi seseorang.

Potensi penuh akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman”. Jadi sesungguhnya, yang penting diperhatikan dalam hubungan tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalamannya. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.

Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Zarefar (2015) menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Asih (2006) menjelaskan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hanjani (2014) juga menyampaikan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positf terhadap kualitas audit.

H3: Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.

Etika Auditor

Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Suraida, 2005). Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku

etis. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.

Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan profesional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat.

Hasil penelitian Hanjani (2014) menjelaskan bahwa etika auditor memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zarefar (2015) menjelaskan bahwa etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Selain itu, hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dkk (2014) yang memberikan hasil bahwa etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor dengan etika yang lebih baik maka akan semakin baik kualitas audit yang dilakukannya

H4: Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini memperoleh data primer secara langsung dari responden, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada Akuntan Publik yang bekerja di Jakarta. Kuesioner akan disebarkan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan, e-mail, maupun kuesioner online.

Responden dari penelitian ini adalah akuntan publik DKI Jakarta yang aktif dan terdaftar dalam Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK). Peneliti memilih untuk mengambil data dari website Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) karena mudah untuk diakses dan memberikan data terbaru per 2 Maret 2020.

Akuntan Publik menurut Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementrian Keuangan per 2 Maret 2020 berjumlah 1369 orang dari 473 KAP di seluruh Indonesia dan sebanyak 902 orang bekerja di 238 KAP di Jakarta.

Peneliti memilih akuntan publik sebagai responden karena akuntan publik bertanggung jawab atas seluruh proses audit yang akan menghasilkan hasil audit serta peneliti memilih

(6)

akuntan publik di DKI Jakarta karena DKI Jakarta merupakan Ibu Kota dan kota terbesar di Indonesia yang menjadi pusat bisnis. Selain itu, kasus pelanggaran yang terjadi banyak ditemukan pada KAP dan AP yang berada di DKI Jakarta.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

Tabel 4. 4

Hasil Uji Validitas Variabel Item r

Hitung Sig. r

Tabel Keterangan X1.1 0.605 0.000 0.207 Valid X1.2 0.534 0.000 0.207 Valid X1.3 0.443 0.000 0.207 Valid X1.4 0.689 0.000 0.207 Valid X1.5 0.735 0.000 0.207 Valid X1.6 0.613 0.000 0.207 Valid X1.7 0.546 0.000 0.207 Valid X1.8 0.528 0.000 0.207 Valid X1.9 0.622 0.000 0.207 Valid X1.10 0.700 0.000 0.207 Valid X1.11 0.561 0.000 0.207 Valid X2.1 0.640 0.000 0.207 Valid X2.2 0.519 0.000 0.207 Valid X2.3 0.743 0.000 0.207 Valid X2.4 0.638 0.000 0.207 Valid X2.5 0.632 0.000 0.207 Valid X2.6 0.449 0.000 0.207 Valid X2.7 0.465 0.000 0.207 Valid X2.8 0.367 0.000 0.207 Valid X3.1 0.446 0.000 0.207 Valid X3.2 0.344 0.001 0.207 Valid X3.3 0.765 0.000 0.207 Valid X3.4 0.773 0.000 0.207 Valid X3.5 0.674 0.000 0.207 Valid X3.6 0.765 0.000 0.207 Valid X4.1 0.743 0.000 0.207 Valid X4.2 0.753 0.000 0.207 Valid X4.3 0.812 0.000 0.207 Valid X4.4 0.868 0.000 0.207 Valid X4.5 0.844 0.000 0.207 Valid X4.6 0.733 0.000 0.207 Valid X4.7 0.747 0.000 0.207 Valid Y1 0.509 0.000 0.207 Valid Y2 0.553 0.000 0.207 Valid Y3 0.638 0.000 0.207 Valid Y4 0.718 0.000 0.207 Valid

Item r

Hitung Sig. r

Tabel Keterangan Y5 0.642 0.000 0.207 Valid Y6 0.523 0.000 0.207 Valid Y7 0.357 0.001 0.207 Valid Y8 0.573 0.000 0.207 Valid Y9 0.572 0.000 0.207 Valid Y10 0.557 0.000 0.207 Valid Y11 0.526 0.000 0.207 Valid Sumber: Data primer diolah

Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. r item pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap item variabel adalah valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Uji Reliabilitas

Tabel 4. 1

Hasil Uji Realiabilitas Variabel N

o. Variabel

Koefisien Reliabilitas

Keteran gan 1

Independensi

(X1) 0.820 Reliabel

2 Motivasi (X2) 0.690 Reliabel 3

Pengalaman kerja

(X3) 0.694

Reliabel

4

Etika Auditor

(X4) 0.895

Reliabel

5

Kualitas Audit

(Y) 0.779 Reliabel

Sumber: Data primer diolah

Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel.

Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual tersebar normal atau tidak. Prosedur uji dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan sebagai berikut :

Hipotesis yang digunakan : H0 : residual tersebar normal H1 : residual tidak tersebar normal

Jika nilai sig. (p-value) > 0,05 maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.

(7)

7 Tabel 4.6

Uji Normalitas

Sumber: Data primer diolah

Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.704 (dapat dilihat pada Tabel 4.6) atau lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Uji Multikolinearitas

Tabel 4. 2

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Bebas Collinearity Statistics Tolerance VIF Independensi (X1) 0.400 2.500

Motivasi (X2) 0.529 1.891 Pengalaman Kerja (X3) 0.668 1.497 Etika Auditor (X4) 0.499 2.002 Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan Tabel 4.7, hasil pengujian didapat bahwa keseluruhan nilai tolerance > 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.

Uji multikolinearitas dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan nilai VIF (Variance Inflation Faktor) dengan angka 10. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian uji asumsi tidak adanya multikolinearitas dapat terpenuhi.

Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas.

Atau adanya perbedaaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai variabel bebas. Prosedur uji dilakukan dengan Uji scatter plot. Pengujian

kehomogenan ragam sisaan dilandasi pada hipotesis:

H0 : ragam sisaan homogen

H1 : ragam sisaan tidak homogen Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data primer diolah

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

Hasil Analisis Regresi Berganda

Adapun persamaan regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel 4.8 adalah sebagai berikut : Y = 0,820 + 0,232 X1 + 0,340 X2 + 0,342 X3 + 0,421 X4 + e

Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Koefisien regresi b1 sebesar 0,232, artinya Kualitas Audit akan meningkat untuk setiap tambahan X1 (Independensi). Jadi apabila

(8)

Independensi mengalami peningkatan, maka Kualitas Audit akan meningkat sebesar 0,232 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.

2. Koefisien regresi b2 sebesar 0,340, artinya Kualitas Audit akan meningkat untuk setiap tambahan X2 (Motivasi), Jadi apabila Motivasi mengalami peningkatan, maka Kualitas Audit akan meningkat sebesar 0,340 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.

3. Koefisien regresi b3 sebesar 0,342, artinya Kualitas Audit akan meningkat untuk setiap tambahan X3 (Pengalaman kerja), Jadi apabila Pengalaman kerja mengalami peningkatan, maka Kualitas Audit akan meningkat sebesar 0,342 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.

4. Koefisien regresi b4 sebesar 0,421, artinya Kualitas Audit akan meningkat untuk setiap tambahan X4 (Etika Auditor), Jadi apabila Etika Auditor mengalami peningkatan, maka Kualitas Audit akan meningkat sebesar 0,421 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.

Berdasarkan interpretasi di atas, dapat diketahui bahwa Independensi, Motivasi, Pengalaman kerja, dan Etika Auditor positif terhadap Kualitas Audit.

Dengan kata lain, apabila bahwa Independensi, Motivasi, Pengalaman kerja, dan Etika Auditor meningkat maka akan diikuti peningkatan Kualitas Audit .

Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4. 3 Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square

0.785 0.616 0.598

Dari analisis pada Tabel 4.9 diperoleh hasil adjusted R (koefisien determinasi) sebesar 0,598.

Artinya bahwa 59,8% variabel Kualitas Audit akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Independensi(X1), Motivasi (X2), Pengalaman kerja (X3), dan Etika Auditor (X4). Sedangkan sisanya 40,2% variabel Kualitas Audit akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Pengaruh Independensi (X1) terhadap Kualitas Audit (Y)

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,160

dengan sig. t sebesar 0,034 dengan t tabel sebesar 1,988 sehingga variabel Independensi memiliki pengaruh terhadap Kualitas Audit. Jika dilihat dari nilai signifikansi t sebesar 0,034 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,034 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Independensi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Kualitas Audit.

Pengaruh Motivasi (X2) terhadap Kualitas Audit (Y)

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,399 dengan t tabel sebesar 1,988 sehingga variabel Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Audit. Jika dilihat dari nilai signifikansi t sebesar 0,019 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,019 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Pengaruh Pengalaman kerja (X3) terhadap Kualitas Audit (Y)

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,233 dengan t tabel sebesar 1,988 sehingga variabel Pengalaman kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Kualitas Audit. Jika dilihat dari nilai signifikansi t sebesar 0,028 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,028 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Audit.

Pengaruh Etika Auditor (X4) terhadap Kualitas Audit (Y)

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,446 dengan t tabel sebesar 1,988 sehingga variabel Etika Auditor memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Kualitas Audit. Jika dilihat dari nilai signifikansi t sebesar 0,001 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,001 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Etika Auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Audit.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan pada 90 auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta yang terdaftar pada web Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK). Penelitian ini menguji pengaruh independensi, motivasi, pengalaman kerja,

(9)

9 dan etika auditor terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, membuktikan bahwa independensi, motivasi, pengalaman kerja, dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Independensi memberikan pengaruh terhadap kualitas audit. Peneliti memiliki pemikiran bahwa hal ini disebabkan karena auditor harus bebas dari pengaruh siapapun dan tidak memihak pada kepentingan siapapun karena hasil audit yang dihasilkan untuk kepentingan umum. Jika seorang auditor mengabaikan independensi maka kinerja auditor juga akan terpengaruh dan berdampak pada kualitas laporan audit yang dihasilkan.

Selanjutnya terdapat motivasi yang juga berpengaruh terhadap kualitas audit. Dugaan peneliti bahwa tindakan manusia pada umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Jika suatu pekerjaan bisa memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan melaksanakan pekerjaannya dengan semaksimal mungkin dan begitu juga sebaliknya. Auditor yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaannya maka kinerja auditor juga akan meningkat dan berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan.

Pengaruh pengalaman kerja auditor juga menunjukkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Hal ini diduga karena auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang lebih banyak memiliki pengetahuan, wawasan dan pembelajaran yang lebih banyak mengenai dunia akuntansi, audit, atau bahkan bidang lainnya sehingga akan lebih mudah untuk melakukan identifikasi risiko-risiko audit yang berpotensi pada klien.

Etika auditor merupakan variabel terakhir yang diteliti dan menjadi fokus penelitian karena etika auditor mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel lainnya sehingga memberikan pengaruh yang dominan terhadap kualitas audit. Untuk mengetahui standar audit, auditor harus mematuhi kode etik yang merupakan standar kualitas audit. Etika penting digunakan ketika auditor menghadapi konflik atau situasi- situasi yang membutuhkan keputusan secara baik dan benar. Pelaksanaan audit dengan mematuhi etika yang berlaku akan meningkatkan standar mutu pekerjaan sehingga hasil audit akan lebih berkualitas.

Keterbatasan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data

melalui kuesioner yang diberikan secara langsung, e- mail, dan kuesioner online sehingga data yang diperoleh berdasarkan presepsi dari responden saja, hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mengawasi kebenaran dari jawaban atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak- pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara lain:

1. Diharapkan pihak Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu dari Etika Auditor, karena variabel Etika Auditor mempunyai pengaruh yang dominan dalam mempengaruhi Kualitas Audit, diantaranya yaitu dengan meningkatkan integritas, objektivitas, kompetensi dan sikap cermat kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku profesional yang merupakan prinsip dasar etika sehingga Kualitas Audit akan meningkat.

2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi Kualitas Audit diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel- variabel lain seperti pelatihan kerja, fee audit, dan audit delay yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. (2012).

Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (A.

B. jusuf, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.

Alim, Hapsari, dan Purwanti. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi, Vol.10.

Andreani, H. (2014). Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang). (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/42795/1/HANJANI.pdf Asih. (2006). Pengaruh Pengalaman Terhadap

Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing (Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta). Diakses dari https://www.slideshare.net/yogieardhensa/pengaruh -pengalaman-terhadap-peningkatan-keahlian

(10)

Ayunigtyas. (2012). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektivitas, Integritas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit.

(Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang).

Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/36161/1/AYUNINGTYA S.pdf

Anthony,R. N., & Govindarajan, V. (2005).

Management Control System (buku 2). Jakarta:

Salemba Empat.

Ayu, R. K. (2016). Pengaruh Etika Profesi, Fee, Independensi, Motivasi dan Pengalaman Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi kasus pada auditor KAP di Malang). (Skripsi, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang) Diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/10481/

Cnnindonesia.com. (2018, 1 Oktober). OJK 'Depak' Auditor SNP Finance dari Daftar Akuntan Publik.

Diakses pada 1 Desember 2019, dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201810011 90810-78-334751/ojk-depak-auditor-snp-finance- dari-daftar-akuntan-publik

Cnnindonesia.com. (2019, 28 Juni). Kemenkeu

Beberkan Tiga Kelalaian Auditor Garuda Indonesia.

Diakses pada 1 Desember 2019, dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201906281 24946-92-407304/kemenkeu-beberkan-tiga-

kelalaian-auditor-garuda-indonesia

De Angelo, L. E. (1981). Auditor size and audit quality.

Journal of accounting and economics, 3(3), 183-199.

Desi, Wahyu & Marita. (2017). Pengaruh Fee Audit, Independensi, Kompetensi, Etika Auditor dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit.

Skripsi dipublikasikan. IAIN : Surakarta.

Efendy, M. T. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo).(Tesis, Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/24634/1/Muh._Taufiq_Ef endy.pdf

Fraser, Lyn. M dan Ormiston, Aileen. (2008).

Understanding Financial Statements: In Physician

Executive.(P. Darmawan, Penerjemah). Jakarta: PT.

Indeks.

Futri, Putu Septiani; Juliarsa, Gede. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat

Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali. Skripsi dipublikasikan. Universitas Udayana.

Furiady,olivia & Kurnia, Ratnawati. (2015). The Effect of Work Experimences, Competency, Motivation, Accountability and Objectivity toward Audit Quality. Procedia - Social and Behavioral Science.

CGBSS-2015.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goleman, Daniel 2001. Working White Emotional Intelligence. (T. K. W. Alex, Penerjemah). Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Gujarati, D. (2003). Ekonometri Dasar (S. Zain, Penerjemah). Jakarta: Erlangga

Husin, Bayu Umbara. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Auditor (Studi pada Inspektorat Kota Kendari). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO.

Hery. 2006. Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Terhadap Pengambilan Keputusan Akuntan Publik (Auditor). Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.6, No.2, Agustus 2006.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2016.

Panduan Indikator Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik. Diakses dari

http://iapi.or.id/uploads/article/exposure-draft- panduan-indikator-kualitas-audit-

5804a2d00298b.pdf

Jensen, M, C. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency cost and ownership structure. Journal of Finance Economic 3, 305- 360. Diakses dari

http://www.nhh.no/for/courses/spring/eco420/jense nmeckling-76.pdf.

Kosasih, Ruchjat (2000). Auditing, Edisi I, Erlangga, Jakarta

(11)

11 Kosasih, Ruchjat (2010). Auditing (Pemeriksaan

Akuntan), Edisi III, Erlangga, Jakarta

Luthans, F. (2005). Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nurmalita, S. N. (2011). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi, dan Etika Terhadap Kualitas Audit.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan

Publik. Diakses dari

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2017/154~PM K.01~2017Per.pdf

Puan, C.M.P. (2019). Pengaruh Kepatuhan Pada Etika Profesi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit.

Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Padjajaran:

Bandung

Putra, R. D. (2019). Pengaruh Objektivitas, Motivasi, Pengalaman Kerja Auditor dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Brawijaya: Malang

Rakidewi, E. (2012). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Malang dan Surabaya). Skripsi (tidak dterbitkan). Universitas Brawijaya: Malang Rachmawati, J.D.W. (2013). Pengaruh Kompetensi dan

Independensi terhadap Kualitas Audit. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Brawijaya: Malang Saputra, W. B. (2019). Pengaruh Independensi,

Pengalaman Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Brawijaya: Malang Sari, I N. (2015). Pengaruh Independensi, Skeptisme

Profesional, Perilaku Disfungsional dan Etika Profesi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Malang). Skripsi di publikasikan. Universitas Negri Malang.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis.

Jakarta : Salemba Empat.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: A skill building approach. John Wiley &

Sons Ltd.

Singgih, & Bawono. (2010). Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit.

Smartdyanda, I. (2018). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Kerja, Motivasi, dan Pelatihan Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik RSM Indonesia). Skripsi (diterbitkan). Universitas Brawijaya: Malang

Tempo.co (2018, 28 September). Kasus SNP Finance, Bank Mandiri Terjunkan Tim Audit Investigasi.

Diakses pada 2 Desember 2019 dari https://bisnis.tempo.co/read/1130960/kasus-snp- finance-bank-mandiri-terjunkan-tim-audit- investigasi/full&view=ok

Utami, A.U. (2018). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Integritas Dan Due Profesional Care Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Skripsi (diterbitkan). Universitas Brawijaya : Malang Wardina. 2015. Analisis Pengaruh Independensi, Etika,

dan Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di Makassar. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Watkins, A.L. W. Hillison, dan S.E. Morecroft 2004.

Audit Quality : A Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature.

Wirdayani (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Skripsi (diterbitkan). UIN Alaudin : Makassar.

Wiratama, Ketut Budiartha. 2015. Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja. Due Profesional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Zarefar dkk. (2016). The Influence of Ethics, Experience, and Competency Toward the Quality of Auditing with Profesional Auditor Scepticism as a Moderating Variable. Procedia – Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 828-832.

(12)

Zulian, K.S (2016). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta). Skripsi (diterbitkan).

Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional Dan Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Fraud (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik