• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN ACARA KEGIATAN BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI RAWAT INAP ANAK (E2) RSD A. DADI TJOKRODIPO

N/A
N/A
Eka Yuliana

Academic year: 2024

Membagikan "SATUAN ACARA KEGIATAN BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI RAWAT INAP ANAK (E2) RSD A. DADI TJOKRODIPO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA KEGIATAN BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER)

DI RAWAT INAP ANAK (E2) RSD A. DADI TJOKRODIPO

Disusun Oleh : KELOMPOK 14

1 Eka Hermawan David Kuncoro 2311515086

2 Ida Mariyana 2311515078

3 Pran Sinatra 2311515087

4 Eka Yuliana 2311515085

5 I Gusti Putu Suwisno 2311515105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA TAHUN 2023/2024

FORMAT SATUAN ACARA KEGIATAN BERMAIN

(2)

Pokok bahasan : Terapi Bermain

Sub pokok bahasan : Mengenal Nama Hewan dan Mencocokkan Gambar Hewan

Waktu : 30 Menit

Hari/ Tanggal : Jumat/03 November 2023

Tempat : Ruang Rawat Inap Anak (E2) RSD A. Dadi Tjokrodipo Sasaran : Anak Usia 1 – 3 Tahun

I. Latar Belakang

Aktifitas anak yang meningkat namun kondisi daya tahan tubuh lemah menjadikan anak rentang terserang penyakit, sehingga anak perlu menjalani hospitalisasi (Supartini,2012). Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal baru, lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain : nyeri dan perlukaan, pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi inimengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai dampak hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses adaptasi hospitalisasi (Rohmah, 2018).

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman traumatic dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wulandari & Erawati, 2016).

Menurut WHO pada tahun tahun 2008 didapatkan sebanyak hampir 80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2010

(3)

di Indonesia sebanyak 33,2% dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami hospitalisasi sedang. Menurut hasil dari (SUSENAS) pada tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak- anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa.

Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi, cemas dan stress yang dialami anak disebabkan oleh karena adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan kegiatan pada saat sehat maupun saat sakit, atau adanya 2 perpisahan dengan keluarga saat masa perawatan (Wong, 2008).

Respon anak secara umum yang terjadi saat dirawat inap antara lain mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry & Wilson, 2007). Menurut penelitian yang dilakuakan oleh Wowiling pada tahun 2014 didapatkan pasien anak tahun sebanyak 79 pasien yang menjalani perawatan, menangis terutama saat dilakukan tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga tidak mau berpisah dengan orangtua/walinya dan menghindar ketika akan dilakukan tindakan perawatan.

Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak untuk menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama selama masa perawatan (Yusuf dkk, 2013). Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih aman di lingkungan asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan

(4)

rindu rumah, mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009).

Terapi bermain yang dapat dilakukan terhadap anak usia toddler seperti, permainan balok-balok, bola-bola dan permainan tebak gambar, bentuk, dan warna kertas, mewarnai, menempelkan stiker pada kotak yang sudah disediakan menyusun menara dan sebagainya, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap anak usia toodler yang mengalami kecemasan hospitalisasi.

Hasil observasi kelompok selama kurang lebih 2 minggu berada di Ruang Rawat Inap Anak E2 RSD A. Dadi Tjokrodipo, Kota Bandar Lampung, sebagian besar pasien berusia 1-3 tahun atau toddler. Berdasarkan urai anak diatas kelompok ingin memberikan terapi permainan yang sesuai dengan usia pasien yaitu salah satunya permainan tebak gambar.

II. Tujuan

II.1 Tujuan Umum

Untuk mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi dengan terapi bermain

II.2 Tujuan Khusus

III. Untuk meningkatkan hubungan perawat dengan klien anak yang sedang

IV. menjalanimasa hospitalisasi dan sebagai alat komunikasi antara perawat – klien

V. b. Untuk meningkatkan kreativitas pada anak VI. c. Untuk membina tingkah laku positif

VII. d. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak

VIII. e. Untuk melatih kemampuan kognitif, visual dan auditori pada anak

IX. f. Untuk melatih perkembangan personal sosial

X. g. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak saat menjalani hospitalisasi

a) Untuk meningkatkan hubungan perawat dengan klien anak yang sedang menjalani masa hospitalisasi dan sebagai alat komunikasi antara perawat – klien

b) Untuk meningkatkan kreativitas pada anak c) Untuk membina tingkah laku positif

(5)

d) Untuk mengembangkan imajinasi pada anak

e) Untuk melatih kemampuan kognitif, visual dan auditori pada anak f) Untuk melatih perkembangan personal social

g) Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak saat menjalani hospitalisasi

III.Metode dan media

III.1 Metode Permainan

Metode permainan yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan, dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Leader membuka acara, menjelaskan tujuan dan manfaat terapi bermain, serta menyepakati kontrak waktu.

b) Leader menjelaskan contoh langkah permainan yaitu dengan cara leader menunjukkan gambar hewan dan anak – anak diminta untuk menyebutkan nama hewan tersebut.

c) Peserta diinstruksikan dan dibimbing oleh fasilitator untuk mencoba menebak nama hewan yang sedang ditunjukkan

d) Gambar – gambar milik leader kemudian disusun berjajar di depan area bermain.

e) Anak – anak masing -masing diberikan 1 gambar yang sama dengan gambar hewan yang ada di depan namun dengan ukuran yang berbeda.

f) Kemudian dengan dibantu oleh fasilitator anak diminta untuk mencocokkan dan meletakkan gambar milik anak dengan gambar yang telah dijajarkan di depan sembari menyebutkan kembali nama hewan tersebut.

III.2 Media

a. Kertas bergambar b. Papan tulis / tembok c. Double tape

(6)

IV. Pengorganisasian a) Sasaran

Anak usia 1 – 3 tahun sejumlah 4-8 orang anak dengan didampingi oleh orang tua, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi:

✔Kooperatif, mampu, dan mau mengikuti proses kegiatan sampai selesai

✔Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh

✔Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)

✔Tidak Bedrest b. Kriteria Eksklusi:

✔Suhu tubuh meningkat (> 380C)

✔Bedrest b) Pembagian Tugas

1) Leader : Eka Hermawan David K.

Tugas leader :

 Menjelaskan tujuan bermain

 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok

 Menjelaskan aturan bermain pada anak

 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 2) Co. Leader : I Gusti Putu Suwisno

Tugas Co. Leader : Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.

3) Moderator : Ida Mariyana

Tugas moderator : membuka kegiatan dan memandu jalannya terapi bermain

4) Fasilitator : Pran Sinatra Tugas Fasilitator :

 Menyiapkan alat-alat permainan

 Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang dijelaskan.

 Mempertahankan kehadiran anak

(7)

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam

5) Observer : Eka Yuliana Tugas observer :

 Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.

 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku,

 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain V. Setting tempat

VI. Implementasi

No Kegiatan Wak

tu Respon

1 Persiapan

- Menyiapkan ruangan - Menyiapkan Alat

- Menyiapkan anak dengan keluarga

5

Menit Ruangan, alat, dan anak bersama keluarga sudah siap

2 Proses

- Membuka proses terapi bermain dengan mengucap salam, do’a, memperkenalkan diri, Kontrak waktu (Moderator)

- Menjelaskan kepada anak dan

keluarga tentang tujuan dan manfaat terapi bermain (Moderator)

- Menjelaskan cara terapi bermain

20

Menit - Menjawab salam - Memperkenalkan

diri

- Anak mau bermain dengan antusias

- Memperhatikan Moderator

Anak/Pasien Co. Leader

Orang Tua Fasilitator

Observer Leader Keterangan:

(8)

(Leader)

- Memberi kesempatan untuk bertanya/klarifikasi (Leader) - Mengajak anak bermain (Leader) - Mengevaluasi respon anak dan

keluarga (perasaan) (Moderator) - Menyimpulkan (reward/reinforcement

positif) dilanjutkan dengan do’a (Moderator)

3 Penutup

Menyimpulkan

Mengucapkan salam - Menyimpulkan

- Mengucapkan salam

5

Menit Menjawab salam

VII. Evaluasi

VII.1 Evaluasi proses/formatif :

a) Peserta antusias terhadap materi terapi bermain

b) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat terapi bermain

c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

VII.2 Evaluasi hasil/sumatif :

VIII. Kecemasan akibat hospitalisasi pada anak menurun IX. b. Jumlah hadir dalam terapi bermain minimal 4 orang

anak didampingi keluarga

X. Kecemasan akibat hospitalisasi pada anak menurun XI. b. Jumlah hadir dalam terapi bermain minimal 4 orang

anak didampingi keluarga

a) Kecemasan akibat hospitalisasi pada anak menurun

b) Jumlah hadir dalam terapi bermain minimal 4 orang anak didampingi keluarga

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adriana (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Salemba Medika: Jakarta.

Kusumaningtyas, Dwi. (2020). The Effect Of Image Playing Therapy To ReduceHospitalization Anxietyin Toddler Age Patients In Rumah Sakit Umum Negara.Indonesian Journal Of Health Research 1 (1), 6-9

Lippincott Williams & Wilkins Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Vol.Volume 1). Jakarta: EGC.

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999. EGC: Jakarta.

Puspita A. N. dll, (2016) Pengaruh Terapi Bermain Origami Pada Anak Usia Toodler yang Mengalami Kecemasan Akibat Hospitalisasi Diruang Astar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto

Rohmah, Nikmatur. (2018). Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas MuhammadiyahJember.Stuart, W. G., & Sundeen, J. S.

(2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Soetjiningsih, Ranuh. IG.N.G (2013). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:

EGC

(10)

Supartini. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

dengan bermain, karena prinsip pembelajaran untuk anak usia dini sendiri. yaitu bermain sambil belajar, melalui permainan anak diberi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Permainan Balok Dengan Kreativitas Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Al-Irsyad

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi bermain mewarnai gambar dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia

Anak prasekolah yang menjalani rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar mengalami kecemasan yaitu 62,5% atau

Lampiran 10 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Terhadap Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Gotong

Diruangan rawat inap anak R.S.T. Reksodiwiryo sudah mempunyai ruangan bermain, tetapi pelaksanaan terapi bermain sendiri belum maksimal, karna belum ada tindakan

Demikian sehingga diketahui bahwa pemberian terapi permainan peran sandiwara bermain boneka mampu meningkatkan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di

KESIMPULAN Studi ini menunjukkan bahwa terapi bermain mewarnai yang diberikan 30 menit selama 2 hari berturut-turut dapat mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat