SARING SEBELUM
SHARING
“Netizen Cerdas
Berkarakter”
M. Yusrizal Adi Syaputra, SH.MH Fakultas Hukum
UMA 2022
Kondisi Pengguna Internet di Masa Pandemi Covid 19
Aktivitas penggunaan internet semakin meningkat bahkan sejak
pandemi COVID-19. Mulai dari belajar hingga bertransaksi jual beli
pun dilakukan secara daring. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) dan Indonesia Survey Center pada
semester kedua menyebutkan bahwa penetrasi pengguna internet di
Indonesia 196,71 juta jiwa atau sekitar 73,7% dari total populasi
penduduk Indonesia. Pengguna internet di Indonesia menggunakan
telepon pintar atau smartphone untuk mengakses internet mencapai
95,4% (APJII & Indonesia Survey Center, 2020).
aktivitas Positif Masyarakat yang paling banyak dilakukan para pengguna internet
aktivitas Positif Masyarakat yang paling banyak dilakukan para pengguna internet
berinteraksi dengan aplikasi pesan instan (29,3%)
Berinteraksi melalui media sosial (24,7%)
untuk mengakses berita dan hiburan, Belanja daring serta jualan daring (E-Commerece)
Layanan Informasi Barang/Jasa, Layanan Publik, dan Layanan Informasi Pekerjaan serta Transportasi Daring
Layanan Game Online
Informasi Pendidikan, dan Layanan informasi kesehatan.
Aktivitas Negatif Pengguna
Internet
Perjudian Online
Hoaks dan Ujaran Kebencian
Digital Pendanaan
Teroris Internasional
Human Traffiking dan
Smuggling (Penyeludupan
Manusia)
Konten Pornograf
Pasar Gelap Narkoba dan Penjualan Organ
Tubuh Manusia Jaringan Internasional Hacker Data
Pribadi dan Perbankan
Pengertian Hoaks
– Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran.
– Menurut Werme (2016), fake news adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang danmemiliki agenda politik tertentu.
Hoaks bukan sekadar
– menyesatkan (misleading). Informasi dalam fake news juga tidak memiliki
landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
Hoaks dan Perkembangannya di Indonesia
– Dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia, berita bohong alias hoaks masih marak bertebaran. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan ribuan isu hoaks Covid-19 dan sebaran kontennya di media sosial sepanjang 2020-2021.
Sebagian besar sudah ditindaklanjuti dengan mencabut konten-konten tersebut.
– Beberapa konten hoaks di Internet seperti bahaya vaksin, akibat vaksin dan penanganan covid yang di sebarkan oleh Pelaku secara tidak bertanggungjawab.
– Akibatnnya atau dampak maraknya kabar bohong tersebut menyebabkan banyak warga yang enggan divaksinasi. Padahal vaksinasi merupakan salah satu cara utama untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Banyak masyarakat yang takut efek samping vaksinasi yang marak di media sosial. Ini terjadi akibat berbagai informasi tidak benar yang tersebar di ruang digital.
Faktor Pesatnya Hoaks
– Berdasarkan informasi dari Oxford Dictionary mengartikan dengan apa yang disebut a humorous or malicious deception alias penipuan yang lucu atau jahat.
– Tingginya sirkulasi informasi di media sosial maupun aplikasi pesan memang menjadi faktor pemicu semakin berkembangnya hoaks di Indonesia maupun dunia.
– Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada 2016 ada hampir 800 ribu akun, baik di media sosial maupun media online, yang telah diblokir oleh pemerintah karena menampilkan kabar bohong maupun ujaran kebencian. Pada Januari hingga Oktober 2017, jumlah akun sejenis yang telah diblokir sudah lebih dari 600 ribu
Tingginya sebaran hoaks ini
ternyata menimbulkan
kekhawatiran di kalangan masyarakat. Menurut hasil survei Edelman Trust Barometer 2018 tujuh dari 10 masyarakat dunia merasa khawatir jika berita palsu akan digunakan sebagai "senjata".
Di Indonesia sendiri, 76 hingga 80 persen masyarakat khawatir akan pemanfaatan hoaks sebagai senjata untuk menciptakan ketidakstabilan dalam negeri.
Sumber Gambar: Tirto.id
Berita Hoaks ternyata telah melanda hampir disetiap negara maju dan negara berkembang tidak hanya terbatas pada negara yang memiliki tingkat teknologi informasi maju saja. Artinya, Berita Hoaks telah menjadi alat ‘senjata” bagi kelompok tertentu pada suatu negara untuk melakukan kejahatan.
Sebaran Hoaks melalui Media
sosial
Berdasarkan Data dari survei Mastel, bahwa 92,40 persen masyarakat menyatakan media sosial seperti:
a. Facebook;
b. Twitter c. Instagram
d. Aplikasi Chatting lainnya (62, 80 %0 e. Situsweb (34,90%)
DAFTAR ISU HOAKS SEPANJANG TAHUN 2021-
2022
1. [HOAKS] Logo WHO dan IDI Dikaitkan dengan Lucifer
2. [HOAKS] Lowongan Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara
3. [HOAKS] Pesan WhatsApp Mengatasnamakan Wakil Bupati Asahan
4. [HOAKS] Lowongan Pekerjaan Mengatasnamakan PT Cirebon Energi Prasarana
5. [HOAKS] Berkumur Menggunakan Bensin untuk Sembuhkan Sakit Gigi
6. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan Asisten III Pemerintah Kota Pekalongan
Beberapa Isu Hoaks tahun 2022
Laporan Isu Hoaks 27 Januari 2022
1. [HOAKS] Akun Facebook Mengatasnamakan Wakil Wali Kota Samarinda Dr.
Andi Harun
2. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan Sekretaris Daerah Kota Bekasi 3. [HOAKS] Malas Kencing Malam Menyebabkan Sakit Jantung
4. [DISINFORMASI] Penularan Virus Varian Baru Melalui Ban Mobil
5. [DISINFORMASI] Penyuntikan Vaksin Kosong di Kota Semarang
Laporan Isu Hoaks 30 Januari 2022
1. [HOAKS] Penawaran Pencairan Dana Bantuan Rp1,2 Juta pada Bulan Januari - Februari 2022 2. [DISINFORMASI] Arab Saudi Kucurkan Dana Hibah 5 Triliun ke Indonesia
3. [DISINFORMASI] Pneumonia pada Covid-19 adalah Reaksi Alergi
4. [DISINFORMASI] Nama Ibu Kota Nusantara Diambil dari Nama DN Aidit
Laporan Isu Hoaks 31 Januari 2022
5. [HOAKS] Bahaya Makan Cokelat setelah Makan Mie
6. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan Kepala Bidang Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng
7. [HOAKS] Akun Facebook Mengatasnamakan Bupati Sambas
8. [HOAKS] Situs Pendaftaran Bantuan Sosial Mengatasnamakan Kementerian Sosial
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa
“Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”
Pasal 28 ayat (2) di pasal yang sama lebih mendetail menyebutkan
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).”
Setiap orang menyebarkan berita bohong atau Hoaks yang termasuk dalam pasal 28 UU ITE ini akan dipidana dengan ancaman pidana paling lama enam tahun atau denda paling banyak sebesar satu miliar rupiah.
Dasar Hukum Hoaks