• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab Akibat Terjadinya Wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian

N/A
N/A
Icha

Academic year: 2024

Membagikan "Sebab Akibat Terjadinya Wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM PERJANJIAN

SEBAB AKIBAT TERJADINYA WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN

NAMA : KHAERUN NISA NIM : D1A021176

MATKUL : HUKUM PERJANJIAN

DOSEN PENGAMPU : ARIS MUNANDAR,SH.,MH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum perjanjian tepat pada waktunya.

Selanjutnya saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada orang tua dan teman-teman yang selalu memberikan support dan semangat kepada saya dikala saya merasa lelah dan jenuh dengan tugas-tugas saya dan di kala saya merasa tak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sedang saya emban. Tak lupa pula saya sampaikan rasa terima kasih saya kepada dosen mata kuliah Hukum perjanjian yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga saya bisa lebih menambah wawasan saya mengenai Hukum perjanjian

Terakhir kali saya ingin mengatakan bahwasanya makalah yang telah saya buat ini masih jauh dari kata sempurna.Saya berharap bisa mendapatkan respon baik serta kritikan dan masukan yang membangun. Semoga apa yang saya tulis dapat berguna bagi saya khususnya dan bagi pembaca para umumnya.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...1 1.2 RUMUSAN MASALAH... 1 BAB II : PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERJANJIAN...3 2.2 PENGERTIAN WANPRESTASI DAN PENYEBAB TERJADINYA...4 2.3 AKIBAT YANG DI TIMBULKAN DARI WANPRESTASI...5 BAB III : PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ...6 3.2 SARAN... 6 DAFTAR PUSTAKA

(4)
(5)

BAB I ENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Perjanjian sebagai sarana untuk mengatur pertukaran hak dan kewajiban diharapkan dapat berlangsung dengan baik,adil dan proporsional sesuai dengan kesepakatan para pihak. terutama pada perjanjian yang bersifat komersial baik berdasarkan rumusan pengertian perjanjian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa perjanjian itu terdiri dari ada pihak-pihak ada prestasi yang akan dilaksanakan, ada bentuk tertentu lisan dan tulisan, ada syarat-syarat tertentu sebagai isi Perjanjian, ada tujuan yang hendak dicapai. Perjanjian melahirkan perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak dengan demikian suatu kesepakatan berupa perjanjian pada hakekatnya adalah mengikat, Sesuai dengan pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata,Kesepakatan ini memiliki kekuatan mengikat sebagai undang- undang bagi para pihak yang membuatnya.

Dengan adanya perjanjian kreditur dapat menuntut pemenuhan prestasi dari debitur sedangkan bagi debitur berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya. walaupun perjanjian dibuat dengan harapan semua apa yang telah disepakati dapat berjalan dengan normal, Namun Dalam

praktiknya pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya sehingga muncul peristiwa yang disebut wanprestasi. prestasi adalah pelaksanaan perjanjian yang tidak ditepati waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dilaksanakan sama sekali. pasal 1313 KUHPerdata menyatakan “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih meningkatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Pada umumnya seseorang dinyatakan lalai atau wanprestasi karena sama sekali tidak memenuhi prestasi,prestasi yang dilakukan tidak sempurna, terlambat memenuhi prestasi dan melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.Dalam hal salah satu pihak telah melakukan wanprestasi, Maka Pemutusan perjanjian oleh pihak yang telah dirugikan akibat wanprestasi ini berlaku beberapa syarat Secara yuridis yang harus diperhatikan, berupa:

Wanprestasi harus serius, hak untuk memutuskan perjanjian belum di kesampingkan, pemutusan perjanjian tidak terlambat dilakukan dan wanprestasi disertai unsur kesalahan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

(6)

1.Apakah yang dimaksud dengan Perjanjian?

2. Apakah yang dimaksud dengan wanprestasi dan penyebab terjadinya?

3. Apakah akibat yang ditimbulkan dari terjadinya wanprestasi dalam suatu perjanjian?

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perjanjian

Perjanjian Adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara 2 orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian ini dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, Sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak.

Dalam pasal 1313 KUHP Perdata dijelaskan bahwa pengertian dari perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.Berdasarkan pasal 13 13 ini ini dapat kita lihat secara jelas bahwa ada kaitannya hukum yang timbul akibat dari perjanjian yang dimana dilakukan untuk mengikatkan diri pada satu orang atau lebih dari satu orang untuk melakukan suatu perbuatan ataupun tidak melakukan perbuatan tersebut Sedangkan perikatan lahir berdasarkan adanya suatu perjanjian dan ketentuan undang-undang yang berlaku dan kesepakatan merupakan penutup dari negosiasi antar pihak yang mengikat penawaran dan penerimaan yang diajukan oleh kedua belah pihak.

Definisi hukum perdata menurut para ahli:

a). Menurut R. Subakti perjanjian adalah peristiwa yang dimana satu pihak melakukan perjanjian kepada pihak yang lainnya untuk melaksanakan perbuatan atau sesuatu hal.

b). menurut Prof. R Wirjono Prodjodikoro Berpendapat bahwa perjanjian adalah hubungan hukum yang berarti seseorang wajib melakukan suatu hal tertentu dan pihak yang lainnya berhak menuntut kewajiban tersebut dalam perjanjian.

c). Menurut Abdul Qadir, perjanjian adalah persetujuan yang dilakukan antara dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam melaksanakan suatu hal yang terkait dengan harta kekayaan.

(8)

Perbedaan mengenai pendapat para pakar dalam mendefinisikan perjanjian ini memang berbeda- beda.Dikarenakan para pakar memiliki sudut pandang antara pakar satu dengan yang lainnya hal ini merupakan suatu hal yang wajar.Namun dalam setiap definisi yang dikemukakan oleh para pakar tersebut tetap mencantumkan secara tegas bahwa dalam perjanjian terdapat pihak-pihak yang menjadi subjek dan objek dari perjanjian tersebut yakni adanya hubungan hukum yang terjadi di antara para pihak yang menyangkut pemenuhan prestasi dalam bidang kekayaan.

Adapun Yang menjadi dasar hukum dari perjanjian ini adalah buku III KUHP tentang perikatan.

2.2 Pengertian Wanprestasi dan Penyebab Terjadinya

Faktor waktu dalam suatu perjanjian adalah sangat penting,karena dapat di katakan bahwa pada umumnya dalam suatu perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan Agar

ketentuan perjanjian itu dapat terlaksana secepat mungkin,karena waktu pelaksanaan perjanjian itu sangat penting untuk mengetahui tibanya waktu yang berkewajiban untuk menepati janjinya atau melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati. Apabila Debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian maka bisa dikatakan bahwa itu adalah wanprestasi.

Istilah yang diambil dari bahasa Belanda wanprestasi wanprestatie dengan arti tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban dalam suatu perjanjian. Wanprestasi sebagaimana yang diterangkan dalam pasal 1238 KUHP adalah kondisi dimana debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan

sendiri,Yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.

Penyebab Terjadinya Wanprestasi

Wanprestasi bisa terjadi karena kesalahan pihak debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian atau karena keadaan memaksa yaitu diluar kemampuan debitur. dengan demikian seseorang dinyatakan lalai atau wanprestasi itu dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. sama sekali tidak memenuhi prestasi. pada kondisi ini seseorang debitur sama sekali tidak melaksanakan atau memenuhi prestasinya sehingga menimbulkan kerugian Bagi kreditur/orang

(9)

lain. dalam ketidakmampuannya memenuhi prestasinya ini debitur harus membuktikan bahwa dia tidak memenuhi prestasinya itu disebabkan oleh apa, apakah oleh keadaan memaksa, karena pihak kreditur juga wanprestasi ataukah karena telah terjadi pelepasan hak.

b.Prestasi yang dilakukan tidak sempurna titik pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau memenuhi prestasinya tapi tidak sempurna. Sama halnya dengan diatas dalam

ketidaksempurnaannya memenuhi prestasinya ini debitur harus membuktikan bahwa dia tidak memenuhi prestasinya itu disebabkan oleh apa apakah oleh keadaan memaksa ( Overmacht), karena pihak kreditur juga wanprestasi.

c. terlambat memenuhi prestasi titik pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau memenuhi prestasinya tapi terlambat. Lagi-lagi di harus menjelaskan dan membuktikan bahwa keterlambatan nya memenuhi prestasinya ini disebabkan oleh faktor apakah apakah oleh keadaan memaksa ataukah karena pihak kreditur juga wanprestasi.

d. melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan titik pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau melakukan apa yang dilarang dalam perjanjian untuk dilakukan.

2.3 akibat terjadinya wanprestasi

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu:

a. perikatan tetap ada

b. debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1243 KUHP menyatakan "penggantian biaya kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu atau Jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan "

c.beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu ditimbulkan setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pihak debitur. oleh karena itu, Debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.

d. jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUHPerdata.

(10)

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain ( Lawan dari pihak yang wanprestasi) dirugikan. oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, Maka pihak yang telah melakukan wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa:

a). pembatalan perjanjian saja

b). pembatalan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi berupa: biaya, rugi dan bunga

c). penaruhan kontra saja di mana kreditur hanya meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur.

d). pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti rugi titik kreditur menuntut selain pemenuhan prestasi juga harus disertai ganti rugi oleh debitur.Sebagaimana terdapat Dalam pasal 1267 yang mengatakan pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi dapat memilih: memaksa pihak Yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan dengan penggantian biaya kerugian dan bunga.

Semua persoalan diatas akan membawa konsekuensi yuridis yaitu pihak yang telah melakukan wanprestasi haruslah menanggung akibat atau hukuman berupa:

1. penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian titik Dengan demikian pada dasarnya ganti kerugian itu adalah ganti kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi titik Menurut ketentuan pasal 1246 KUHPerdata ganti kerugian itu terdiri atas tiga unsur yaitu: ya

a). biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang nyata-nyata telah dikeluarkan.

b). rugi yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.

c). bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh atau diharapkan oleh kreditur apabila Debitur tidak lalai.

mengenai ganti rugi akibat batasan batasan. undang-undang menentukan bahwa kerugian yang harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur sebagai akibat dari wanprestasi adalah sebagai berikut:

(11)

1).Kerugian yang dapat diduga ketika perjanjian dibuat titik menurut pasal 12 47 kuhp perdata debitur hanya diwajibkan membayar ganti rugi yang nyata telah atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perjanjian dibuat, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan oleh tipu daya yang dilakukan olehnya.

2.Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi. Menurut pasal 12 48 kuhp perdata jika tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan oleh tipu daya debitur pembayaran ganti kerugian sekadar mengenai kerugian yang diderita oleh kreditur dan keuntungan yang hilang baginya.

3. Berdasarkan prinsip Exceptio non Adimpleti contractus, maka pihak yang dirugikan akibat adanya suatu wanprestasi dapat yang merupakan akibat langsung dari tidak dipenuhinya perjanjian.

2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian titik pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.

3. peralihan resiko pengalihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan menjadi objek perjanjian Sesuai dengan pasal 1237 KUHPerdata.

(12)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Perjanjian yang telah dibuat berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai undang- undang bagi para pihak sebagaimana terdapat dalam pasal 13.38 ayat 1 KUHPerdata.

Namun dalam prakteknya, kadang apa yang diperjanjikan tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak atau disebut wanprestasi. wanprestasi ini adalah suatu keadaan dimana seorang Debitur tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi Sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu

perjanjian. wanprestasi dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja, Wanprestasi dapat berupa: sama sekali tidak memenuhi prestasi,prestasi yang dilakukan tidak sempurna, terlambat memenuhi prestasi, melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain dirugikan. karena adanya kerugian oleh pihak lain maka pihak yang telah melakukan wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa pembatalan kontrak, Pembatalan perjanjian disertai dengan tuntutan pemenuhan perjanjian disertai tuntutan, ganti rugi atau menuntut penggantian kerugian saja.

Salah satu prinsip yang sangat mendasar dalam Hukum Perjanjian adalah prinsip perlindungan bagi para pihak, pihak yang dirugikan. upaya untuk mewujudkan kepada yang dirugikan dapat melakukan : pembatalan perjanjian ,pembatalan pemenuhan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi atau menuntut pergantian kerugian saja, sedangkan kepada pihak yang melakukan

wanprestasi perlindungan diberikan upaya berupa: adanya mekanisme tertentu dalam hal pemutusan perjanjian, dengan kewajiban melaksanakan somasi dan kewajiban memutuskan perjanjian timbal balik lewat pengadilan.

3.2 SARAN

(13)

sebaiknya para pihak yang hendak membuat perjanjian harus terlebih dahulu memahami benar- benar tentang hak dan kewajiban masing-masing agar tidak terjadi wanprestasi di kemudian hari.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Zakiyah,(2015) Hukum perjanjian teori dan perkembangannya,yogyakarta : Lentera Kresindo Santoso,Lukman (2019)Aspek Hukum Perjanjian,Yogyakarta : Penebar Media Pustaka

Pricilya, A. 2018.Akibat Hukum Debitur Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Usaha Mikro.Skripsi.Jember :Universitas Jember

Referensi

Dokumen terkait

Proses pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui arbitrase antara perusahaan listrik negara dengan Pelanggan Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Akibat Wanprestasi, pihak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, berkaitan dengan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian konsinyasi di Dapur

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, tentang pelaksanaan perjanjian kredit perbankan, maka penulis mengangkat judul yaitu Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Akibat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, berkaitan dengan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian konsinyasi di Dapur

Akibat hukum terjadinya wanprestasi dapat dibatalkannya point-point perjanjian dan pelanggaran yang mengakibatkan kerugian yang siginifikan dialami oleh nasabah/calon

Dalam hal terjadinya wanprestasi pada sewa menyewa tempat berjualan pada pasar Kumbasari Denpasar sesuai dengan ketentuan pada Perjanjian Sewa Menyewa Tempat Usaha

Tulisan yang berjudul Akibat Hukum Yang Ditimbulkan Dari Wanprestasi Dalam Perjanjian Autentik Sewa-Menyewa Tanah dilatarbelakangi oleh perjanjian sewa menyewa tanah yang

Skripsi yang berjudul “AKIBAT HUKUM PERJANJIAN LISAN APABILA TERJADI WANPRESTASI (Studi Kasus Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Toko “Solikin” Di Desa Tenggeles)”